Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih Fungsi Lahan Ke Komoditi Perkebunan (Studi Kasus : Daerah Irigasi Namusira-Sira, Kabupaten Langkat)
i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PETANI PADI SAWAH
MELAKUKAN ALIH FUNGSI LAHAN KE KOMODITI
PERKEBUNAN
(Studi Kasus : Daerah Irigasi Namusira-sira, Kabupaten Langkat)
SKRIPSI
Oleh :
TYCHA M. MATONDANG
060304022
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
ii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PETANI PADI SAWAH
MELAKUKAN ALIH FUNGSI LAHAN KE KOMODITI
PERKEBUNAN
(Studi Kasus : Daerah Irigasi Namu Sira-sira, Kabupaten Langkat)
SKRIPSI OLEH :
TYCHA M. MATONDANG
060304022 AGRIBISNIS
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
(Ir. Thomson Sebayang, MT) (DR. Ir. Diana Chalil, M.Si) Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
(3)
iii
ABSTRAK
TYCHA MARRYANCE MATONDANG (060304022) dengan judul
skripsi ”ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PETANI PADI SAWAH MELAKUKAN ALIH FUNGSI LAHAN KE KOMODITI PERKEBUNAN (Studi Kasus: Daerah Irigasi Namu Sira-Sira,
Kabupaten Langkat)”. Adapun penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, M.T dan Ibu DR. Ir. Diana Chalil, M. Si.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani padi sawah melakukan alih fungsi lahan ke komoditi perkebunan. Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu Daerah Irigasi Namu Sira-Sira dengan memilih 4 (empat) desa yaitu Desa Namu Ukur Utara, Desa Psr II Purwobinganun, Desa Psr. VI Kwala Mencirim, Desa Emplasmen Kwala Mencirim, dengan pertimbangan Daerah Irigasi Namu Sira-Sira merupakan daerah irigasi akan tetapi di daerah ini mengalami alih fungsi lahan ke komoditi perkebunan.
Sampel petani dipilih dengan metode Simple Random Sampling yang selanjutnya dianalisis dengan metode deskriptif.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan faktor yang paling mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan adalah perbedaan penerimaan usaha tani (padi, kakao,dan sawit) dan kecenderungan perkembangan harga padi sawah , kakao, dan sawit. Di samping itu kecukupan air serta luas lahan yang dimiliki petani juga ikut mempengaruhi keputusan petani untuk alih fungsi lahan.
Kata Kunci : Analisis faktor alih fungsi lahan, penerimaan, luas lahan,
(4)
iv
RIWAYAT HIDUP
TYCHA MARRYANCE MATONDANG, lahir pada tanggal 24 Agustus 1987 di Mayang, Sumatera Utara, anak ketiga dari empat bersaudara, dari Ayahanda CH. Matondang dan Ibunda T. Sianipar.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : Tahun 1999, menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri No 097349, Mayang. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta PTPN IV, Mayang pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 12, Medan pada tahun 2005. Pada tahun 2006, diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian – Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB. Tahun 2010, mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Simungun, Kecamatan Siempatnempu Hilir, Kabupaten Dairi. Tahun 2010, melakukan penelitian skripsi di Daerah Irigasi Namu Sira-Sira, Kabupaten Langkat.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) di Fakultas Pertanian, USU.
(5)
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari usulan penelitian ini adalah “Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih Fungsi Lahan Ke
Komoditi Perkebunan” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam – dalamnya pada Ayahanda tercinta CH. Matondang dan T. Sianipar, atas seluruh doa, cinta, pengorbanan, nasehat, dan dukungan yang diberikan kepada penulis, serta abang, kaka, dan adik penulis, antara lain Joseph Bona Tua Erikcson Matondang S.Pd, Chrestie March Monaliza Matondang SP, Byebella Ruth Matondang dan dr. Marganti Nainggolan atas semua doa dan dukungan yang telah diberikan.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Thomson Sebayang, M.T dan Ibu DR. Ir. Diana Chalil M.Si selaku Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Johan yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian di Daerah Irigasi Namu Sira-Sira, Kabupaten Langkat. Pegawai – pegawai di Departemen Agribisnis, antara lain Kak Lisbet, Kak Runi, dan Kak Yani atas bantuan dan dukungannya selama ini kepada penulis. Rekan – rekan
(6)
vi
mahasiswa SEP ’06 khususnya ”Friska Pardosi, Ester Silaban, Pasti Lumban Batu, Vicha D. Sianipar, dan Rani Yustika Silalahi, Susanti, Maruli Tumpal Sihite atas segala kebersamaan yang telah kita lewati selama ± 4 tahun ini, motivasi, dan dukungan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Senior dan sahabat-sahabat penulis lainnya, yaitu ”Bang Dedy Setiawan, Bang Surya, Bang Eko, Bang Samsul atas doa, dukungan, dan semangat yang selama ini diberikan kepada penulis.
Penulis juga menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari para pembaca, demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan penelitian selanjutnya.
Medan, Mei 2011
(7)
vii
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Kegunaan Penelitian... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 4
2.2 Landasan Teori ... 8
2.3 Kerangka Pemikiran ... 13
2.4 Hipotesis Penelitian ... 15
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 16
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 16
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 17
3.4 Metode Analisis Data ... 17
3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 18
Definisi ... 18
Batasan Operasional ... 19
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi daerah penelitian ... 20
(8)
viii
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perkembangan alih fungsi lahan di Daerah Irigasi Namu
Sira-Sira………...25 5.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi petani padi sawah
melakukan alih fungsi lahan ... 29
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 40 6.2 Saran ... .40
DAFTAR PUSTAKA
(9)
ix
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal.
1. Luas Areal Daerah Irigasi Namu Sira- Sira ... 16
2. Gambaran Tiap Desa Penelitian ... 21
3. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia ... 22
4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 23
5. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan ... 24
6. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah Di Daerah Irigasi Namu Sira-Sira (1998-2010) ... .25
7. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah, Kakao, dan Sawit di Kecamatan Sei Bingei (2000-2009). ... ..28
8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih Fungsi Lahan (n=60) ... 30
9. Perbedaan Penerimaan Yang Diperoleh Petani Padi Sawah, Kakao, dan Sawit (per 3 bulan) ... 31
10. Pembagian Desa Berdasarkan Debit Air...35
11. Distribusi Petani Sampel (orang)...36
13. Jarak Desa ke Saluran Primer...36
(10)
x
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal.
1. Ilustrasi Land Rent Ricardian... 10 2. Diagram Kerangka Pemikiran ... 14 3. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah Di Daerah Irigasi Namu
Sira-Sira... 26 4. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah dan Kakao di Kecamatan
Sei Bingei ... 28 5. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah Dan Sawit di Kecamatan
Sei Bingei ... 29 6. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah, Kakao, Sawit dan Hortikultura
Di Kecamatan Sei Bingei dari Tahun 2000-2009...32 7. Perkembangan Harga Padi, Kakao, dan Sawit (1998-2009)...38
(11)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal.
1. Data Alamat, Luas Lahan Petani Responden ... 42 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih
Fungsi Lahan...45 3. Petani Yang Tidak Melakukan Alih Fungsi Lahan ... 47 4. Petani Padi Sawah Yang Mengalihfungsikan Sebagian Lahan Padi
Sawah Ke Tanaman Kakao...48 5. Petani Yang Mengalihkan Sebagian Lahan Padi Sawah ke Tanaman
Sawit ... 49 6. Petani Yang Mengalihfungsikan Seluruh Lahan Padi Sawah Ke
Tanaman Kakao dan Sawit ... 50 7. Data Luas Lahan Padi Sawah, Kakao, Sawit dan Tanaman Hortikultura
( Ha)... 51 7. Harga Padi Sawah, Kakao, Sawit (Rp/kg) ... 52 8. Produksi Tandan Buah Segar (kg/Ha) di Desa Gunung Rintis per Petani
... .53 9. Korelasi ... 54
(12)
iii
ABSTRAK
TYCHA MARRYANCE MATONDANG (060304022) dengan judul
skripsi ”ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PETANI PADI SAWAH MELAKUKAN ALIH FUNGSI LAHAN KE KOMODITI PERKEBUNAN (Studi Kasus: Daerah Irigasi Namu Sira-Sira,
Kabupaten Langkat)”. Adapun penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, M.T dan Ibu DR. Ir. Diana Chalil, M. Si.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani padi sawah melakukan alih fungsi lahan ke komoditi perkebunan. Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu Daerah Irigasi Namu Sira-Sira dengan memilih 4 (empat) desa yaitu Desa Namu Ukur Utara, Desa Psr II Purwobinganun, Desa Psr. VI Kwala Mencirim, Desa Emplasmen Kwala Mencirim, dengan pertimbangan Daerah Irigasi Namu Sira-Sira merupakan daerah irigasi akan tetapi di daerah ini mengalami alih fungsi lahan ke komoditi perkebunan.
Sampel petani dipilih dengan metode Simple Random Sampling yang selanjutnya dianalisis dengan metode deskriptif.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan faktor yang paling mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan adalah perbedaan penerimaan usaha tani (padi, kakao,dan sawit) dan kecenderungan perkembangan harga padi sawah , kakao, dan sawit. Di samping itu kecukupan air serta luas lahan yang dimiliki petani juga ikut mempengaruhi keputusan petani untuk alih fungsi lahan.
Kata Kunci : Analisis faktor alih fungsi lahan, penerimaan, luas lahan,
(13)
xii
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi. Lahan berfungsi sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensi. Aktivitas yang
pertama kali dilakukan adalah pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam (Iqbal dan Sumaryanto, 2007).
Lahan juga dapat dikelola untuk pertanian padi sawah. Untuk keberhasilan produksi pertanian seperti tanaman padi-padian, ketersediaan air sangat penting. Tanpa penyediaan air secara terus-menerus produktivitas sulit ditingkatkan. Secara alamiah ketersediaan air adalah terikat keadaan ruang dan waktu seperti pada musim hujan air dapat melimpah dan bahkan menimbulkan banjir, sedangkan sewaktu musim kemarau sebahagian daerah sangat kekurangan air sehingga tidak dapat ditanami. Oleh karena itu pemerintah membangun berbagai proyek irigasi yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan pengairan pertanian juga sekaligus sebagai sarana untuk mencegah adanya banjir. Sebelum adanya irigasi, sistem pertanian yang dikerjakan masyarakat adalah sistem tadah hujan sehingga penanaman padi hanya dapat dilakukan satu kali dalam setahun dan jika banjir datang kegiatan masyarakat maupun ekonomi wilayah itu menjadi terganggu.
(14)
xiii
Daerah Irigasi Namu Sira-sira berada di daerah Kabupaten Langkat yaitu kecamatan Sei Bingei, Kuala, Selesai dan satu kecamatan di Kota Binjai yaitu Binjai Selatan. Petani di daerah irigasi Namusira-Sira sebagian besar mempunyai kegiatan pokok di sektor pertanian tanaman pangan, yaitu padi-padian, palawija. Penggunaan tanah di daerah Irigasi Namu Sira-sira terdiri atas sawah dan nonsawah. Khusus untuk areal sawah, akhir-akhir ini telah mengalami banyak alih fungsi, yakni digunakan untuk tanaman perkebunan seperti sawit dan kakao.
Pembangunan Irigasi Namu Sira-sira sebagai sarana pertanian bertujuan untuk menunjang produksi padi tetapi kenyataannya terdapat kecenderungan alih fungsi lahan ke tanaman perkebunan. Pembangunan irigasi yang mahal tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh petani padi sawah dengan optimal.
Dengan terjadinya kondisi yang terakhir di atas, maka pokok permasalahan yang akan dianalisis adalah perkembangan alih fungsi lahan padi sawah yang terjadi di daerah Irigasi Namu Sira-sira dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan petani di daerah penelitian melakukan alih fungsi lahan.
1.2. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana perkembangan alih fungsi lahan padi sawah yang terjadi di daerah irigasi Namu Sira-Sira ?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan petani di daerah penelitian melakukan alih fungsi lahan?
(15)
xiv
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis alih fungsi lahan yang terjadi di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani di
daerah penelitian melakukan alih fungsi lahan.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam mengambil kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap alih fungsi lahan pertanian.
(16)
xv
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Utomo dkk (1992) mendefinisikan alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri.
Pasandaran (2006) menjelaskan paling tidak ada tiga faktor, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang merupakan determinan alih fungsi lahan sawah, yaitu: kelangkaan sumberdaya lahan dan air , dinamika pembangunan, peningkatan jumlah penduduk.
Hasil temuan Rusastra et al. (1997) di Kalimantan Selatan, alasan utama petani melakukan alih fungsi lahan adalah karena kebutuhan dan harga lahan yang tinggi, skala usaha yang kurang efisien untuk diusahakan akibat rendahnya harga padi sawah, rendahnya produktivitas tanaman padi sawah. Akibat rendahnya harga padi sawah di pasaran maka petani lebih memilih untuk mengalihkan lahan padi sawahnya menjadi lahan pertanian non padi sawah.
(17)
xvi
Pakpahan, et.al (1993) dalam Munir (2008) membagi faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan dalam kaitannya dengan petani, yakni faktor tidak langsung dan faktor langsung.
A. Faktor tidak langsung antara lain perubahan struktur ekonomi, petumbuhan penduduk, arus urbanisasi dan konsistensi implementasi rencana tata ruang. B. Faktor langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan pembangunan sarana
transportasi, pertumbuhan kebutuhan lahan untuk industri, pertumbuhan sarana pemukiman dan sebaran lahan sawah prasarana dan sarana transportasi dan komunikasi yang memadai telah membuka wawasan penduduk pedesaan terhadap dunia baru di luar lingkungannnya.
Menurut Witjaksono (1996) ada lima faktor sosial yang mempengaruhi alih fungsi lahan, yaitu: perubahan perilaku, hubungan pemilik dengan lahan, pemecahan lahan, pengambilan keputusan, dan apresiasi pemerintah terhadap aspirasi masyarakat. Dua faktor terakhir berhubungan dengan sistem pemerintahan. Dengan asumsi pemerintah sebagai pengayom dan abdi masyarakat, seharusnya dapat bertindak sebagai pengendali terjadinya alih fungsi lahan.
Penelitian Syafa’at et al. (2001) pada sentra produksi padi utama di Jawa dan Luar Jawa, menunjukkan bahwa selain faktor teknis dan kelembagaan, faktor ekonomi yang menentukan alih fungsi lahan sawah ke pertanian dan non pertanian adalah :
(18)
xvii
(1) nilai kompetitif padi terhadap komoditas lain menurun; (2) respon petani terhadap dinamika pasar, lingkungan, dan daya saing usahatani meningkat. Akibat pilihan petani melakukan alih fungsi lahan adalah produksi padi akan menurun.
Dari penelitian – penelitian yang telah disebutkan di atas dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam mengalihkan tanaman padi sawah ke tanaman non padi sawah. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang menyebabkan petani melakukan alih fungsi lahan meliputi luas lahan yang dimiliki petani di daerah penelitian, kecukupan air irigasi lahan padi sawah, perbedaan penerimaan usaha tani padi sawah dengan kakao dan sawit, dan kecenderungan perkembangan harga padi sawah, kakao, dan sawit.
Upaya pengendalian alih fungsi lahan sawah diperlukan agar kawasan pertanian produktif tersebut dapat dipertahankan eksistensinya dalam jangka panjang. Dalam kaitan ini terdapat dua pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengendalikan proses alih fungsi yaitu pendekatan kelembagaan dan pendekatan ekonomi. Pendekatan kelembagaan dapat dilakukan dengan menerbitkan larangan alih fungsi lahan untuk jenis lahan tertentu, sedangkan pendekatan ekonomi ditempuh dengan memberikan insentif kepada petani agar tidak menjual lahannya untuk investor ( Sudaryono, 2001).
(19)
xviii
Sihaloho (2004) membedakan penggunaan tanah ke dalam tiga kategori, yaitu:
1. Masyarakat yang memiliki tanah luas dan menggarapkan tanahnya kepada orang lain; pemilik tanah menerapkan sistem sewa atau bagi hasil.
2. Pemilik tanah sempit yang melakukan pekerjaan usaha tani dengan tenaga kerja keluarga, sehingga tidak memanfaatkan tenaga kerja buruh tani.
3. Pemilik tanah yang melakukan usaha tani sendiri tetapi banyak memanfaatkan tenaga kerja buruh tani, baik petani bertanah sempit maupun bertanah luas.
Ada beberapa penyebab tingginya alih fungsi lahan diantaranya rendahnya tingkat keuntungan bertani padi sawah, tidak dipatuhinya peraturan tata ruang (lemahnya penegakkan hukum tentang tata ruang), keinginan mendapatkan keuntungan jangka pendek dari pengalihfungsian lahan sawah, dan rendahnya koordinasi antara lembaga dan departemen terkait dengan perencanaan penggunaan lahan (Agus et al., 2001).
Menurut Ilham, dkk (2003) dampak alih fungsi lahan dapat dipandang dari dua sisi. Pertama, dari fungsinya lahan sawah diperuntukkan untuk memproduksi padi. Dengan demikian adanya alih fungsi lahan sawah ke fungsi lain akan menurunkan produksi padi nasional. Kedua, dari bentuknya perubahan lahan sawah menjadi pemukiman, perkantoran, prasarana jalan dan lainnya berimplikasi besarnya kerugian akibat sudah diinvestasikannya dana untuk mencetak sawah,
membangun waduk, dan sistem irigasi. Sementara itu volume produksi yang hilang akibat dari alih fungsi lahan ditentukan oleh pola tanam yang diterapkan
(20)
masing-xix
masing komoditi dari pola tanam yang diterapkan, dan luas lahan sawah yang beralih fungsi.
2.2Landasan Teori
Alih fungsi lahan sawah tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan beberapa sektor ekonomi tumbuh dengan cepat sehingga sektor tersebut membutuhkan lahan yang lebih luas. Lahan sawah yang terletak dekat dengan sumber ekonomi akan mengalami pergeseran penggunaan kebentuk lain seperti pemukiman, industri manufaktur dan fasilitas infrastruktur. Hal ini terjadi karena Land Rent persatuan luas yang diperoleh dari aktivitas baru lebih tinggi daripada yang dihasilkan sawah (Prayudho, 2009).
Menurut Prayudho (2009) suatu lahan sekurang-kurangnya memiliki empat jenis rent, yaitu:
1. Ricardian Rent, menyangkut fungsi kualitas dan kelangkaan lahan. 2. Locational Rent, menyangkut fungsi eksesibilitas lahan.
3. Ecological Rent, menyangkut fungsi ekologi lahan. 4. Sosiological Rent, menyangkut fungsi sosial dari lahan.
(21)
xx
Umumnya Land Rent yang mencerminkan mekanisme pasar hanya mencakup
Ricardian Rent dan Locational Rent. Ecological Rent dan Sosiological Rent tidak
sepenuhnya terjangkau mekanisme pasar (Prayudho, 2009).
Hal tersebut sesuai dengan teori lokasi neo klasik yang menyatakan bahwa substitusi diantara berbagai penggunaan faktor produksi dimungkinkan agar dicapai keuntungan maksimum. Artinya alih fungsi lahan sawah terjadi akibat penggantian faktor produksi sedemikian rupa semata-mata untuk memperoleh keuntungan maksimum (Prayudho, 2009).
Dalam model Ricardiant Rent dijelaskan bahwa adanya alokasi penggunaan lahan ke penggunaan lain dikarenakan perbedaan Land Rent yang memberikan penggunaan yang lebih menguntungkan. Oleh karena itu adanya alih fungsi komoditi disebabkan oleh perbedaan land rent komoditi pengganti yang secara ekonomis dianggap lebih menguntungkan. Kondisi ini diilustrasikan seperti pada Gambar 1.
(22)
xxi
Gambar 1. Land Rent Ricardian
A. Lahan Biaya Rendah Rp MC
P*
Biaya Produksi
Land Rent AC
Q* Jumlah Output B. Lahan Biaya Menengah Rp MC
AC P*
Q* Jumlah Output C. Lahan Marginal
MC
P* AC
(23)
xxii D. Pasar
S
P* E
D B
Q* Q per periode
Gambar 1 menjelaskan misalkan ada banyak petak lahan yang dapat ditanami padi. Lahan-lahan tersebut bervariasi dari sangat subur (biaya produksi rendah) sampai sangat jelek dan kering (biaya produksi tinggi). Kurva penawaran jangka panjang untuk padi dibangun sebagai berikut: ketika harga rendah, hanya lahan yang sangat subur digunakan untuk memproduksi padi, dan jumlah yang diproduksi pun sedikit. Ketika output meningkat, lahan kering yang membutuhkan biaya yang lebih tinggi pun digunakan dalam proses produksi. Karena, dengan harga yang sekarang lebih tinggi, menanam padi pada tanah jenis ini akan menguntungkan. Karena peningkatan biaya berhubungan dengan penggunaan tanah yang kurang subur, kurva penawaran jangka panjang untuk padi slopenya positif (Nicholson, 2000)
Ekuilibrium pasar dalam situasi ini digambarkan pada kurva D. Pada harga ekuilibrium p*, baik lahan yang berbiaya produksi rendah maupun tinggi menerima keuntungan (jangka panjang). “Lahan marjinal” menerima keuntungan ekonomi sama dengan nol. Lahan-lahan dengan biaya produksi yang lebih tinggi berada di luar pasar karena mereka akan rugi jika berproduksi pada harga p*.
(24)
xxiii
Sebaliknya, keuntungan yang dihasilkan oleh lahan intra-marjinal dapat bertahan dalam jangka panjang, karena masih memiliki sumber daya yang langka yaitu lahan pertanian yang rendah biaya. Penjumlahan dari keuntungan jangka panjang ini menghasilkan total surplus produsen seperti yang digambarkan pada bidang P*EB. Keuntungan jangka panjang yang diiustrasikan pada Gambar 1 sering disebut sebagai sewa Ricardian (Ricardian rent). Keuntungan ini merupakan penerimaan yang diperoleh pemilik sumber daya yang langka (lahan yang subur).
(25)
xxiv
2.3. Kerangka Pemikiran
Tanah merupakan sumberdaya yang strategis dan memiliki nilai ekonomis. Luas lahan pertanian tiap tahunnya terus mengalami penurunan khususnya lahan persawahan. Lahan padi sawah yang luas sangat penting untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal. Namun seiring dengan alih fungsi lahan yang terjadi maka luas lahan padi sawah semakin menurun. Selain itu terdapat beberapa kerugian yang harus diperhitungkan sebagai dampak negatif alih fungsi sawah, seperti hilangnya potensi produksi beras, hilangnya kesempatan kerja, dan semakin rusaknya lingkungan hidup. Daerah irigasi Namu Sira-sira adalah daerah yang produktif untuk usaha tani padi sawah tetapi saat ini pertanian padi sawah mengalami alih fungsi lahan menjadi komoditi pertanian non padi sawah. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini diduga bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani melakukan alih fungsi lahan. Faktor-faktor tersebut adalah luas lahan yang dimiliki petani di daerah penelitian, kecukupan air irigasi, perbedaan penerimaan usaha tani padi sawah dengan kakao dan sawit, kecenderungan perkembangan harga padi sawah, kakao, dan sawit.
(26)
xxv
Diagram Kerangka Pemikiran
Luas Lahan
Mendukung
Kecukupan Air Irigasi Usaha Tani Tidak Padi Sawah Alih
Fungsi
Perbedaan Penerimaan Tidak mendukung Alih Padi Sawah , Kakao, Sawit Usaha tani Padi Fungsi
Sawah
Kecenderungan Perkembangan Harga Padi Sawah, Kakao, dan Sawit
(27)
xxvi
2.4. Hipotesis Penelitian
1. Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi petani padi sawah melakukan alih fungsi lahan padi sawahnya yaitu luas lahan yang dimiliki petani di daerah penelitian, kecukupan air irigasi, perbedaan penerimaan usaha tani padi sawah dengan kakao dan sawit, kecenderungan perkembangan harga padi sawah, kakao, dan sawit.
(28)
xxvii
III.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu secara sengaja, dengan memilih Daerah Irigasi Namu Sira-Sira, yang mencakup Daerah Irigasi Namu Sira Kiri yaitu Kecamatan Kuala dan Selesai dan Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kanan yang mencakup Kecamatan Sei Bingei dan Binjai Selatan, dengan alasan Daerah Irigasi Namu Sira-Sira merupakan daerah irigasi padi sawah yang telah mengalami alih fungsi lahan ke komoditi lain. sebagai terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Areal Daerah Irigasi Namu Sira-sira
Daerah Irigasi Kecamatan Luas Areal (Ha)
Namu Sira-sira Kanan Sei Bingei 2.577
Binjai Selatan 649
Namu Sira-sira Kiri Kuala 1.119
Selesai 587
Total 4.932
Sumber : Dinas Pengembangan Sumber Daya Air Propinsi Sumut Unit Pelaksana Namu Sira-sira, 2009.
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini petani sampel dipilih dengan metode simple random
sampling. Petani sampel dalam hal ini adalah petani yang menjalankan usaha
pertanaman padi sawah dan petani yang melakukan alih fungsi lahan padi sawahnya ke komoditi perkebunan di Daerah Irigasi Namu Sira-sira dalam hal ini diwakili oleh Kecamatan Sei Bingei. Untuk mendapatkan gambaran usahatani dan pemanfaatan lahan di daerah penelitian, dilakukan analisis kepada 60 petani.
(29)
xxviii
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer yaitu data dari petani mencakup nama, umur, alamat,luas lahan padi, luas lahan kakao, luas lahan sawit, harga jual padi, harga jual kakao, harga jual sawit, produksi padi, produksi kakao, produksi sawit, harga lahan milik petani dan lainnya. Data sekunder yaitu data jumlah petani, luas lahan dan penggunaan lahan, jumlah debit air di daerah penelitian.
Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden yakni petani dengan menggunakan bantuan daftar pertanyaan atau kuesioner. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait dengan penelitian ini yakni laporan dan buku statistik yang diperoleh dari BPS Kab. Langkat, Dinas Pertanian Kab.Langkat, Dinas PU Kab. Langkat, Dinas Pengembangan Sumber Daya Air Propinsi Sumut Unit Pelaksana Namu Sira-sira, Balai Penyuluhan Pertanian yang ada di lokasi penelitian serta berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Masalah 1,dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melihat
perkembangan alih fungsi lahan yang terjadi di Daerah Irigasi Namu Sira-sira.
Masalah 2, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melihat
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani melakukan alih fungsi lahan di daerah penelitian.
(30)
xxix
Untuk mengukur keeratan hubungan antara harga padi sawah (Y1) dengan harga kakao (X1), harga padi sawah (Y1) dengan harga sawit (X2), luas lahan padi sawah (Y2) dengan luas lahan kakao (X3), dan luas lahan padi sawah (Y2) dengan luas lahan sawit (X4) digunakan parameter yang disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi sampel dinotasikan dengan r.
Koefisien korelasi sampel diperoleh dengan rumus :
∑
∑
∑
=
i i
i i
y x
y x r
2
2 dimana xi = Xi – X dan yi = Yi – Y
Kriteria uji : Jika -tα/2n-k ≤ t ≤ tα/2n-k (dk = n-1), maka Ho : ditolak
Jika t < -tα/2n-katau t > tα/2n-k(dk=n-1), maka H1 : diterima
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional
Defenisi dan batasan operasional digunakan untuk menjelaskan dan menghindarkan kesalahpahaman dalam melakukan penelitian.
3.5.1. Defenisi
1. Petani adalah orang yang menanam padi sawah pada sebidang lahan dan orang yang melakukan alih fungsi lahan ke tanaman perkebunan.
2. Alih fungsi lahan adalah peralihan dari tanaman padi sawah ke tanaman perkebunan yaitu kakao dan kelapa sawit.
3. Luas lahan sawah adalah luas lahan yang digunakan untuk komoditi padi yang dihitung dalam satuan Ha.
(31)
xxx
3.5.2 Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah daerah irigasi Namusira-sira, kabupaten Langkat. 2. Waktu penelitian adalah tahun 2010.
3. Sampel penelitian adalah petani yang menanam padi sawah dan petani yang melakukan alih fungsi lahan ke tanaman kakao dan kelapa sawit di Daerah Irigasi Namu Sira-sira.
(32)
xxxi
IV.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1. Deskripsi Daerah
Daerah yang ditentukan sebagai lokasi penelitian adalah Daerah Irigasi Namu Sira-sira. Daerah Namu Sira-sira berada pada kisaran 3031’ Lintang Utara dan 98027’ Bujur Timur, mencakup empat bagian wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Sei Bengei, Kecamatan Kuala, Kecamatan Selesai, dan Kecamatan Binjai Selatan.
Sumber air Daerah Irigasi Namu Sira-sira berasal dari Sungai Bingei, dengan panjang sungai 67 km, lebar sungai 30 m (Sumber: BPS, Kabupaten Langkat Tahun 2008).
Di dalam daerah irigasi Namu Sira-Sira terdapat 54 (lima puluh empat) desa yang tersebar di 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Sei Bengei, Kecamatan Kuala, Kecamatan Selesai, dan Kecamatan Binjai Selatan. Lokasi penelitian yang diambil adalah 4 (empat) desa yang dapat dilihat pada Tabel 2.
(33)
xxxii
Tabel 2. Gambaran Tiap Desa Penelitian
Desa Psr II. Purwobinangun
Desa Psr. VI Kwala Mencirim
Desa Namu Ukur Utara
Desa Emplasmen Kwala Mencirim Luas
Wilayah (Ha)
±1350 ± 1085 ± 932 ±1160
Jumlah Penduduk
(jiwa)
3331 4300 5455 2250
Jumlah Kepala keluarga
(KK)
1112 1146 1071 869
Jarak Desa Ke Ibu kota Kabupaten
(Km)
40 82 40 85
Jumlah Penduduk Berprofesi
petani (Jiwa)
1480 2400 1516 1200
Jarak Desa ke
Irigasi Primer (m)
30840.04 12147.23 11530.63 18012.99
4.2. Karakteristik Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah petani padi sawah dan petani yang melakukan alih fungsi lahan. Karakteristik petani dalam penelitian ini terdiri dari umur, pendidikan, dan luas lahan.
(34)
xxxiii a. Umur
Petani responden didistribusikan kedalam 3 (tiga) kelompok usia yaitu:
usia kanak-kanak < 15 tahun, usia produktif 15-55 tahun, usia tidak produktif
≥ 55 tahun. Distribusi petani berdasarkan kelompok usia dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan kelompok usia
No Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 < 15 0 0
2 15 – 55 36 60
4 ≥ 56 24 40
Jumlah 60 100
Sumber : Data diolah dari lampiran1
Tabel 3 menunjukkan bahwa petani responden kelompok usia produktif 15-55 tahun adalah 36 jiwa dengan persentase 60 %,dan petani responden kelompok usia tidak produktif adalah 24 jiwa dengan persentase 40%. Jadi dapat disimpulkan bahwa petani responden di daerah penelitian umumnya dalam usia produktif.
b. Pendidikan
Petani responden didistribusikan kedalam 3 (tiga) kelompok taraf pendidikan yaitu taraf pendidikan rendah (tidak bersekolah/buta huruf, SD/SR), taraf pendidikan menengah (SMP/SMA/SPMA/STM), dan taraf pendidikan tinggi (Diploma/Sarjana/sederajat). Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.
(35)
xxxiv
Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Taraf pendidikan redah 11 20
2 Taraf pendidikan menengah 41 70
3 Taraf pendidikan tinggi 8 10
Jumlah 30 100
Sumber : Data diolah dari lampiran 1
Tabel 4 memperlihatkan bahwa pendidikan petani pada umumnya adalah taraf
pendidikan menengah (SMP/SMA/SPMA/STM) yaitu ada 41 jiwa atau 70 %. Petani dengan taraf pendidikan rendah (SD/SR) ada 11 jiwa atau 20% dan
petani berpendidikan tinggi ada 8 jiwa atau 10%. Jadi dapat disimpulkan bahwa petani responden di daerah irigasi Namu Sira-sira umumnya sudah mencapai taraf pendidikan menengah.
3. Luas Lahan
Petani responden didistribusikan kedalam 3 (tiga) kelompok taraf luas lahan yaitu taraf lahan tidak luas (< 0,5 Ha), taraf luas lahan sedang (0,5-0,99 Ha), dan taraf lahan yang luas ( ≥ 1,00 Ha). Distribusi petani responden berdasarkan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 5.
(36)
xxxv
Tabel 5. Distribusi petani responden berdasarkan luas lahan
No.
Luas Lahan (Ha) Jumlah (org)
1 < 0,5 6
2 0,5-0,99 8
3 ≥1,00 46
Jumlah 46
(37)
xxxvi
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Perkembangan Alih Fungsi Lahan Di Daerah Irigasi Namu Sira-sira
Penelitian dilakukan terhadap petani padi sawah dan petani yang mengalihfungsikan lahan padi sawah menjadi lahan perkebunan di daerah irigasi Namu Sira-sira. Daerah Irigasi Namu Sira-sira mencakup Kecamatan Kuala, Selesai, Sei Bingei dan Binjai Selatan.
Di daerah penelitian luas lahan persawahan mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena petani mengalihkan lahan padi sawah menjadi lahan perkebunan. Untuk melihat penurunan luas lahan padi sawah yang ada di daerah irigasi Namu Sira-sira dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Perkembangan luas lahan padi sawah di daerah irigasi Namu Sira-sira (1998-2010)
No Tahun Sei
Bingei Kuala Selesai Binjai Selatan Total
(%) Perubahan Lahan Kec. Sei Bingei (%) Perubahan Lahan Kec. Kuala (%) Perubahan Lahan Kec. Selesai (%) Perubahan Lahan Kec.Binjai Selatan (%) Perubahan Lahan Daerah Irigasi Namu Sira-sira
1 1998 8802 3154 3274 2519 17749 0 0 0 0 0
2 1999 5930 2747 2141 2776 13594 32.63 -12.9 -34.61 10.2 -23.4 3 2000 5931 3294 4105 3252 16582 0.017 19.9 91.73 17.15 21.98 4 2001 3957 2379 2502 3228 12066 -33.28 -27.77 -39.04 -0.74 -27.23 5 2002 5584 4384 2930 4724 17622 41.12 84.28 17.12 46.34 46.04 6 2003 5845 2581 4007 3223 15656 4.67 -41.13 36.76 -31.77 -11.16 7 2004 5443 1997 3471 3445 14356 -6.88 -22.62 -13.37 6.89 -8.3 8 2005 4614 4360 4077 3517 16568 -15.23 118.32 17.46 2.08 15.41 9 2006 6144 3392 2860 2718 15114 33.16 -22.2 -29.85 -22.72 -8.77 10 2007 5839 3776 3303 3709 16627 -4.96 11.32 15.48 36.46 10.01 11 2008 6038 3522 6038 3551 19149 3.4 -6.73 82.8 -4.26 15.17 12 2009 5038 3180 5038 3801 17057 -16.56 -9.71 -16.56 7.04 -10.92 Laju Perubahan alih fungsi lahan -42.76 0.82 53.88 50.89 -3.89 Sumber : Analisis data dari Dinas Pertanian Kabupaten Langkat
(38)
xxxvii
Dari Tabel 6. dapat dilihat dari setiap kecamatan adanya penurunan luas lahan Padi Sawah. Untuk mengetahui tinggi rendahnya penurunan luas lahan padi sawah di 4 (empat) kecamatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah Di Daerah Irigasi Namu Sira-Sira
Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah Di Daerah Irigasi Namu Sira-Sira
0 2000 4000 6000 8000 10000
1995 2000 2005 2010
Tahun
L
u
as L
ah
an
(
H
a)
Sei Bingei Kuala Selesai Binjai Selatan
Gambar 2 memperlihatkan bahwa daerah yang mengalami penurunan luas lahan tertinggi terdapat di Kecamatan Sei Bingei, dimana dari Tabel 8 di ketahui bahwa luas lahan padi sawah tahun 1998 adalah 8.802 Ha menurun sepanjang 12 (dua belas ) tahun sebesar 3.764 Ha sehingga tahun 2009 luas lahan padi sawah menjadi 5038 Ha. Dengan laju penurunan luas lahan padi sawah sebesar -42,76 %. Penurunan luas lahan padi sawah tertinggi setelah Kecamatan Sei bingei terdapat di Kecamatan Kuala. Penurunan luas lahan tertinggi terjadi di tahun 2003 dimana luas lahan padi sawah hanya 2581 Ha, bila dibandingkan dengan tahun 2002 luas lahan padi sawah adalah 4384 Ha dengan penurunan luas lahan padi sawah sebesar 1803 Ha.
(39)
xxxviii
Di Kecamatan Selesai penurunan luas lahan tertinggi terjadi pada tahun (2005- 2006), dengan penurunan sebesar 1217 Ha dimana tahun 2005 luas lahan
padi sawah 4077 Ha menjadi 2860 Ha. Kemudian mengalami peningkatan kembali tahun 2007, dan luas lahan padi sawah terus mengalami penurunan sampai tahun 2009 menjadi 5038 Ha.
Di Kecamatan Binjai Selatan penurunan luas lahan tertinggi terjadi pada tahun (2002- 2003), dengan penurunan sebesar 1501 Ha dimana tahun 2002 luas lahan
padi sawah 4724 Ha menjadi 3223 Ha. Kemudian mengalami peningkatan kembali tahun berikutnya, dan tahun 2006 mengalami penurunan kembali, dan tahun (2008-2009) mengalami peningkatan luas lahan sebesar 250 Ha, sehingga luas lahan padi sawah dari 3551 Ha tahun 2008 menjadi 3801 Ha tahun 2009.
Penurunan luas lahan padi sawah diakibatkan adanya alih fungsi lahan, gambaran ini diperlihatkan oleh meningkatnya luas lahan sawit, kakao di Kecamatan Sei Bingei (2000-2009), seperti terlihat pada Tabel 7. dan pada gambar 3 dan 4.
Untuk seluruh daerah Irigasi Namu Sira-sira sejak tahun 1998 sampai dengan 2009 terjadi penurunan luas lahan padi sawah seluas 692 Ha dari tahun ke tahun. Laju penurunan luas lahan sejak 12 (dua belas ) tahun tersebut sebesar -3.89 %. Dari data tersebut diatas disimpulkan bahwa laju penurunan luas lahan terjadi hanya di Kecamatan Sei Bingei sebesar -42.76 % dalam 12 (dua belas) tahun terakhir.
(40)
xxxix
Tabel 7. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah, Kakao, dan Sawit di Kecamatan Sei Bingei (2000-2009).
Tahun luas lahan padi sawah (Ha)
luas lahan kakao
(Ha) luas lahan sawit (Ha)
2000 5931 30 1.136
2001 3957 55 1.131
2002 5584 58 1.131
2003 5845 65 1.741
2004 5443 68 1.437
2005 4614 78 1.567
2006 6144 280 2.852
2007 5839 291 2.852
2008 6038 291 2.852
2009 5038 279 2.862
Sumber : Kecamatan Sei Bingei dalam Angka
Gambar 3. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah dan Kakao di Kecamatan Sei Bingei.
Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah dan Kakao di Kecamatan Sei Bingei
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
Tahun
L
u
as L
ah
an
(
H
a)
luas lahan padi sawah (Ha)
luas lahan kakao (Ha)
(41)
xl
Gambar 4. Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah dan Sawit di Kecamatan Sei Bingei.
Perkembangan Luas Lahan Padi Sawah dan Sawit
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
Tahun
L
u
as L
ah
an
(
H
a)
luas lahan padi sawah (Ha)
luas lahan sawit (Ha)
Sumber : Diolah dari Tabel 9.
5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih
Fungsi Lahan di Daerah Penelitian
Ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan. Faktor-faktor tersebut adalah luas lahan yang dimiliki petani, kecukupan air irigasi, dan perbedaan penerimaan usaha tani padi sawah dengan kakao dan sawit, kecenderungan perkembangan harga padi sawah, kakao, dan sawit. Untuk mengetahui persentase petani responden yang menyatakan bahwa faktor-faktor luas lahan yang dimiliki petani, kecukupan air irigasi, perbedaan penerimaan usaha tani padi sawah dengan kakao dan sawit, dan kecenderungan perkembangan harga padi sawah, kakao, dan sawit mempengaruhi petani padi sawah melakukan alih fungsi lahan dapat dilihat pada Tabel 8.
(42)
xli
Tabel 8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih Fungsi Lahan (n = 60 jiwa)
Faktor-faktor Persentase
1. Perbedaan penerimaan usaha tani padi sawah dengan kakao dan
sawit 83,33
2. Luas lahan 43
3. Kecukupan air irigasi 53.33
4. Kecenderungan perkembangan harga padi sawah, kakao, dan sawit 83,33
Sumber :Data diolah dari lampiran 2
1. Perbedaan Penerimaan yang Diperoleh Petani Padi Sawah, Kakao, dan Sawit
Pada Tabel 8. diperlihatkan bahwa 83,33 % petani responden menyatakan bahwa perbedaan penerimaan usaha tani padi, kakao, dan sawit mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan. Frekuensi panen untuk komoditi padi, kakao, dan sawit juga berbeda. Untuk tanaman padi sawah dapat dipanen setiap 3 (tiga) bulan sekali, tanaman kakao dapat dipanen setiap satu minggu, dan untuk tanaman sawit dipanen setiap 2 ( dua) minggu. Perbedaan penerimaan usaha tani padi sawah, kakao, dan sawit dapat dilihat pada Tabel 9.
(43)
xlii
Tabel 9. Perbedaan Penerimaan yang Diperoleh Petani Padi Sawah, Kakao, dan Sawit (per 3 bulan).
Padi Sawah Kakao Sawit
Produksi
(Kg/Ha) 6.940
100 (x12) = 1200 4.635,798 (x 6) = 27.814,7
Harga
(Rp/Kg) 3.125,- 19.498,- 1.156,1
Penerimaan (Rp/Ha)
21.687.500 23.397.600 32.156.621
Sumber: Data Diolah Dari Lampiran 3,4,dan 5
Dari Tabel 9. terlihat adanya perbedaan penerimaan yang diperoleh antara petani padi sawah, kakao, dan sawit. Penerimaan tertinggi diperoleh dari komoditi Sawit sebesar Rp. 32.156.621 /Ha. Sedangkan penerimaan dari komoditi kakao sebesar Rp. 23.397.600/Ha. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingginya perbedaan penerimaan dari komoditi sawit dan kakao mempengaruhi keputusan petani melakukan alih fungsi lahan.
2. Luas Lahan dan Kecukupan Air Irigasi
Dari Tabel 8. terlihat sebesar 43% petani sampel menyatakan bahwa faktor luas lahan mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan. Petani sampel yang memiliki lahan yang luas cenderung membagi lahannya untuk tanaman padi, kakao, dan sawit. Umumnya luas lahan ≥1 Ha cenderung mengalami alih fungsi lahan. Pada lampiran 2 diperlihatkan bahwa sekitar 26 (dua puluh enam ) petani sampel yang memiliki lahan yang luas cenderung membagi lahannya ke beberapa komoditi seperti padi sawah, sawit dan kakao.
(44)
xliii
Di daerah penelitian petani sampel juga menanam tanaman hortikultura pada saat pergiliran tanaman. Petani sampel menanam jenis hortikultura hanya pada saat petani tidak menanam padi sawah, sehingga lahan padi sawah tidak mengalami alih fungsi ke tanaman hortikultura. Untuk mengetahui perkembangan luas lahan padi sawah, kakao, sawit dan hortikultura di kecamatan Sei Bingei dari tahun 2000-2009 dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Perkembangan luas lahan padi sawah, kakao, sawit dan hortikultura di kecamatan Sei Bingei dari tahun 2000-2009
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
Tahun
L
u
as L
ah
an
(
H
a)
luas lahan padi sawah (Ha)
luas lahan Kakao (Ha) luas lahan sawit (Ha) luas lahan hortikultural (Ha)
(45)
xliv
Dengan analisis korelasi dapat diukur keeratan antara luas lahan kakao dengan padi, luas lahan sawit dengan padi, luas lahan hortikultura dengan padi. Koefisien
korelasi antara luas lahan kakao dengan padi adalah -0,139. Koefisien korelasi -0,139 berarti korelasi kedua variabel tidak kuat. Dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,702 menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara luas lahan kakao dengan luas lahan padi.
Koefisien korelasi antara luas lahan sawit dengan padi adalah -0,037. Koefisien korelasi -0,037 berarti korelasi kedua variabel tidak kuat. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0,919 > 0,05 menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara luas lahan sawit dengan luas lahan padi, hal ini karena petani di daerah penelitian tidak mengalihkan seluruh lahan padi sawah ke komoditi lain.
Nilai korelasi yang tidak kuat antara luas lahan kakao dan luas lahan padi sawah, dan luas lahan sawit dengan luas lahan sawah dikarenakan beberapa petani di daerah penelitian tidak mengalihkan seluruh lahannya ke tanaman perkebunan tetapi hanya sebahagian, hal ini dikarenakan air tidak cukup mengairi seluruh lahan persawahan sehingga petani yang memiliki lahan yang luas membagi lahannya. Dan apabila air cukup untuk mengairi lahan sawah, maka petani memilih tetap menanam padi sawah, dengan debit air sebesar 3,5 m3/detik.
(46)
xlv
Koefisien korelasi antara luas lahan Hortikultura dengan padi adalah 0,754. Koefisien korelasi 0,754 berarti korelasi kedua variabel kuat. Koefisien korelasi bertanda positif artinya apabila luas lahan hortikultura meningkat maka luas lahan padi juga akan meningkat, ini terjadi karena di daerah penelitian petani menanam tanaman hortikultura pada saat petani tidak menanam padi yaitu pada saat masa pergiliran tanaman dari padi sawah ke tanaman hortikultura, sehingga dalam hal ini petani tidak melakukan alih fungsi lahan ke tanaman hortikultura. Tingkat signifikansi diperoleh sebesar 0,012 menyatakan bahwa korelasi nyata antara luas lahan tanaman hortikultura dengan luas lahan tanaman padi.
Berikutnya sebesar 53.33 % petani responden menyatakan bahwa faktor kecukupan air irigasi mempengaruhi petani mengalihfungsikan lahan padi sawah menjadi tanaman kakao dan sawit. Hal ini disebabkan di daerah penelitian air irigasi yang tersedia tidak cukup mengairi lahan padi sawah. Ketersediaan air yang tidak cukup untuk mengairi lahan padi sawah diduga disebabkan karena jarak antara lahan terhadap saluran primer air irigasi. Semakin jauh jarak lahan terhadap saluran irigasi maka lahan tersebut cenderung tidak mendapat air.
(47)
xlvi
Secara rinci, pembagian desa berdasarkan debit air dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 10. Pembagian Desa Berdasarkan Debit Air
No Desa Kecamatan Banyak Sedang Sedikit
1 Durian Lingga Sei Bingei √
2 Psr 8 Namu Terasi Sei Bingei √
3 Psr IV Namu Terasi Sei Bingei √
4 Psr II. Purwobinangun Sei Bingei √
5 Emplasmen Kwl. Mencirim Sei Bingei √
6 Namu Ukur Utara Sei Bingei √
7 Psr 6 Kwl Mencirim Sei Bingei √
Jumlah 4 2 1
Sumber : Dinas Pengembangan Sumber Daya Air Propinsi Sumut Unit Pelaksana Namu Sira-sira, 2009
Tabel 10 memperlihatkan kondisi kecukupan air di Daerah Irigasi Namu Sira-sira, Kecamatan Sei Bingei dimana terdapat 4 dari 7 desa memiliki air dalam debit yang banyak, 2 dari 7 desa memiliki air dalam debit sedang, dan 1 dari 7 desa memiliki air dalam debit sedikit. Berdasarkan daftar tersebut maka dapat disimpulkan Desa Namu Ukur Utara dan Psr. II Purwobinangun adalah desa yang memiliki debit air banyak, Desa Psr. VI Kwala Mencirim memiliki debit air sedang, Desa Emplasmen Kwala Mencirim.memiliki debit air sedikit.
Di daerah penelitian petani tidak seluruhnya mengalihfungsikan lahan yang dimilikinya. Beberapa petani bertahan untuk menanam padi sawah, beberapa petani mengalihfungsikan seluruh lahan padi sawahnya ke tanaman perkebunan, dan beberapa petani hanya mengalihfungsikan sebahagian lahan miliknya ke tanaman perkebunan. Tabel 11 memperlihatkan jumlah petani yang bertahan menanam padi sawah, petani yang mengalihfungsikan seluruh lahan padi sawah ke tanaman perkebunan, dan petani yang mengalihfungsikan sebagian lahan padi sawah ke komoditi perkebunan.
(48)
xlvii
Tabel 11. Distribusi petani sampel (orang)
Desa
Petani Tidak Alih Fungsi Alih Fungsi
Sebagian
Alih Fungsi Seluruhnya
Namu Ukur Utara - 16 9
Psr. II Purwobinangun 5 3 1
Psr.VI Kwala Mencirim 9 3 8
Emplasmen Kwala Mencirim - 3 3
Total 14 25 21
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1
Tabel 12. Jarak Desa ke Saluran Primer
Nama Desa Jarak ke Saluran Sekunder (m)
Desa Namu Ukur Utara 11.530,63
Desa Psr. II Purwobinangun 30.840,04
Desa Psr. VI Kwala Mencirim 12.147,23
Desa Emplasmen Kwala Mencirim 18.012,99
Sumber : Dinas Pengembangan Sumber Daya Air Propinsi Sumut Unit Pelaksana Namu Sira-sira, 2009
Untuk lahan yang terletak di desa Namu Ukur Utara maka jarak desa terhadap saluran Primer adalah 11.530,63 m. Lahan yang terletak di Desa Psr. II Purwobinangun maka jarak desa terhadap saluran Primer adalah 30.840,04 m. Lahan yang terletak di Desa Psr VI Kwala Mencirim maka jarak desa terhadap saluran Primer adalah 12.147,23 m. Lahan yang terletak di Desa Emplasmen Kwala Mencirim maka jarak desa terhadap saluran Primer adalah 18.012,99 m. Jarak yang jauh antara desa dan saluran primer menyebabkan perbedaan jumlah debit air yang didapat tiap-tiap desa.
Untuk daerah Irigasi Namu Sira- Sira kebutuhan air yang dibutuhkan untuk
tanaman padi sawah sebesar 3,5 m3/dtk, dengan ketersediaan air kurang dari 3,5 m3/dtk sehingga kondisi sawah dalam keadaan kekurangan air. Kurangnya
(49)
xlviii
sawah menjadi tanaman sawit dan kakao. Untuk tanaman perkebunan seperti sawit, tingkat konsumsi terhadap air sangat besar, sebatang sawit paling sedikit membutuhkan 2000 liter air setiap harinya (Tribunnews, 2010). Keputusan petani mengganti lahan padi sawah menjadi tanaman sawit berdampak semakin kurang-nya ketersediaan air di daerah Irigasi Namu Sira-Sira. Selain itu kekurangan air disebabkan karena adanya kerusakan pada saluran air baik kerusakan yang diakibatkan oleh alam, seperti adanya hewan-hewan yang melubangi dasar saluran, maupun yang diakibatkan oleh manusia seperti pembuatan sadap liar untuk kepentingan pribadi. Namun dari berbagai wawancara yang dilakukan terhadap petani responden juga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat kerusakan beberapa saluran yang baru dibuat akibat kurang baiknya mutu pekerjaan yang dilakukan.
3. Kecenderungan Perkembangan Harga Padi, Kakao, Sawit
Pada Tabel 8. memperlihatkan bahwa 83,33 % petani sampel menyatakan bahwa kecenderungan perkembangan harga padi, kakao, dan sawit mempengaruhi petani melakukan alih fungsi. Faktor harga padi, kakao dan sawit mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan.
Kenaikan harga kakao dan sawit mempengaruhi petani untuk menanam kakao dan sawit. Untuk melihat perkembangan harga padi, kakao, dan sawit (1998-2009) dapat dilihat pada Gambar 6.
(50)
xlix
Gambar 6. Perkembangan harga padi, kakao, dan sawit (1998-2009).
0 5000 10000 15000 20000 25000
1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010
Ta hun
Ha
rg
a (
Rp
/Kg
)
Harga Kakao Harga Padi Harga Sawit
Sumber : Diolah dari Lampiran 8.
Gambar 6. Memperlihatkan kenaikan harga komoditi padi, kakao, dan sawit tiap tahunnya. Kenaikan harga tertinggi adalah tanaman kakao diikuti tanaman padi dan sawit. Kenaikan harga kakao dan sawit mempengaruhi keputusan petani melakukan alih fungsi lahan..
Dengan analisis korelasi dapat diukur keeratan antara harga kakao dengan padi, harga sawit dengan padi. Koefisien korelasi antara harga kakao dengan harga padi adalah 0.766 berarti korelasi kedua variabel sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif artinya bahwa apabila harga kakao meningkat maka harga padi tetap meningkat, peningkatan harga padi seiring dengan peningkatan harga kakao diharapkan dapat mengurangi kecenderungan petani padi sawah mengalihkan lahan padi sawah miliknya. Selanjutnya tingkat signifikansi diperoleh sebesar 0,010 menyatakan bahwa adanya korelasi nyata antara harga kakao dengan harga padi.
Koefisien korelasi antara harga sawit dengan harga padi adalah 0.827 berarti korelasi kedua variabel sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif artinya bahwa apabila harga sawit meningkat maka harga padi tetap meningkat,
(51)
l
peningkatan harga padi diharapkan dapat mengurangi kecenderungan petani padi sawah mengalihkan lahan padi sawah ke tanaman sawit. Selanjutnya tingkat signifikansi diperoleh sebesar 0.003 menyatakan bahwa adanya korelasi nyata antara harga kakao dengan harga padi.
(52)
li
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perkembangan penurunan luas lahan padi sawah tertinggi terjadi di Kecamatan Sei Bingei dengan penurunan luas lahan padi sawah pada tahun 1998 adalah 8.802 Ha menurun sepanjang 12 (dua belas ) tahun sebesar 3.764 Ha sehingga tahun 2009 luas lahan padi sawah menjadi 5038 Ha. Dengan laju penurunan luas lahan padi sawah sebesar -42,76 %.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi petani padi sawah melakukan alih fungsi lahan adalah luas lahan dan kecukupan air irigasi, perbedaan penerimaan yang diperoleh petani padi sawah, kakao, dan sawit, perkembangan harga padi, kakao, dan sawit.
Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Diharapkan pemerintah membuat peraturan daerah atau kebijakan untuk mengatasi alih fungsi lahan sawah yang dapat mengancam penurunan produksi padi sawah.
2. Diharapkan pemerintah juga mampu mengambil kebijakan yang tidak menambah laju alih fungsi misalnya kebijakan pembangunan infrastruktur seperti pengairan yang baik dan ketersediaan input produksi yang cukup.
(53)
lii
3.
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti permasalahan yang sama dengan menambahkan analisis tentang fakta-fakta baru yang menjadi alasan petani mengalihfungsikan lahannya.(54)
liii
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F., U. Kurnia and A.R. Nurmanaf (Eds.). 2001. Proceedings, National
Seminar on The Multifunction of Paddy Fields. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor, Indonesia. 147p.
Akbar, Rizky Ali. 2008. Proses Pembebasan Tanah Pertanian Untuk
Pembangunan Kawasan Perumahan. [Skripsi] Fakultas Pertanian. Bogor:
Institut Pertanian Bogor
Ilham, dkk, 2003. Perkembangan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Konversi Lahan Sawah Serta Dampak Ekonominya. IPB Press. Bogor.
Anonimus. 2010. Perkebunan Sawit Di Riau. Di akses dari
Iqbal, M dan Sumaryanto, 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi Masyarakat. Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Volume 5 No. 2, Juni 2007 : 167-182. Bogor.
Munir, Misbahul. 2008. Hubungan Antara Konversi Lahan Pertanian dengan
Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani. [Skripsi] Fakultas
Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Pakpahan, dkk. 1993. Kelembagaan Lahan dan Konversi Tanah dan Air. PSE. Bogor.
Pasandaran, Effendi. 2006. Alternatif Kebijakan Pengendalian Konversi Lahan
Sawah Beririgasi di Indonesia dalam Jurnal Litbang Pertanian 25(4) 2006.
Prayudho, 2009. Teori Lokasi. Diakses dari prayudho.wordpress.com/2009/11/05/teori-lokasi/
Rusastra, dkk. 1997. Konversi Lahan Pertanian dan Strategi Antisipatif dalam
Penanggulangannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Volume XVI, No 4: 107-113. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Sihaloho, Martua. 2004. Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur
Agraria. [Tesis] Sekolah Pascasarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Syafa’at, N., W. Sudana, N. Ilham, H. Supriyadi dan R. Hendayana. 2001. Kajian
Penyebab Penurunan Produksi Padi Tahun 2001 di Indonesia. Laporan Hasil Penelitian: Analisis Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian Respon
(55)
liv
terhadap Issu Aktual. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian, Badan Penelitian Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. Utomo, M., Eddy Rifai dan Abdulmutalib Thahir. 1992. Pembangunan dan Alih
Fungsi Lahan. Lampung: Universitas Lampung.
Witjaksono, R. 1996. Alih Fungsi Lahan: Suatu Tinjauan Sosiologis. Dalam Prosiding Lokakarya “ Persaingan Dalam Pemanfaatan Sumberdaya
Lahan dan Air”: Dampaknya terhadap Keberlanjutan Swasembada Beras:
113 - 120. Hasil Kerja sama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dengan Ford Foundation. Bogor.
(56)
lv
Lampiran 1. Data Alamat, Luas Lahan Petani Responden
No Alamat Umur Pendidikan Luas Lahan
Total (m2)
Luas Lahan Padi (m2)
Luas Lahan Kakao (m2)
Luas Lahan Sawit (m2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Psr. VIII Namu Terasi Purwobinangun Kuala Mencirim Kuala Mencirim Kuala Mencirim Kuala Mancirim Kuala Mencirim Psr. VIII Namu Terasi Purwobinangun Kuala Mencirim Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Kuala Mencirim Namu Ukur Utara
63 50 35 35 51 49 59 35 35 32 46 45 72 72 70 60 STM SMA SD STM SMP SMP STM Sarjana SMP STM SMP Sarjana SR SMP STM SMP 10000 10000 5000 2000 55000 6000 5000 10000 5000 15000 37000 25000 45000 30000 6000 14000 10000 10000 5000 2000 55000 6000 5000 10000 5000 15000 30000 20000 20000 20000 0 10000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7000 5000 25000 10000 6000 4000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(57)
lvi No 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Alamat
Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Purwobinangun Kuala Mencirim Umur 75 50 80 72 48 60 29 56 30 71 62 60 35 43 57 Pendidikan Sarjana SMP SMP SD SMP SMP SMA Sarjana SMP SR Diploma SD SMA SMA STM Luas Lahan Total (m2)
12000 10000 10800 10000 9000 12000 12000 10000 12000 22000 10000 16000 12000 20000 15200 Luas Lahan Padi (m2)
0 0 4000 0 0 3400 0 0 0 15000 6000 4000 0 10000 5000 Luas lahan Kakao
(m2)
12000 10000 6800 10000 9000 8600 12000 10000 6000 7000 4000 12000 12000 0 0 Luas Lahan Sawit (m2)
0 0 0 0 0 0 0 0 6000 0 0 0 0 10000 10200
(58)
lvii No 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 Alamat Kuala Mencirim Kuala Mencirim Purwobinangun Kuala Mencirim Kuala Mencirim Kuala Mencirim Psr.IV N.Terasi Kuala Mencirim Kuala Mencirim Purwobinangun Psr.IV N.Terasi Purwobinangun Kuala Mencirim Kuala Mencirim Kuala Mencirim Umur 32 59 50 31 35 40 30 30 45 31 24 31 42 58 68 Pendidikan SMA SD SMA STM STM SMP SMP SD SMP SMP SMA Diploma SMP SMP SD Luas Lahan Total (m2)
10000 10000 40000 4800 10000 10000 24000 20000 3200 2000 20000 100000 20000 3600 10000 Luas Lahan Padi (m2)
0 0 0 0 0 0 4000 0 0 2000 0 25000 10000 1500 2000 Luas Lahan Kakao (m2)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Luas Lahan Sawit (m2)
10000 10000 40000 4800 10000 10000 20000 20000 3200 0 20000 75000 10000 2100 8000
(59)
lviii No 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 Alamat
Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara Purwobinangun Kuala Mencirim Kuala Mencirim Kuala Mencirim Kuala Mencirim Kuala Mencirim Kuala Mencirim Namu Ukur Utara Namu Ukur Utara
Umur 85 71 62 45 60 43 57 31 35 32 59 35 29 45 Pendidikan SMP SD Diploma Sarjana SMP SMA STM STM STM STM STM SD SMA SD Luas Lahan Total (m2)
12000 22000 10000 25000 12000 20000 15200 4800 10000 15000 5000 5000 12000 16000 Luas Lahan Padi (m2)
7000 12000 5000 20000 4000 10000 7000 0 0 15000 5000 5000 0 7000 Luas Lahan Kakao (m2)
5000 10000 5000 5000 8000 0 0 0 5000 0 0 0 12000 9000 Luas Lahan Sawit (m2)
0 0 0 0 0 10000 8200 4800 5000 0 0 0 0 0
(60)
lix
Lampiran 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Petani Padi Sawah Melakukan Alih Fungsi Lahan
Sampel Komoditi Luas
Lahan
Kecukupan Air Irigasi
Perbedaan Penerimaan Usaha
Tani Padi Sawah, Sawit, Kakao
Kecenderungan Perkembangan
Harga Padi, Sawit, Kakao
1 Padi - - - -
2 Padi - - - -
3 Padi - - - -
4 Padi - - - -
5 Padi - - - -
6 Padi - - - -
7 Padi - - - -
8 Padi - - - -
9 Padi - - - -
10 Padi - - - -
11 Padi dan kakao √ - √ √
12 Padi dan kakao √ - √ √
13 Padi dan kakao √ - √ √
14 Padi dan kakao √ - √ √
15 Kakao - √ √ √
16 Kakao dan padi √ - √ √
17 Kakao √ √ √ √
18 Kakao - √ √ √
19 Padi dan kakao √ - √ √
20 Kakao - √ √ √
21 Kakao - √ √ √
22 Padi dan kakao - - √ √
23 Kakao - √ √ √
24 Kakao - √ √ √
25 Kakao √ √ √ √
26 Padi dan kakao √ - √ √
27 Padi dan kakao √ - √ √
28 Padi dan kakao √ - √ √
29 Kakao - √ √ √
30 Padi dan sawit √ √ √ √
31 Padi dan sawit √ √ √ √
32 Sawit - - √ √
33 Sawit - - √ √
34 Sawit - - √ √
35 Sawit - - √ √
36 Sawit - √ √ √
(61)
lx
38 Padi dan sawit √ √ √ √
39 Sawit - √ √ √
40 Sawit - √ √ √
41 Padi - - - √
42 Sawit - √ √ √
43 Padi dan sawit √ √ √ √
44 Padi dan sawit √ √ √ √
45 Padi dan sawit - √ √ √
46 Padi dan sawit √ √ √ √
47 Padi dan kakao √ √ √ √
48 Padi dan kakao √ √ √ √
49 Padi dan kakao √ √ √ √
50 Padi dan kakao √ √ √ √
51 Padi dan kakao √ √ √ √
52 Padi dan sawit √ √ √ √
53 Padi dan sawit √ √ √ √
54 Sawit - √ √ √
55 Kakao dan sawit √ √ √ √
56 Padi - - √ √
57 Padi - - √ √
58 Padi - - √ √
59 Kakao - √ √ √
60 Padi dan kakao √ √ √ √
Jumlah 26 32 50 50
Persentase 43 53.33 83.33 83.33
Keterangan :
√ = Faktor-Faktor tersebut mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan
(62)
lxi
Lampiran 3. Petani yang tidak melakukan alih fungsi lahan
Sampel
Luas Lahan Padi (m2)
Produksi Padi (kg)
Harga Jual Padi/kg
Total Penerimaan Padi Rp (0,00)
Rata-rata Penerimaan Padi Rp(0,00)/Luas Lahan
Produktivitas Lahan Padi Sawah (kg/ha)
1 10000 6000 3000 18000000 1800 6000
2 10000 8000 3200 25600000 2560 8000
3 5000 3500 3100 10850000 2170 7000
4 2000 1200 3200 3840000 1920 6000
5 55000 38500 3100 119350000 2170 7000
6 6000 4200 3200 13440000 2240 7000
7 5000 3000 3000 9000000 1800 6000
8 10000 7000 3100 21700000 2170 7000
9 5000 4000 3200 12800000 2560 8000
10 15000 10500 3000 31500000 2100 7000
11 2000 1200 3200 3840000 1920 6000
12 15000 10500 3100 32550000 2170 7000
13 5000 3000 3200 9600000 1920 6000
14 5000 3500 3150 11025000 2205 7000
Total 150000 104100 43750 323095000 29705 95000
(63)
lxii
Lmpiran 4. Petani padi sawah yang mengalihfungsikan sebagian lahan padi sawah ke tanaman kakao
No Luas Lahan Padi (m2) Luas Lahan Kakao (m2) Produksi Padi (kg) Harga Jual Padi (Rp/kg) Total Penerimaan Padi (Rp) Rata-Rata Penerimaan Padi (Rp/m2)
Rata-Rata Produksi Padi (Kg/ha) Produksi Kakao (kg) Harga Jual Kakao (Rp/kg) Total Penerimaan Kakao (Rp) Rata-Rata Penerimaan kakao (Rp/m2)
Rata-Rata Produksi Kakao (Kg/ha)
1 30000 7000 18000 2950 53100000 1770 6000 70 19000 1330000 190 100
2 20000 5000 12000 3000 36000000 1800 6000 50 19500 975000 195 100
3 20000 25000 14000 3100 43400000 2170 7000 250 19000 4750000 190 100
4 20000 10000 14000 3200 44800000 2240 7000 100 20000 2000000 200 100
5 10000 4000 7500 3000 22500000 2250 7500 40 19700 788000 197 100
6 4000 6800 3000 3100 9300000 2325 7500 68 19500 1326000 195 100
7 3400 8600 2400 2900 6960000 2047 7059 86 19000 1634000 190 100
8 15000 7000 10000 3200 32000000 2133 6667 70 20000 1400000 200 100
9 6000 4000 4800 3200 15360000 2560 8000 40 19050 762000 190.5 100
10 4000 12000 2500 3000 7500000 1875 6250 120 20000 2400000 200 100
11 7000 5000 5300 3150 16695000 2385 7571 50 18900 945000 189 100
12 12000 10000 10000 3200 32000000 2667 8333 100 20000 2000000 200 100
13 5000 5000 3200 3200 10240000 3200 6400 50 19200 960000 192 100
14 20000 5000 14000 3150 44100000 2205 7000 50 19120 956000 191.2 100
15 4000 8000 2800 3100 8680000 2170 7000 80 20000 1600000 200 100
16 7000 9000 4800 3000 14400000 2057 6857 90 20000 1800000 200 100
(64)
lxiii
Lampiran 5. Petani Yang Mengalihfungsikan Sebagian Lahan Padi Sawah ke Tanaman Sawit
No Luas Lahan Padi (m2) Luas Lahan Sawit (m2) Produksi Padi (kg) Harga Jual Padi Rp/kg Total Penerimaan Padi (Rp) Rata-Rata Penerimaan Padi Rp/m2 Rata-Rata Produksi Padi Kg/ha Produksi Sawit (kg) Harga Jual Sawit Rp/kg Total Penerimaan sawit (Rp) Rata-Rata Penerimaan Sawit Rp /m2
Rata-Rata Produksi Sawit kg/ha
1 10000 10000 7000 3100 21700000 2170 7000 1200 1225 1071875 107.1875 875
2 5000 10200 3500 3000 10500000 2100 7000 1912.5 1100 2103750 206.25 1875
3 4000 20000 2400 3100 7440000 1860 1800 1750 1100 1925000 96.25 875
4 25000 75000 17500 3200 56000000 2240 7000 2888 1320 3812160 50.8288 385.06667
5 10000 10000 7000 3100 21700000 2170 7000 875 1120 980000 98 875
6 1500 2100 1000 3250 3250000 2167 6667 184 1000 184000 87.619048 876.19048
7 2000 8000 1200 2900 3480000 1740 6000 700 1220 854000 106.75 875
8 10000 10000 6000 2800 16800000 1680 6000 875 1200 1050000 105 900
9 7000 8200 3500 3000 10500000 1500 5000 718 1120 804160 98.068293 875.60976
Total 74500 153500 49100 151370000 10777.5 12784945
(65)
64
Lampiran 6. Petani yang mengalihfungsikan seluruh lahan padi sawah ke tanaman kakao dan sawit
No Luas lahan Total (m2) Luas Lahan Kakao (m2) Luas Lahan Sawit (m2) Produksi Kakao (kg) Harga Jual Kakao (Rp/kg) Total Penerimaan Kakao (Rp) Rata-Rata Penerimaan Kakao (Rp/m2)
Rata-Rata Produksi Kakao (Rp/Ha) Produksi Sawit (kg) Harga Jual Sawit (Rp/kg) Total Penerimaan sawit (Rp) Rata-Rata Penerimaan sawit (Rp/m2)
Rata-Rata Produksi
Sawit (kg/Ha)
1 6000 6000 - 60 19000 1140000 190 100 - - - - -
2 12000 12000 - 120 20000 2400000 200 100 - - - - -
3 10000 10000 - 100 19000 1900000 190 100 - - - - -
4 10000 10000 - 100 19000 1900000 190 100 - - - - -
5 9000 9000 - 90 21000 1890000 210 100 - - - - -
6 12000 12000 - 120 19100 2292000 191 100 - - - - -
7 10000 10000 - 100 19200 1920000 192 100 - - - - -
8 12000 6000 6000 60 20100 1206000 201 100 600 1100 660000 110
9 12000 12000 - 120 18950 2274000 189.5 100 - - - - -
10 10000 - 10000 - - - 900 1250 1093750 109.375 900
11 10000 - 10000 - - - 1000 1300 1300000 130 1000
12 40000 - 40000 - - - 4000 1200 4800000 120 1000
13 4800 - 4800 - - - 480 1100 528000 110 1000
14 10000 - 10000 - - - 1000 1300 1300000 130 1000
15 10000 - 10000 - - - 975 1225 1225000 122.5 975
16 20000 - 20000 - - - 2000 1350 2700000 135 1000
17 3200 - 3200 - - - 320 1150 368000 115 1000
18 20000 - 20000 - - - 1800 1200 2160000 108 900
19 4800 - 4800 - - - 420 1100 462000 96.25 875
20 10000 5000 5000 50 19000 950000 190 100 438 1200 525600 105.12 876
21 12000 12000 - 120 19100 2292000 191 100 - - - - -
(66)
65
Lampiran 7. Data luas lahan padi sawah, kakao, sawit dan tanaman hortikultura (Ha)
Tahun luas lahan padi sawah (Ha)
luas lahan kakao (Ha)
luas lahan sawit (Ha)
luas lahan hortikultural
(Ha)
2000 5931 30 1.136 271
2001 3957 55 1.131 254
2002 5584 58 1.131 191
2003 5845 65 1.741 213
2004 5443 68 1.437 245
2005 4614 78 1.567 267
2006 6144 280 2.852 322
2007 5839 291 2.852 318
2008 6038 291 2.852 168
2009 5038 279 2.862 158
Sumber : Kabupaten Langkat dalam angka
Lampiran 8. Harga padi sawah, kakao, sawit (Rp/kg)
Tahun Harga Kakao
(Rp/kg)
Harga Padi (Rp/kg))
Harga sawit (Rp/kg)
2000 7.042 1.158 210
2001 7.042 1.179 410
2002 11.519 1.306 596
2003 11.851 1.200 649
2004 10.527 1.267 716
2005 9.791 1.624 686
2006 9.090 2.043 725
2007 12.560 2.318 1.201
2008 15.889 2.535 839
2009 19.457 2.590 1.269
(67)
66
Lampiran 9. Produksi Tandan Buah Segar (kg/Ha) di Desa Gunung Rintis per Petani.
No Usia Tanaman Luas Produksi/Ha
1 5 2 7375
2 5 2 7150
3 11 0.8 10094
4 8 2 10094
5 15 2.5 8360
6 5 1.5 9122
7 12 1 8833
8 10 2.5 12800
9 4 3.5 6811
10 11 1 6514
(68)
67
Korelasi
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
L.padi 7532.4000 1229.57393 10
L.kakao 149.5000 117.53132 10
L.sawit 1956.1000 797.90287 10
L.horti 240.7000 57.49599 10
Correlations
L.padi L.kakao L.sawit L.horti
L.padi Pearson Correlation 1 -.139 -.037 .754(*)
Sig. (2-tailed) .702 .919 .012
Sum of Squares and
Cross-products 13606668.
400 -180690.00 0 -326876.40 0 479482.20 0
Covariance 1511852.0
44
-20076.667
-36319.600 53275.800
N 10 10 10 10
L.kakao Pearson Correlation -.139 1 .980(**) .005
Sig. (2-tailed) .702 .000 .988
Sum of Squares and Cross-products -180690.00 0 124322.50 0 827542.50
0 330.500
Covariance
-20076.667 13813.611 91949.167 36.722
N 10 10 10 10
L.sawit Pearson Correlation -.037 .980(**) 1 .002
Sig. (2-tailed) .919 .000 .996
Sum of Squares and Cross-products -326876.40 0 827542.50 0 5729840.9
00 717.300
Covariance
-36319.600 91949.167
636648.98
9 79.700
N 10 10 10 10
L.horti Pearson Correlation .754(*) .005 .002 1
Sig. (2-tailed) .012 .988 .996
Sum of Squares and
Cross-products 479482.200 330.500 717.300 29752.100
Covariance 53275.800 36.722 79.700 3305.789
N 10 10 10 10
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
(1)
Lampiran 5. Petani Yang Mengalihfungsikan Sebagian Lahan Padi Sawah ke Tanaman Sawit
NoLuas Lahan Padi
(m2)
Luas Lahan
Sawit (m2)
Produksi Padi (kg)
Harga Jual Padi Rp/kg
Total Penerimaan
Padi (Rp)
Rata-Rata Penerimaan
Padi Rp/m2
Rata-Rata Produksi Padi Kg/ha
Produksi Sawit (kg)
Harga Jual Sawit Rp/kg
Total Penerimaan sawit (Rp)
Rata-Rata Penerimaan
Sawit Rp /m2
Rata-Rata Produksi Sawit kg/ha
1 10000 10000 7000 3100 21700000 2170 7000 1200 1225 1071875 107.1875 875
2 5000 10200 3500 3000 10500000 2100 7000 1912.5 1100 2103750 206.25 1875
3 4000 20000 2400 3100 7440000 1860 1800 1750 1100 1925000 96.25 875
4 25000 75000 17500 3200 56000000 2240 7000 2888 1320 3812160 50.8288 385.06667
5 10000 10000 7000 3100 21700000 2170 7000 875 1120 980000 98 875
6 1500 2100 1000 3250 3250000 2167 6667 184 1000 184000 87.619048 876.19048
7 2000 8000 1200 2900 3480000 1740 6000 700 1220 854000 106.75 875
8 10000 10000 6000 2800 16800000 1680 6000 875 1200 1050000 105 900
9 7000 8200 3500 3000 10500000 1500 5000 718 1120 804160 98.068293 875.60976
Total 74500 153500 49100 151370000 10777.5 12784945
(2)
Lampiran 6. Petani yang mengalihfungsikan seluruh lahan padi sawah ke tanaman kakao dan sawit No Luas lahan Total (m2) Luas Lahan Kakao (m2) Luas Lahan Sawit (m2) Produksi Kakao (kg) Harga Jual Kakao (Rp/kg) Total Penerimaan Kakao (Rp) Rata-Rata Penerimaan Kakao (Rp/m2)
Rata-Rata Produksi Kakao (Rp/Ha) Produksi Sawit (kg) Harga Jual Sawit (Rp/kg) Total Penerimaan sawit (Rp) Rata-Rata Penerimaan sawit (Rp/m2)
Rata-Rata Produksi
Sawit (kg/Ha)
1 6000 6000 - 60 19000 1140000 190 100 - - - - -
2 12000 12000 - 120 20000 2400000 200 100 - - - - -
3 10000 10000 - 100 19000 1900000 190 100 - - - - -
4 10000 10000 - 100 19000 1900000 190 100 - - - - -
5 9000 9000 - 90 21000 1890000 210 100 - - - - -
6 12000 12000 - 120 19100 2292000 191 100 - - - - -
7 10000 10000 - 100 19200 1920000 192 100 - - - - -
8 12000 6000 6000 60 20100 1206000 201 100 600 1100 660000 110
9 12000 12000 - 120 18950 2274000 189.5 100 - - - - -
10 10000 - 10000 - - - 900 1250 1093750 109.375 900
11 10000 - 10000 - - - 1000 1300 1300000 130 1000
12 40000 - 40000 - - - 4000 1200 4800000 120 1000
13 4800 - 4800 - - - 480 1100 528000 110 1000
14 10000 - 10000 - - - 1000 1300 1300000 130 1000
15 10000 - 10000 - - - 975 1225 1225000 122.5 975
16 20000 - 20000 - - - 2000 1350 2700000 135 1000
17 3200 - 3200 - - - 320 1150 368000 115 1000
18 20000 - 20000 - - - 1800 1200 2160000 108 900
19 4800 - 4800 - - - 420 1100 462000 96.25 875
20 10000 5000 5000 50 19000 950000 190 100 438 1200 525600 105.12 876
21 12000 12000 - 120 19100 2292000 191 100 - - - - -
(3)
Lampiran 7. Data luas lahan padi sawah, kakao, sawit dan tanaman hortikultura
(Ha)
Tahun
luas lahan padi
sawah (Ha)
luas lahan
kakao (Ha)
luas lahan
sawit (Ha)
luas lahan
hortikultural
(Ha)
2000
5931
30
1.136
271
2001
3957
55
1.131
254
2002
5584
58
1.131
191
2003
5845
65
1.741
213
2004
5443
68
1.437
245
2005
4614
78
1.567
267
2006
6144
280
2.852
322
2007
5839
291
2.852
318
2008
6038
291
2.852
168
2009
5038
279
2.862
158
Sumber : Kabupaten Langkat dalam angka
Lampiran 8. Harga padi sawah, kakao, sawit (Rp/kg)
Tahun Harga Kakao
(Rp/kg)
Harga Padi (Rp/kg))
Harga sawit (Rp/kg)
2000 7.042 1.158 210
2001 7.042 1.179 410
2002 11.519 1.306 596
2003 11.851 1.200 649
2004 10.527 1.267 716
2005 9.791 1.624 686
2006 9.090 2.043 725
2007 12.560 2.318 1.201
2008 15.889 2.535 839
2009 19.457 2.590 1.269
(4)
Lampiran 9. Produksi Tandan Buah Segar (kg/Ha) di Desa Gunung Rintis per
Petani.
No Usia Tanaman Luas Produksi/Ha
1 5 2 7375
2 5 2 7150
3 11 0.8 10094
4 8 2 10094
5 15 2.5 8360
6 5 1.5 9122
7 12 1 8833
8 10 2.5 12800
9 4 3.5 6811
10 11 1 6514
(5)
Korelasi
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
L.padi 7532.4000 1229.57393 10
L.kakao 149.5000 117.53132 10
L.sawit 1956.1000 797.90287 10
L.horti 240.7000 57.49599 10
Correlations
L.padi L.kakao L.sawit L.horti
L.padi Pearson Correlation 1 -.139 -.037 .754(*)
Sig. (2-tailed) .702 .919 .012
Sum of Squares and
Cross-products 13606668. 400
-180690.00 0
-326876.40 0
479482.20 0
Covariance 1511852.0
44
-20076.667
-36319.600 53275.800
N 10 10 10 10
L.kakao Pearson Correlation -.139 1 .980(**) .005
Sig. (2-tailed) .702 .000 .988
Sum of Squares and Cross-products
-180690.00 0
124322.50 0
827542.50
0 330.500
Covariance
-20076.667 13813.611 91949.167 36.722
N 10 10 10 10
L.sawit Pearson Correlation -.037 .980(**) 1 .002
Sig. (2-tailed) .919 .000 .996
Sum of Squares and Cross-products
-326876.40 0
827542.50 0
5729840.9
00 717.300
Covariance
-36319.600 91949.167
636648.98
9 79.700
N 10 10 10 10
L.horti Pearson Correlation .754(*) .005 .002 1
Sig. (2-tailed) .012 .988 .996
Sum of Squares and
Cross-products 479482.200 330.500 717.300 29752.100 Covariance 53275.800 36.722 79.700 3305.789
N 10 10 10 10
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
(6)
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Harga Padi Sawah 1722.0000 591.39797 10 Harga Kakao 11476.758
3 3847.94157 10
Correlations
Harga Padi
Sawah Harga Kakao Harga Padi Sawah Pearson Correlation 1 .766(**)
Sig. (2-tailed) .010
Sum of Squares and Cross-products
3147764.00
0 15688325.922 Covariance 349751.556 1743147.325
N 10 10
Harga Kakao Pearson Correlation .766(**) 1
Sig. (2-tailed) .010
Sum of Squares and
Cross-products 15688325.922 133259888.968
Covariance 1743147.32
5 14806654.330
N 10 10
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Harga padi 1722.0000 591.39797 10 Harga sawit 730.2088 320.41077 10
Correlations
Harga padi Harga sawit
Harga padi Pearson Correlation 1 .827(**)
Sig. (2-tailed) .003
Sum of Squares and
Cross-products 3147764.000 1411164.649 Covariance 349751.556 156796.072
N 10 10
Harga sawit Pearson Correlation .827(**) 1
Sig. (2-tailed) .003
Sum of Squares and
Cross-products 1411164.649 923967.569 Covariance 156796.072 102663.063