Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia politik di Indonesia telah mengalami perubahan yang signifikan setelah era reformasi. Semangat untuk menenggelamkan praktik-praktik berpolitik yang dianggap penuh dengan rekayasa, manipulatif, tidak adil dan represif memberikan energi besar kepada semua komponen bangsa untuk menciptakan suasana politik yang lebih terbuka, transaparan, jujur dan adil. Persaingan politik baik horizontal maupun vertikal kini telah terbuka lebar, sehingga akses politik untuk memasuki ranah kekuasaan baik dalam tingkatan legislatif maupun eksekutif relatif lebih mudah apabila dibandingkan dengan masa Orde Baru yang hanya melahirkan Demokrasi prosedural dan tidak pernah menyentuh sistem demokrasi yang bercorak subtantif. Dalam UU No. 2 Tahun 2008 tentang “Partai Politik”, menuntut agar masyarakat meningkatkan peran, fungsi dan tanggung jawab partai terhadap kehidupan yang demokratis secara konstitusional sebagai sarana dan prasarana masyarakat dalam partisipasi untuk menciptakan cita-cita, memelihara keutuhan Nasional Bangsa Indonesia, dan mengembangkan kehidupan yang berdemokrasi berdasarkan konstitusi atau aturan yang telah ada dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Sebuah kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan partai politik sangat berpengaruh dalam proses politik di Indonesia. Bersamaan dengan semakin berperannya parpol dalam kehidupan negara yang demokratis, timbul konflik-konflik di dalam tubuh parpol. Kecenderungan konflik internal hingga dualisme kepemimpinan partai politik pascakongres atau muktamar sering terjadi. Kongres PDIP di Bali membelah kepemimpinan PDIP menjadi dua poros kekuatan, antara DPP PDIP Megawati di satu sisi dengan GP PDIP-nya Roy BB Janis di sisi lain. Muktamar PKB di Semarang membuat dualisme kepemimpinan: Gus Dur-Muhaimin Iskandar berhadapan dengan DPP PKB versi Alwi Sihab dan Syaifullah Yusuf yang didukung oleh poros Kiai Langitan-Lirboyo. Sebelumnya soliditas kepemimpinan DPP PPP juga retak oleh konflik internal antara kaukus elite DPP pro-Silatnas Silaturahmi Nasional yang anti Hamzah Haz dengan yang anti Silatnas yang pro Hamzah Haz. Fenomena kepengurusan kembar partai politik di Indonesia sebagai imbas konflik internal partai sebenarnya merupakan fenomena klasik dalam politik kepartaian. 1 Konflik dalam tubuh partai politik menjadi fenomena unik di era reformasi ini. Umumnya, partai gagal melakukan konsensus untuk menyelesaikan konflik. Akibatnya interaksi dalam kepentingan politik kerap menggunakan metode konflik. Konflik elite partai ini menjadi bukti tidak adanya konsesnsus bersama para elite partai. Salah satu konflik yang terjadi dalam internal partai politik adalah konflik yang terjadi pada Partai Persatuan Pembangunan di Jawa Timur. Dimana Dewan Perwakilan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan Jawa Timur mengeluarkan surat keputusan untuk membekukan kepengurusan partai di Kabupaten Bangkalan yang dianggap tidak berfungsi dengan maksimal dalam 1 http:www.djpp.depkumham.go.idhtn-dan-puu437-konflik-internal-partai-sebagai-salah-satu- penyebab-kompleksitas-sistem-multi-partai-di-indonesia.html pemilu tahun 2009. Bahkan ada indikasi adanya “perlawanan” dari pengurus DPD Kabupaten Bangkalan dalam pemenangan pemilu tahun 2009, sehingga Dewan Perwakilan Wilayah memutuskan untuk membekukan kepengurusannya. Pada akhirnya Dewam Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan Jawa Timur tetap membekukan Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten Bangkalan Madura, Jatim. Keputusan ini diambil dalam pertemuan antara perwakilan ratusan peserta aksi yang menolak pembekuan DPC PPP Bangkalan serta sejumlah pengurus anak cabang PAC PPP Kabupaten Bangkalan dan DPW PPP Jatim di Bangkalan. 2 Dari tujuh anggota PPP yang duduk di DPRD Bangkalan, enam orang di antaranya juga mengajukan tuntutan pembekuan Kantor DPC PPP Bangkalan. Menanggapi keputusan DPW tersebut, sejumlah DPC mengancam akan tetap melakukan aksi dengan membawa massa yang lebih besar. Sebelumnya, aksi menolak pembekuan DPC PPP Bangkalan sempat diwarnai kericuhan antara ratusan kader PPP dan polisi. Disisi lain, unjuk rasa ratusan kader Partai Persatuan Pembangunan PPP yang memprotes pembekuan Dewan Pimpinan Daerah PPP Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, berakhir ricuh. Massa saling dorong dan baku pukul dengan petugas keamanan. Aksi saling dorong dan saling pukul antara demonstran dan aparat keamanan tidak terhindarkan ketika massa memaksa masuk ke Kantor DPW PPP Jatim. Petugas menghalangi demonstran karena khawatir mereka akan bertindak anarkisme. Sejumlah perwakilan demonstran akhirnya diterima pihak DPW PPP. 2 http:www.metrotvnews.comreadnewsvideo2007051438708-DPW-PPP-Jatim-Tetap- Membekukan-DPC-Bangkalan-82 Massa menuntut pembekuan ini dicabut karena dinilai tidak memiliki dasar yang jelas. Sementara alasan DPW PPP Jatim membekukan DPD Bangkalan karena DPD tersebut tidak berfungsi maksimal menghadapi Pemilu 2009 3 . Jadi konflik politik bukanlah konflik individu karena isu yang dipertentangkan dalam konflik politik adalah isu publik yang menyangkut kepentingan banyak orang, bukan kepentingan satu orang tertentu. 4 Selama ini strategi penanganan konflik yang digunakan adalah dengan melakukan program dan kegiatan yang dilakukan, seperti penataan dan pembenahan partai hingga tingkat ranting, konsolidasi pengurus dan kader partai terus dilakukan oleh DPC. PPP Kabupaten Bangkalan, akan tetapi upaya dan jerih payah tersebut masih dipandang sebelah mata oleh sebagian kalangan khususnya oleh Dewan Pimpinan Wilayah PPP Jawa Timur yang pada saat itu dipimpin oleh lr. H.M. Farid al- Fauzi, MM. bahkan DPC. PPP Kabupaten Bangkalan dianggap tidak memiliki kemampuan memimpin partai. Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih dalam tentang bagaimana kemudian strategi yang di lakukan oleh Partai Persatuan Pembangunan dalam mengatasi konflik tersebut. Sebab apabila hal tersebut dibiarkan berlarut-larut maka akan semakin merugikan institusi partai, sehingga sangat penting dan perlu untuk segera diselesaikan konflik yang terjadi demi keberlangsungan Partai Persatuan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan. 3 http:matarakyat.wordpress.comtagppp 4 Maswadi Rauf. 2001. Konsensus dan konflik politik. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Dpdiknas. Hlm:19

B. Rumusan Masalah