Pemilihan Kepala Daerah Kerangka Teori

apa saja yang dikatakan oleh seorang kontestan pemilu atau partai politik yang merupakan kebenaran yang tidak bisa ditawar lagi. • Pemilih Skepsis Pemilih jenis ini tidak memiliki orientasi ideologi yang cukup tinggi dengan sebuah partai politik atau kontestan pemilu, pemilih ini juga tidak menjadikan sebuah kebijakan menjadi suatu hal yang penting. Kalaupun mereka berpartisipasi dalam pemilu, biasanya mereka melakukannya secara acak atau random. Mereka berkeyakinan bahwa siapapun yang menjadi pemenang dalam pemilu, hasilnya sama saja, tidak ada perubahan yang berarti yang dapat terjadi bagi kondisi daerah atau negara ini. Setelah melihat beberapa jenis pemilih, para kontestan pemilu nanti harus bisa memahami segala jenis pemilih dan berusaha merebut suara pemilih tersebut, yaitu tentunya melalui kampanye. Karena dengan memahami jenis pemilih yang ada, kemungkinan untuk memenangkan pemilu menjadi semakin kuat. Mereka harus mampu meraih suara dari setiap jenis pemilih yang ada. Untuk itu mereka pada umumnya dukungan dari tokoh-tokoh ataupun hal-hal yang membuat setiap jenis pemilih di atas mau mendukung mereka dalam pemilu ataupun pilkada nanti.

I.4.2 Pemilihan Kepala Daerah

Pemilihan kepala daerah merupakan babak baru dalam sejarah politik daerah di Indonesia. Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah, atau seringkali disebut pilkada, adalah pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara Universitas Sumatera Utara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. Kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah: 20 • Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi • Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten • Walikota dan wakil walikota untuk kota Aktor-aktor utama yang berperan sentral dalam proses pilkada adalah rakyat, partai politik dan kandidat itu sendiri. Di samping itu, komisi pemilihan umum daerah KPUD sebagai lembaga penyelenggaraan pilkada yang sifatnya independen, sedangkan pemerintah daerah, merupakan pilar lainnya yang turut memberikan kontribusi bagi penyelenggaraan pilkada. 21 Dipilihnya sistem pilkada langsung mendatangkan optimisme dan pesimisme tersendiri. Pemilihan kepala daerah langsung dinilai sebagai perwujudan pengembalian “hak-hak dasar” masyarakat di daerah dengan memberikan wewenang yang utuh dalam rangka rekrutmen pimpinan daerah sehingga meningkatkan kehidupan demokrasi di tingkat lokal. Apabila pilkada Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum KPU Provinsi dan KPU KabupatenKota dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum Panwaslu Provinsi dan Panwaslu KabupatenKota. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Undang-undang ini menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal menyangkut peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. 20 http:id.wikipedia.orgwikiPemilihan _umum_kepala_daerah_dan_wakil_kepala_daerah 21 Prof. Dr. J. Kaloh, SU, Demokrasi dan Kearifan Lokal pada Pilkada Langsung. Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2008, Hal. 3-4 Universitas Sumatera Utara langsung itu berhasil, maka akan menghasilkan dan melahirkan kepemimpinan daerah yang demokratis, yang sesuai kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung pada kritisisme dan rasionalisme rakyat sendiri. 22 Pilkada langsung menjadi solusi elegan sekaligus terobosan untuk mengatasi kemacetan demokrasi lokal. Dengan demikian guliran perubahan akan terus berlangsung dari tingkat nasional ke tingkat lokal, khususnya dalam memilih pejabat publik yang dipilih langsung oleh rakyat sesuai keinginannya. 23 Istilah jabatan publik mengisyaratkan bahwa kepala daerah menjalankan fungsi pengambilan kebijakan yang terkait langsung dengan kepentingan rakyat publik, yang dampaknya dirasakan oleh rakyat. Sedangkan jabatan politik mengisyaratkan bahwa mekanisme rekrutmen kepala daerah dilakukan dengan mekanisme politik, yaitu melalui pemilihan yang melibatkan elemen-elemen politik seperti rakyat dan partai-partai politik. Dengan demikian, pilkada merupakan bagian dari proses rekrutmen politik, yaitu penyeleksian oleh rakyat sebagai pemilih voters terhadap figur-figur yang mencalonkan diridicalonkan sebagai kepala daerah baik GubernurWakil Gubernur, maupun BupatiWalikota atau Wakil BupatiWakil Walikota. 24 Pemilihan kepala daerah langsung merupakan keputusan hukum yang harus dilaksanakan. Dengan pemilihan langsung, yang menggunakan azas-azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, maka pilkada langsung layak disebut sebagai sistem rekrutmen pejabat publik yang hampir memenuhi parameter demokratis. 25 Mekanisme pemilihan kepala daerah disebut demokratis apabila memenuhi beberapa parameter. Mengutip pendapat Robert Dahl, Samuel Huntington 1993 dan Bingham Powel 22 Joko J. Prihatmoko, Op. Cit., Hal. 2-3 23 Prof. Dr. J. Kaloh, SU, Op. Cit., Hal. 61 24 Ibid., Hal. 3 25 Joko J. Prihatmoko, Op. Cit., Hal. 20 Universitas Sumatera Utara 1978, Afan Gaffar dan kawan-kawan mengatakan, parameter untuk mengamati terwujudnya demokrasi antara lain: 26 • Menggunakan mekanisme pemilihan umum yang teratur • Memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan • Mekanisme rekrutmen dilakukan secara terbuka • Akuntabilitas publik Dibawah ini adalah penjelasan masing-masing parameter tersebut 27 • Pemilihan Umum , Rekrutmen jabatan politik atau publik harus dilakukan dengan pemilihan umum yang diselenggarakan secara teratur dengan tenggang waktu yang jelas, kompetitif, jujur dan adil. Pemilu merupakan gerbang pertama yang harus dilewati karena dengan pemilu lembaga demokrasi dapat dibentuk. Kemudian setelah pemilihan biasanya orang akan melihat dan menilai seberapa besar pejabat publik terpilih memenuhi janji-janjinya. Penilaian terhadap kinerja pejabat politik itu akan digunakan sebagai bekal untuk memberikan ganjaran atau hukuman reward and punishment dalam pemilihan mendatang. Pejabat yang tidak dapat memenuhi janji-janjinya dan tidak menjaga moralitasnya akan dihukum dengan cara tidak dipilih, sebaliknya pejabat yang berkenaan di hati masyarakat akan dipilih kembali. 26 Lihat Drs. H. Syaukani, HR, Prof. Dr. Afan Gaffar, MA, dan Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid, MA, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, Yogyakarta: Kerjasama Pustaka Pelajar dan Pusat Kajian Etika Politik dan Pemerintah, Maret 2002, hlm. 12-13 27 Joko J. Prihatmoko, Op. Cit., Hal. 35-36 Universitas Sumatera Utara • Rotasi Kekuasaan Rotasi kekuasaan juga merupakan parameter demokratis tidaknya suatu rekrutmen pejabat politik. Rotasi kekuasaan mengandaikan bahwa kekuasaan atau jabatan politik tidak boleh dan tidak bisa dipegang terus menerus oleh seseorang, seperti dalam sistem monarkhi. Artinya, kalau seseorang yang berkuasa terus menerus atau satu partai politik yang mengendalikan roda pemerintahan secara dominan dari waktu ke waktu sistem itu kurang layak disebut demokratis. Dengan kata lain, demokrasi memberi peluang rotasi kekuasaan atau rotasi pejabat politik secara teratur dan damai dari seorang Kepala Daerah satu ke Kepala Daerah lain, dari satu partai politik ke partai politik lainnya. • Rekrutmen Terbuka Demokrasi membuka peluang untuk mengadakan kompetisi karena semua orang atau sekelompok mempunyai han dan peluang yang sama. Oleh karena itu, dalam mengisi jabatan politik, seperti Kepala Daerah , sudah seharusnya peluang terbuka untuk semua orang yang memenuhi syarat, dengan kompetisi yang wajar sesuai dengan aturan yang telah disepakati. Di negara-negara totaliter dan otoriter, rekrutmen politik hanyalah merupakan domain dari seseorang atau sekelompok kecil orang. • Akuntabilitas Publik Para pemegang jabatan publik harus dapat mempertanggungjawabkan kepada publik apa yang dilakukan baik sebagai pribadi maupun sebagai pejabat publik. Seorang Kepala Daerah atau pejabat politik lainnya harus dapat menjelaskan kepada publik mengapa memilih kebijakan A, bukannya kebijakan B, mengapa menaikkan pajak daripada melakukan efisiensi dalam pemerintahan dan melakukan pemberantasan Universitas Sumatera Utara KKN. Apa yang mereka lakukan terbuka untuk dipertanyakan kepada publik. Demikian pula yang dilakukan keluarga terdekatnya, sanak saudaranya, dan bahkan teman dekatnya seringkali dikaitkan dengan kedudukan atau posisi pejabat tersebut. Hal itu karena pejabat publik merupakan amanah dari masyarakat, maka ia harus dapat menjaga, memelihara dan bertanggungjawab dengan amanah tersebut. Selain itu pilkada langsung dapat disebut praktik politik demokratis apabila memenuhi beberapa prinsipal, yakni menggunakan azas-azas yang berlaku dalam recruitment politik yang terbuka, seperti pemilu legislatif DPR, DPD, DPRD dan pemilihan presiden dan wakil presiden, yakni azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil Luber dan Jurdil : 28 1. Langsung Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara. 2. Umum Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan perundangan berhak mengikuti pilkada. Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna yang menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan dan status sosial. 3. Bebas Setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihan tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Dalam melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya sehingga dapat memilih sesuai kehendak hati nurani dan kepentingannya. 28 Joko J. Prihatmoko, Op. Cit., Hal. 110-111 Universitas Sumatera Utara 4. Rahasia Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin dan pilihannya tidak akan diketahui oleh pukah mana pun dengan jalan apa pun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa pun suaranya diberikan. 5. Jujur Dalam penyelenggaraan pilkada, setiap penyelenggara pilkada, aparat pemerintah, calon peserta pilkada, pengawas pilkada, pemantau pilkada, pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 6. Adil Dalam penyelenggaraan pilkada, setiap pemilih dan calon peserta pilkada mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecenderungan pihak manapun.

I.5 Metodelogi Penelitian

1.5.1 Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Dimana saya akan menggambarkan atau melukiskan subjek ataupun objek yang diamati dan tentu saja yang sesuai dengan fakta-fakta yang terlihat di lapangan selama saya melakukan penelitian. Akan dipaparkan juga di dalamnya tentang hasil atau data-data yang telah diamati atau yang telah diteliti. Universitas Sumatera Utara