Alat dan Bahan Kepadatan Populasi K Kepadatan Relatif KR Frekuensi Kehadiran FK Indikator Biotik Komposisi Komunitas

3.3. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS Global Position System, kamera digital, soil tester, soil thermometer, cangkul, parang, pacak, ember plastik diameter permukaan ± 16 cm, botol film, karet gelang, terpal, kantong plastik, kertas grafik dilaminating, meteran, pensil, buku catatan, karung goni, pinset. Sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 70 dan detergen.

3.4. Metode Penelitian

Penentuan lokasi plot sampling dilakukan dengan menggunakan metoda Purposive Random Smpling pada dua lahan yang berbeda yaitu lahan Hutan Sekunder dan Lahan Agroforestri Kopi di Desa Kutagugung, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo. Selanjutnya pengambilan sampel Collembola dilakukan dengan metode Pit Fall Trap Suin, 2002. 3.5.Cara Kerja 3.5.1. Pengambilan Sampel Collembola 3.5.1.1. Metode Pit Fall Trap Pengambilan sampel Collembola diambil pada dua lokasi yaitu hutan sekunder dan agroforesti kopi dengan menggunakan metode Pit Fall Trap, yaitu pada masing-masing titik sampling ditentukan, ditempatkan dan ditanam perangkap. Perangkap yang digunakan berupa ember plastik diameter permukaan ± 16 cm, dasar 4,5 cm dan tinggi 15 cm sebanyak 25 ember, pada areal hutan sekunder dan areal agroforestri kopi. Kemudian perangkap diisi alkohol 70 sebanyak ± 400 ml dan ditambahkan detergen. Perangkap dipasang di permukaan tanah yang telah dilubangi sesuai ukuran ember plastik tersebut. Permukaan tanah yang berada di dekat bibir ember plastik tersebut diratakan. Di atas perangkap dipasang atap atau terpal plastik dengan tinggi kira-kira 25 sampai dengan 30 cm agar air hujan tidak masuk ke dalam ember plastik tersebut. Jarak antara Pit Fall Trap yang satu dengan yang lain paling dekat 10 m. Kemudian Pit Fall Trap dibiarkan selama 48 jam, yaitu dipasang pada pukul 08.00 WIB, dan diambil dua hari berikutnya pada pukul 08.00 WIB. Hewan yang terperangkap dipindahkan ke dalam botol sampel dengan alkoholnya. Selanjutnya botol sampel tersebut dibawa ke laboratorium Sistematika Hewan, Departemen Biologi FMIPA untuk diidentifikasi lebih lanjut. Universitas Sumatera Utara

3.5.2. Identifikasi Spesies CollembolaTanah

Sampel Collembola permukaan tanah dibawa dari lapangan dikelompokkan sesuai dengan kesamaan ciri-ciri morfologinya kemudian diawetkan dalam alkohol 70. Selanjutnya proses determinasi dan identifikasi dilakukan dengan memperhatikan bentuk luar tubuhnya morfologi dengan bantuan Loup dan Mikroskop Stereo serta menggunakan beberapa buku acuan sebagai berikut: Stepenson 1923, Dindal 1990, Borror 1992, Gibb Oseto 2006, Suin 2006, Nardi 2007, Fayle Hashimoto 2011, Suhardjono et al. 2012. 3.6. Pengukuran Sifat Fisik dan Kimia Tanah 3.6.1. pH, Kelembaban Tanah dan Suhu Tanah Pengukuran pH, kelembaban tanah dan suhu tanah dilakukan dilapangan dengan menggunakan alat seperti yang terlihat pada Tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1. Alat Yang Digunakan Untuk Mengukur pH, Kelembaban Tanah dan Suhu Tanah Parameter Satuan Alat yang digunakan - pH - Soil Tester - Kelembaban Tanah Soil Tester - Suhu Tanah °C Soil Thermometer 3.6.2.Kadar Air Tanah Pengukuran kadar air tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Dasar dan Umum LIDA USU. Tanah diambil dari lapangan mewakili tiap titik lalu dikompositkan serta dibersihkan dari sisa tumbuhan dan fauna yang masih ada lalu kemudian diaduk-aduk sampai rata dan diambil 20 gram untuk dianalisis. Selanjutnya sampel tanah ini dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 2 jam sehingga beratnya konstan dan ditentukan kadar air tanahnya dengan rumus berdasarkan Standard Nasional Indonesia SNI sebagai berikut: A – B Kadar air tanah = x 100 A Keterangan: A= Berat contoh semula gram B= Berat contoh kering oven gram Universitas Sumatera Utara

3.6.3. Kadar N, P, K dan C-organik

Pengukuran kadar N, P, K, dan C-organik dilakukan di Laboratorium Riset Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Tanah yang telah dikompositkan lalu dibersihkan dari tumbuhan dan fauna yang masih ada. Kemudian diambil sebagian untuk dianalisis dengan metode berikut: Tabel 3.2. Metode Pengukuran Kadar N, P, K dan C-Organik Parameter Satuan Metode - N total - P- tersedia - K - C-Organik Ppm me100 g Kjeldhal Bray II Ekstraksi NH 4 OAC pH 7 Walkley Balck 3.7 Analisis Data Jenis Collembola tanah dan jumlah individu masing-masing jenis yang didapatkan dihitung nilai: Kepadatan Populasi K, Kepadatan Relatif KR, Frekuensi Kehadiran FK untuk mengetahui keanekaragaman Collembola tanahnya dengan menggunakan rumus menurut Suin 2002 sebagai berikut:

a. Kepadatan Populasi K

Jumlah individu suatu jenis K = Jumlah plot x Luas Plot

b. Kepadatan Relatif KR

Kepadatan suatu jenis KR = X 100 Jumlah kepadatan semua jenis

c. Frekuensi Kehadiran FK

Jumlah plot yang ditempati suatu jenis FK = X 100 Jumlah total plot Suin 2002, menerangkan nilai FK berdasarkan konstansinya sebagai berikut: Nilai FK: 0-25 = Konstansinya Aksidental sangat jarang Nilai FK: 25-50 = Konstansinya Assesori jarang Nilai FK: 50-75 = Konstansinya Konstan sering Nilai FK: 75 = Konstansinya Absolut sangat sering Universitas Sumatera Utara

d. Indikator Biotik

Indikator biotik ditentukan terhadap Collembola tanah yang memiliki nilai KR10 dan FK 25 yang menunjukkan bahwa Collembola tanah ini karakteristik di dapat di areal tersebut, karena dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik Suin, 2002.

e. Komposisi Komunitas

Komposisi komunitas ditentukan dengan cara mengurutkan nilai kepadatan relatif tertinggi hingga yang terendah. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis Collembola Permukaan Tanah Yang Ditemukan Pada Lokasi Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada Hutan Sekunder dan lahan Agroforestri Kopi di Desa Kutagugung, Kecamatan Namanteran, Kabupaten Karo, ditemukan barbagai spesies Collembola permukaan tanah seperti yang tercantum pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Collembola Permukaan Tanah yang ditemukan pada Dua Lokasi Penelitian Kelas Ordo Famili Spesies Lokasi I II Collembola Entomobryomorpha Entomobryidae Ascocyrtus sp. + - Entomobrya sp. 1 + + Entomobrya sp. 2 + + Entomobrya sp. 3 + - Entomobrya sp. 4 - + Homidia sp. + + Lepidosira sp. + - Pseudosinella sp. - + Tomoceridae Tomocerus sp. + - Symphypleona Paronellidae Lepidonella sp. + + Dicyrtomidae Ptenothrix sp. + - Sminthuridae Sphyrotheca sp. + + 10 8 Keterangan : Lokasi I: Hutan Sekunder, Lokasi II: Agroforestri, +: Ditemukan, -: Tidak ditemukan Pada Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa Collembola permukaan tanah yang ditemukan pada kedua lokasi terdiri dari 2 ordo, 5 famili dan 12 spesies. Collembola permukaan tanah yang paling banyak ditemukan adalah pada hutan sekunder yaitu 10 spesies dan 5 spesies tidak ditemukan pada agroforestri kopi yaitu Ascocyrtus sp., Entomobrya sp.3, Lepidosira sp., Tomocerus sp., Ptenothrix sp. Sedangkan pada agroforestri kopi ditemukan sebanyak 8 spesies dan 2 spesies tidak ditemukan pada hutan sekunder yaitu Entomobrya sp.4 dan Pseudosinella sp. Lebih sedikitnya spesies yang ditemukan pada agroforestri kopi disebabkan pada lokasi ini sudah ada campur tangan manusia berupa alih guna lahan hutan Universitas Sumatera Utara