Landasan Teori Alih Fungsi Lahan

waktu yang relatif pendek cenderung berkonversi pula dengan luas yang cenderung meningkat. Secara empiris progresifitas konversi lahan dengan pola sistematis cenderung lebih tinggi daripada pola yang sporadis Direktorat Pangan dan Pertanian, 2006. Sumaryanto dan Tahlim 2005 dalam Puspasari 2012 mengungkapkan bahwa dampak negatif dari konversi lahan sawah adalah degradasi daya dukung ketahanan pangan nasional, pendapatan pertanian menurun, dan meningkatnya kemiskinan masyarakat lokal. Selain itu dampak lainnya adalah rusaknya ekosistem sawah, serta adanya perubahan budaya dari agraris ke budaya urban sehingga menyebabkan terjadinya kriminalitas. Kini ancaman penurunan produksi padi di Indonesia semakin serius karena petani mulai meninggalkan tanaman kebutuhan pokok itu. Mereka beralih ke tanaman perkebunan, kelapa, dan kelapa sawit. Keinginan petani mengkonversi lahannya dari sawah menjadi lahan perkebunan, khususnya kelapa dan kelapa sawit, sulit dibendung karena lebih menjanjikan pendapatan yang lebih tinggi Hadi, 2004.

2.2 Landasan Teori Alih Fungsi Lahan

Manfaat lahan pertanian dapat dibagi menjadi dua kategori. Pertama, use values atau nilai penggunaan dapat pula disebut sebagai personal use values. Manfaat ini dihasilkan dari hasil eksploitasi atau kegiatan usahatani yang dilakukan pada sumber daya lahan pertanian. Kedua, non use values dapat pula disebut sebagai intrinsic va lues atau manfaat bawaan. Berbagai manfaat yang tercipta dengan Universitas Sumatera Utara sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan dari kegiatan eksploitasi dari pemilik lahan pertanian termasuk dalam kategori ini Sumaryanto dan Tahlim 2005 dalam Puspasari 2012. Fungsi lahan bagi masyarakat sebagai tempat tinggal dan sumber mata pencaharian. Bagi petani, lahan merupakan sumber memproduksi makanan dan keberlangsungan hidup. Bagi pihak swasta, lahan adalah aset untuk mengakumulasikan modal. Bagi pemerintah, lahan merupakan kedaulatan suatu negara dan untuk kesejahteraan rakyatnya. Adanya banyak kepentingan yang saling terkait dalam penggunaan lahan, hal ini mengakibatkan terjadinya tumpang tindih kepentingan antar aktor yaitu petani, pihak swasta, dan pemerintah dalam memanfaatkan lahan Puspasari, 2012. Banyaknya sawah yang dikonversi menjadi pabrik atau perumahan dan prasarana jalan menyebabkan kesempatan kerja di sawah berkurang. Ditambah lagi dengan digunakannya alat-alat pertanian yang efektif menyebabkan pengangguran di desa meningkat. Fenomena tersebut telah menciptakan pengurangan kebutuhan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian. Apalagi menyusutnya luas baku sawah telah berdampak menurunnya kebutuhan tenaga kerja di sawah. Akan tetapi, dengan mengecilnya satuan luas usaha tani, para petani justru mengurangi produktivitas kerja mereka Adiratma, 2004. Adiratma 2004 menambahkan aspek sosial lainnya yang diakibatkan pleh tingginya konversi lahan sawah adalah beralihnya kepemilikan sawah. Meskipun sebagian masih tetap berfungsi sebagai sawah, kepemilikannya beralih dari petani Universitas Sumatera Utara di desa ke orang-orang kaya di kota. Akibat lainnya terhadap petani adalah beralihnya status. Bila tetap ingin menjadi petani, mereka beralih status dari petani pemilik penggarap menjadi petani penyakap. Luas garapannya pun menyusut. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah Faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi atau konversi lahan sawah ke penggunaan non pertanian dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah di tingkat wilayah yaitu faktor yang tidak langsung mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan konversi dan faktor- faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah di tingkat petani yaitu faktor yang langsung mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan alih fungsi Pakpahan 1993 dalam Puspasari 2012. Selanjutnya Pakpahan 1993 membagi faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah di tingkat wilayah yakni: 1. Faktor tidak langsung antara lain perubahan struktur ekonomi, pertumbuhan penduduk, arus urbanisasi dan konsistensi implementasi rencana tata ruang. 2. Secara langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan pembangunan sarana transportasi, pertumbuhan kebutuhan lahan untuk industri, pertumbuhan sarana pemukiman dan sebaran lahan sawah. Faktor langsung dipengaruhi oleh faktor tidak langsung, seperti pertumbuhan penduduk akan menyebabkan pertumbuhan pemukiman, perubahan struktur ekonomi ke arah industri dan jasa akan meningkatkan kebutuhan pembangunan sarana transportasi dan lahan untuk industri, serta peningkatan arus urbanisasi akan meningkatkan tekanan penduduk atas lahan di pinggiran kota. Universitas Sumatera Utara Sumaryanto dan Tahlim 2005 dalam Puspasari 2012 mengungkapkan bahwa pola konversi lahan dapat ditinjau dalam beberapa aspek: 1. Alih fungsi secara langsung oleh pemilik lahan yang bersangkutan. Lazimnya motif tindakan ada 3: a untuk pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal, b dalam rangka meningkatkan pendapatan melalui alih usaha, c kombinasi dari a dan b seperti pembangunan rumah sekaligus dijadikan tempat usaha. Pola alih fungsi lahan ini terjadi disembarang tempat, kecil-kecil, dan tersebar. Dampak alih fungsi lahan dengan pola ini terhadap eksistensi lahan sawah sekitarnya baru significant untuk jangka waktu lama. 2. Alih fungsi yang diawali dengan alih penguasaan lahan. Pemilik menjual kepada pihak lain yang akan memanfaatkannya untuk usaha nonpertanian atau kepada makelar. Secara empiris, alih fungsi lahan melalui cara ini terjadi dalam hamparan yang luas, terkonsentrasi, dan umumnya berkorelasi positif dengan proses urbanisasi pengotaan. Dampak alih fungsi lahan terhadap eksistensi lahan sawah sekitarnya berlangsung cepat dan nyata. Alih fungsi lahan dapat bersifat permanen dan juga dapat bersifat sementara. Jika lahan sawah beririgasi teknis berubah menjadi kawasan pemukiman atau industri, maka alih fungsi lahan bersifat permanen. Akan tetapi, jika sawah tersebut berubah menjadi perkebunan tebu, maka alih fungsi lahan tersebut bersifat sementara, karena pada tahun-tahun berikutnya dapat dijadikan sawah kembali. Alih fungsi lahan permanen biasanya lebih besar dampaknya dari pada alih fungsi lahan sementara Utomo 1992 dalam Puspasari 2012. Universitas Sumatera Utara Faktor yang berpengaruh terhadap proses alih fungsi lahan pertanian sawah, yaitu 1 Faktor eksternal adalah faktor-faktor dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi yang mendorong alih fungsi lahan sawah ke penggunaan non pertanian, 2 Faktor-faktor Internal adalah kondisi sosial ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan yang mendorong lepaskan kepemilikan lahan, dan 3 Faktor Kebijaksanaan Pemerintah Kustiawan 1997 dalam Puspasari 2012. Menurut Widjanarko 2006 dalam Puspasari 2012 ada tiga kebijakan nasional yang berpengaruh langsung terhadap alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian: 1. Kebijakan privatisasi pembangunan kawasan industri sesuai Keputusan presiden Nomor 53 Tahun 1989 yang telah memberikan keleluasaan kepada pihak swasta untuk melakukan investasi dalam pembangunan kawasan industri dan memilih lokasinya sesuai dengan mekanisme pasar. Dampak kebijakan ini sangat berpengaruh pada peningkatan kebutuhan lahan sejak tahun 1989, yang telah berorientasi pada lokasi subur dan menguntungkan dari ketersediaan infrastruktur ekonomi. 2. Kebijakan pembangunan pemukiman skala besar dan kota baru. Akibat penerapan kebijakan ini ialah munculnya spekulan yang mendorong minat petani menjual lahannya. 3. Kebijakan deregulasi dalam hal penanaman modal dan perizinan sesuai Paket Kebijaksanaan Oktober Nomor 23 Tahun 1993 memberikan kemudahan dan penyederhanaan dalam pemrosesan perizinan lokasi. Akibat kebijakan ini ialah terjadi peningkatan sangat nyata dalam hal permohonan izin lokasi baik untuk kawasan industri, pemukiman skala besar, maupun kawasan pariwisata. Universitas Sumatera Utara Pendapatan Penerimaan adalah hasil penjualan dari sejumlah barang tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang kepada pihak lain. Jumlah penerimaan di defenisikan sebagai penerimaan dari penjualan barang tertentu yang diperoleh dari jumlah barang yang terjual dikalikan dengan harga penjualan setiap satuan Soedarsono, 1995. Menurut Soekartawi dkk 1994, pendapatan keluarga mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan dana yang besar dalam usahatani, sedangkan pendapatan yang rendah dapat menyebabkan menurunnya infestasi dan upaya pemupukan modal, pendapatan bersih petani adalah hasil kotor dari produksi yang dinilai dengan uang kemudian hasil kotor tersebut dikurangi dengan biaya produksi dan biaya pemasaran. Rendahnya pendapatan petani disebabkan sempitnya luas lahan yang dimiliki dan diolah. Di Provinsi sumatera Utara terdapat 58 adalah petani gurem yakni petani yang memiliki luas lahan 0,5 ha dan 66 petani mengerjakan lahannya sendiri Tafbu dkk, 2009. Mardikanto 1990 menyatakan, bahwa rendahnya pendapatan petani selain disebabkan oleh 1 sempitnya luas lahan usahatani yang dimiliki, 2 rendahnya produktivitas usahatani karena keterbatasan peralatan dan teknologi yang diterapkan serta keterbatasan petani kecil untuk menggunakan input-input modern seperti: benih, pupuk buatan dan pestisida, 3 sistem pemasaran yang seringkali tidak menguntungkan petani kecil dan 4 keterbatasan penghasilan dari sektor Universitas Sumatera Utara lain di luar usahataninya karena rendahnya pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya.

2.3 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih Fungsi Lahan Ke Komoditi Perkebunan (Studi Kasus : Daerah Irigasi Namusira-Sira, Kabupaten Langkat)

27 186 69

Analisis Dampak Pengalihan Lahan Konservasi Hutan Bakau Menjadi Lahan Pertambakan Terhadap Keadaan Sosial Ekonomi Nelayan Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Sumatera Utara (Studi Kasus Desa Tapak Kuda Kecamatan Tanjung Pura)

0 22 101

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Padi Sawah Terhadap Pendapatan Petani...

1 25 3

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSILAHAN SAWAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah Seluruh Kecamatan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009-2015.

0 2 14

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Padi Sawah dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 11

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Padi Sawah dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 1

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Padi Sawah dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 7

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Padi Sawah dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 14

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Padi Sawah dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 3

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Padi Sawah dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

0 0 21