Tinjauan Pustaka Analisis Perbandingan Koperasi Simpan Pinjam (KOPDIT) Dengan Koperasi Unit Desa (KUD) Di Kabupaten Karo( Studi Kasus : Kopdit Unam Dan Kud Sada Kata )

24 I I I I . . T T I I N N J J A A U U A A N N P P U U S S T T A A K K A A , , L L A A N N D D A A S S A A N N T T E E O O R R I I , , K K E E R R A A N N G G K K A A P P E E M M I I K K I I R R A A N N D D A A N N H H I I P P O O T T E E S S I I S S P P E E N N E E L L I I T T I I A A N N

2.1. Tinjauan Pustaka

Di Indonesia, pengertian koperasi menurut Undang-Undang Koperasi Tahun 1967 No.12 tentang Pokok-pokok Perkoperasian adalah sebagai berikut : Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan Anoraga dan Widiyanti, 1997:4. Koperasi adalah tulang punggung perekonomian bangsa seperti tertuang dalam pasal 33 UUD 1945. Lembaga ini menjadi wadah untuk mengembangkan demokrasi ekonomi, menghimpun potensi pembangunan yang dapat digali dari anggota masyarakat dan melaksanakan kegiatan ekonomi untuk mengangkat tingkat kehidupan para anggotanya. Koperasi merupakan harapan yang dapat meningkatkan harkat dan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan ekonomi yang bersumber dari dan dimanfaatkan oleh kalangan pelaku dari masyarakat sendiri Downey dan Steven, 1992:84. Keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya tergantung dari aktivitas para anggotanya, apakah mereka mampu melaksanakan kerjasama, memiliki kegairahan kerja dan menaati segala ketentuan dan garis kebijakan yang telah ditetapkan Rapat Anggota. Dengan demikian usaha untuk meningkatkan taraf hidup mereka tergantung dari aktivitas mereka sendiri Anoraga dan Widiyanti, 1997:163. Universitas Sumatera Utara 25 Dan juga, koperasi tumbuh dan berkembang secara dinamis melalui doktrin dan prinsip dasar yang lekat dengan pertumbuhan itu sendiri. Koperasi berkembang ke segala arah di seluruh dunia dan bergabung dalam suatu sistem koperasi. Sebagai suatu unit usaha, maka koperasi berkembang di seluruh masyarakat yang menyerap kebutuhan ekonomi sehari-hari. Koperasi melaksanakan perlindungan terhadap anggota dan memberi pengarahan agar status ekonominya meningkat Subyakto dan Cahyono, 1983:49. Bidang usaha koperasi mencerminkan jenis jasa yang ditawarkan koperasi kepada para pelanggannya. Berdasarkan bidang usaha ini, koperasi dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Koperasi konsumsi. Koperasi konsumsi adalah koperasi yang berusaha dalam bidang penyediaan barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para anggotanya. Koperasi ini sangat tergantung pada latar belakang kebutuhan anggota yang hendak dipenuhi melalui pendirian koperasi yang bersangkutan. 2. Koperasi Produksi Koperasi produksi adalah koperasi yang kegiatan utamanya melakukan pemrosesan bahan baku menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Namun demikian, karena kegiatan memproduksi suatu barang biasanya terkait secara langsung dengan kegiatan memasarkan barang-barang itu, koperasi produksi biasanya juga bergerak dalam pemasaran barang-barang yang diproduksinya. Universitas Sumatera Utara 26 3. Koperasi Pemasaran Koperasi pemasaran adalah koperasi yang dibentuk terutama untuk membantu para anggotanya dalam memasarkan barang-barang yang mereka hasilkan. Tujuan utamanya adalah untuk menyederhanakan rantai tata niaga, dan mengurangi sampai sekecil mungkin keterlibatan pedagang perantara dalam memasarkan produk-produk yang mereka hasilkan. 4. Koperasi Kredit Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggotanya yang memerlukan bantuan modal. Selain bertujuan untuk mendidik anggotanya bersikap hemat serta gemar menabung, koperasi kredit biasanya bertujuan untuk membebaskan para anggotanya dari jeratan para rentenir Baswir, 2000:76-78. Perkenalan bangsa Indonesia dengan Koperasi dimulai pada penghujung abad ke-19, tepatnya pada tahun 1895. Ditengah-tengah penderitaan masyarakat Indonesia, R. Aria Wiriaatmaja, seorang patih di Purwokerto, mempelopori berdirinya sebuah Bank yang bertujuan menolong para pegawai agar tidak terjerat oleh lintah darat. Badan usahanya berbentuk Koperasi, dan diberi nama Bank Penolong dan Tabungan Hulp en Spaarbank. Pelayanan bank itu semula masih terbatas untuk kalangan pegawai pamong praja rendahan yang dipandang memikul beban utang terlalu berat. Pada tahun 1898, atas bantuan E.Sieburg dan De Wolff Van Westerrode jangkauan pelayanan bank itu diperluas ke sektor pertanian Hulp-Spaar en Lanbouwcrediet Universitas Sumatera Utara 27 Bank. Tapi upaya ini tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah kolonial. Akibatnya setiap gerak-gerik Koperasi pertama Indonesia itu diawasi secara ketat dan mendapat banyak rintangan pemerintah kolonial Belanda. Dengan tumbuhnya kesadaran bangsa Indonesia, maka pelopor pergerakan nasional semakin menggiatkan usahanya untuk menggunakan Koperasi sebagai sarana perjuangannya. Melalui Budi Utomo 1908, dan Serikat Dagang Islam 1913, dipelopori pendirian beberapa jenis Koperasi Rumah Tangga, Koperasi industri kecil dan kerajinan. Karena rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya penyuluhan kepada masyarakat, dan miskinnya pemimpin Koperasi pada waktu itu, menyebabkan koperasi-koperasi ini pun tidak bisa bertahan lama. Perkembangan Koperasi di Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan yakni The Studi Club 1928, sebagai kelompok kaum intelektual Indonesia sangat menyadari peranan Koperasi sebagai salah satu alat perjuangan. Organisasi ini menganjurkan kepada para anggotanya untuk ikut mempelopori pendirian perkumpulan Koperasi di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Pada masa penjajahan Jepang, usaha-usaha koperasi di Indonesia disesuaikan dengan asas-asas kemiliteran dan dikembangkan suatu model Koperasi yang terkenal dengan sebutan Kumiai. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, ia bertugas menyalurkan barang-barang kebutuhan pokok rakyat. Propaganda yang dilakukan oleh pemerintah pendudukan Jepang berhasil meyakinkan masyarakat bahwa Kumiai didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, sehingga mendapat simpati yang cukup luas dari masyarakat. Tetapi pada saat kepercayaan masyarakat tumbuh terhadap Kumiai, Jepang mulai melakukan siasatnya untuk menyelewengkan asas-asas koperasi Universitas Sumatera Utara 28 yang sebenarnya untuk memenuhi kepentingan perang. Sehingga akhirnya masyarakat menyadari bahwa keberadaan Kumiai hanyalah untuk dijadikan sebagai tempat mengumpulkan bahan-bahan kebutuhan pokok guna kepentingan perang Jepang melawan Sekutu. Setelah memperoleh kemerdekaannya, bangsa Indonesia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan kebijakan ekonominya. Suatu hal yang sangat jelas adalah menonjolnya tekad para pemimpin bangsa Indonesia untuk mengubah tatanan perekonomian Indonesia yang liberal-kapitalistik menjadi tatanan perekonomian yang sesuai dengan semangat pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Melalui pasal itu, bangsa Indonesia bermaksud untuk menyusun suatu sistem perekonomian usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, yakni Koperasi. Berkat kerja keras Jawatan Koperasi, perkembangan koperasi pada masa ini mendapat dukungan penuh dari masyarakat. Setidaknya, sampai tahun 1959, perkembangan koperasi di Indonesia dapat dikatakan cukup pesat. Namun perkembangan ini hanya berlangsung sementara. Sebagai akibat diterapkannya sistem demokrasi liberal, perkembangan Koperasi kembali terombang-ambing. Partai-partai politik yang ada cenderung memanfaatkan Koperasi sebagai wadah untuk memperluas pengaruhnya. Dengan kata lain, koperasi pada masa ini cenderung hanya dijadikan sebagai alat politik. Hal ini telah menyebabkan rusaknya citra koperasi, dan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap koperasi sebagai organisasi ekonomi yang memperjuangkan peningkatan kesejahteraan mereka. Universitas Sumatera Utara 29 Dalam perkembangannya kemudian, koperasi mengalami jatuh bangun. Dan menyusul diberlakukannya UU No.121967, koperasi mulai berkembang kembali. Salah satu program pengembangan koperasi yang cukup menonjol pada masa ini adalah pembentukan Koperasi Unit Desa KUD. Pembentukan KUD ini merupakan penyatuan amalgasi dari beberapa Koperasi Pertanian yang kecil dan banyak jumlahnya di pedesaan Baswir,2000 : 26-32. K K O O P P E E R R A A S S I I S S I I M M P P A A N N P P I I N N J J A A M M K K O O P P D D I I T T Koperasi Simpan Pinjam didirikan untuk memberikan kesempatan kepada anggota-anggotanya untuk memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan ongkos bunga yang ringan. Itulah sebabnya koperasi ini disebut pula koperasi kredit. Fungsi pinjaman dalam koperasi kredit adalah untuk memperbaiki ekonomi para anggotanya Anoraga dan Widiyanti, 1997 : 22. Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggotanya yang memerlukan bantuan modal. Koperasi kredit juga bertujuan untuk membebaskan para anggotanya dari jeratan para rentenir Baswir,2000:76-78. Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang anggota-anggotanya setiap orang mempunyai kepentingan langsung di bidang perkreditan. Adapun tujuan koperasi kredit adalah sebagai berikut : 1. Membantu keperluan kredit para anggota yang sangat banyak membutuhkan dengan syarat dan bunga yang ringan. Universitas Sumatera Utara 30 2. Mendidik para anggota supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk modal sendiri. 3. Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatannya. 4. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian. Sumber dana koperasi simpan pinjam berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela. Sumber dana yang lain berupa pinjaman dari LSD setempat, ada juga yang memperoleh dana dari koperta setempat. Koperasi-koperasi kredit umumnya memberikan kredit untuk usaha pertanian, perdagangan dan juga untuk keperluan konsumsi Wijaya, 1999. Agar tidak memberatkan para anggotanya, pengurus koperasi harus cermat menetapkan tingkat suku bunga pinjaman yang sesuai dengan daya jangkau para anggota pada umumnya. Selain itu, pengurus koperasi harus mengupayakan agar pinjaman itu benar-benar memberikan manfaat Anoraga dan Sudantoko, 2002. Struktur organisasi Kopdit berdasarkan tingkatannya terdiri dari Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia BK3I di tingkat nasional, membawahi Koordinasi Koperasi Kredit Daerah BK3D di tingkat I, yang dikembangkan menjadi Pusat Koperasi Kredit Puskopdit pelaksana pinjaman antar Kopdit membawahi wilayah koordinator di daerah tingkat II, yang mengkoordinir kegiatan Kopdit. Di tingkat unit Kopdit dapat dilihat pada gambar berikut: Universitas Sumatera Utara 31 Gambar 1. Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam Kopdit B B a a d d a a n n P P e e n n g g u u r r u u s s Keterangan : : Garis Bimbinganpengawasan : Pembinaan KeanggotaanKoperasi : Memilih Dari struktur organisasi Koperasi Simpan Pinjam di atas terlihat bahwa pengelolaan koperasi dilaksanakan oleh panitia-panitia. Panitia kredit berwenang dalam bidang pinjaman, panitia pendidikan, penyuluhan anggota dan melakukan interaksi antar organisasi dan anggota. Bendahara sebagai pelaksana administrasi keuangan sedangkan badan pemeriksa yang kedudukannya setara dengan dewan pimpinan bertugas mengawasi jalannya organisasi. K K O O P P E E R R A A S S I I U U N N I I T T D D E E S S A A K K U U D D Koperasi Unit Desa didahului dengan berdirinya BUUDKUD berdasarkan pada Inpres No.4 tahun 1973. Tujuan dari pembentukan KUD adalah: 1. Menjamin terlaksananya produksi program peningkatan produksi pertanian, khususnya produksi pangan secara efektif dan efisien. 2. Memberikan kepastian bagi petani produsen khususnya, serta masyarakat desa pada umumnya bahwa mereka tidak hanya mempunyai tujuan untuk ikut serta meningkatkan produksi sendiri, tetapi juga secara nyata dapat Rapat Umum Anggota Manajer Staff Panitia lain-lain Dewan Penasehat Dewan Pimpinan Panitia Kredit Dewan Badan Universitas Sumatera Utara 32 memetik dan menikmati hasilnya guna meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraannya Firdaus dan Susanto, 2002. Koperasi Unit Desa adalah koperasi serba usaha yang meliputi semua bidang kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan, seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan, industri, kelisrikan desa, jasa serta melaksanakan fungsi-fungsi: 1. Perkreditan 2. Pengolahan dan pemasaran hasil produksi 3. Penyediaan dan penyaluran sarana-sarana produksi serta barang-barang keperluan sehari-hari dan jasa-jasa lainnya. 4. Kegiatan perekonomian lainnya, seperti perdagangan, pengangkutan dan sebagainya Sudarsono dan Edilius, 2000 : 217. Dalam rangka meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat di daerah pedesaan, pemerintah menganjurkan pembentukan Koperasi-koperasi Unit Desa KUD. Satu unit desa terdiri dari beberapa desa dalam satu kecamatan yang merupakan satu kesatuan potensi ekonomi. Untuk satu wilayah potensi ekonomi ini dianjurkan membentuk satu Koperasi yang disebut Koperasi Unit Desa, disingkat KUD. Hanya, apabila potensi ekonomi satu kecamatan memungkinkannya, maka dapat dibentuk lebih dari satu KUD. Dengan demikian ada kemungkinan KUD itu meliputi satu atau beberapa desa saja, tetapi diharapkan agar dapat meliputi semua desa di dalam satu kecamatan Anoraga dan Widiyanti, 1997 : 36. Anggota koperasi unit desa terdiri dari orang-orang yang bertempat tinggal dan menjalankan usahanya di wilayah yang menjadi daerah kerja koperasi Universitas Sumatera Utara 33 tersebut. Karena beraneka ragamnya kebutuhan mereka, koperasi unit desa dapat menekuni beberapa bidang kegiatan misalnya menyediakan kredit bagi anggotanya dan warga desa pada umumnya, menyediakan sarana produksi pertanian atau bahkan industri, pengolahan dan pemasaran hasil produksi para anggotanya, penyediaan jasa angkutan serta kelistrikan, dan lain sebagainya Anoraga dan Sudantoko, 2002 : 25. Susunan organisasi KUD berdasarkan tingkatannya adalah koperasi primer KUD, koperasi pusat tingkat daerah II, koperasi gabungan tingkat daerah I, dan induk koperasi tingkat pusat, sedangkan pada tingkat unit KUD struktur organisasi seperti yang digambarkan berikut ini: Gambar 2. Struktur Organisasi Koperasi Unit Desa KUD

2.2. Landasan Teori