miselium, spora, bagian bangkai hewan, mayat atau kotoran dan bahan lain yang sudah terfermentasi di dalam saluran pencernaannya Suhardjono, 1992.
Sebagai pemakan jamur ternyata Collembola juga dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan penyakit tanaman pertanian akibat serangan jamur.
Keberadaannya di lahan pertanian dapat menekan serangan patogen tersebut Sabatini Innocetti 2000. Selanjutnya Suhardjono et al., 2012 menjelaskan
bahwa Collembola telah dikenal dapat dimanfaatkan sebagai indikator hayati tingkat kesuburan atau keadaan tanah. Peran ini sudah banyak dibahas
dimanfaatkan di kawasan Eropa dan Amerika, tetapi belum banyak diketahui di Indonesia. Hal itu dimungkinkan karena beberapa jenis Collembola tertentu peka
terhadap unsur atau senyawa kimia tertentu di dalam tanah. Collembola juga dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator adanya ion-ion
racun dan logam berat. Ion racun dan logam berat yang terperangkap tidak berpengaruh terhadap Collembola sendiri, karena akan hilang bersama dengan
proses pergantian kulit. Oleh karena itu, Collembola tanah diharapkan jasanya sebagai penunjuk adanya pencemaran tanah oleh racun atau logam berat yang
terdapat di dalam tubuh Collembola. Pemeriksaan kandungan logam berat dan ion racun ini pernah dilakukan di Belanda dan Amerika. Pemanfaatan jasa Collembola
sebagai bioindikator ini sangat dimungkinkan di Indonesia Suhardjono, 1992.
2.5. Faktor yang Mempengaruhi Collembola
Kehidupan fauna tanah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan biotik dan abiotik. Faktor lingkungan biotik adalah adanya organisme lain yang berada di
habitat yang sama, seperti mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan golongan fauna lainnya Suin, 2006.
Faktor abiotik dapat berupa faktor fisik dan kimia seperti pH, suhu, kelembaban, keberadaan zat pencemar di dalam tanah, kedalaman tanah, serta
iklim atau musim. Suhu dan penguapan dapat mempengaruhi komunitas Collembola. Selain faktor fisik dan kimia, faktor biotik juga berpengaruh terhadap
keberadaan Collembola. Vegetasi penutup merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan karena dapat mempengaruhi sifat keadaan tanah. Keanekaragaman
vegetasi mempengaruhi keanekaragaman Collembola Rahmadi et al., 2004.
Universitas Sumatera Utara
Curah hujan dapat berpengaruh tidak langsung terhadap sintasan Collembola. Tingkat kematian akan lebih tinggi pada musim kering, karena
mereka tidak tahan terhadap kekeringan. Mereka peka terhadap perubahan kelembaban tanah baik yang terjadi di atas permukaan maupun di dalam tanah
sendiri. Perubahan kelembaban sangat berkaitan dengan perubahan suhu di lingkungan tanah dan sekitarnya. Manakala terjadi perubahan suhu dan atau
kelembaban di sekitar tempat hidupnya, mereka berusaha mempertahankan diri dengan berpindah tempat ke lapisan tanah lebih dalam untuk mencapai
perlindungan. Hal yang sama juga terjadi pada kelompok yang hidup di tajuk atau di sela-sela lumut pohon, mereka mencari tempat persembunyian yang lebih
terlindung dari perubahan suhu dan kelembaban Suhardjono et al., 2012.
2.6. Habitat Collembola Berdasarkan habitatnya, fauna tanah ada yang digolongkan sebagai epigeon,
hemiedafon dan euedafon. Hewan epigeon hidup pada lapisan tumbuh- tumbuhan di permukaan tanah, hemiedafon pada lapisan organik tanah dan
euedafon hidup pada tanah lapisan mineral Suin, 2006.
Collembola dapat ditemukan di berbagai macam habitat dari tepi laut atau pantai sampai pegunungan tinggi yang bersalju sekalipun. Setiap macam habitat
mempunyai komposisi keanekaragaman Collembola yang berbeda. Namun, sebagian besar mereka hidup pada habitat yang berkaitan dengan tanah, seperti di
dalam tanah, permukaan tanah, serasah yang membusuk, kotoran binatang, sarang binatang dan liang-liang. Habitat yang lain adalah vegetasi di atas permukaan
tanah terutama yang lembab dan hangat. Dalam hal ini Collembola dapat dijumpai di antara lembar-lembar lumut, dedaunan, atau ranting-ranting perdu dan serasah
yang tertampung pada rumpun paku-pakuan yang menempel di batang pohon Suhardjono et al., 2012.
2.7. Hutan