Saluran pemasaran II Tabel 15. Biaya pemasaran dan profit margin pemasaran saluran II

Dari tabel dapat dilihat bahwa share margin tertinggi terdapat pada harga jual pengusaha sebesar 91.3 dan share margin terendah terdapat pada pada tingkat pedagang pengumpul desa sebesar 2.27. Share margin harga jual pengusaha sebesar 91.3, dari angka tersebut seakan-akan penerimaan pengusaha cukup besar padahal pengusaha harus mengeluarkan biaya produksi dan biaya pengolahan pasca panen.

b. Saluran pemasaran II Tabel 15. Biaya pemasaran dan profit margin pemasaran saluran II

No Uraian RpKg 1 Harga Jual Petani 5,500 2 Harga Beli Pedagang Pengumpul Desa 5,500 Transportasi 65 Upah muat+bongkar 44 Retribusi 5 Total Biaya Pemasaran 114 Profit Margin 187 Marjin pemasaran 301 3 Harga Beli Pedagang Pengumpul Luar Kota 5,700 Transportasi 5 Upah muat+bongkar 23 Merketing Lost 0.8 46 Total Biaya Pemasaran 74 Profit Margin 226 Marjin pemasaran 300 5 Harga Beli Konsumen 6,101 Sumber: Data primer diolah, Lampiran 7 Pada saluran pemasaran opak yang kedua, rata-rata harga jual pengusaha sampel Rp 5500kg. Biaya pemasaran tertinggi terdapat pada tingkat Pedagang pengumpul desa yaitu sebesar Rp 114kg dan biaya pemasaran terendah terdapat pada tingkat pedagang pengumpul luar kota sebesar Rp 74kg. Biaya pemasaran pada tingkat pedagang pengumpul desa saluran pemasaran kedua ini lebih tinggi daripada biaya pemasaran pada tingkat pedagang pengumpul desa saluran pemasaran satu disebabkan karena pedagang pengumpul desa saluran dua langsung menjual opak tersebut ke tingkat pedagang pengumpul kota masing- Universitas Sumatera Utara masing langganan yang mana lebih akan menambah biaya pemasaran terutama di transportasi dan retribusi. Profit margin tertinggi terdapat di tingkat pedagang pengumpul luar kota sebesar Rp 226kg dan profit margin terendah di tingkat pedagang pengumpul desa sebesar Rp 187kg. Marjin pemasaran yang tinggi terdapat pada tingkat pedagang pengumpul desa sebesar Rp 301kg dan marjin pemasaran terendah pada tingkat pedagang pengumpul luar kota sebesar Rp 300kg yang mana tidak terlalu jauh berbeda dengan saluran pemasaran pertama. Semakin tinggi biaya pemasaran semakin tinggi marjin pemasaran atau selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga jual pengusaha semakin tinggi juga. Tabel 16. Price spread dan share margin saluran II No Komponen Biaya Price Spread RpKg Share Margin 1 Harga Jual Pengusaha 5,500 90.14 2 Biaya Pemasaran Transportasi 70 1.14 Upah muat+bongkar 67 1.09 Retribusi 5 0.08 Marketing Lost 0.8 46 0.75 Total Biaya 188 3.08 3 Profit margin Pedagang Pengumpul Desa 187 3.06 4 Profit Margin Pedagang Pengumpul Luar Kota 226 3.7 6 Harga Beli Konsumen 6,101 100.00 Sumber: Data primer diolah, 2010 Dari tabel dapat dilihat bahwa share margin tertinggi terdapat pada harga jual pengusaha sebesar 90.14 dan share margin terendah sebesar 3,06 terdapat pada tingkat pedagang pengumpul desa. Share margin tertinggi dan terendah di saluran pertama dan kedua sama disebabkan harga jual pengusaha dan harga beli konsumen yang sama. Universitas Sumatera Utara Tabel 17. Rekapitulasi share margin setiap saluran pemasaran No Uraian Saluran Pemasaran I II 1 Share margin Pengusaha 91.3 90.14 2 Share margin Pedagang Pengumpul Desa 2.27 3.06 3 Share margin Pedagang Pengumpul Kota 4.21 - 4 Share margin Pedagang Pengumpul Luar Kota - 3.7 Sumber: Data primer diolah, 2010 Efisiensi Pemasaran Pada umumnya suatu sistem pemasaran produk dapat dikatakan efisien bila share margin pengusaha lebih besar dari 50. Berdasarkan kriteria tersebut di atas, sistem pemasaran kelapa di daerah penelitian sudah efisien, hal ini dapt dilihat pada pada price spread dan share margin masing-masing saluran. Namun demikian, kriteria tersebut belum dapat digunakan secara mutlak untuk menentukan tingkat efisiensi pemasaran. Ada beberapa kriteria tambahan yang harus digunakan untuk menetukan tingkat efisiensi pemasaran, salah satunya dengan Ep. Pada tabel berikut ini dapat dilihat tingkat efisiensi setiap saluran pemasaran kelapa di daerah penelitian. Tabel 18. Nilai Ep pada setiap saluran pemasaran Jenis Saluran Pemasaran Ep I 8,78 II 10,01 Sumber: Data primer diolah, Lampiran 9 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa angka efisiensi pemasaran tertinggi terdapat pada saluran II sebesar 10,01, sedangkan terendah pada saluran I sebesar 8,78. Menurut Soekartawi, bahwa saluran pemasaran yang memiliki angka efisiensi pemasaran semakin kecil maka semakin efisien pemasaran tersebut. Dari saluran pemasaran opak yang terdapat di Desa Tuntungan I dapat diketahui bahwa saluran pemasaran yang efisien adalah saluran pemasaran I sebesar 8,78. Dilihat secara umum saluran pemasaran II tidak efisien karena Universitas Sumatera Utara nilai efisiensi pemasaran untuk saluran II sama dengan 10,01 dan juga besarnya biaya pemasaran pada salauran tersebut yang dipengaruhi jauhnya pemasaran yang harus dilalui dari pengusaha hingga ke tangan konsumen, karena fungsi pemasaran yang dilakukan juga akan bertambah. Tingginya biaya pemasaran pada kedua karena besarnya biaya transportasi di tingkat pedagang pengumpul desa pada saat mengumpulkan opak dari masing- masing pengusaha. Dan juga buruknya prasarana jalan, sangat menghambat kelancaran pemasaran opak di daerah penelitian yang membuat bertambahnya marketing lost produk karena buruknya prasarana jalan aspal di daerah penelitian. Efisiensi pemasaran dapat ditingkatkan dengan cara memperkecil biaya pemasaran dan hal ini akan terjadi bila para pelaku pasar dapat mengorganisir biaya pemasaran dengan baik. Jika biaya pemasaran dapat ditekan tentunya profit yang di dapat juga semakin besar sehingga tingkat efisiensi pemasaran akan bertambah dan keuntungan juga dapat terbagi merata antar pelaku pasar. Channel of marketing yang harus dilalui saluran kedua lebih banyak dari saluran pemasaran pertama yang menyebabkan bertambahnya fungsi pemasaran yang harus dilakukan dan semakin besar biaya pemasaran yang ditanggung pada saluran ini. Saluran Pemasaran Tapioka Dari hasil penelitian dapat digambarkan dengan ringkas skema saluran pemasaran tapioka di daerah penelitian. Saluran pemasaran tapioka di daerah penelitian melibatkan beberapa lembaga pemasaran. Penelusuran yang dilakukan mulai dari pengusaha industry tapioka dan menemukan beberapa lembaga Universitas Sumatera Utara pemasaran seperti pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kota dan pedagang pengumpul luar kota. Gambar 6. Skema Saluran Pemasaran Tepung Tapioka Dari skema di atas diketahui bahwa terdapat dua saluran pemasaran Tepung Tapioka di Kecamatan Sei Rampah. Untuk lebih rinci, saluran pemasaran dapat dilihat pada bahasan berikut : 1. Saluran Pemasaran Pertama I : Gambar 7. Skema saluran pemasaran I Saluran pemasaran pertama berawal dari Pedagang Pengumpul Desa membeli tepung tapioka dari pengusaha dengan volume penjualan 18.5 ton 100 dengan harga Rp 4500kg. Selanjutnya volume penjualan yang disalurkan kepada pedagang pengumpul desa kemudian akan lanjutkan ke pedagang 18,5 ton 100 4500kg 6.5 ton 35.13 5000kg PENGUSAHA PPD PPK PPLK Industri Pengolahan Siantar Konsumen Industri Pengolahan Binjai Konsumen Industri Pengolahan MedanKonsumen 12 ton 64.86 5500kg 6.5 ton 100 6000kg 6 ton 50 6000kg 6 ton 50 6000kg Binjai Medan Saluran I Saluran II PENGUSAHA PPD PPK 18,5 ton 100 4500kg 12 ton 64.86 5500kg 6 ton 50 6000kg 6 ton 50 6000kg Universitas Sumatera Utara pengumpul kota dengan volume penjualan 12 ton 64,86 dengan harga Rp 5500kg. Selanjutnya akan dilanjutkan kepada konsumen yang berada di Medan dengan volume penjualan sebesar 6 ton 50 dengan harga Rp.6000kg, di Binjai dengan volume penjualan sebesar 6 ton 50 dengan harga Rp.6000kg. Konsumen dalam pemasaran tepung tapioka adalah Industri – industri pengolahan seperti industri permen, mie, makanan ringan lain. Lalu dari Industri pengolahan tersebut memasarkan sendiri produk – produk jadi mereka. Para konsumen tersebut membeli langsung dari Agen yang memasok bahan baku tepung tapioka mereka. Mereka memasarkan langsung atau menjual ke toko-toko tempat oleh-oleh untuk bisa langsung dibeli oleh konsumen. Konsumen tersebut menjual dengan harga yang bervariasi sesuai dengan produk akhir dari tepung tapioka yang sudah diolah tersebut. Melihat dari gambar diatas dapat diambil kesimpulan bahwa saluran pemasaran tepung tapioka di Kecamatan Sei Rampah ini juga termasuk pendek atau sederhana. Karena di daerah penelitian tersebut hanya ada satu lembaga yang berperan yaitu Pedagang Pengumpul Desa yang memegang peranan utama dalam pengumpulan tepung tapioka dari para pengusaha. 2. Saluran Pemasaran Kedua II : Gambar 8. Skema saluran pemasaran II Saluran pemasaran pertama berawal dari Pedagang Pengumpul Desa yang langsung membeli tepung tapioka dari pengusaha dengan volume pembelian 18,5 ton 100 dengan harga Rp 4500kg. Selanjutnya disalurkan kepada PPD Pengusaha PPLK 6.5 ton 35.13 5000kg 18,5 ton 100 4500kg Industri Pengolahan Siantar Konsumen 6.5 ton 100 6000kg Universitas Sumatera Utara Pedagang Pengumpul Luar Kota dengan volume penjualan sebesar 6.5 ton 35,13 dengan harga Rp 5000kg selanjutnya akan disalurkan kepada industri pengolahan yang ada di Siantar dengan volume penjualan sebesar 6.5 ton 100 dengan harga Rp 6000kg, konsumen yang di maksud adalah industri pengolahan yang berskala besar. Industri pengolahan ini mengolah lagi tepung tapioka yang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan permen dan mie basah. Industri Pengolahan tersebut memasarkan produk olahan yang sudah jadi tersebut biasanya membuka toko sendiri dan ada juga yang mendistribusikan ke toko-toko lain yang ada di Siantar. Biaya Pemasaran, Profit Margin, Price Spread dan Share Margin yang Dikeluarkan oleh Setiap Lembaga Pemasaran Tepung Tapioka Untuk menganalisa efisiensi pemasaran tepung tapioka perlu dihitung biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang berperan dalam proses pemasaran. Dalam proses pemasaran tepung tapioka, pengusaha tepung tapioka tidak menangung biaya pemasaran, karena pada umumnya para pedagang yaitu pedagang pengumpul desa langsung mendatangi pengusaha untuk membeli langsung tepung tapioka dan menangung semua biaya seperti pengangkutan, upah muat + bongkar, retribusi dan marketing lost. Saluran pemasaran I Tabel 19. Biaya pemasaran dan profit margin pemasaran saluran I No Uraian RpKg 1 Harga Jual Pengusaha 4,500 2 Harga Beli Pedagang Pengumpul Desa 4,500 Transportasi 25 Upah muat + bongkar 17 Retribusi 4 Total Biaya Pemasaran 46 Profit Margin 1004 Universitas Sumatera Utara Marjin pemasaran 1050 3 Harga Beli Pedagang Pengumpul Kota 5,500 Transportasi 4 Merketing Lost 0,8 44 Total Biaya Pemasaran 48 Profit Margin 452 Marjin pemasaran 500 4 Harga Beli Konsumen 6050 Sumber: Data primer diolah, Lampiran 6 Biaya pemasaran tertinggi terdapat pada tingkat Pedagang Pengumpul Kota yaitu sebesar Rp 48 kg dan biaya pemasaran terendah terdapat pada tingkat Pedagang Pengumpul Desa sebesar Rp 46 kg. Tingginya biaya pemasaran pada tingkat Pedagang Pengumpul Kota disebabkan karena Pedagang PengumpulKota menjual tepung tapioka ke Medan dimana biaya pemasaran terbesar di marketing lost, hal ini disebabkan kemungkinan ada tepung yang kurang bagus selama dalam perjalanan. Biaya pemasaran di tingkat Pedagang Pengumpul Desa terendah karena Pedagang Pengumpul Desa hanya menjual dari Pengusaha Desa yang hanya di kenakan biaya transportasi dan upah muat. Profit margin tertinggi terdapat di tingkat pedagang pengumpul desa sebesar Rp 1004kg dan profit margin terendah di tingkat pedagang pengumpul kota sebesar Rp 452kg. Marjin pemasaran yang tinggi terdapat pada tingkat pedagang pengumpul desa sebesar Rp 1004kg dan marjin pemasaran terendah pada tingkat pedagang pengumpul kota sebesar Rp 500kg. Marketing lost yang merupakan penurunan nilai kuantitatif atau nilai kualitatif barang dalam perhitungan biaya pemasaran tepung tapioka ini diambil marketing lost sebesar nol koma delapan persen yang diperoleh dengan perkalian harga beli beli per kg tepung tapioka . Universitas Sumatera Utara Tabel 20. Price spread dan share margin saluran I No Komponen Biaya Price spread Rpkg Share Margin 1 Harga Jual Pengusaha 4,500 74.4 2 Biaya Pemasaran Transportasi 29 0.48 Upah muat+bongkar 17 0.29 Retribusi 4 0.06 Marketing Lost 0,8 44 0.72 Total Biaya 94 1.55 3 Profit Margin Pedagang Pengumpul Desa 1004 16.56 4 Profit Margin Pedagang Pengumpul Kota 452 7.47 5 Harga Beli Konsumen 6,050 100.00 Sumber: Data primer diolah, 2009 Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa share margin tertinggi terdapat pada harga jual pengusaha sebesar 74.4 dan share margin terendah terdapat pada pada tingkat pedagang pengumpul kota sebesar 7.47. Share margin harga jual pengusaha sebesar 74.4, dari angka tersebut seakan-akan penerimaan pengusaha cukup besar padahal pengusaha harus mengeluarkan biaya produksi dan biaya pengolahan pasca panen.

c. Saluran pemasaran II Tabel 21. Biaya pemasaran dan profit margin pemasaran saluran II