ada di Padang dengan volume penjualan sebesar 6.5 ton 28.26 dengan harga Rp 6000kg, konsumen yang di maksud adalah industri keripik opak yang
berskala besar. Industri penggorengan ini mengolah lagi opak-opak mentah yang berasal dari pengusaha opak menjadi keripik yang mempunyai nilai jual yang
lebih tinggi karena sudah dilakukan pengolahan. Industri Penggorengen keripik opak ini memasarkan keripik opak yang sudah jadi tersebut biasanya membuka
toko sendiri dan ada juga yang mendistribusikan ke toko-toko lain yang ada di Padang.
Biaya Pemasaran, Profit Margin, Price Spread dan Share Margin yang Dikeluarkan oleh Setiap Lembaga Pemasaran Opak
Untuk menganalisa efisiensi pemasaran opak perlu dihitung biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang berperan dalam proses
pemasaran. Dalam proses pemasaran opak, pengusaha opak tidak menangung biaya pemasaran, karena pada umumnya para pedagang yaitu agen langsung
mendatangi pengusaha untuk membeli langsung opak dan menangung semua biaya seperti pengangkutan, upah muat + bongkar, retribusi dan marketing lost.
a. Saluran pemasaran I
Tabel 13. Biaya pemasaran dan profit margin pemasaran saluran I
No Uraian
RpKg 1 Harga Jual Pengusaha
5,500 2 Harga Beli Pedagang Pengumpul Desa
5,500 Transportasi
39 Upah muat + bongkar
47 Retribusi
1 Total Biaya Pemasaran
87 Profit Margin
137 Marjin pemasaran
224 3 Harga Beli Pedagang Pengumpul Kota
5,700 Transportasi
5 Merketing Lost 0,8
46 Total Biaya Pemasaran
51 Profit Margin
254
Universitas Sumatera Utara
Marjin pemasaran 305
4 Harga Beli Konsumen 6,024
Sumber: Data primer diolah, Lampiran 6
Biaya pemasaran tertinggi terdapat pada tingkat Pedagang Pengumpul Desa yaitu sebesar Rp 87 kg dan biaya pemasaran terendah terdapat pada tingkat
Pedagang Pengumpul Kota sebesar Rp 51 kg. Tingginya biaya pemasaran pada tingkat Pedagang Pengumpul Desa disebabkan karena Pedagang Pengumpul Desa
menjual opak ke Medan dimana biaya pemasaran terbesar di biaya upah muat + bongkar. Biaya pemasaran di tingkat Pedagang Pengumpul Kota terendah karena
Pedagang Pengumpul Kota hanya menunggu opak dari Pedagang Pengumpul Desa yang hanya di kenakan biaya Marketing Lost saja.
Profit margin tertinngi terdapat di tingkat pedagang pengumpul kota sebesar Rp 254kg dan profit margin terendah di tingkat pedagang pengumpul
desa sebesar Rp 137kg. Marjin pemasaran yang tinggi terdapat pada tingkat pedagang pengumpul kota sebesar Rp 305kg dan marjin pemasaran terendah
pada tingkat pedagang pengumpul desa sebesar Rp 224kg. Marketing lost yang merupakan penurunan nilai kuantitatif atau nilai kualitatif barang dalam
perhitungan biaya pemasaran opak ini diambil marketing lost sebesar nol koma delapan persen yang diperoleh dengan perkalian harga beli beli per kg opak .
Tabel 14. Price spread dan share margin saluran I
No Komponen Biaya
Price spread Rpkg Share Margin 1
Harga Jual Pengusaha 5,500
91.3 2
Biaya Pemasaran Transportasi
44 0,73
Upah muat+bongkar 47
0.78 Retribusi
1 0.01
Marketing Lost 0,8 46
0.76 Total Biaya
138 2.25
3 Profit Margin Pedagang Pengumpul Desa
137 2.27
4 Profit Margin Pedagang Pengumpul Kota
254 4.21
5 Harga Beli Konsumen
6,024 100.00
Sumber: Data primer diolah, 2010
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel dapat dilihat bahwa share margin tertinggi terdapat pada harga jual pengusaha sebesar 91.3 dan share margin terendah terdapat pada pada
tingkat pedagang pengumpul desa sebesar 2.27. Share margin harga jual pengusaha sebesar 91.3, dari angka tersebut seakan-akan penerimaan pengusaha
cukup besar padahal pengusaha harus mengeluarkan biaya produksi dan biaya pengolahan pasca panen.
b. Saluran pemasaran II Tabel 15. Biaya pemasaran dan profit margin pemasaran saluran II