Religiusitas pada Masa Lansia Pengaruh Religiusitas Terhadap Sikap terhadap Kematian pada Lansia

penurunan kapasitas fisik. Bagi pria dan wanita yang identitasnya berkisar di sekitar kesehatan fisik, penurunan kesehatan dan kerusakan kapasitas fisik akan menghadirkan beberapa ancaman bagi identitas diri dan perasaan akan kepuasan hidup. Namun, beberapa individu lansia menikmati hidup melalui hubungan-hubungan antar manusia yang memberi kesempatan untuk keluar dari kesibukan dengan tubuhnya. c. Melampaui ego versus kesibukan dengan ego Ego transcendence versus ego preoccupation Merupakan tugas perkembangan dari Peck dimana individu lanjut usia harus menyadari bahwa saat kematian tidak dapat dihindari dan mungkin waktunya tidak terlalu lama, merasa tentram dengan dirinya dengan menyadari individu lansia telah memberikan sumbangan untuk masa depan melalui pengasuhan yang kompeten terhadap anak-anak atau melalui pekerjaan dan ide-ide yang dimiliki oleh lansia.

E. Religiusitas pada Masa Lansia

Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa biasanya merupakan gejala menjadi tua yang amat wajar. Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan benteng pertahanan mental yang amat ampuh dalam melindungi diri dari berbagai ancaman masa tua Munandar, 2001. Bagi lansia, peribadatan di rumah ibadah merupakan sumber dukungan yang dapat diterima, tersedia dan tidak mengeluarkan banyak biaya. Sosialisasi yang disediakan oleh organisasi religius dapat membantu mencegah isolasi dan Universitas Sumatera Utara kesepian Koenig Larson dalam Santrock, 2004. Pada banyak komunitas di dunia, individu yang berusia lanjut merupakan pemimpin spiritual dalam gereja dan komunitas. Agama merupakan hal yang penting dalam kehidupan para lansia. Lansia sering berdoa, membaca materi-materi keagamaan dan mendengarkan program-program keagamaan Levin, Taylor Chatten dalam Santrock, 2004. Lansia wanita memiliki ketertarikan terhadap agama yang lebih besar dibandingkan lansia pria Santrock, 2004. Bukti dalam sebuah literatur juga menunjukkan bahwa wanita memiliki tingkat yang lebih tinggi dalam hal kehadiran di gereja, lebih patuh pada perintah agama dan lebih sering berbicara kepada pendeta dibandingkan pria Chatters Taylor, Cornwall, Greeley, Levin, dalam Smith, Fabricatori Peyrot, 1999. Suatu penelitian yang berhubungan dengan sikap terhadap kegiatan keagamaan dan agama pada usia tua membuktikan bahwa ada fakta-fakta tentang meningkatnya minat terhadap agama sejalan dengan bertambahnya usia Hurlock, 1999. Banyak individu yang percaya bahwa agama memainkan peran sentral yang semakin meningkat dalam kehidupan seseorang yang mulai bertambah tua Sigelman Rider, 2003.

F. Pengaruh Religiusitas Terhadap Sikap terhadap Kematian pada Lansia

Kematian sering kali dianggap merupakan hal yang menakutkan Hasan, 2006. Perasaan takut untuk mati merupakan hal yang normal bagi kebanyakan orang Cavanaugh Kail, 2000. Individu yang akan menghadapi kematian biasanya terlihat menghadapi penderitaan. Bila kematian terjadi, kehidupan Universitas Sumatera Utara individu di atas dunia ini terputus karena individu yang meninggal tidak dapat kembali lagi ke dunia, bersama-sama dengan keluarga, kerabat dan teman yang dicintai Hasan, 2006. Walaupun kematian dipandang sebagai hal yang paling buruk, namun menurut Erickson kematian merupakan peristiwa alamiah dan dapat diterima setelah memiliki kehidupan yang utuh. Kematian merupakan saat untuk bertemu Tuhan, untuk bersatu kembali dengan orang-orang yang dikasihi yang telah pergi sebelumnya Ross Pollio, dalam Belsky, 1997. Pemikiran akan kematian meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dapat dipahami sebab lansia lebih cenderung mengalami kematian teman- teman dan individu yang dicintai serta cenderung lebih dekat dengan kematian diri sendiri Lemme, 1995. Lansia secara umum distereotipekan sebagai individu yang menunggu kematian tanpa rasa takut Barrow, 1996. Lansia memiliki sedikit rasa takut terhadap kematian daripada individu pada usia dewasa awal Lefrancois, 1993. Alasan lansia lebih tidak takut terhadap kematian daripada individu dewasa awal sebagaimana yang dinyatakan oleh Kalish dalam Barrow, 1996 adalah karena lansia merasa bahwa tugas-tugas penting di dunia ini telah selesai, lansia cenderung telah mengalami penyakit kronis atau merasakan sakit pada tubuh dan lansia telah banyak kehilangan teman-teman dan kerabat. Kehilangan ini membuat lansia lebih mampu merasakan realitas kematian. Lansia lebih banyak berpikir tentang kematian dan lebih banyak membicarakan kematian dibandingkan dengan individu pada usia dewasa madya atau dewasa muda. Lansia juga mengalami kematian secara lebih langsung seiring Universitas Sumatera Utara dengan sakit atau meninggalnya teman-teman dan keluarga yang dimiliki. Lansia didorong untuk lebih sering menguji arti kehidupan dan kematian dibandingkan dengan individu dewasa muda Santrock, 2006. Ketakutan seseorang akan kematian berhubungan dengan variabel lain selain variabel usia. Salah satu faktor yang signifikan adalah keyakinan agama. Individu yang tingkat religiusitasnya tinggi cenderung mengalami sedikit rasa takut akan kematian. Individu yang tidak religius mengalami tingkat kecemasan akan kematian pada level sedang, sedangkan individu religius yang tidak mempraktikkan kepercayaan mereka secara konsisten mengalami ketakutan akan kematian dengan tingkat yang paling besar Nelson Nelson dalam Lahey, 2003. Ketakutan akan kematian berhubungan dengan rendahnya tingkat religiusitas, kurangnya dukungan sosial dan pusat kendali eksternal external locus of control Newman Newman, 2006. Agama dapat menambah kebutuhan psikologis yang penting pada individu lansia, membantu mereka menghadapi kematian, menemukan dan menjaga rasa kebermaknaan dalam hidup, serta menerima kehilangan yang tak terelakkan di masa tua Koenig Larson, dalam Santrock 1999. Banyak studi menunjukkan bahwa individu yang religius memiliki tingkat ketakutan yang sedikit atas kematian diri sendiri dan orang yang dikasihi. Individu yang religius lebih cenderung mendeskripsikan kematian dengan cara yang positif Belsky, 1997. G.Hipotesa Penelitian Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh positif religiusitas terhadap sikap terhadap kematian pada lansia Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data, dan pengambilan keputusan hasil penelitian. Pembahasan dalam metode penelitian meliputi : identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian, serta metode analisis data Hadi, 2000. A.Identifikasi Variabel Penelitian Sebelum menguji hipotesa penelitian terlebih dahulu diidentifikasikan variabel-variabel penelitian. Dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian yang digunakan terdiri dari: 1. Variabel bebas : Religiusitas 2. Variabel tergantung : Sikap terhadap kematian B.Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.Religiusitas Religiusitas adalah kepercayaan tentang ajaran-ajaran agama tertentu yang dianut dan dampak dari ajaran agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari Glock Stark dalam Pujiono, 2006. Religiusitas diungkap melalui skala religiusitas yang disusun peneliti berdasarkan lima dimensi religiusitas yang dikemukakan Universitas Sumatera Utara