Pengadaan barang berasal dari gudang instalasi farmasi yang biasanya diamprah pada hari Jumat dengan menggunakan Formulir B2 Daftar Permintaan
dan Pengeluaran Farmasi. Pemasukan barang dari gudang dan pengeluaran ke ruangan
didokumentasikan dalam buku pemasukan dan pengeluaran, kemudian dipindahkan ke kartu apotek dengan sistem alfabet untuk tiap jenis barang.
3.3.4 Sub Instalasi Farmasi Klinis
Instalasi farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki sub instalasi farmasi klinis yang dipimpin oleh seorang apoteker, yang merupakan koordinator
farmasi klinik yang membawahi beberapa bidang, diantaranya Pelayanan Informasi Obat PIO, pendidikan dan pengembangan serta konsultasi obat.
3.3.4.1 Pelayanan Informasi Obat PIO
Pemberian informasi obat dilakukan terhadap pasien yang mengambil obatnya di unit pelayanan farmasi rawat jalan. Dengan adanya informasi,
diharapkan pasien mengerti tentang cara penggunaan obat, mewaspadai efek samping obat yang mungkin timbul selama penggunaan obat, mengetahui manfaat
pengobatan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan tujuan pengobatan yang optimal dapat tercapai. Adapun formulir PIO dapat dilihat pada
Lampiran 26. Apoteker juga melakukan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit
PKMRS yang merupakan bagian dari Pelayanan Informasi Obat PIO yaitu di ruang tunggu Apotek Rawat Jalan JamkesmasMedan SehatPempropsu dan
Poliklinik THT dengan materi:
Universitas Sumatera Utara
a. Cara penggunaan sediaan tetes mata, tetes telinga, tetes hidung dan semprot
hidung. b.
Penggunaan sendok takar yang benar dalam farmasi. c.
Penggunaan Obat Batuk.
3.3.4.2 Pencampuran Obat Sitotoksik
Pelayanan farmasi di ruang sitotoksik dipimpin oleh apoteker sebagai penanggung jawab. Sebelumnya pencampuranpengoplosan obat suntik
dilaksanakan oleh perawat di ruang perawat non aseptis, jadi tidak terjamin sterilitas produk akhir sitostatikanya. Sekarang sudah ada perubahan paradigma
yang baru bahwa pada pencampuranpengoplosan obat suntik dilaksanakan oleh apoteker atau asisten apoteker di instalasi farmasi di ruang aseptis, jadi bukan
perawat lagi yang mencampurnya. Disini peran apoteker dan asisten apoteker yang diminta dalam menyiapkan obat sitotoksik dan dilakukan di ruang aseptis
sehingga memberikan hasil akhir yang terjamin sterilitasnya. Prosedur kerja di ruang pencampuran sitotoksik yaitu:
a. Petugas pencampuran obat kanker masuk ke dalam ruang steril dengan
memakai alat pelindung khusus yaitu baju pelindung, topi, masker, sarung tangan dan sepatu khusus.
b. Matikan lampu UV ultra violet dan nyalakan exhaust system, AC dan
lampu penerang ruangan sitotoksik. c.
Gunakan desinfeksi untuk kotak aseptis dengan menyemprotkan alkohol 70 ke seluruh permukaan dalam kotak aseptis tersebut.
d. Pasang alas kemoterapi pada meja tempat mencampur obat kanker,
pencampuran obat kanker dilakukan secara aseptis, setelah selesai
Universitas Sumatera Utara
mencampur, kotak tersebut dibersihkan, lalu alas kemoterapi bekas dan desinfeksi dengan menyemprot alkohol 70.
e. Sampah-sampah dimasukkan dalam tong sampah yang dibagi dalam dua
tempat, tong sampah khusus untuk tempat pembuangan sampah bekas obat sitostatika, tong sampah biasa untuk tempat pembuangan sampah yang
tidak berbahaya. f.
Matikan exhaust system, AC dan lampu penerang kemudian hidupkan lampu UV.
g. Tutup pintu dan antar sampah yang berbahaya dalam bag ke IPAL untuk
dibagi dalam incenerator. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien sitotoksik berlaku bagi pasien
umum, Askes dan Jamkesmas. Sementara itu, pasien Medan Sehat dan Pempropsu tidak mendapatkan pelayanan sitotoksik. Prosedur pelayanannya adalah sebagai
berikut: 1.
Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kertas resep. Bagi pasien Askes pemilihan jenis obat berdasarkan standar DPHO,
sedangkan pasien Jamkesmas pemilihan jenis obat berdasarkan formularium Jamkesmas.
2. Perawat ruangan membawa status ke lantai tiga untuk diperiksa oleh
apoteker, kemudian apoteker menghitung dosis pemakaian obat kanker. 3.
Apoteker menuliskan kembali di lembar formulir nama obat-obat sitostatika, kemudian asisten apoteker menyiapkan obat dan mencampur
obat sitotoksik di lantai enam dengan diawasi oleh apoteker.
Universitas Sumatera Utara
4. Setelah selesai apoteker menyerahkan obat sitotoksik ke perawat ruangan
untuk diberikan pada pasien. 5.
Perawat ruangan menyerahkan kuitansi asli kepada keluarga pasien dan dilakukan penagihan biaya obat langsung bagi pasien umum sedangkan
pasien Askes dan Jamkesmas tidak dipungut biaya.
3.4 Instalasi Central Sterile Supply Department CSSD
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan sendiri telah memiliki instalasi CSSD sebagai pusat sterilisasi rumah sakit. Sejak tahun 2005 CSSD terpisah dari
instalasi farmasi dan berdiri sendiri. Instalasi CSSD dipimpin oleh kepala instalasi yang bertanggung jawab langsung kepada direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan. Kepala instalasi CSSD RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan adalah seorang apoteker yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga lain seperti
asisten apoteker, perawat, administrasi dan teknisi. Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas 2 kelompok yaitu:
a. Sistem titipan
Menerima alat kesehatan yang belum steril dari ruangan untuk disterilkan di CSSD, kemudian menyerahkannya kembali dalam keadaan steril kepada
ruangan yang bersangkutan. Ruangan yang dilayani adalah poliklinik atau ruang perawatan yang membutuhkan.
b. Sistem distribusi
Memproses penyediaan dan kebutuhan alat atau perlengkapan bedah dimulai dari pencucian, pengeringan, pengepakan, sterilisasi, penyimpanan dan
pendistribusian. Kamar bedah yang dilayani adalah IBS, KBE Kamar Bedah Emergensi, kamar bedah THT, kamar bedah mata dan kamar bedah kulit.
Universitas Sumatera Utara