Data pada Tabel 4.1 juga memperlihatkan bahwa Collembola permukaan
tanah yang paling banyak ditemukan pada kedua lokasi adalah dari famili Entomobryidae yang terdiri dari 9 spesies. Lebih banyaknya Collembola
permukaan tanah dari famili ini disebabkan karena Entomobryidae merupakan kelompok Collembola permukaan tanah yang memiliki jumlah spesies yang
paling banyak dengan penyebaran yang sangat luas. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Kanal 2004 dan Hadley 2007 bahwa Entomobryidae dikenal sebagai
jenis Collembola yang banyak ditemukan pada permukaan tanah, maupun pada lapisan serasah dengan populasi yang tinggi sehingga berperan sebagai
dekomposer yang efektif.
4.2 Kepadatan dan Kepadatan Relatif Collembola Permukaan Tanah
Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, didapatkan Kepadatan dan
Kepadatan Relatif Collembola permukaan tanah seperti yang terlihat pada Tabel 4.2
berikut:
Tabel 4.2 Nilai Kepadatan Individum
2
dan Kepadatan Relatif Collembola Permukaan Tanah Pada Setiap Lokasi Penelitian
No Spesies
Lokasi I Lokasi II
K Indm
2
KR K Indm
2
KR
1. Ascocyrtus sp.
13,933 11,475
- -
2. Entomobrya sp. 1
13,933 11,475
13,933 12,727
3. Entomobrya sp. 2
9,952 8,197
17,914 16,364
4. Entomobrya sp. 3
11,943 9,836
- -
5. Entomobrya sp. 4
- -
15,924 14,545
6. Homidia sp.
9,952 8,197
15,924 14,545
7 Lepidosira sp.
13,933 11,475
- -
8. Lepidonella sp.
9,952 8,197
15,924 14,545
9. Pseudosinella sp.
- -
17,914 16,364
10. Ptenothrix sp. 13,933
11,475 -
- 11. Sphyrotheca sp.
11,943 9,836
11,943 10,909
12. Tomocerus sp. 11,943
9,836 -
-
Jumlah 121,417
100,000 109,475
100,000
Keterangan: Lokasi I= Hutan Sekunder, Lokasi II= Agroforestri, K= Kepadatan, KR=Kepadatan Relatif.
Pada Tabel 4.2 memperlihatkan nilai kepadatan total tertinggi didapatkan pada
hutan sekunder dengan nilai 121,417 individum
2
, dan kepadatan total terendah pada agroforestri kopi, yaitu 109,475 individum
2
. Tingginya nilai kepadatan total Collembola permukaan tanah yang terdapat pada hutan sekunder dan jumlah
Universitas Sumatera Utara
spesies yang ditemukan juga tinggi ini berkaitan dengan faktor fisik-kimia tanah pada hutan sekunder yang mendukung bagi kelangsungan hidup Collembola
permukan tanah, diantaranya adalah kelembaban tanah 50,20, kadar air tanah
34, CN 8,59, P-tersedia 23,04 ppm dan C-organik 4,81 Lampiran 4
. Kadar air tanah memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi Collembola permukaan tanah karena kadar air ini juga menentukan kelembaban dan suhu
tanah. Air sangat besar peranannya dalam hubungannya dengan kation-kation dalam tanah, dekomposisi bahan organik dan kehidupan organisme tanah
diantaranya Collembola permukaan tanah Suin 2006. Selanjutnya dijelaskan bahwa pada tanah yang kadar airnya rendah, kepadatan makrofauna tanahnya juga
rendah begitu juga sebaliknya. Kadar C-organik tanah juga memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap keberadaan dan kehadiran fauna tanah yang termasuk di dalamnya adalah Collembola. Faktor makanan merupakan faktor yang penting dalam
menentukan bertambah atau berkurangnya jumlah individu makrofauna tanah. Bahan organik tanaman merupakan sumber energi utama bagi kehidupan biota
tanah, khususnya makrofauna tanah Suin 1997. Sehingga jenis komposisi bahan organik tanaman menentukan kepadatannya Hakim at al. 1986. Selanjutnya
Sugiyarto et al. 2007 juga menjelaskan semakin banyak bahan organik yang tersedia maka jumlah individu Collembola permukaan tanah juga akan semakin
bertambah. Nilai kepadatan K dan Kepadatan Relatif KR masing-masing spesies
Collembola permukaan tanah yang didapatkan juga menunjukkan hasil yang berbeda-beda pada tiap lokasi. Nilai Kepadatan spesies tertinggi pada hutan
sekunder didapatkan pada Ascocyrtus sp., Entomobrya sp.1 dan Lepidosira sp. dengan nilai K 13,933 individu m
2
dan nilai KR tertinggi adalah Ascocyrtus sp., Entomobrya sp.2, Lepidosira sp. dan Ptenothrix sp. dengan nilai KR 11,475 .
Sedangkan pada agroforestri kopi nilai K spesies tertinggi adalah Entomobrya sp.2, Pseudosinella sp. dengan nilai K 17,914 individu m
2
dan nilai KR tertinggi yaitu Entomobrya sp.2 dan Pseudosinella sp. dengan nilai KR 16,364
. Nilai Kepadatan spesies terendah pada hutan sekunder yaitu Entomobrya sp.2, Homidia sp. dan Lepidonella sp. dengan nilai K 9,952 individum
2
dan nilai KR
Universitas Sumatera Utara
8,197 . Sedangkan pada agroforestri kopi nilai K terendah adalah Sphyrotheca sp. dengan nilai K 11,943 individum
2
dan nilai KR 10,909 . Hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa tinggi rendahnya nilai Kepadatan
total dan Kepadatan Relatif pada kedua lokasi ini disebabkan karena Collembola permukaan tanah yang ditemukan memiliki kisaran toleransi dan daya dukung
yang berbeda-beda terhadap berbagai faktor fisik-kimia lingkungan sehingga terdapat beberapa spesies yang ditemukan pada hutan sekunder tetapi tidak
ditemukan pada agroforestri kopi begitu juga sebaliknya. Sukarsono 2009 menyatakan bahwa jenis-jenis fauna tanah yang kisaran toleransinya bersifat luas
terhadap banyak faktor lingkungan tertentu misalnya suhu, kelembaban dan habitat maka akan memiliki sebaran yang luas dan jumlah yang banyak
dibandingkan dengan fauna tanah yang kisaran toleransinya bersifat sempit atau toleran terhadap beberapa faktor lingkungan saja.
Pasokan makanan sebagai sumber energi juga turut mempengaruhi keberadaan dan kepadatan fauna tanah. Pada kedua lokasi ini diduga pasokan
makanan yang tersedia terdapat perbedaan sehingga kepadatan fauna tanah yang didapatkan juga berbeda. Suin 2006 menyatakan bahwa semua fauna tanah
bergantung pada material organik tanah sebagai penyedia energi bagi kehidupannya. Handayanto Hairiyah 2009 menambahkan masing-masing
fauna tanah memiliki ketergantungan yang berbeda terhadap lingkungan tanah dalam hal pasokan energi dan nutrisi untuk pertumbuhannya. Sebagian besar
fauna tanah mendapatkan energi dan nutrisi langsung dari tanah, baik dari bahan mineral, bahan organik atau dari biomassa hidup dalam tanah.
4.3. Frekuensi Kehadiran Konstanta Collembola Permukaan Tanah