2.1.4 Independensi Pemeriksa
Dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan para auditornya harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya. Independensi APIP
serta obyektifitas auditor diperlukan agar kredibilitas hasil pekerjaan APIP meningkat. Posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi dan
memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan tertinggi organisasi sehingga dapat bekerjasama dengan auditi dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa
PER05M.PAN032008. Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar auditing
yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI yang menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor. Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah mengatur tentang independensi auditor internal. Kode etik dimaksudkan untuk
memberikan pengertian dan penjabaran mengenai aturan perilaku sebagai pejabat pengawas pemerintah yang profesional dan sebagai pedoman bagi aparat pengawas
dalam berhubungan dengan lembaga organisasinya, sesama pejabat pengawas pemerintah, pihak yang diawasi, pihak lain yang terkait dan masyarakat, agar
terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang sehat dan terlaksananya pengendalian pengawasan. Dengan demikian dapat terwujud kinerja yang tinggi dalam
mempertahankan profesionalisme, integritas, obyektivitas dan independensi serta memelihara citra organisasi dan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Dalam norma pelaksanaan pemeriksaan pejabat pengawas pemerintah diwajibkan mengungkapkan permasalahan yang terjadi di daerah secara kronologis,
obyektif, cermat dan independen. 1.
Pengungkapan permasalahan secara kronologis yaitu menguraikan latar belakang permasalahan, penanggungjawab kegiatan, pelaku pelaksana
kegiatan yang terlibat, permasalahan yang terjadi dan dibuktikan dengan faktadata secara akurat, lengkap dan sah sampai dengan kondisi nyata pada
saat dilakukan pemeriksaan; 2.
Pengungkapan permasalahan secara obyektif menempatkan pejabat pengawas pemerintah untuk bersikap dan bertindak berdasarkan alat bukti yang
ditemukan; 3.
Pengungkapan permasalahan secara cermat mengharuskan pejabat pengawas pemerintah harus selalu waspada menghadapi suatu kondisi, situasi, transaksi,
kegiatan yang mengandung indikasi penyimpangan, penyelewengan, ketidakwajaran, pemborosan atau ketidakhematan dalam penggunaan
sumberdaya yang ada; dan 4.
Pengungkapan permasalahan secara independen mengharuskan pejabat pengawas pemerintah danatau pejabat yang diawasi untuk mempertahankan
independensinya sehingga tidak memihak kepada suatu kepentingan tertentu. Independensi menurut E.B. Wilcox 1952 merupakan suatu standar auditing
yang penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut
Universitas Sumatera Utara
tidak independen terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun Mautz dan Sharaf, 1993.
Kode Etik Akuntan tahun 1994 menyebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai
kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Lavin 1976 menunjukkan bahwa pembuatan pembukuan perusahaan atau pelaksanaan fungsi pengolahan data oleh
auditor tidak akan berpengaruh terhadap teknik-teknik yang digunakan auditor untuk mengaudit. Selain itu penggunaan komputer klien untuk hubungan bisnis dianggap
juga tidak merusak independensi auditor. Hasil penelitian Pany dan Reckers 1980 ini menunjukkan bahwa hadiah
meskipun jumlahnya sedikit berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor, sedangkan ukuran klien tidak berpengaruh secara signifikan. Penelitian oleh Knapp
1985 menunjukkan bahwa subyektivitas terbesar dalam teknik standar mengurangi kemampuan auditor untuk bertahan dalam tekanan klien dan posisi keuangan yang
sehat mempunyai kemampuan untuk menghasilkan konflik audit. Mayangsari 2003 menemukan bahwa hasil pengujian hipotesis pertama
dengan menggunakan alat analisis ANOVA diperoleh hasil bahwa auditor yang memiliki keahlian dan independen memberikan pendapat tentang kelangsungan
hidup perusahaan yang cenderung benar dibandingkan auditor yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki keduanya. Hasil pengujian
Universitas Sumatera Utara
hipotesis kedua dengan menggunakan uji Simple Factorial Analysis of Variance diperoleh hasil bahwa auditor yang ahli lebih banyak mengingat informasi yang
atypical sedangkan auditor yang tidak ahli lebih banyak mengingat informasi yang typical.
Menurut Taylor 1997, ada dua aspek independensi, yaitu: 1.
Independensi sikap mental independence of mindindependence of mental attitude, independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik
untuk bertindak dan bersikap independen. 2.
Independensi penampilan image projected to the publicappearance of independence, independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat
terhadap independensi akuntan publik. Penelitian Bamber 2000 menguji pengaruh dari independensi terhadap
integritas laporan keuangan yang dinyatakan melalui berapa besar fee audit yang dibayarkan klien kepada auditor. Jika KAP menerima fee audit yang tinggi, maka
KAP akan menghadapi tekanan ekonomis untuk memberikan opini yang bersih dalam hal ini wajar tanpa pengecualian dan dilain sisi juga dalam rangka
mempertahankan klien itu sendiri sehingga tidak berpindah pada KAP atau auditor lain.
Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dinyatakan dalam semua hal
yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan
organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Harahap 1991, auditor harus bebas dari segala kepentingan
terhadap perusahaan dan laporan yang dibuatnya. Kebebasan itu mencakup : Bebas secara nyata Independent infact yaitu ia benar-benar tidak mempunyai kepentingan
ekonomis dalam perusahaan yang dilihat dari keadaan yang sebenarnya dan Bebas secara penampilan Independent in appearance yaitu kebebasan yang dituntut
bukan secara fakta, tetapi juga harus bebas dari kepentingan yang kelihatannya cenderung dimilikinya dalam perusahaan tersebut.
Auditor independen tidak hanya memberikan jasa untuk menguji laporan keuangan audit, tetapi juga melakukan jasa lain selain audit. Pemberian jasa selain
audit ini merupakan ancaman potensial bagi independensi auditor, karena manajemen dapat meningkatkan tekanan agar auditor bersedia untuk mengeluarkan
laporan yang dikehendaki oleh manajemen, yaitu wajar tanpa syarat Barkess dan Simnett, 1994; Knapp, 1985. Pemberian jasa selain audit berarti auditor telah
terlibat dalam aktivitas manajemen klien. Jika pada saat dilakukan pengujian pelaporan keuangan klien ditemukan kesalahan yang terkait dengan jasa yang
diberikan auditor tersebut, maka auditor sukar untuk melaporkan kesalahan tersebut. Auditor tidak mau reputasinya buruk karena dianggap memberikan alternatif yang
tidak baik bagi kliennya. Hendro dan Aida 2005 di Kota Malang, Jawa Timur dengan judul pengaruh
profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan, yang menjelaskan profesionalisme merupakan syarat utama bagi seorang
auditor, baik auditor intern maupun ekstern. Sebab dengan profesionalisme yang
Universitas Sumatera Utara
tinggi maka kebebasan auditor akan semakin terjamin. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengabdian pada profesi, kemandirian, kepercayaan pada
profesi, hubungan dengan sesama rekan seprofesi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat materialitas sedangkan kewajiban sosial tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat materialitas. Susiana dan Arleen 2003 menganalisis pengaruh independensi, mekanisme
corporate governance dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa independensi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap integritas laporan keuangan sedangkan mekanisme corporate governance dan kualitas audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas
laporan keuangan. Independensi pada Inspektorat Kota Medan sangat berbeda dengan
Independensi yang dimiliki oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK atau Akuntan Publik. Inspektorat Kota Medan merupakan bagian dari Satuan Kerja Perangkat
Daerah SKPD pada Pemko Medan yang bertanggungjawab kepada Kepala Daerah. Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Inspektorat Kota Medan hanya sebatas
memberikan saran kepada Kepala Daerah melalui Laporan Hasil Pemeriksaan LHP untuk memberikan sanksi dari temuan penyalahgunaan wewenang pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah SKPD yang diperiksa. Tindakan pemberian sanksi yang dilakukan merupakan hak mutlak Kepala Daerah. Berbeda dengan pemeriksaan
yang dilakukan oleh BPK sebagai external auditor, lembaga ini berhak melakukan
Universitas Sumatera Utara
ekspose kepada pusat atas hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Perbedaan ini menyebabkan masih kurangnya independensi Inspektorat Kota Medan.
2.2 Review Penelitian Terdahulu