Analisis Pengaruh Akuntabilitas, Kompetensi dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Pada Inspektorat Kota Medan

(1)

ANALISIS PENGARUH AKUNTABILITAS, KOMPETENSI

DAN INDEPENDENSI PEMERIKSA TERHADAP

KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN PADA

INSPEKTORAT KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

BONA MANUEL TARIGAN SIBERO

077017034/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA


(2)

ANALISIS PENGARUH AKUNTABILITAS, KOMPETENSI

DAN INDEPENDENSI PEMERIKSA TERHADAP

KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN PADA

INSPEKTORAT KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

BONA MANUEL TARIGAN SIBERO

077017034/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis

:

ANALISIS PENGARUH AKUNTABILITAS,

KOMPETENSI DAN INDEPEDENSI PEMERIKSA TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN PADA INSPEKTORAT KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Bona Manuel Tarigan Sibero

Nomor Pokok : 077017034

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Erlina, SE, M.Si, Ph.D,Ak) (Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak

Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 23 Februari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak

Anggota : 1. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Drs. Rasdianto, M.Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

Analisis Pengaruh Akuntabilitas, Kompetensi dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Pada Inspektorat Kota Medan.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Sumber-sumber data dan infomasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Februari 2010 Yang membuat pernyataan


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh akuntabilitas, kompetensi dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Inspektorat Kota Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah 34 (tiga puluh empat) orang pemeriksa yang ada di Inspektorat Kota Medan. Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner secara langsung kepada seluruh pemeriksa di Inspektorat Kota Medan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akuntabilitas, kompetensi dan independensi pemeriksa secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Inspektorat Kota Medan, sedangkan secara parsial hanya kompetensi yang tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Inspektorat Kota Medan.

Kata kunci: Akuntabilitas, Kompetensi, Independensi Pemeriksa dan Kualitas Hasil Pemeriksaan.


(7)

ABSTRACT

This Research was conducted to know whether there are effects of accountability, competence and independence of the auditor of the quality of the results of inspection at Inspektorat Kota Medan.

Population in this research is 34 (thirty four) auditors who was in the Inspektorat Kota Medan. The data in this study is the primary data obtained from questionnaires directly to the auditors at the Inspektorat Kota Medan.

This results indicate that accountability, competence and independence of auditors simultaneously have a significant effect on the quality of the results of the Inspektorat Kota Medan, while partially only competence does not have a significant impact in the quality of the result of inspection at Inspektorat Kota Medan.

Keywords: Accountability, Competence, Auditor Independence and Quality of The Results of Inspection.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas Kasih Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Analisis Pengaruh Akuntabilitas, Kompetensi dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Pada Inspektorat Kota Medan” yang merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis telah menerima bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran pemikiran untuk penyempurnaan tesis ini.

3. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran-saran, serta dukungan sehingga tesis ini dapat selesai.

4. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku Sekretaris Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan memberikan saran-saran.

5. Drs. Rasdianto, M.Si, Ak dan Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran pemikiran untuk penyempurnaan tesis ini.

6. Seluruh dosen dan staf pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

7. Kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda B. Tarigan dan Ibunda S br Sebayang, yang selalu memberikan dukungan yang tiada hentinya.

8. B. Sebayang dan R br Kacaribu selaku mertua penulis.

9. Istriku tercinta Imelda Evilida br Sebayang dan anakku terkasih Kevin Bryan Tarigan yang selalu memberikan warna di dalam kehidupan penulis.

10.Leonata Sirait dan Daniel Windu Nugroho yang selalu menemani penulis untuk mengerjakan tesis ini.

11.Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini tak luput dari kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu diperlukan masukan dan saran perbaikan dari pembaca. Semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi perkembangan Ilmu Akuntansi.

Medan, Februari 2010 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Bona Manuel Tarigan Sibero 2. Tempat/Tanggal Lahir : Jatibarang/15 Oktober 1980 3. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

4. Alamat : Jl. Jamin Ginting No.130, Medan 5. Jenis Kelamin : Laki-Laki

6. Orang Tua

a) Ayah : B. Tarigan b) Ibu : S br Sebayang 7. Pendidikan

a) SD : SD ST. Antonius II Medan, Lulus Tahun 1993 b) SMP : SMP ST Thomas I Medan, Lulus Tahun 1996 c) SMU : SMU Negeri 3 Bandung, Lulus Tahun 1999 d) Universitas : Universitas Trisakti Jakarta, Lulus Tahun 2004 e) Pascasarjana : Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I. PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian………... 1

1.2 Perumusan Masalah………... 6

1.3 Tujuan Penelitian………... 6

1.4 Manfaat Penelitian………... 6

1.5 Originalitas Penelitian... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Landasan Teori ………... 8

2.1.1 Kualitas Hasil Pemeriksaan ……… 8

2.1.2 Akuntabilitas……… 11

2.1.3 Kompetensi……….. 14

2.1.4 Independensi Pemeriksa………... 18

2.2 Review Penelitian Terdahulu ………. 24

BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS……...……... 27

3.1 Kerangka Konsep ……….. ... 27

3.2 Hipotesis ………... 28


(12)

4.1 Rancangan Penelitian………... 29

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian………... 29

4.3 Teknik Pengumpulan Data………... 30

4.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 30

4.5 Model dan Teknik Analisis Data..………... 34

4.5.1 Uji Kualitas Data………... 34

4.5.1.1 Uji Validitas………... 34

4.5.1.2 Uji Reliabilitas………... 34

4.5.2 Uji Asumsi Klasik.………... 35

4.5.2.1 Uji Normalitas………... 35

4.5.2.2 Uji Multikolinearitas... 35

4.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas..………... 36

4.5.3 Uji Hipotesis………... 36

BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN..….……... 38

5.1 Deskriptif Data...………... 38

5.1.1 Karakteristik Penelitian………... 38

5.1.2 Uji Response Bias………... 39

5.2 Analisis Data...………... 39

5.2.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data………... 39

5.2.1.1 Uji Validitas………... 39

5.2.1.2 Uji Reliabilitas………... 41

5.3 Deskripsi Hasil Penelitian...………... 42

5.4 Pengujian Asumsi Klasik...………... 42

5.4.1 Pengujian Normalitas….………... 43

5.4.2 Pengujian Multikolinearitas.………... 44

5.4.3 Pengujian Heteroskedastisitas………... 44

5.5 Pengujian Hipotesis………... 45

5.6 Hasil Analisis Data………..………... 48


(13)

6.2 Keterbatasan...………... 54 6.3 Saran... 54


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Review Penelitian Terdahulu.………... 25

4.1 Definisi Operasional Variabel………... 33

5.1 Data Demografi Responden………... 38

5.2 Uji Validitas Variabel………... 40

5.3 Uji Reliabilitas Variabel……… 41

5.4 Deskripsi Statistik………. 42

5.5 Uji Multikolinearitas………... 44


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1 Kerangka Konseptual……….………... 27

5.1 Pengujian Normalitas Data………... 43 5.2 Uji Heteroskedastisitas………... 45


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Daftar Pertanyaan Penelitian..……….………... 60

2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas….………... 64

3. Deskriftif Statistik………... 68

4. Uji Asumsi Klasik………... 69

5. Uji Hipotesis………... 71


(17)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh akuntabilitas, kompetensi dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Inspektorat Kota Medan.

Populasi dalam penelitian ini adalah 34 (tiga puluh empat) orang pemeriksa yang ada di Inspektorat Kota Medan. Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner secara langsung kepada seluruh pemeriksa di Inspektorat Kota Medan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akuntabilitas, kompetensi dan independensi pemeriksa secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Inspektorat Kota Medan, sedangkan secara parsial hanya kompetensi yang tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Inspektorat Kota Medan.

Kata kunci: Akuntabilitas, Kompetensi, Independensi Pemeriksa dan Kualitas Hasil Pemeriksaan.


(18)

ABSTRACT

This Research was conducted to know whether there are effects of accountability, competence and independence of the auditor of the quality of the results of inspection at Inspektorat Kota Medan.

Population in this research is 34 (thirty four) auditors who was in the Inspektorat Kota Medan. The data in this study is the primary data obtained from questionnaires directly to the auditors at the Inspektorat Kota Medan.

This results indicate that accountability, competence and independence of auditors simultaneously have a significant effect on the quality of the results of the Inspektorat Kota Medan, while partially only competence does not have a significant impact in the quality of the result of inspection at Inspektorat Kota Medan.

Keywords: Accountability, Competence, Auditor Independence and Quality of The Results of Inspection.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pada dasarnya setiap organisasi mempunyai tujuan tertentu yang menunjukkan apa yang ingin dicapai. Demikian pula dengan pemerintah daerah, sebagai organisasi publik, mempunyai tujuan di dalam pelaksanaan fungsi pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan (Rasyid, 1997.48). Untuk mencapai tujuan organisasi maka diperlukan pengelolaan fungsi manajemen yang salah satunya adalah fungsi pengawasan. Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi untuk menghindari terjadinya penyimpangan, penyelewengan dan kebocoran yang akan merugikan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

Dalam PP 79 Tahun 2005 Pasal 24 untuk pengawasan terhadap urusan pemerintah di daerah dilakukan oleh Pejabat Pengawas Pemerintah yang terdiri dari APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah) di Inspektorat Jenderal Departemen, Unit Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bertanggung jawab kepada Menteri/Kepala LPND, Inspektorat Provinsi yang bertanggung jawab kepada Gubernur dan Inspektorat Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.

Inspektorat Kota Medan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah kota Medan No. 3 Tahun 2009 sebagai pelaksana pengawasan fungsional yang dipimpin oleh


(20)

seorang Kepala Inspektorat. Inspektorat Kota Medan Medan adalah bagian dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berada di dalam lingkup Pemerintah Kota Medan di mana kedudukan Inspektorat Kota Medan sejajar dengan dinas atau badan di Pemerintah Kota Medan yang dipimpin oleh Pejabat Eselon II/b.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemeriksa internal Pemerintah Kota Medan, staf Inspektorat Kota Medan melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ada di Kota Medan. Pemeriksaan yang dilakukan pada akhirnya akan menghasilkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Laporan Hasil Pemeriksaan Inspektorat Kota Medan hanya sebatas pemberian saran kepada Kepala Daerah terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah yang diperiksa, sedangkan untuk implementasi dari saran-saran tersebut merupakan hak prerogatif Kepala Daerah.

Kualitas hasil kerja dinilai dari seberapa baik sebuah pekerjaan diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk pemeriksa, kualitas kerja dilihat dari kualitas hasil pemeriksaannya yang dihasilkan dari seberapa banyak pemeriksa memberikan respon yang benar dari setiap pemeriksaan yang diselesaikan (Tan dan Alison, 1999). Menurut Irahandayani (2002), kualitas hasil pemeriksaan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu berkualitas (dapat dipertanggungjawabkan) dan tidak berkualitas (tidak dapat dipertanggungjawabkan). Diani dan Ria (2006) menyatakan bahwa pengetahuan auditor memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Nizarul dan Trisni (2006) menyimpulkan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan


(21)

terhadap kualitas audit. Cloyd (1997) meneliti pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor. Hasil penelitian Cloyd (1997) membuktikan akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil kerja auditor jika pengetahuan audit yang dimiliki tinggi. Sedangkan hasil penelitian Tan dan Alison (1999) membuktikan bahwa akuntabilitas tidak mempengaruhi kualitas hasil kerja baik untuk pekerjaan dengan kompleksitas kerja rendah, menengah ataupun tinggi.

Tan dan Alison (1999) melihat ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas individu. Pertama, seberapa besar motivasi mereka untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Kedua, seberapa besar usaha/daya pikir yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Orang dengan akuntabilitas tinggi mencurahkan usaha/daya pikir yang lebih besar dibanding orang dengan akuntabilitas rendah ketika menyelesaikan pekerjaan (Cloyd, 1997). Dan yang ketiga, seberapa yakin mereka bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan.

Kompetensi didefenisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan dimana kompetensi akan menghasilkan kinerja. Ashton (1991) menunjukkan bahwa dalam literatur psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting di dalam meningkatkan kompetensi. Ashton juga menjelaskan bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain selain pengalaman.


(22)

Menurut Taylor (1997), ada dua aspek independensi, yaitu : Independensi sikap mental, independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran pemeriksa untuk bertindak dan bersikap independen dan Independensi penampilan, independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi pemeriksa. Selain independensi sikap mental dan independensi penampilan, Mautz (1993) mengemukakan bahwa independensi pemeriksa juga meliputi independensi praktisi dan independensi profesi. Independensi praktisi berhubungan dengan kemampuan praktisi secara individual untuk mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak dalam perencanaan program, pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan. Sedangkan independensi profesi berhubungan dengan kesan masyarakat terhadap profesi pemeriksa.

Pada kenyataannya fungsi pengawasan yang dilakukan Inspektorat Kota Medan belum bisa diharapkan efektifitasnya. Hal ini disebabkan kemampuan dari para pemeriksa yang kurang dapat diandalkan karena rendahnya realisasi program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya pemeriksa, keberadaan Inspektorat Kota Medan yang belum dapat diterima sebagai mitra kerja oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah lainnya yang berada pada lingkup Pemerintah Kota Medan, kurangnya independensi dari staf Inspektorat Kota Medan dikarenakan Laporan Hasil Pemeriksaan Inspektorat Kota Medan hanya sebatas pemberian saran kepada Kepala Daerah terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang diperiksa, sedangkan untuk implementasi dari saran-saran tersebut merupakan hak prerogatif Kepala Daerah.


(23)

Ketidakefektifan peran Inspektorat Kota Medan sebagai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) ini dapat dilihat dari kurangnya temuan pada saat melakukan pemeriksaan, sehingga SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang diperiksa tidak dapat melakukan tindakan perbaikan. Akibat dari tidak maksimalnya fungsi Inspektorat Kota Medan ini maka BPK-RI memberikan opini disclamer terhadap Laporan Keuangan Daerah (LKD) Kota Medan pada tahun anggaran 2007. Setiap tahap dalam pengelolaan keuangan daerah memerlukan suatu penguatan pada sisi pengawasan. Pengawasan ini dilakukan oleh auditor Inspektorat pemerintah daerah sesuai dengan bidang kewenangannya masing-masing. Peran auditor Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah sangat besar dan memiliki nilai yang sangat strategis untuk dapat mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efesiensi, efektif, transparan dan akuntabel. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat permasalahan dan kelemahan dalam pengelolaan keuangan daerah dari pengawasan auditor Inspektorat, yaitu masih rendahnya peranan Inspektorat daerah dalam keseluruhan proses atau siklus pengelolaan keuangan daerah baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, penatusahaan, dan pelaporan.

Hasil audit akan memberi dampak sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka aparat pengawasan fungsional intern selaku auditor yang melaksanakan pemeriksaan pengelolaan keuangan dan kinerja operasional pemerintah daerah harus memiliki profesionalitas yaitu persyaratan kemampuan/keahlian, independensi dan penggunaan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama (BPK, 1995).


(24)

Atas dasar fenomena tersebut menarik untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh akuntabilitas, kompetensi dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Inspektorat Kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut : ”Apakah akuntabilitas, kompetensi dan independensi pemeriksa berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan baik secara parsial dan simultan di Inspektorat Kota Medan ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini mempunyai tujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris tentang ”Pengaruh akuntabilitas, kompetensi, dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan baik secara parsial dan simultan di Inspektorat Kota Medan”.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi:

1. Bagi Peneliti diharapkan dapat menambah pengalaman, pemahaman kemampuan intelektual tentang akuntabilitas, kompetensi dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan.


(25)

2. Bagi Inspektorat Kota Medan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang kualitas pemeriksa dan kualitas hasil pemeriksaan, tuntutan kompetensi yang dapat meningkatkan kinerja Inspektorat Kota Medan di masa yang akan datang dan bagi Pemko Medan, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan yang baru bagi jajaran Pemko Medan dalam memahami fungsi, peran, tanggung jawab dan tugas Inspektorat Kota Medan.

3. Bagi Peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan memperkaya hasil penelitian dan sebagai bahan referensi peneliti lain yang meneliti hal yang sama dengan menambah variabel lainnya.

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nizarul dan Trisni (2006), dengan variabel penelitian meliputi kompetensi, independensi dan kualitas audit. Sedangkan variabel penelitian ini meliputi akuntabilitas, kompetensi, independensi dan kualitas hasil pemeriksaan yang diadopsi dari penelitian mereka. Penelitian ini lebih mengarah kepada kualitas hasil pemeriksaan pada pemeriksaan internal dengan menggunakan populasi seluruh pemeriksa di Inspektorat Kota Medan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nizarul dan Trisni (2006) lebih mengarah kepada kualitas audit pada pemeriksaan eksternal dengan populasi seluruh pemeriksa pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan pemerintah daerah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis yaitu audit keuangan, audit kinerja dan audit investigasi (Bastian, 2001). Agar kualitas hasil pemeriksaan baik, maka aparat pengawasan fungsional intern selaku auditor yang melaksanakan pemeriksaan pengelolaan keuangan dan kinerja operasional pemerintah daerah harus memiliki profesionalitas yang meliputi akuntabilitas, kompetensi dan independensi.

2.1.1 Kualitas Hasil Pemeriksaan

Hasil pemeriksaan atas pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah dikatakan berkualitas jika hasil pemeriksaan tersebut dapat meningkatkan bobot pertanggungjawaban atau akuntabilitas, serta dapat memberikan informasi pembuktian ada tidaknya penyimpangan, kesalahan serta tindak pidana korupsi. Hal ini akan memberikan kontribusi bagi mutu akuntabilitas instansi pemerintah daerah yang bersih dan bebas korupsi. De Angelo (1981) mendefenisikan kualitas audit sebagai probabilitas seorang auditor dalam menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.


(27)

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyatakan definisi kualitas hasil pemeriksaan yaitu: ”Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan”.

Dengan demikian kualitas hasil pemeriksaan akan dipengaruhi oleh akuntabilitas, kompetensi, dan independensi pemeriksa. Variabel-variabel ini merupakan bagian dari kualitas hasil pemeriksaan. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah menyatakan Laporan Hasil Pemeriksaan merupakan hasil akhir dari proses pemeriksaan yang berguna untuk mengkomunikasikan hasil pemeriksaan kepada auditi dan pihak lain yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan, menghindari kesalahpahaman atas hasil audit, menjadi bahan untuk melakukan tindakan perbaikan bagi auditi dan instansi terkait dan memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh tindakan perbaikan yang semestinya telah dilakukan.

Austin dan Langston (1981) ingin menggali dampak telaah dari rekan auditor terhadap pengendalian kualitas dan kinerja yang dilakukan oleh akuntan. Faktor pengendalian kualitas dan kinerja yang dipelajari adalah pengendalian kualitas,

self-regulation, dan efektivitas biaya. Sampel penelitian ini adalah 133 orang akuntan


(28)

akuntan setuju bahwa telaah dari rekan auditor merupakan media yang bermanfaat untuk meningkatkan pengendalian kualitas firma auditor. Tawaf (1999) melihat kualitas hasil audit dari sisi supervisi. Menurut Tawaf (1999) agar audit yang dihasilkan berkualitas, supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan dimulai dari awal hingga akhir penugasan audit.

Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap, dan obyektif adalah dengan mendapatkan reviu dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggung jawab tidak hanya mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, atau tidak ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang direncanakan. Pemeriksa harus memuat komentar pejabat tersebut dalam laporan hasil pemeriksaannya.

Pemeriksa harus meminta pejabat yang bertanggung jawab untuk memberikan tanggapan tertulis terhadap temuan, simpulan, dan rekomendasi, termasuk tindakan perbaikan yang direncanakan oleh manajemen entitas yang diperiksa. Tanggapan yang diperoleh harus dievaluasi secara seimbang dan obyektif. Tanggapan yang berupa suatu janji atau rencana untuk tindakan perbaikan tidak boleh diterima sebagai alasan untuk menghilangkan temuan yang signifikan atau rekomendasi yang berkaitan.


(29)

Apabila tanggapan dari entitas yang diperiksa bertentangan dengan temuan, simpulan, atau rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan dan menurut pemeriksa, tanggapan tersebut tidak benar atau apabila rencana tindakan perbaikannya tidak sesuai dengan rekomendasi, maka pemeriksa harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan dan rencana tindakan perbaikan tersebut beserta alasannya. Ketidaksetujuan tersebut harus disampaikan secara seimbang dan obyektif. Sebaliknya, pemeriksa harus memperbaiki laporannya apabila pemeriksa berpendapat bahwa tanggapan tersebut benar.

2.1.2 Akuntabilitas

Akuntabilitas menjelaskan peran dan tanggungjawab pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan dan kedisiplinan dalam melengkapi pekerjaan dan pelaporan. Kualitas dari hasil pekerjaan pemeriksa dapat dipengaruhi oleh rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang dimiliki pemeriksa dalam menyelesaikan pekerjaan audit. Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya yang akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya.

Ada banyak penelitian psikologi sosial yang membuktikan adanya hubungan

dan pengaruh akuntabilitas seseorang terhadap kualitas pekerjaan. Messier dan Quilliam (1992) mengungkapkan bahwa akuntabilitas yang dimiliki

auditor dapat meningkatkan proses kognitif auditor dalam mengambil keputusan. Tetclock dan Kim (1987) juga mengkaji tentang permasalahan akuntabilitas auditor


(30)

dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan. Penelitian ini dilakukan dengan membagi subjek penelitian menjadi tiga kelompok: pertama, kelompok yang diberikan instruksi bahwa pekerjaan mereka tidak akan diperiksa oleh atasan (no

accountability); kedua, kelompok yang diberikan instruksi diawal (sebelum

melaksanakan pekerjaan) bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan (preexposure accountability); ketiga, kelompok yang diberikan instruksi bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan, tetapi instruksi ini baru disampaikan setelah mereka menyelesaikan pekerjaan (postexposure accountability). Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa subjek penelitian dalam kelompok preexposure

accountability menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas dibandingkan dengan

kelompok lainnya. Mereka melakukan proses kognitif yang lebih lengkap, respon yang lebih tepat dan melaporkan keputusan yang lebih dapat dipercaya dan realistis.

Chaikan (1980) melakukan penelitian tentang akuntabilitas seseorang yang dikaitkan dengan sesuatu yang mereka senangi dan tidak disenangi. Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa untuk subjek yang memiliki akuntabilitas tinggi, setiap mengambil tindakan lebih berdasarkan alasan-alasan yang rasional tidak hanya semata-mata berdasarkan sesuatu itu mereka senangi atau tidak.

Cloyd (1997) meneliti interaksi akuntabilitas dengan pengetahuan untuk menentukan kualitas hasil kerja pada auditor yang menangani masalah perpajakan. Dari penelitian tersebut terbukti bahwa akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil kerja untuk subjek yang memiliki pengetahuan perpajakan yang tinggi. Dalam penelitian ini Cloyd (1997) membuat asumsi bahwa tingkat kerumitan tugas


(31)

(kompleksitas kerja) yang ditangani petugas perpajakan tersebut adalah sama yaitu memiliki kompleksitas tinggi.

Penelitian Cloyd (1997) ini dikembangkan oleh Tan dan Alison (1999), yang membagi kualitas hasil pekerjaan berdasarkan tingkat kompleksitasnya, yaitu kualitas hasil kerja untuk jenis pekerjaan dengan kompleksitas rendah, sedang dan tinggi serta menambahkan variabel kemampuan pemecahan masalah sebagai salah satu variabel yang juga mempengaruhi interaksi akuntabilitas individu dengan kualitas hasil pekerjaanya. Subjek dari penelitian ini adalah akuntan publik. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa untuk kompleksitas kerja yang rendah, akuntabilitas tidak mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan individu. Untuk kompleksitas kerja yang menengah (lebih rumit), akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil pekerjaan jika didukung dengan pengetahuan yang tinggi. Sedangkan untuk kompleksitas kerja yang sangat tinggi, akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil pekerjaan jika didukung dengan pengetahuan dan kemampuan memecahkan masalah yang tinggi. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Cloyd (1997) serta Tan dan Alison (1999) di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas, pengetahuan dan kompleksitas kerja mempunyai pengaruh terhadap kualitas hasil kerja.

Cloyd (1997) serta Tan dan Alison (1999) melihat ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas individu. Pertama, seberapa besar motivasi mereka untuk meyelesaikan pekerjaan tesebut. Motivasi secara umum adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk


(32)

melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Menurut Libby dan Luft (1993), dalam kaitannya dengan akuntabilitas seseorang, orang dengan akuntabilitas tinggi juga memiliki motivasi tinggi dalam mengerjakan sesuatu. Kedua, seberapa besar usaha (daya pikir) yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Orang dengan akuntabilitas tinggi mencurahkan usaha (daya pikir) yang lebih besar dibanding orang dengan akuntabilitas rendah ketika menyelesaikan pekerjaan (Cloyd, 1997) dan ketiga, seberapa yakin mereka bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan. Keyakinan bahwa sebuah pekerjaan akan diperiksa atau dinilai orang lain dapat meningkatkan keinginan dan usaha seseorang untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas.

2.1.3 Kompetensi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah menyatakan kompetensi teknis yang harus dimiliki oleh pemeriksa adalah auditing, akuntansi, administrasi dan komunikasi. Disamping wajib memiliki keahlian tentang standar audit, kebijakan, prosedur dan praktik-praktik audit, auditor harus memiliki keahlian yang memadai tentang lingkungan pemerintahan sesuai dengan tupoksi unit yang dilayani oleh APIP.

Dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa


(33)

wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Selanjutnya dalam Standar Profesi Audit Internal (1200;9) dinyatakan bahwa auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan. Guna melaksanakan fungsinya, audit internal secara kolektif harus memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.

Kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan di mana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.

Susanto (2000) menyatakan bahwa definisi tentang kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing juga sering diukur dengan pengalaman (Mayangsari, 2003).

Ashton (1991) menunjukkan bahwa pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkan kompetensi. Ia juga menjelaskan bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik


(34)

karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain selain pengalaman. Pendapat ini didukung oleh Schmidt (1988) yang memberikan bukti empiris bahwa terdapat hubungan antara pengalaman bekerja dengan kinerja yang dimoderasi dengan lama pengalaman dan kompleksitas tugas. Selain itu, penelitian yang dilakukan Bonner (1990) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai spesifikasi tugas dapat meningkatkan kinerja auditor berpengalaman, walaupun hanya dalam penetapan risiko analitis. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang baik akan tergantung pada kompetensi dan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor (Hogarth, 1991).

Choo dan Trotman (1991) memberikan bukti empiris bahwa auditor berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum (atypical) dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi antara auditor yang berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman tidak berbeda dalam menemukan item-item yang umum (typical). Penelitian serupa dilakukan oleh Tubbs (1992) yang menunjukkan bahwa subyek yang mempunyai pengalaman audit lebih banyak, maka akan menemukan kesalahan yang lebih banyak dan item-item kesalahannya lebih besar dibandingkan auditor yang pengalaman auditnya lebih sedikit. Abdolmohammadi dan Wright (1987) memberikan bukti empiris bahwa dampak pengalaman auditor akan signifikan ketika kompleksitas tugas dipertimbangkan.

Yudhi dan Meifida (2005) meneliti pengaruh pengalaman auditor terhadap penggunaan bukti tidak relevan dalam auditor judgment. Penelitian ini


(35)

mengungkapkan bahwa auditor berpengalaman tidak terpengaruh oleh adanya informasi tidak relevan dalam membuat going concern judgment

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas:

1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kanfer dan Ackerman (1989) juga mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan.

2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas, kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Gibbin’s dan Larocque’s (1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, dan kemampuan untuk bekerja sama adalah unsur penting bagi kompetensi audit.

Untuk meningkatkan kualitas pemeriksanya, Inspektorat Kota Medan dalam Rencana Kerja dan Aggaran untuk tahun 2009 telah meningkatkan anggaran untuk pengembangan sumber daya manusia. Hal ini dimaksudkan agar staf Inspektorat Kota Medan dapat mengikuti berbagai macam pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kompetensi staf Inspektorat Kota Medan.


(36)

2.1.4 Independensi Pemeriksa

Dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan para auditornya harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya. Independensi APIP serta obyektifitas auditor diperlukan agar kredibilitas hasil pekerjaan APIP meningkat. Posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi dan memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan tertinggi organisasi sehingga dapat bekerjasama dengan auditi dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa (PER/05/M.PAN/03/2008).

Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah mengatur tentang independensi auditor internal. Kode etik dimaksudkan untuk memberikan pengertian dan penjabaran mengenai aturan perilaku sebagai pejabat pengawas pemerintah yang profesional dan sebagai pedoman bagi aparat pengawas dalam berhubungan dengan lembaga organisasinya, sesama pejabat pengawas pemerintah, pihak yang diawasi, pihak lain yang terkait dan masyarakat, agar terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang sehat dan terlaksananya pengendalian pengawasan. Dengan demikian dapat terwujud kinerja yang tinggi dalam mempertahankan profesionalisme, integritas, obyektivitas dan independensi serta memelihara citra organisasi dan masyarakat.


(37)

Dalam norma pelaksanaan pemeriksaan pejabat pengawas pemerintah diwajibkan mengungkapkan permasalahan yang terjadi di daerah secara kronologis, obyektif, cermat dan independen.

1. Pengungkapan permasalahan secara kronologis yaitu menguraikan latar belakang permasalahan, penanggungjawab kegiatan, pelaku/ pelaksana kegiatan yang terlibat, permasalahan yang terjadi dan dibuktikan dengan fakta/data secara akurat, lengkap dan sah sampai dengan kondisi nyata pada saat dilakukan pemeriksaan;

2. Pengungkapan permasalahan secara obyektif menempatkan pejabat pengawas pemerintah untuk bersikap dan bertindak berdasarkan alat bukti yang ditemukan;

3. Pengungkapan permasalahan secara cermat mengharuskan pejabat pengawas pemerintah harus selalu waspada menghadapi suatu kondisi, situasi, transaksi, kegiatan yang mengandung indikasi penyimpangan, penyelewengan, ketidakwajaran, pemborosan atau ketidakhematan dalam penggunaan sumberdaya yang ada; dan

4. Pengungkapan permasalahan secara independen mengharuskan pejabat pengawas pemerintah dan/atau pejabat yang diawasi untuk mempertahankan independensinya sehingga tidak memihak kepada suatu kepentingan tertentu.

Independensi menurut E.B. Wilcox (1952) merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut


(38)

tidak independen terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun (Mautz dan Sharaf, 1993).

Kode Etik Akuntan tahun 1994 menyebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Lavin (1976) menunjukkan bahwa pembuatan pembukuan perusahaan atau pelaksanaan fungsi pengolahan data oleh auditor tidak akan berpengaruh terhadap teknik-teknik yang digunakan auditor untuk mengaudit. Selain itu penggunaan komputer klien untuk hubungan bisnis dianggap juga tidak merusak independensi auditor.

Hasil penelitian Pany dan Reckers (1980) ini menunjukkan bahwa hadiah meskipun jumlahnya sedikit berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor, sedangkan ukuran klien tidak berpengaruh secara signifikan. Penelitian oleh Knapp (1985) menunjukkan bahwa subyektivitas terbesar dalam teknik standar mengurangi kemampuan auditor untuk bertahan dalam tekanan klien dan posisi keuangan yang sehat mempunyai kemampuan untuk menghasilkan konflik audit.

Mayangsari (2003) menemukan bahwa hasil pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan alat analisis ANOVA diperoleh hasil bahwa auditor yang memiliki keahlian dan independen memberikan pendapat tentang kelangsungan hidup perusahaan yang cenderung benar dibandingkan auditor yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki keduanya. Hasil pengujian


(39)

hipotesis kedua dengan menggunakan uji Simple Factorial Analysis of Variance diperoleh hasil bahwa auditor yang ahli lebih banyak mengingat informasi yang

atypical sedangkan auditor yang tidak ahli lebih banyak mengingat informasi yang typical.

Menurut Taylor (1997), ada dua aspek independensi, yaitu:

1. Independensi sikap mental (independence of mind/independence of mental

attitude), independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik

untuk bertindak dan bersikap independen.

2. Independensi penampilan (image projected to the public/appearance of

independence), independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat

terhadap independensi akuntan publik.

Penelitian Bamber (2000) menguji pengaruh dari independensi terhadap integritas laporan keuangan yang dinyatakan melalui berapa besar fee audit yang dibayarkan klien kepada auditor. Jika KAP menerima fee audit yang tinggi, maka KAP akan menghadapi tekanan ekonomis untuk memberikan opini yang bersih (dalam hal ini wajar tanpa pengecualian) dan dilain sisi juga dalam rangka mempertahankan klien itu sendiri sehingga tidak berpindah pada KAP atau auditor lain.

Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dinyatakan dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.


(40)

Menurut Harahap (1991), auditor harus bebas dari segala kepentingan terhadap perusahaan dan laporan yang dibuatnya. Kebebasan itu mencakup : Bebas secara nyata (Independent infact) yaitu ia benar-benar tidak mempunyai kepentingan ekonomis dalam perusahaan yang dilihat dari keadaan yang sebenarnya dan Bebas secara penampilan (Independent in appearance) yaitu kebebasan yang dituntut bukan secara fakta, tetapi juga harus bebas dari kepentingan yang kelihatannya cenderung dimilikinya dalam perusahaan tersebut.

Auditor independen tidak hanya memberikan jasa untuk menguji laporan keuangan (audit), tetapi juga melakukan jasa lain selain audit. Pemberian jasa selain audit ini merupakan ancaman potensial bagi independensi auditor, karena manajemen dapat meningkatkan tekanan agar auditor bersedia untuk mengeluarkan laporan yang dikehendaki oleh manajemen, yaitu wajar tanpa syarat (Barkess dan Simnett, 1994; Knapp, 1985). Pemberian jasa selain audit berarti auditor telah terlibat dalam aktivitas manajemen klien. Jika pada saat dilakukan pengujian pelaporan keuangan klien ditemukan kesalahan yang terkait dengan jasa yang diberikan auditor tersebut, maka auditor sukar untuk melaporkan kesalahan tersebut. Auditor tidak mau reputasinya buruk karena dianggap memberikan alternatif yang tidak baik bagi kliennya.

Hendro dan Aida (2005) di Kota Malang, Jawa Timur dengan judul pengaruh profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan, yang menjelaskan profesionalisme merupakan syarat utama bagi seorang auditor, baik auditor intern maupun ekstern. Sebab dengan profesionalisme yang


(41)

tinggi maka kebebasan auditor akan semakin terjamin. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengabdian pada profesi, kemandirian, kepercayaan pada profesi, hubungan dengan sesama rekan seprofesi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat materialitas sedangkan kewajiban sosial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat materialitas.

Susiana dan Arleen (2003) menganalisis pengaruh independensi, mekanisme

corporate governance dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Hasil

penelitiannya membuktikan bahwa independensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan sedangkan mekanisme corporate governance dan kualitas audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

Independensi pada Inspektorat Kota Medan sangat berbeda dengan Independensi yang dimiliki oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Akuntan Publik. Inspektorat Kota Medan merupakan bagian dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada Pemko Medan yang bertanggungjawab kepada Kepala Daerah. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Inspektorat Kota Medan hanya sebatas memberikan saran kepada Kepala Daerah melalui Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) untuk memberikan sanksi dari temuan penyalahgunaan wewenang pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang diperiksa. Tindakan pemberian sanksi yang dilakukan merupakan hak mutlak Kepala Daerah. Berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK sebagai external auditor, lembaga ini berhak melakukan


(42)

ekspose kepada pusat atas hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Perbedaan ini menyebabkan masih kurangnya independensi Inspektorat Kota Medan.

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia. Di Indonesia penelitian masalah kualitas hasil audit dilakukan oleh Sugiarto dan Restianto (2009), Diani dan Ria (2006) di Pekan Baru, Kualitas hasil audit dalam penelitian tersebut dilihat dari akuntabilitas dan pengetahuan auditor. Penelitian oleh Nizarul dan Trisni (2006) di Jawa Timur tentang pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi.

Diani dan Ria (2006) meneliti pengaruh akuntabilitas dan pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa untuk kompleksitas pekerjaan rendah, baik aspek akuntabilitas dan interaksi akuntabilitas dengan pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor, sedangkan untuk kompleksitas pekerjaan tinggi, kualitas hasil kerja auditor dapat ditingkatkan dengan akuntabilitas tinggi yang didukung oleh pengetahuan audit yang tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Nizarul dan Trisni (2006) menguji pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.


(43)

Sedangkan penelitian ini mencoba membahas faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas hasil pemeriksaan melalui akuntabilitas, kompetensi, dan independensi pemeriksa pada Inspektorat Kota Medan.

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu

Tahun Nama

Peneliti Judul Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

2006 Diani dan Ria Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor Variabel Independen: Akuntabilitas Variabel Dependen: Kualitas Hasil Kerja Auditor Untuk kompleksitas pekerjaan rendah, baik aspek akuntabilitas dan interaksi akuntabilitas dengan pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Sedangkan untuk kompleksitas pekerjaan tinggi, kualitas hasil kerja auditor dapat ditingkatkan dengan akuntabilitas tinggi yang didukung oleh pengetahuan audit yang tinggi. 2006 Nizarul

dan Trisni Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Variabel Independen: Kompetensi dan Independensi Kompetensi dan Independensi berpengaruh signifikan terhadap Kualitas


(44)

Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi Variabel Dependen: Kualitas Audit Audit

2009 Sugiarto dan Restianto Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit Laporan Keuangan Pemerintah Variabel Independen: Profesionalisme Variabel Dependen: Kualitas Audit Laporan Keuangan Pemerintah Profesionalisme yang diukur dengan kompetensi, independensi berpengaruh terhadap kualitas audit laporan keuangan pemerintah. Lanjutan Tabel 2.1


(45)

Akuntabilitas (X1)

Kualitas Hasil Pemeriksaan (Y)

Kompetensi (X2)

Independensi (X3)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual dalam bentuk bagan digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Akuntabilitas merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk mempertanggungjawabkan sesuatu yang telah mereka kerjakan kepada lingkungannya atau orang lain. Seberapa besar motivasi pemeriksa menyelesaikan pekerjaannya, sejauh mana keyakinan pemeriksa bahwa hasil pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan dan seberapa besar usaha (daya pikir) pemeriksa untuk menyelesaikan pekerjaannya menjadi indikator dari akuntabilitas.


(46)

Untuk variabel kompetensi dapat dilihat dari pengalaman dan pengetahuan. Pengalaman dalam melakukan pemeriksaan, ketepatan waktu dalam penyelesaian audit, pengetahuan dari pendidikan strata dan pengetahuan dari pelatihan dan kursus. Independensi staf Inspektorat Kota Medan, seorang pemeriksa harus terbebas dari gangguan intern, ekstern, dan organisasi dalam melakukan pemeriksaan. Karena dengan terbebas dari ketiga gangguan tersebut maka laporan hasil pemeriksaan yang dihasilkan telah sesuai dengan standar yang ada.

Kualitas hasil pemeriksaan merupakan hasil dari pemeriksaan yang telah dilaksanakan oleh staf Inspektorat Kota Medan. Kualitas hasil pemeriksaan ini dipengaruhi oleh akuntabilitas, kompetensi dan independensi pemeriksa.

3.2 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, tinjauan penelitian terdahulu dan kerangka konseptual di muka, maka diajukan hipotesis sebagai berikut : “Akuntabilitas, kompetensi dan independensi pemeriksa berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan baik secara parsial dan simultan di Inspektorat Kota Medan.”


(47)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kausalitas untuk menguji pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen terdiri dari akuntabilitas, kompetensi, dan independensi pemeriksa sedangkan variabel dependen yaitu kualitas hasil pemeriksaan.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Staf Inspektorat Kota Medan berjumlah 51 orang, dengan struktur sebagai berikut:

1. Inspektur 1 orang

2. Sekretaris 1 orang

3. Kepala Sub Bagian (Kassubag) 4 orang

4. Inspektur Pembantu 4 orang

5. Kepala Sub Bidang (Kasubbid) 18 orang

6. Staf Tata Usaha 11 orang

7. Staf Pemeriksa

Jumlah 51 orang

12 orang

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf yang melaksanakan fungsi pemeriksaan di Inspektorat Kota Medan. Berdasarkan ketentuan tersebut populasi penelitian terdiri dari Inspektur Pembantu (4 orang), Kepala Sub Bidang (18 orang)


(48)

dan Staf Pemeriksa (12 orang), sehingga jumlah populasi penelitian sebesar 34 orang. Jenis penelitian ini adalah sensus sehingga seluruh populasi yaitu sejumlah 34 (tiga puluh empat) orang dijadikan sampel.

4.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan adalah survei yaitu pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (Ghozali dan Ikhsan, 2006). Untuk mendapatkan data penelitian dari responden digunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang akan diantar langsung oleh penulis. Tahapan dalam pengumpulan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah melakukan penyebaran kuesioner kepada seluruh populasi penelitian kemudian menunggu pengisian kuesioner tersebut. Tahapan yang kedua adalah pengambilan kuesioner yang telah diisi oleh staf Inspektorat Kota Medan Medan untuk kemudian dilakukan pengolahan data dari kuesioner tersebut.

4.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel penelitian terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Kualitas hasil pemeriksaan merupakan variabel dependen, sedangkan akuntabilitas, kompetensi dan independensi pemeriksa merupakan variabel independen. Untuk menghindari kesalahpahaman atau memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian ini, maka perlu diberikan definisi operasional


(49)

variabel yang akan diteliti sebagai dasar dalam menyusun kuisioner penelitian, definisi operasional dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kualitas Hasil pemeriksaan adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi SKPD. Wooten (2003) dalam Sugiarto & Restianto (2009) telah mengembangkan model kualitas audit dari membangun teori dan penelitian empiris yang ada. Model Wooten dijadikan sebagai indikator untuk kualitas audit yaitu: (1) Deteksi salah saji, (2) Kesesuaian dengan standar auditing, (3) Kepatuhan terhadap SOP, (4) Resiko audit, (5) Prinsip kehati-hatian, dan (6) Proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor. Pengukurannya menggunakan skala likert. Kategori penilaiannya adalah :

a. Sangat tidak setuju = Skor 1 b. Tidak setuju = Skor 2 c. Netral = Skor 3 d. Setuju = Skor 4 e. Sangat setuju = Skor 5

2. Akuntabilitas adalah rasa kebertanggungjawaban pemeriksa dalam menyelesaikan pekerjaan audit; motivasi pemeriksa untuk menyelesaikan hasil pemeriksaan dengan baik; dan hasil pemeriksaan harus diperiksa oleh atasan. Pada penelitian ini Akuntabilitas diukur dengan menggunakan instrumen Diani dan Ria (2006). Pengukurannya menggunakan skala likert. Kategori penilaiannya adalah :

a. Sangat tidak setuju = Skor 1 b. Tidak setuju = Skor 2 c. Netral = Skor 3 d. Setuju = Skor 4


(50)

e. Sangat setuju = Skor 5

3. Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non rutin. Pada penelitian ini kompetensi auditor diukur dengan menggunakan instrumen Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) yaitu pengalaman dan pengetahuan. Pengukurannya menggunakan skala likert. Kategori penilaiannya adalah :

a. Sangat tidak setuju = Skor 1 b. Tidak Setuju = Skor 2 c. Netral = Skor 3 d. Setuju = Skor 4 e. Sangat setuju = Skor 5

4. Independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektifitas. Pada penelitian ini independensi pemeriksa diukur dengan menggunakan instrumen Sri Trianingsih (2007) dengan indikator sebagai berikut: (1) Independen dalam penyusunan program, (2) Kebebasan dalam mengakses data dan (3) Bebas dari kepentingan pribadi. Pengukurannya menggunakan skala likert. Kategori penilaiannya adalah :

a. Sangat tidak setuju = Skor 1 b. Tidak Setuju = Skor 2 c. Netral = Skor 3 d. Setuju = Skor 4 e. Sangat setuju = Skor 5


(51)

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Penelitian Definisi Operasional Pengukuran Variabel Skala

A. Dependen

1. Kualitas Hasil

Pemeriksaan

Probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi SKPD

1.Deteksi salah saji

2.Kesesuaian dengan standar auditing

3.Kepatuhan terhadap SOP 4.Resiko audit

5.Prinsip kehatian-hatian 6.Proses pengendalian atas

pekerjaan oleh supervisor Pada penelitian ini, kuesioner dikembang kan dari model Wooten(2003)

Likert

B. Independen

1. Akuntabilitas Rasa kebertanggungjawaban

pemeriksa dalam

menyelesaikan pekerjaan audit; motivasi pemeriksa untuk menyelesaikan hasil pemeriksaan dengan baik; dan hasil pemeriksaan harus diperiksa oleh atasan

1. Tanggung jawab 2. Motivasi

3. Supervisi

Pada penelitian ini Akuntabilitas diukur dengan menggunakan instrumen Diani dan Ria (2006)

Likert

2. Kompetensi Karakteristik yang

mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non rutin.

1.Tingkat Pendidikan 2.Pengalaman 3.Pengetahuan

Pada penelitian ini kompetensi auditor diukur dengan menggunakan instrumen Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003)

Likert

3. Independensi Sikap yang diharapkan dari

seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektifitas.

1.Bebas dalam penyusunan program kerja.

2.Bebas dalam mengakses data

3.Bebas dari kepentingan pribadi

Pada penelitian ini independensi pemeriksa diukur dengan menggunakan instrumen Sri Trianingsih (2007)


(52)

4.5.1 Uji Kualitas Data

Menurut Hair et al (1998), kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan reliabilitas. Pengujian tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen. Ada dua prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas data, yaitu uji validitas dan uji realibilitas. 4.5.1.1 Uji validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji Validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan total skor dari item-item pertanyaan. Ghozali dan Ikhsan (2006) menyatakan validitas dalam hal ini merupakan akurasi temuan penelitian yang mencerminkan kebenaran sekalipun responden yang dijadikan objek pengujian berbeda. Uji Validitas dihitung dengan menggunakan korelasi person dan setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan software SPSS akan dilihat tingkat signifikansi untuk semua pertanyaan.

4.5.1.2 Uji reliabilitas

Uji Reliabilitas ditentukan dengan koefisien Cronbach Alpha setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan software SPSS. Setelah di dapat hasilnya dengan software SPSS, angka Cronbach Alpha(r) di bandingkan dengan angka koefisien product moment r, dengan α = 0.05 dan n = 34, maka akan diperoleh r tabel. Jika r > r tabel, maka pernyataan dinyatakan signifikan yang berarti bahwa pernyataan tersebut reliabel


(53)

4.5.2 Uji Asumsi Klasik

Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi klasik sebagai persyaratan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan bermanfaat. Uji Asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskesdastisitas

4.5.2.1 Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah data yang terdistribusi secara normal atau mendekati normal. Data yang digunakan adalah model regresi yang telah ada (Singgih Santoso, 2000). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov dan dengan melihat uji grafik.

4.5.2.2 Uji multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas diantara satu dengan lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen (Singgih Santoso, 2000). Data yang dipakai adalah model regresi yang telah ada. Pengujian dilakukan dengan VIF dan nilai Toleranc .


(54)

4.5.2.3 Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Singgih Santoso, 2000). Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Data yang digunakan adalah model regresi yang ada.

4.5.3 Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan untuk menemukan apakah ada pengaruh akuntabilitas, kompetensi, dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan di Inspektorat Kota Medan. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dilakukan uji parsial dan simultan dengan analisis regresi sederhana dan berganda. Regresi sederhana digunakan untuk menguji hipotesis pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel dependen, sedangkan regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh akuntabilitas, kompetensi, dan independensi secara simultan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.


(55)

Adapun bentuk matematis analisis regresi berganda sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana:

Y = Kualitas hasil pemeriksaan X1 = Akuntabilitas

X2 = Kompetensi X3 = Independensi a = Konstanta

b = Koefisien Regresi e = Error

Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5% untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak dilakukan dengan cara menguji nilai F. Apabila nilai F positif berarti hipotesis diterima, jika nilai F negatif berarti hipotesis ditolak. Hal ini menunjukkan akuntabilitas, kompetensi, dan independensi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Untuk menguji masing-masing variabel independen secara parsial terhadap kualitas hasil pemeriksaan dilakukan dengan menguji nilai t dengan uji dua sisi pada tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5% atau keyakinan 95%. Jika nilai signifikansi dari t-hitung tersebut lebih kecil dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa variabel tersebut berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.


(56)

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskriptif Data

Jumlah kuesioner yang disebar kepada responden adalah sebanyak 34 kuesioner dan dilakukan satu tahap. Kemudian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, kuesioner dijemput kembali. Dari 34 kuesioner yang dikirim/dibagikan yang kembali sebanyak 34 kuesioner. Jadi kuesioner yang bisa digunakan untuk melakukan analisis data sebanyak 34 kuesioner.

5.1.1 Karakteristik Penelitian

Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan, maka diperoleh data tentang demografi responden penelitian yang terdiri dari: (1) jenis kelamin, (2) usia responden, (3) tingkat pendidikan, dan (4) latar belakang pendidikan. Tabel 5.1 menyajikan ringkasan demografi responden.

Tabel 5.1 Data Demografi Responden

Keterangan Jumlah Persentase

Jenis Kelamin Laki 25 73.52

Perempuan 9 26.48

Usia

< 30 tahun 2 5.88

30 – 39 tahun 1 2.94

40 – 49 tahun 18 52.94

> 50 tahun 13 38.24

Pendidikan

SMU/SMK/SLTA 7 20.60

D3 1 2.94

S1 25 73.52

S2 1 2.94

Latar Belakang Pendidikan

Akuntansi 5 14.70

Manajeman 6 17.65

Studi Pembangunan - -

Hukum 6 17.65


(57)

5.1.2 Uji Response Bias

Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang diantar langsung oleh peneliti (personally administered). Peneliti menemui setiap responden dan memberikan kuesioner kepada mereka. Semua responden mengembalikan kuesioner dalam hari yang sama. Karena masa penerimaan kembali kuesioner yang satu dan lain relatif sama, maka dalam penelitian ini tidak dilakukan pengujian response bias.

5.2 Analisis Data

5.2.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data

Sebelum dilakukan pengujian data baik untuk deskripsi data penelitian maupun untuk pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas data. Uji ini perlu dilakukan karena jenis data penelitian adalah data primer.

5.2.1.1 Uji validitas

Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan software statistik, nilai validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada angka kritik (r-hitung > r-tabel) maka instrumen tersebut dikatakan valid. Berdasarkan hasil uji validitas dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan untuk mengukur masing-masing variabel penelitian dinyatakan valid. Hal ini dapat dilihat bahwa r-hitung lebih besar r-tabel, dimana nilai r-tabel untuk sampel sebanyak 34 adalah 0,354, sebagaimana dapat digambarkan pada tabel 5.2


(58)

Tabel 5.2 Uji Validitas Variabel

Variabel Butir Instrumen

r-hitung

R-tabel Ket

Akuntabilitas a. X1.1 b. X1.2 c. X1.3 d. X1.4 e. X1.5 f. X1.6

0.951 0.951 0.968 0.902 0.968 0.935 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Kompetensi a. X2.1

b. X2.2 c. X2.3 d. X2.4 e. X2.5 f. X2.6

0.891 0.969 0.944 0.865 0.947 0.915 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Independensi a. X3.1

b. X3.2 c. X3.3 d. X3.4 e. X3.5 f. X3.6

0.362 0.893 0.866 0.966 0.811 0.683 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Kualitas Hasil Pemeriksaan a. Y1 b. Y2 c. Y3 d. Y4 e. Y5 f. Y6 0.913 0.743 0.908 0.812 0.928 0.791 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 0.354 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Lampiran 2


(59)

Dari data di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan uji reliabilitas menunjukkan alpha cronbach’s lebih besar dari 0,6 maka dapat dinyatakan instrumen tersebut reliabel. Setelah dilakukan uji validitas, langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas data yaitu dengan melihat nilai cronbach’s alpha. Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya. Secara umum suatu instrumen dikatakan bagus jika memiliki koefisien

Cronbach’s alpha > 0,6 maka kuesioner penelitian tersebut dinyatakan reliabel.

Hasil pengujian data menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa data penelitian dinyatakan reliabel.

Tabel 5.3 Uji Reliabilitas Variabel

Variabel Alpha

Cronbach’s

Batas Reliabilitas

Keterangan

Kualitas Hasil Pemeriksaan (Y) Akuntabilitas (X1

Kompetensi (X ) 2 Independensi (X ) 0,948 3) 0.983 0.968 0.898 0,6 0.6 0,6 0,6 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Sumber: Lampiran 2


(60)

5.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka diperoleh deskripsi data penelitian sebagai berikut :

Tabel 5.4 Deskripsi Statistik Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

Akuntabilitas 34 2.00 4.50 3.2353 .95797

Kompetensi 34 1.83 4.67 3.1616 1.09836

Independensi 34 2.17 4.33 3.5147 .78642

Kualitas Hasil Pemeriksaan 34 2.17 5.00 3.6029 .88289

Valid N (listwise) 34

Sumber: Lampiran 3

Jika dilihat dari deskripsi statistik, akuntabilitas, kompetensi, independensi dan kualitas hasil pemeriksaan memiliki nilai rata-ratanya kurang dari 4. Hal ini menunjukan nilai variabel tersebut relatif rendah.

5.4 Pengujian Asumsi Klasik

Dalam analisis ini perlu dilihat terlebih dahulu apakah data tersebut bisa dilakukan pengujian model regresi. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk menentukan model regresi dapat diterima secara ekonometrik. Pengujian asumsi klasik ini terdiri pengujian normalitas, multikolinearitas, dan pengujian heteroskedastisitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah


(61)

5.4.1. Pengujian Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan dengan melihat uji grafik, maka dapat disimpulkan bahwa data mempunyai distribusi normal. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1.313 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,064 (lampiran 4). Jika signifikansi nilai Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa data mempunyai distribusi normal. Hal ini juga didukung dengan grafik dimana data mengikuti garis diagonal. Grafik uji normalitas dapat dilihat pada pada gambar berikut ini.

Gambar 5.1 Pengujian Normalitas Data

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

Observed Cum Prob 1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expected Cum Prob

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(62)

5.4.2. Pengujian Multikolinearitas

Berdasarkan pengujian multikolinearitas yang dilakukan dengan melihat nilai VIF, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas karena tidak ada nilai VIF yang lebih besar dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Ringkasan pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.5 Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

Akuntabilitas .174 5.760

Kompetensi .241 4.150

Independensi .115 8.678

Sumber: Lampiran 4

5.4.3. Pengujian Heteroskedastisitas

Pengujian asumsi heteroskedastisitas menyimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan kata lain terjadi kesamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Kesimpulan ini diperoleh dengan melihat penyebaran titik-titik yang menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y . Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 5.2 berikut ini.


(63)

Scatterplot

Dependent Variable : Kualitas Hasil Pemeriksaan

Gambar 5.2. Uji Heteroskedastisitas

5.5 Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan diperoleh kesimpulan bahwa model telah dapat digunakan untuk melakukan pengujian analisa regresi berganda, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang akan diuji adalah pengaruh akuntabilitas, kompetensi dan independensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan baik secara parsial dan simultan.


(64)

Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut ini.

Tabel 5.6 Ringkasan Pengujian Hipotesis

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .185 .267 .695 .492

Akuntabilitas .316 .141 .335 2.231 .033 .174 5.760 Kompetensi .177 .119 .189 1.486 .148 .241 4.150 Independensi .510 .207 .455 2.467 .020 .115 8.678 R = 0,939

Adjusted R2

F = 75,211 = 0,871 Sig. F = 0,000 Sumber: Lampiran 5

Nilai R pada intinya untuk mengukur seberapa besar hubungan antara independen variabel dengan dependen variabel. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai R sebesar 0,939, hal ini menunjukkan bahwa variabel akuntabilitas, kompetensi dan independensi mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan kualitas hasil pemeriksaan.

Sedangkan nilai R square (R2) atau nilai koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti


(65)

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel dependen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum R2

Jika independen variabel lebih dari satu, maka sebaiknya untuk melihat kemampuan variabel memprediksi variabel dependen, dalam penelitian ini nilai yang digunakan adalah nilai adjusted R

untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai koefisien determinasi yang tinggi.

2

. Nilai adjusted R2

Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung dengan tingkat signifikan 0,000. Karena probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka hasil dari model regresi menunjukkan bahwa ada pengaruh akuntabilitas, kompetensi dan independensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Dari uraian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh akuntabilitas, kompetensi dan independensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan secara simultan.

sebesar 0,871 mempunyai arti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 87,1%. Dengan kata lain 87,1 % perubahan dalam kualitas hasil pemeriksaan mampu dijelaskan variabel akuntabilitas, kompetensi dan independensi sisanya sebesar 12,9% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.


(66)

Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap kualitas hasil pemeriksaan, maka dapat dilihat dari nilai signifikansi t-hitung tersebut. Jika nilai signifikansi dari t-hitung tersebut lebih kecil dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa variabel tersebut berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Berdasarkan hasil pengujian data, maka dapat dinyatakan bahwa hanya variabel kompetensi yang tidak mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan, sedangkan variabel akuntabilitas dan independensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

5.6 Hasil Analisis Data

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa hanya kompetensi yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nizarul dan Trisni (2006) di Jawa Timur. Susanto (2000) definisi tentang kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik-karakteristk yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman (Mayangsari, 2003).

Ashton (1991) menunjukkan bahwa pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkan kompetensi. Ia juga


(67)

menjelaskan bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain selain pengalaman. Pendapat ini didukung oleh Schmidt (1988) yang memberikan bukti empiris bahwa terdapat hubungan antara pengalaman bekerja dengan kinerja yang dimoderasi dengan lama pengalaman dan kompleksitas tugas. Selain itu, penelitian yang dilakukan Bonner (1990) menunjukkan bahwa pengetahuan mengenai spesifikasi tugas dapat meningkatkan kinerja auditor berpengalaman, walaupun hanya dalam penetapan risiko analitis. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang baik akan tergantung pada kompetensi dan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor (Hogarth, 1991).

Hasil penelitian menunjukkan Independensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nizarul dan Trisni (2006) di Jawa Timur. Penelitian yang dilakukan oleh Nizarul dan Trisni (2006) menguji pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian ini berhasil membuktikan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah mengatur tentang independensi auditor internal. Kode etik dimaksudkan untuk memberikan pengertian dan penjabaran mengenai aturan perilaku sebagai pejabat pengawas pemerintah yang profesional dan sebagai pedoman bagi aparat pengawas dalam berhubungan dengan


(68)

lembaga organisasinya, sesama pejabat pengawas pemerintah, pihak yang diawasi, pihak lain yang terkait dan masyarakat, agar terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang sehat dan terlaksananya pengendalian pengawasan. Dengan demikian dapat terwujud kinerja yang tinggi dalam mempertahankan profesionalisme, integritas, obyektivitas dan independensi serta memelihara citra organisasi dan masyarakat.

Ada banyak penelitian psikologi sosial yang membuktikan adanya hubungan dan pengaruh akuntabilitas seseorang terhadap kualitas pekerjaan. Messier dan Quilliam (1992) mengungkapkan bahwa akuntabilitas yang dimiliki auditor dapat meningkatkan proses kognitif auditor dalam mengambil keputusan. Tetclock dan Kim (1987) juga mengkaji tentang permasalahan akuntabilitas auditor dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan. Penelitian ini dilakukan dengan membagi subjek penelitian menjadi tiga kelompok: pertama, kelompok yang diberikan instruksi bahwa pekerjaan mereka tidak akan diperiksa oleh atasan (no accountability); kedua, kelompok yang diberikan instruksi diawal (sebelum melaksanakan pekerjaan) bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan (preexposure accountability); ketiga, kelompok yang diberikan instruksi bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan, tetapi instruksi ini baru disampaikan setelah mereka menyelesaikan pekerjaan (postexposure accountability). Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa subjek penelitian dalam kelompok preexposure accountability menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas dibandingkan dengan kelompok lainnya. Mereka melakukan proses kognitif yang lebih lengkap, respon yang lebih tepat dan melaporkan keputusan yang lebih dapat dipercaya dan realistis.


(69)

Chaikan (1980) melakukan penelitian tentang akuntabilitas seseorang yang dikaitkan dengan sesuatu yang mereka senangi dan tidak disenangi. Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa untuk subjek yang memiliki akuntabilitas tinggi, setiap mengambil tindakan lebih berdasarkan alasan-alasan yang rasional tidak hanya semata-mata berdasarkan sesuatu itu mereka senangi atau tidak.

Cloyd (1997) meneliti interaksi akuntabilitas dengan pengetahuan untuk menentukan kualitas hasil kerja pada auditor yang menangani masalah perpajakan. Dari penelitian tersebut terbukti bahwa akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil kerja untuk subjek yang memiliki pengetahuan perpajakan yang tinggi. Dalam penelitian ini Cloyd (1997) membuat asumsi bahwa tingkat kerumitan tugas (kompleksitas kerja) yang ditangani petugas perpajakan tersebut adalah sama yaitu memiliki kompleksitas tinggi.

Penelitian Cloyd (1997) ini dikembangkan oleh Tan dan Alison (1999), yang membagi kualitas hasil pekerjaan berdasarkan tingkat kompleksitasnya, yaitu kualitas hasil kerja untuk jenis pekerjaan dengan kompleksitas rendah, sedang dan tinggi serta menambahkan variabel kemampuan pemecahan masalah sebagai salah satu variabel yang juga mempengaruhi interaksi akuntabilitas individu dengan kualitas hasil pekerjaanya. Subjek dari penelitian ini adalah akuntan publik. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa untuk kompleksitas kerja yang rendah, akuntabilitas tidak mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan individu. Untuk kompleksitas kerja yang menengah (lebih rumit), akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil pekerjaan jika didukung dengan pengetahuan yang tinggi. Sedangkan


(1)

Lampiran 4 : Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize d Residual

N 34

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .30245171 Most Extreme

Differences

Absolute .225

Positive .103

Negative -.225

Kolmogorov-Smirnov Z 1.313

Asymp. Sig. (2-tailed) .064

a. Test distribution is Normal.

2. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .185 .267 .695 .492

Akuntabilitas .316 .141 .335 2.231 .033 .174 5.760 Kompetensi .177 .119 .189 1.486 .148 .241 4.150 Independensi .510 .207 .455 2.467 .020 .115 8.678 a. Dependent Variable: Kualitas

Hasil Pemeriksaan

69


(2)

3. Uji Heteroskedastisitas

Scatterplot

Dependent Variable : Kualitas Hasil Pemeriksaan


(3)

Lampiran 5 : Uji Hipotesis

Variables Entered/Removedb Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Independensi,

Kompetensi, Akuntabilitasa

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kualitas Hasil Pemeriksaan

Model Summaryb Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .939a .883 .871 .31721

a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi, Akuntabilitas

b. Dependent Variable: Kualitas Hasil Pemeriksaan

71


(4)

ANOVAb Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 22.704 3 7.568 75.211 .000a

Residual 3.019 30 .101

Total 25.723 33

a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi, Akuntabilitas b. Dependent Variable: Kualitas

Hasil Pemeriksaan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .185 .267 .695 .492

Akuntabilitas .316 .141 .335 2.231 .033 .174 5.760 Kompetensi .177 .119 .189 1.486 .148 .241 4.150 Independensi .510 .207 .455 2.467 .020 .115 8.678 a. Dependent Variable: Kualitas

Hasil Pemeriksaan


(5)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 2.2476 4.5596 3.6029 .82946 34 Std. Predicted Value -1.634 1.153 .000 1.000 34 Standard Error of

Predicted Value .066 .159 .105 .029 34

Adjusted Predicted

Value 2.2596 4.4905 3.5940 .82755 34

Residual -.98059 .44119 .00000 .30245 34

Std. Residual -3.091 1.391 .000 .953 34

Stud. Residual -3.168 1.589 .013 .999 34

Deleted Residual -1.02982 .57592 .00892 .33301 34 Stud. Deleted Residual -3.818 1.633 -.023 1.130 34

Mahal. Distance .468 7.303 2.912 2.129 34

Cook's Distance .001 .193 .025 .046 34

Centered Leverage

Value .014 .221 .088 .065 34

a. Dependent Variable: Kualitas Hasil Pemeriksaan


(6)

Lampiran 6 : Jadwal Penelitian

Penjadwalan penelitian ini dimulai dari penyusunan judul penelitian sampai ujian tesis, yang terdiri dari tahapan sebagai berikut :

No. RENCANA

KEGIATAN

2009 2010

7 8 9 10 11 12 1 2

1. Konsultasi Judul Penelitian 2. Penyusunan dan Konsultasi

Usulan Penelitian

3. Seminar Usulan Penelitian 4. Pelaksanaan Penelitian 5. Pengolahan Data dan

Penyusunan Laporan Penelitian 6. Seminar Hasil Penelitian 7. Ujian Tesis

74


Dokumen yang terkait

Pengaruh Keahlian Audit Dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara

6 76 110

PENGARUH INDEPENDENSI, KOMPETENSI, AKUNTABILITAS, PENGALAMAN DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS AUDIT Pengaruh Independensi, Kompetensi, Akuntabilitas, Pengalaman Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Pada Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (

0 3 16

PENGARUH INDEPENDENSI, KOMPETENSI, AKUNTABILITAS, PENGALAMAN DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA APARAT INSPEKTORAT DALAM PENGAWASAN Pengaruh Independensi, Kompetensi, Akuntabilitas, Pengalaman Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Pada Aparat Inspe

0 3 19

ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS, PENGALAMAN DAN MOTIVASI Analisis Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas, Pengalaman Dan Motivasi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Inspektorat Kabupaten Grobog

0 2 18

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBYEKTIFITAS, INTEGRITAS, KOMPETENSI DAN Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Kompetensi Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Hasil Audit ( Studi Empiris pada Kantor Inspektorat Kota/K

0 3 15

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBYEKTIFITAS, INTEGRITAS, KOMPETENSI DAN Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Kompetensi Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Hasil Audit ( Studi Empiris pada Kantor Inspektorat Kota/K

0 2 17

PENDAHULUAN Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas, Kompetensi Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Hasil Audit ( Studi Empiris pada Kantor Inspektorat Kota/Kabupaten Subosukowonosraten ).

0 2 9

ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN PAJAK.

0 1 15

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, OBYEKTIVITAS, KECERMATAN PROFESIONAL DAN PENGALAMAN AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi pada Pemeriksa Inspektorat Kabupaten/Kota di Aceh)

0 4 9

PENGARUH OBYEKTIFITAS, INTEGRITAS, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI PEMERIKSA TEHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH : STUDI PADA INSPEKTORAT KABUPATEN KUDUS

0 0 15