Pengaruh Keahlian Audit Dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara

(1)

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI PEMERIKSA TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN

DI INSPEKTORAT KABUPATEN TAPANULI UTARA

Oleh

TOMAN SONY TAMBUNAN 087019046/ IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 1 0

SE

K O L A H

P

A S

C

A S A R JA NA


(2)

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI PEMERIKSA TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN

DI INSPEKTORAT KABUPATEN TAPANULI UTARA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

TOMAN SONY TAMBUNAN 087019046/ IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 1 0


(3)

Judul Tesis : PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI PEMERIKSA TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN DI INSPEKTORAT KABUPATEN TAPANULI UTARA

Nama Mahasiswa : Toman Sony Tambunan Nomor Pokok : 087019046

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Parapat Gultom, MSIE) (Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec. Ac) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Rismayani, SE, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 10 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Dr. Parapat Gultom, MSIE

Anggota : 1. Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec. Ac 2. Prof. Dr. Rismayani, SE, MS

3. Drs. HB Tarmizi, SU 4. Drs. Syahyunan, M.Si


(5)

LEMBAR PERNYATAAN:

Dengan ini saya menyatakan, bahwa tesis yang berjudul:

”Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.”

Adalah benar hasil karya sendiri yang belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Maret 2010 Yang Membuat Pernyataan

Toman Sony Tambunan NIM. 087019046


(6)

ABSTRAK

Pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Pengawasan dimaksud tersebut dilakukan oleh Auditor Internal Pemerintah Daerah yang berada dibawah langsung Kepala Daerah untuk melakukan pemeriksaan dan pengawasan khusus pada Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ada di Kabupaten. Pemeriksaan yang dilakukan pada akhirnya akan menghasilkan laporan hasil pemeriksaan. Untuk mengetahui kualitas hasil pemeriksaan, dapat dinilai dari laporan hasil pemeriksaan. Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu keahlian dan independensi pemeriksa. Keahlian berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki auditor dalam bidang auditing dan akuntansi. Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh auditor. Perumusan masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh keahlian audit dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi independensi pemeriksa di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh keahlian audit dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan, serta untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi independensi pemeriksa dan hubungannya terhadap kualitas hasil pemeriksaan di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara. Hipotesis pertama adalah keahlian audit dan independensi pemeriksa berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan serta hipotesis kedua adalah faktor pribadi dan faktor eksternal berpengaruh terhadap independensi pemeriksa dan berpengaruh tidak langsung terhadap kualitas hasil pemeriksaan di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.

Teori yang digunakan adalah teori tentang keahlian audit, teori independensi pemeriksa, serta teori kualitas hasil pemeriksaan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pegawai di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.

Hasil uji hipotesis pertama menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil uji F, variabel keahlian audit dan independensi berpengaruh secara serempak dan sangat nyata terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil uji R2 sebesar 56,7%. Hasil uji t diperoleh gambaran bahwa keahlian audit dan independensi pemeriksa bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil uji hipotesis kedua menggunakan analisis jalur. Hasil uji F, variabel faktor pribadi dan faktor eksternal berpengaruh sangat nyata terhadap independensi pemeriksa. Hasil uji R2 sebesar 49,4%. Hasil uji t diperoleh gambaran bahwa faktor pribadi dan faktor eksternal bersama-sama berpengaruh terhadap independensi pemeriksa.

Kata Kunci: Keahlian Audit, Independensi Pemeriksa, Kualitas Hasil Pemeriksaan.


(7)

ABSTRACT

Controlling represent the last function from management of Local government management. The such controlling conducted by Internal Auditor of local government residing in under direct of regional leader to conduct the special controlling and inspection at Set Of Job of Area Peripheral of exist in Regency. Inspection conducted in the end will yield the report of result of inspection. To know the quality of result of inspection, appreciable from report of result of inspection. Quality make an audit of determined by two matter that is the proficiency and examiner independency. The proficiency go together the adequate experience and education owned by the auditor in the field of auditing and accountancy. Independency represent one of ethics component which must be taken care of by auditor. The formulated problem of the study included to know how the effect proficiency audit of and examiner independency to quality of result of inspection, and the factors of what influencing examiner independency and its relation to quality of result of inspection in Inspectorate of Regency of Tapanuli North. This research aimed to identify and analyze the proficiency influence audit of and examiner independency to quality of result of inspection, and also to know and analyze the factors of what influencing examiner independency and its relation to quality of result of inspection in Inspectorate of Regency of Tapanuli North. First hypothesis is proficiency audit of and examiner independency have an effect on the quality of result of inspection and the second hypothesis is personal factor and external factor have an effect on the examiner independency and have an effect on indirectly to quality of result of inspection in Inspectorate of Regency of Tapanuli North.

The theories used in the study included about the proficiency audit, theory of examiner independency, and also quality theory of result of inspection. Population used in this research that is officer in Inspectorate of Regency of Tapanuli North.

The result of first hypothesis test used the multiple linear regresi analysis. The result of F-test, variable proficiency audit and independency have highly significant

effect simultaneously on the quality of result of inspection. The result R2 test 56,7%.

The result of t-test found that the proficiency audit of and examiner independency simultaneously on the quality of result of inspection. The result of second hypothesis test used the path analysis. The result of F-test, personal factor and external factor have highly significant effect simultaneously on the examiner independency. The

result R2 test 49,4%. The result of t- test found that personal factor and external

factor on the examiner independency.

Keyword: Proficiency an Audit, Auditor’s Independency, Quality of Result Of Inspection.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis selama proses menuntut ilmu dan menyelesaikan tugas akhir tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir S-2 pada Program Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang meneliti dengan judul ”Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.”

Selama menjalani proses perkuliahan dan penyelesaian tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana dan Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Wakil Direktur I Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen. 4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Manajemen. 5. Bapak Dr. Parapat Gultom, MSIE, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak


(9)

telah banyak memberikan waktu dalam memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

6. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, MS, Bapak Drs. HB Tarmizi, SU dan Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini. 7. Bapak dan Ibu Staf Pengajar pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

8. Para Pegawai Administrasi pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Bupati Tapanuli Utara yang telah memberikan Ijin Belajar kepada Penulis untuk mengikuti pendidikan Strata-2 ini.

10.Bapak Drs. Djulu Hutapea, selaku Inspektur Kabupaten Tapanuli Utara yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan Strata-2 ini, serta seluruh rekan kerja penulis yang ada di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara yang telah membantu dalam melakukan penelitian ini.

11.Bapak Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Utara beserta Staf yang telah membantu dalam proses pemberian Ijin Belajar.

12.Seluruh rekan kerja di Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara yang telah memberikan informasi dan meluangkan waktu untuk berdiskusi kepada Penulis.


(10)

13.Ayahanda Drs. H. Tambunan, M.Pd dan Ibunda Dra. R. Baringbing, terima kasih atas kasih sayang dan doanya kepada Penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-2 ini.

14.Adik-adik saya yang tercinta: Nico Tambunan, SE; Luna Theresia Tambunan, SE (sedang mengikuti pendidikan S-2 Ilmu Akuntansi USU); Wilson Tambunan (yang sedang mengikuti pendidikan S-1 Hukum); Johannes Tambunan.

15.Seluruh teman Angkatan XIV pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan, kebersamaannya dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan Strata-2 ini.

16.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan karuniaNya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-2 ini. Penulis menyadari tesis ini belum sempurna, diharapkan nantinya akan berguna bagi banyak pihak. Penulis sendiri berpendapat bahwa lebih baik ada daripada tidak ada, dan kalau sudah ada, maka jadilah yang baik daripada yang jelek, dan seterusnya jadilah yang paling baik daripada sekadar baik.

Medan, Maret 2010 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Toman Sony Tambunan, lahir pada tanggal 03 Desember 1981 di Medan, anak pertama dari lima bersaudara dari Bapak Hardi Tambunan dan Ibu Rosmawati Baringbing.

Pendidikan dimulai tahun 1987 sampai tahun 1993 SD Negeri No. 068003 Medan. Tahun 1993 sampai tahun 1996 SMP Negeri 8 Medan. Tahun 1996 sampai tahun 1999 SMU Methodist-7 Medan. Tahun 1999 sampai tahun 2003 Strata-1 Ekonomi-Manajemen Universitas HKBP Nommensen Medan, dan tahun 2008 melanjutkan studi Program Studi Ilmu Manajemen (Strata-2) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Mempunyai pengalaman kerja, yaitu sejak September 2004 sampai Agustus 2006, bekerja di PT. Amal Tani–Palm Oil Mill bagian Clarification. September 2006 sampai dengan September 2008, sebagai staf Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara. Oktober 2008 sampai 2010, sebagai Pelaksana Kaseksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan Wilayah III pada Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.

Mengikuti beberapa diklat kedinasan, diantaranya tahun 2006 Diklat Prajabatan Golongan III; tahun 2007 Diklat Sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor Pembentukan Auditor Ahli, dan telah Lulus Ujian Sertifikasi Fungsional Auditor; tahun 2008 Diklat Pengadaan Barang dan Jasa; tahun 2008 Diklat Pembinaan Tugas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa; tahun 2009 Pelatihan Pembuatan Blog. Serta telah mengikuti berbagai seminar, workshop dan lokakarya yang bersertifikat.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ...

ABSTRACT ...

KATA PENGANTAR ... RIWAYAT HIDUP ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I. PENDAHULUAN ... I.1 Latar Belakang ... I.2 Rumusan Masalah ... I.3 Tujuan Penelitian ... I.4 Manfaat Penelitian ... I.5 Landasan Teori/Kerangka Berpikir ... I.6 Hipotesis ...

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... II.1 Penelitian Terdahulu ... II.2 Teori Keahlian Audit ... II.3 Teori Independensi Pemeriksa ... II.3.1 Pengertian Independensi Pemeriksa ... II.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Pemeriksa ....

i ii iii vi vii x xi xii 1 1 6 6 6 7 10 11 11 12 15 15 19


(13)

II.4 Teori Kualitas Hasil Pemeriksaan ... II.4.1 Pengertian Kualitas Hasil Pemeriksaan ... II.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... III.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... III.2 Metode Penelitian ... III.3. Populasi dan Sampel ...

III.3.1 Populasi ... III.3.2 Sampel ... III.4 Teknik Pengumpulan Data ... III.5 Jenis dan Sumber Data ……… III.6 Identifikasi Variabel ... III.7 Definisi Operasional Variabel ... III.8 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrument ... III.8.1 Uji Validitas ... III.8.2 Uji Reliabilitas ... III.9 Pengujian Asumsi Klasik ... III.9.1 Uji Normalitas ... III.9.2 Uji Multikolinearitas ... III.9.3 Uji Heteroskedastisitas ... III.10 Teknik Analisis Data ... III.10.1 Model Analisis Hipotesis Pertama ... III.10.2 Model Analisis Hipotesis Kedua ...

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... IV.1 Hasil Penelitian ... IV.1.1 Gambaran Umum Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara ...

19 19 21 23 23 23 24 24 24 25 25 26 27 31 31 31 32 32 33 33 33 34 36 38 38 38


(14)

IV.1.2 Struktur Organisasi Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara ... IV.1.3 Karakteristik Responden ... IV.1.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... IV.1.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... IV.1.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... IV.1.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan. IV.1.3.5 Karakteristik Responden Berdasar Golongan Kepangkatan IV.1.4 Penjelasan Responden Atas Jawaban Pada Variabel Penelitian IV.1.4.1 Keahlian Audit ... IV.1.4.2 Independensi Pemeriksa ... IV.1.4.3 Kualitas Hasil Pemeriksaan ... IV.1.4.4 Faktor Pribadi ... IV.1.4.5 Faktor Eksternal ... IV.1.5 Pengujian Asumsi Klasik ... IV.1.5.1 Uji Normalitas ... IV.1.5.2 Uji Multikolinieritas ... IV.1.5.3 Uji Heterokedastisitas ... IV.2 Pengujian Hipotesis ...

IV.2.1 Pengujian Hipotesis Pertama ... IV.2.2 Pengujian Hipotesis Kedua ...

BAB.V KESIMPULAN DAN SARAN ... V.1 Kesimpulan ... V.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

42 48 48 49 50 51 51 52 52 53 54 55 56 57 57 59 60 62 62 67 74 74 74 75


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman III.1 III.2 III.3 IV.1 IV.2 IV.3 IV.4 IV.5 IV.6 IV.7 IV.8 IV.9 IV.10 IV.11 IV.12 IV.13

Data Pegawai Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara……… Definisi Operasional dan Indikator Variabel Hipotesis Pertama……… Definisi Operasional dan Indikator Variabel Hipotesis Kedua……….. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia……… Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja... Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... Karakteristik Responden Berdasarkan Golongan Kepangkatan... Korelasi ... Hasil Uji F (Serempak)……… Hasil Regresi Linier Berganda ... Hasil Uji Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama... Korelasi ... Hasil Uji F (Serempak)... Hasil Regresi Linier Berganda ... Hasil Uji Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua…………..

24 28 30 48 49 50 51 52 62 63 65 66 68 69 71 71


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman I.1

IV.1 IV.2 IV.3 IV.4 IV.5 IV.6

Kerangka Berpikir ... Struktur Organisasi Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.. Hasil Uji Normalitas untuk Independensi Pemeriksa……... Hasil Uji Normalitas untuk Kualitas Hasil Pemeriksaan... Grafik Uji Heteroskedastisitas Independensi Pemeriksa... Grafik Uji Heteroskedastisitas Kualitas Hasil Pemeriksaan.. Hasil Pengujian Persamaan Struktur Hipotesis Kedua...

10 42 57 58 60 61 72


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman I.

II.

III. IV.

Daftar Kuesioner ………... Data Hasil Penelitian Pada Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara... Hasil Uji Validitas... Hasil Uji Reliabilitas...

78

82 87 91


(18)

ABSTRAK

Pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Pengawasan dimaksud tersebut dilakukan oleh Auditor Internal Pemerintah Daerah yang berada dibawah langsung Kepala Daerah untuk melakukan pemeriksaan dan pengawasan khusus pada Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ada di Kabupaten. Pemeriksaan yang dilakukan pada akhirnya akan menghasilkan laporan hasil pemeriksaan. Untuk mengetahui kualitas hasil pemeriksaan, dapat dinilai dari laporan hasil pemeriksaan. Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu keahlian dan independensi pemeriksa. Keahlian berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki auditor dalam bidang auditing dan akuntansi. Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh auditor. Perumusan masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh keahlian audit dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi independensi pemeriksa di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh keahlian audit dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan, serta untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi independensi pemeriksa dan hubungannya terhadap kualitas hasil pemeriksaan di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara. Hipotesis pertama adalah keahlian audit dan independensi pemeriksa berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan serta hipotesis kedua adalah faktor pribadi dan faktor eksternal berpengaruh terhadap independensi pemeriksa dan berpengaruh tidak langsung terhadap kualitas hasil pemeriksaan di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.

Teori yang digunakan adalah teori tentang keahlian audit, teori independensi pemeriksa, serta teori kualitas hasil pemeriksaan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pegawai di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.

Hasil uji hipotesis pertama menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil uji F, variabel keahlian audit dan independensi berpengaruh secara serempak dan sangat nyata terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil uji R2 sebesar 56,7%. Hasil uji t diperoleh gambaran bahwa keahlian audit dan independensi pemeriksa bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hasil uji hipotesis kedua menggunakan analisis jalur. Hasil uji F, variabel faktor pribadi dan faktor eksternal berpengaruh sangat nyata terhadap independensi pemeriksa. Hasil uji R2 sebesar 49,4%. Hasil uji t diperoleh gambaran bahwa faktor pribadi dan faktor eksternal bersama-sama berpengaruh terhadap independensi pemeriksa.

Kata Kunci: Keahlian Audit, Independensi Pemeriksa, Kualitas Hasil Pemeriksaan.


(19)

ABSTRACT

Controlling represent the last function from management of Local government management. The such controlling conducted by Internal Auditor of local government residing in under direct of regional leader to conduct the special controlling and inspection at Set Of Job of Area Peripheral of exist in Regency. Inspection conducted in the end will yield the report of result of inspection. To know the quality of result of inspection, appreciable from report of result of inspection. Quality make an audit of determined by two matter that is the proficiency and examiner independency. The proficiency go together the adequate experience and education owned by the auditor in the field of auditing and accountancy. Independency represent one of ethics component which must be taken care of by auditor. The formulated problem of the study included to know how the effect proficiency audit of and examiner independency to quality of result of inspection, and the factors of what influencing examiner independency and its relation to quality of result of inspection in Inspectorate of Regency of Tapanuli North. This research aimed to identify and analyze the proficiency influence audit of and examiner independency to quality of result of inspection, and also to know and analyze the factors of what influencing examiner independency and its relation to quality of result of inspection in Inspectorate of Regency of Tapanuli North. First hypothesis is proficiency audit of and examiner independency have an effect on the quality of result of inspection and the second hypothesis is personal factor and external factor have an effect on the examiner independency and have an effect on indirectly to quality of result of inspection in Inspectorate of Regency of Tapanuli North.

The theories used in the study included about the proficiency audit, theory of examiner independency, and also quality theory of result of inspection. Population used in this research that is officer in Inspectorate of Regency of Tapanuli North.

The result of first hypothesis test used the multiple linear regresi analysis. The result of F-test, variable proficiency audit and independency have highly significant

effect simultaneously on the quality of result of inspection. The result R2 test 56,7%.

The result of t-test found that the proficiency audit of and examiner independency simultaneously on the quality of result of inspection. The result of second hypothesis test used the path analysis. The result of F-test, personal factor and external factor have highly significant effect simultaneously on the examiner independency. The

result R2 test 49,4%. The result of t- test found that personal factor and external

factor on the examiner independency.

Keyword: Proficiency an Audit, Auditor’s Independency, Quality of Result Of Inspection.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Paradigma pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di era otonomi daerah dari perubahan UU No. 5 Tahun 1974 sampai dengan UU No. 32 Tahun 2004 telah mengalami perubahan yang sangat signifikan, terutama di era UU No. 22 Tahun 1999. Hal ini telah menimbulkan kondisi yang sangat stagnan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan secara berjenjang dengan adanya pemahaman otonomi pada Kabupaten/Kota yang beragam sehingga berdampak pada lahirnya pemahaman bahwa pengawasan juga berotonomi. Kondisi ini mengakibatkannya sulitnya informasi hasil pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah khususnya lingkungan internal pemerintah, sehingga kebijakan nasional yang ditetapkan kurang mendapat masukan dari aspek pengawasan.

Konsep otonomi daerah dan pemerintahan yang bersih, termasuk juga konsep

good governance merupakan rangkaian konsep yang kesemuanya bermuara pada

peningkatan aparatur melalui percepatan partisipasi masyarakat, termasuk didalamnya aspek pengawasan. Pemahaman otonomi daerah di bidang pengawasan berdampak pada tidak seimbangnya kapasitas yang dimiliki Inspektorat Kabupaten/Kota dalam melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Hal ini terjadi sebagai akibat perubahan yang drastis terjadi, tetapi tidak segera atau tidak dipersiapkan suatu strategi penguatan dan


(21)

pemberdayaan Inspektorat kabupaten/Kota baik dari aspek kelembagaan dan manajerial, maupun dari aspek standar, pedoman dan sumber daya yang memadai.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 79 tahun 2005 Pasal 24, menyatakan Inspektorat Kabupaten/Kota merupakan aparat pengawas intern pemerintah daerah. Inspektorat Kabupaten/kota sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah Daerah memiliki peran dan posisi yang sangat strategis baik ditinjau dari aspek fungsi-fungsi manajemen maupun dari segi pencapaian visi dan misi serta program-program pemerintah. Dari segi fungsi-fungsi dasar manajemen, ia mempunyai kedudukan yang setara dengan fungsi perencanaan atau fungsi pelaksanaan. Sedangkan dari segi pencapaian visi, misi dan program-program pemerintah, Inspektorat Kabupaten/Kota menjadi pilar yang bertugas sebagai pengawas sekaligus pengawal dalam pelaksanaan program yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Dalam melakukan tugas, pokok, dan fungsinya Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan pemeriksaan rutin ke seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada pada setiap Kabupaten dan Kota. Hasil dari pemeriksaan menghasilkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

Pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen penyelenggaraan pemerintah daerah. Pengawasan merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan pekerjaan/kegiatan telah dilakukan sesuai dengan rencana semula. Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan kondisi yang ada dengan yang seharusnya terjadi. Bila ternyata ditemukan adanya penyimpangan/hambatan segera diambil tindakan koreksi. Pengawasan yang


(22)

dimaksud tersebut dilakukan oleh aparat pengawas intern pemerintah daerah (APIPDA) yang berada di bawah langsung kepala daerah dan diharapkan independen dari pengaruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan secara berjenjang mulai tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Provinsi, dan tingkat Departemen. Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan pemeriksaan dan pengawasan khusus pada SKPD yang ada setiap Kabupaten/Kota.

Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 05 Tahun 2008 merupakan auditor internal pada Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dan telah melakukan tugas sebagai aparat pengawas intern Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Utara. Proses pemeriksaan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara merupakan bagian dari Tugas, Pokok, Fungsi (TUPOKSI) yang tercantum pada Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 39 Tahun 2008. Staf Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara sesuai dengan Program Kerja Pengawasan (PKP) yang telah disusun untuk melakukan pemeriksaan rutin setiap dinas, badan, kantor, dan sekolah-sekolah negeri yang berada dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Pemeriksaan yang dilakukan pada akhirnya akan menghasilkan laporan hasil pemeriksaan. Untuk mengetahui kualitas hasil pemeriksaan, dapat dinilai dari laporan hasil pemeriksaan. Dalam laporan hasil pemeriksaan akan diketahui apa yang menjadi permasalahan pada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara dalam laporannya juga akan memberikan saran kepada objek yang telah


(23)

diaudit. Saran tersebut merupakan jawaban dari permasalahan yang ditemukan pada pemeriksa.

Kualitas audit sangat penting dalam kegiatan audit, karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan hasil pemeriksaan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Selain itu adanya kekhawatiran akan merebaknya kasus korupsi yang tidak pernah tuntas, dapat mengikis kepercayaan masyarakat terhadap laporan hasil pemeriksaan dan profesi Aparat Pengawas Intern Pemerintah Daerah.

Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun 2007 Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara pada standar umum pemeriksaan yang pertama menyatakan bahwa pemeriksa diwajibkan untuk menggunakan dengan cermat dan seksama keahlian dalam melakukan pemeriksaan. Standar ini menghendaki pemeriksa keuangan harus memiliki keahlian dibidang akuntansi dan auditing, serta memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa.

Di Kabupaten Tapanuli Utara pada kenyataannya, fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara sebagai Satuan Pengawas Internal dalam membantu Bupati masih belum bisa diharapkan efektifitasnya. Hal ini disebabkan kualitas pemeriksa yang kurang dapat diandalkan, keberadaan unit pengawas belum bisa diterima sebagai mitra kerja dalam memecahkan persoalan, aparat pengawas dinilai selalu mencari-cari kesalahan dalam melakukan tugas dan hasil pemeriksaan dirasakan tidak memberikan sumbangan pada kegiatan operasional


(24)

dalam pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu juga, pemeriksa dalam berbagai pengambilan keputusan audit masih dipengaruhi oleh beberapa pihak. Kondisi seperti inilah yang dapat mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan.

Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa seorang pemeriksa yang memiliki keahlian audit yang memadai akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam dan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks dalam lingkungan auditnya. Dalam melaksanakan audit, pemeriksa juga harus bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Jadi, semakin tinggi keahlian yang dimiliki seorang pemeriksa maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkannya. Kemudian dengan sikap independensinya maka pemeriksa dapat melaporkan dalam laporan hasil pemeriksaannya jika terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh auditannya. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan independensi dari pemeriksa. Karena jika pemeriksa kehilangan independensinya maka laporan hasil pemeriksaan yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara dengan jumlah 38 orang terus berusaha meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan. Objek audit yang menjadi tugas dari Inspektorat Kabupaten sangat banyak, dimulai dari Dinas, Badan, Kantor sampai pada sekolah yang berada di lingkup Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Variabel keahlian audit dan independensi pemeriksa yang telah dijelaskan diatas sangat


(25)

penting dalam meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan yang dihasilkan dari pemeriksaan oleh Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Sejauh mana pengaruh keahlian audit dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara?

b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi independensi pemeriksa di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara?

I.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis:

a. Pengaruh keahlian audit dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.

b. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi independensi pemeriksa di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.

I.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

a. Bahan masukan bagi Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara khususnya sebagai bentuk upaya menganalisis pengaruh keahlian audit dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan sehingga dapat meningkatkan


(26)

kualitas pemeriksa dan kualitas hasil pemeriksaan di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara di masa yang akan datang.

b. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam mengembangkan studi kepustakaan dan sebagai bahan penelitian selanjutnya mengenai analisis pengaruh keahlian audit dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

c. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan Manajemen Sumber Daya Manusia khususnya yang berkaitan dengan upaya menganalisis pengaruh keahlian audit dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

d. Sebagai referensi peneliti selanjutnya yang akan meneliti permasalahan yang sama di masa yang akan datang.

I.5 Landasan Teori/Kerangka Berpikir

Christiawan (2002) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua faktor yaitu keahlian dan independensi. Keahlian berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki auditor dalam bidang auditing dan akuntansi. Sedangkan independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh auditor.

Kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan


(27)

hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut Jaafar dan Sumiyati (2005), pengertian keahlian audit meliputi keahlian mengenai pemeriksaan maupun penguasaan masalah yang diperiksanya ataupun pengetahuan yang dapat menunjang tugas pemeriksaan. Keahlian tersebut mencakup: merencanakan pemeriksaan, menyusun Program Kerja Pemeriksaan (PKP), melaksanakan Program Kerja Pemeriksaan, menyusun Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP), menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), mendistribusikan Laporan Hasil Pemeriksaan, memonitor Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. Per/05/M.Pan/03/2008 menyatakan keahlian yang harus dimiliki oleh pemeriksa adalah auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan, hukum dan komunikasi. Disamping itu wajib memiliki keahlian tentang standar audit, metodologi, kebijakan, prosedur dan praktik-praktik audit. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa seorang pemeriksa yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam dan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks dalam lingkungan audit. Jadi, semakin tinggi keahlian yang dimiliki seorang pemeriksa maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkannya.

Al-Amin (2006) menyatakan, independensi dalam pengawasan berarti didalam proses dan praktek pengawasan tidak terjadi pemihakan atau pengaruh lain yang disebabkan adanya hubungan saudara, teman, kerabat, status jabatan dan


(28)

lain-lain. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari seorang pemeriksa. Karena itu jika pemeriksa kehilangan independensinya maka laporan hasil pemeriksaan yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Menurut Jaafar dan Sumiyati (2005), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi independensi dalam audit yang sedang dilakukannya adalah:

a. Faktor Pribadi yang meliputi hubungan pribadi yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan audit; hubungan kerja dengan auditan sebelum dan sesudah audit; keberpihakan terhadap golongan, kelompok, organisasi atau program Pemerintah; kepentingan politik dan sosial tertentu.

b. Faktor Eksternal meliputi hal-hal yang dapat mengganggu pemeriksa dalam menggunakan kemampuannya untuk menghasilkan pendapat atau simpulan audit yang objektif.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa dalam melaksanakan proses audit, seorang pemeriksa membutuhkan pengetahuan dibidang audit dan pengalaman yang baik karena dengan kedua hal itu seorang pemeriksa/auditor menjadi lebih mampu memahami kondisi keuangan dan laporan keuangan yang akan mau di auditnya. Kemudian dengan sikap independensinya maka seorang pemeriksa dapat melaporkan dalam laporan hasil pemeriksaan jika terjadi adanya kelemahan-kelemahan atau pelanggaran.


(29)

Dari pernyataan pengaruh keahlian audit dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan, maka hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar I.1 Kerangka Berpikir

I.6 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

a. Keahlian audit dan independensi pemeriksa berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.

b. Faktor pribadi dan faktor eksternal berpengaruh terhadap independensi pemeriksa dan berpengaruh tidak langsung terhadap kualitas hasil pemeriksaan di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.

Keahlian Audit

Faktor Pribadi

Faktor Eksternal

Independensi Pemeriksa

Kualitas Hasil Pemeriksaan


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu:

Batubara (2008) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan (studi empiris pada Bawasko Medan). Adapun hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi pemeriksa secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Bawasko Medan.

b. Secara parsial hanya latar belakang pendidikan yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Bawasko Medan.

Persamaan penelitian Batubara dengan penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Perbedaannya adalah variabel lain yang diteliti (variabel keahlian audit yang mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan), tempat, waktu, populasi dan sampel penelitian.


(31)

II.2 Teori Keahlian Audit

Menurut Agung (2007), keahlian adalah kemampuan seseorang dalam mengerjakan sebuah pekerjaan tertentu yang menjadi bidang kerjanya.

American Accounting Association dalam Guy, Alderman dan Winters (2002), mendefenisikan audit sebagai suatu proses sistematis yang secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Griffin (2004), audit adalah pengujian independen atas sistem akuntansi, sistem keuangan, dan sistem operasional perusahaan. Menurut Bastian (2007), auditing atau pemeriksaan merupakan proses investigasi independen terhadap beberapa aktivitas khusus.

Menurut Simamora (2002), audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Auditor independen diharapkan mahir dalam bidang akuntansi dan auditing.

Menurut Jaafar dan Sumiyati (2005), pengertian keahlian audit meliputi keahlian mengenai pemeriksaan maupun penguasaan masalah yang diperiksanya ataupun pengetahuan yang dapat menunjang tugas pemeriksaan. Keahlian tersebut mencakup: merencanakan pemeriksaan, menyusun Program Kerja Pemeriksaan (PKP), melaksanakan Program Kerja Pemeriksaan, menyusun Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP), menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), mendistribusikan Laporan Hasil Pemeriksaan, memonitor Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP).


(32)

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 menyatakan Auditor/pemeriksa harus mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.

Pimpinan Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) harus yakin bahwa latar belakang pendidikan dan kompetensi teknis auditor memadai untuk pekerjaan audit yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pimpinan APIP wajib menciptakan kriteria yang memadai tentang pendidikan dan pengalaman dalam mengisi posisi auditor dilingkungan APIP.

Auditor APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata-1 atau yang setara. Agar tercipta kinerja audit yang baik maka APIP harus mempunyai kriteria tertentu dari pemeriksa yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP. Untuk itu APIP juga harus mengidentifikasi keahlian yang belum tersedia dan mengusulkannya sebagai bagian dari proses rekrutmen. Aturan tentang tingkatan pendidikan formal minimal dan pelatihan yang diperlukan harus dievaluasi secara periodik guna menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP.

Kompetensi teknis yang harus dimiliki oleh pemeriksa adalah auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi. Disamping wajib memiliki keahlian tentang standar audit, metodologi, kebijakan, prosedur dan praktik-praktik


(33)

audit, pemeriksa harus memiliki keahlian yang memadai tentang lingkungan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit yang dilayani oleh APIP. Dalam hal pemeriksa melakukan audit terhadap sistem keuangan, catatan akuntansi dan laporan keuangan, maka pemeriksa wajib mempunyai keahlian atau mendapatkan pelatihan di bidang akuntansi sektor publik dan ilmu-ilmu lainnya yang terkait dengan akuntabilitas auditi. APIP pada dasarnya berfungsi melakukan audit di bidang pemerintahan, sehingga pemeriksa harus memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan.

Pemeriksa juga harus memiliki pengetahuan yang memadai di bidang hukum dan pengetahuan lain yang diperlukan untuk mengidentifikasi indikasi adanya kecurangan (fraud). Pimpinan APIP dan pemeriksa wajib memiliki keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain dan mampu berkomunikasi secara efektif, terutama dengan auditi. Mereka wajib memiliki kemampuan dalam berkomunikasi secara lisan dan tulisan, sehingga mereka dapat dengan jelas dan efektif menyampaikan hal-hal seperti tujuan kegiatan, kesimpulan, rekomendasi dan lain sebagainya.

Menurut Simamora (2002), keahlian auditor ditentukan oleh: pendidikan kesarjanaan formal; pelatihan dan pengalaman dalam auditing dan akuntansi publik; partisipasi dalam program edukasi yang berkelanjutan selama karir profesi. Fauzi (1999), menyatakan bahwa keahlian seorang auditor ditentukan melalui pendidikan serta pengalaman yang memadai dalam bidang akuntansi dan audit.


(34)

II.3 Teori Independensi Pemeriksa

II.3.1 Pengertian Independensi Pemeriksa

Mulyadi (2002) mendefinisikan independensi adalah sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independen juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Al-Amin (2006) menyatakan, independensi dalam pengawasan berarti didalam proses dan praktek pengawasan tidak terjadi pemihakan atau pengaruh lain yang disebabkan adanya hubungan saudara, teman, kerabat, status jabatan dan lain-lain. Menurut Simamora (2002), independen berarti bahwa auditor harus tidak memihak dan tidak bias terhadap informasi keuangan yang di auditnya maupun terhadap penyusun dan pemakai laporan keuangan. Oleh sebab itu, auditor harus independen “dalam kenyataan (in fact)” dan “dalam penampilan (in appearance)”. Fauzi (1999), independensi berarti bebas dan tidak terikat agar pendapatnya dapat diterima oleh semua pihak. Konsep independensi secara ekstrem adalah penting bagi pemeriksa yang memiliki tanggung jawab luas terhadap pihak ketiga. Menurut Tunggal (2000), agar fungsi pemeriksaan dapat berjalan efektif, pemeriksa harus independen dari aktivitas yang diperiksa. Independensi yang lengkap secara tidak langsung menyatakan kebebasan dari semua dependensi (keterikatan), termasuk dependensi keuangan. Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dinyatakan dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan


(35)

pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya. Zulfan (2007) menyatakan, independen dalam audit mencakup:

a. Dalam perencanaan audit yang berarti bebas dari pengaruh manajemen dalam menetapkan prosedur audit, menentukan sasaran dan ruang lingkup;

b. Dalam pelaksanaan yang berarti bebas dalam mengakses aktivitas yang akan di audit;

c. Dalam pelaporan yang berarti bebas dari usaha untuk menghilangkan mempengaruhi makna laporan serta bebas untuk mengungkapkan fakta.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 Tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, menyatakan dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan para auditornya harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya. Independensi APIP serta obyektifitas auditor diperlukan agar kredibilitas hasil pekerjaan APIP meningkat. Penilaian Independensi dan obyektifitas mencakup dua komponen berikut:

a. Status APIP dalam organisasi;

b. Kebijakan untuk menjaga obyektifitas auditor terhadap obyek audit.

Pimpinan APIP bertanggung jawab kepada pimpinan tertinggi organisasi agar tanggung jawab pelaksanaan audit dapat terpenuhi. Posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan tertinggi organisasi sehingga dapat bekerja sama dengan auditi dan


(36)

melaksanakan pekerjaan dengan leluasa. Meskipun demikian, APIP harus membina hubungan kerja yang baik dengan auditi terutama dalam saling memahami diantara peranan masing-masing lembaga.

Auditor/Pemeriksa harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya. Auditor harus obyektif dalam melaksanakan audit. Prinsip obyektifitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Pimpinan APIP tidak diperkenankan menempatkan auditor dalam situasi yang membuat auditor tidak mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan profesionalnya.

Jika independensi atau obyektifitas terganggu, baik secara faktual maupun penampilan, maka gangguan tersebut harus dilaporkan kepada pimpinan APIP. Auditor harus melaporkan kepada pimpinan APIP mengenai situasi adanya dan atau interpretasi adanya konflik kepentingan, ketidak independenan atau bias. Pimpinan APIP harus menggantikan auditor yang menyampaikan situasinya dengan auditor lainnya yang bebas dari situasi tersebut. Auditor yang mempunyai hubungan yang dekat dengan auditi seperti hubungan sosial, kekeluargaan atau hubungan lainnya yang dapat mengurangi obyektifitasnya, harus tidak ditugaskan untuk melakukan audit terhadap entitas tersebut. Dalam hal auditor bertugas menetap untuk beberapa lama di kantor auditi guna membantu me-reviu kegiatan, program atau aktivitas auditi, maka auditor tidak boleh terlibat dalam pengambilan keputusan atau menyetujui hal-hal yang merupakan tanggung jawab auditi.


(37)

Menurut Bastian (2007), apabila terdapat kekurangan dalam perilaku auditor maupun perilaku yang tidak benar dalam kehidupan pribadinya, maka hal yang demikian akan menempatkan integritas auditor, lembaga tempat ia bekerja, kualitas, dan validitas tugas pemeriksaannya pada situasi yang tidak menguntungkan dan dapat menimbulkan keraguan terhadap keandalan serta kompetensi lembaga tersebut. Menurut Tunggal (2000), pemeriksa harus melakukan pendekatan pekerjaannya dalam keadaan yang konstruktif, menyadari bahwa kesalahan adalah penunjuk untuk perbaikan. Pemeriksa harus mempertimbangkan diri sendiri sebagai mitra (partner) dengan mereka yang terlibat dalam audit. Kemampuan untuk berurusan secara efektif dengan orang lain menciptakan hubungan yang menyenangkan.

Independensi pada Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara sangat berbeda dengan independensi yang dimiliki oleh BPK, BPKP, atau Akuntan Publik. Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara merupakan bagian dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada Kabupaten Tapanuli Utara. Hasil pemeriksaan yang dilaksanakan Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara hanya dapat memberikan saran kepada Kepala Daerah melalui laporan hasil pemeriksaan untuk memberikan sanksi dari temuan penyalahgunaan wewenang pada SKPD-SKPD yang di Pemerintah Kabupaten. Tindakan yang dilakukan merupakan hak mutlak Kepala Daerah. Berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK atau BPKP, kedua lembaga ini berhak melakukan ekspose kepada pusat atas hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Perbedaan ini menyebabkan masih kurangnya independensi Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.


(38)

II.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Pemeriksa

Menurut Jaafar dan Sumiyati (2005), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi independensi dalam audit yang sedang dilakukannya adalah:

a. Faktor Pribadi yang meliputi hubungan pribadi yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan audit; hubungan kerja dengan auditan sebelum dan sesudah audit; keberpihakan terhadap golongan, kelompok, organisasi atau program Pemerintah; kepentingan politik dan sosial tertentu.

b. Faktor Eksternal meliputi hal-hal yang dapat mengganggu pemeriksa dalam menggunakan kemampuannya untuk menghasilkan pendapat atau simpulan audit yang objektif. Faktor eksternal ini dapat berasal dari hubungan kelembagaan yang terjadi antara pemeriksa dengan auditan.

II.4 Teori Kualitas Hasil Pemeriksaan

II.4.1 Pengertian Kualitas Hasil Pemeriksaan

Laporan hasil pemeriksaan mempunyai peran yang penting dalam suatu proses pemeriksaan, karena laporan hasil pemeriksaan merupakan produk akhir dari suatu proses pemeriksaan. Laporan hasil pemeriksaan adalah dokumen kepada pihak-pihak yang berkepentingan di organisasi auditan yang memuat hasil pemeriksaan dan rekomendasi dari pemeriksa. Hasil pemeriksaan berupa hasil penilaian pemeriksa terhadap kesesuaian antara kondisi yang ada pada auditan dibandingkan dengan kriterianya dan hasil analisis pemeriksa bila terdapat perbedaan antara kondisi dengan kriterianya. Sedangkan rekomendasi berisi saran-saran dari pemeriksa kepada


(39)

manajemen mengenai perbaikan atas kelemahan sistem pengendalian manajemen. BPKP (2004).

Kualitas hasil pemeriksaan adalah pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Yang menjadi indikator dalam kualitas pemeriksaan, yaitu kelemahan pengendalian intern, penyimpangan dari peraturan perundang-undangan, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan, kerahasiaan informasi, dan tindak lanjut dari rekomendasi.

Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap, dan obyektif adalah dengan mendapatkan reviu dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggung jawab tidak hanya mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, atau tidak ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang direncanakan. Pemeriksa harus memuat komentar pejabat dalam laporan hasil pemeriksaannya.

Pemeriksa harus meminta pejabat yang bertanggung jawab untuk memberikan tanggapan tertulis terhadap temuan, simpulan, dan rekomendasi, termasuk tindakan perbaikan yang direncanakan oleh manajemen entitas yang diperiksa.


(40)

Tanggapan yang diperoleh harus dievaluasi secara seimbang dan obyektif. Tanggapan yang berupa suatu janji atau rencana untuk tindakan perbaikan tidak boleh diterima sebagai alasan untuk menghilangkan temuan yang signifikan atau rekomendasi yang berkaitan.

Apabila tanggapan dari entitas yang diperiksa bertentangan dengan temuan, simpulan, atau rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan dan menurut pemeriksa, tanggapan tersebut tidak benar atau apabila rencana tindakan perbaikannya tidak sesuai dengan rekomendasi, maka pemeriksa harus menyampaikan ketidak setujuannya atas tanggapan dan rencana tindakan perbaikan tersebut beserta alasannya. Ketidak setujuan tersebut harus disampaikan secara seimbang dan obyektif. Sebaliknya, pemeriksa harus memperbaiki laporannya apabila pemeriksa berpendapat bahwa tanggapan tersebut benar.

II.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan

Christiawan (2002), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit adalah keahlian dan independensi. Keahlian berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki auditor dalam bidang auditing dan akuntansi. Sedangkan independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh auditor.

Berbagai penelitian tentang kualitas audit pernah dilakukan, salah satunya oleh Deis dan Giroux (1992), dimana mereka meneliti faktor penentu kualitas audit di sektor publik dengan menggunakan sampel Kantor Akuntan Publik yang mengaudit


(41)

institusi sektor publik. Studi ini menganalisis temuan-temuan Quality Control

Review. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama hubungan dengan klien (audit

tenure), jumlah klien, telaah dari rekan auditor (peer review), ukuran dan kesehatan keuangan klien serta jam kerja audit secara signifikan berhubungan dengan kualitas audit. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit adalah pendidikan, struktur audit, kemampuan pengawasan (supervisor), profesionalisme dan beban kerja. Semakin lama audit tenure, kualitas audit akan semakin menurun. Sedangkan kualitas audit akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah klien, reputasi auditor, kemampuan teknis dan keahlian yang meningkat.


(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara yang berlokasi di Jalan Sisingamangaraja No. 100 Tarutung. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2009 sampai dengan Februari 2010.

III.2 Metode Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan sensus. Menurut Erlina dan Mulyani (2007), jika peneliti menggunakan seluruh elemen populasi menjadi data penelitian maka disebut sensus. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Umar (2005).

Sifat penelitian ini merupakan penelitian kausalitas. Menurut Subyantoro dan Suwarto (2007), penelitian kausalitas bertujuan menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dari suatu peristiwa/fenomena.


(43)

III.3 Populasi dan Sampel III.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Staf Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara yang menurut Peraturan Bupati Tapanuli Utara No. 39 Tahun 2008 berjumlah 38 (tiga puluh delapan) orang. Pada Tabel III.1 terdapat data pegawai di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.

Tabel III.1 Data Pegawai Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara

No. Jabatan Jumlah (Orang)

1 2 3 4 5 6

Inspektur Sekretaris

Kepala Sub Bagian (Kasubbag) Inspektur Pembantu Wilayah

Kepala Seksi Staf Pemeriksa

1 1 3 3 11 19

Jumlah 38

Sumber: Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara-2009

III.3.2 Sampel

Sampel merupakan himpunan bagian dari suatu populasi. Gulo (2007). Pada umumnya, tidak bisa mengadakan penelitian kepada seluruh anggota dari suatu populasi. Untuk penelitian ini, yang dijadikan sampel berjumlah 35 (tiga puluh lima)


(44)

orang, dikarenakan Inspektur dan Sekretaris tidak melakukan tugas audit sehingga tidak diikutsertakan untuk menjadi sampel.

III.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang lengkap dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Daftar pertanyaan (questionaire) yang diberikan kepada seluruh pegawai Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Wawancara (interview) dengan pegawai di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.

3. Studi dokumentasi dengan mengumpulkan dan mempelajari beberapa dokumen yang relevan dan mendukung penelitian, antara lain struktur organisasi, data kepegawaian.

III.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari daftar pertanyaan (questionaire). 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek


(45)

III.6 Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan dua variabel independen dan satu variabel dependen yang diukur dengan menggunakan Skala Likert. Menurut Istijanto (2006), skala likert merupakan skala yang mengukur tingkat persetujuan atau ketidak setujuan responden terhadap serangkaian pernyataan yang mengukur suatu objek. Untuk penilaiannya adalah sebagai berikut:

Sangat Setuju = Skor 5

Setuju = Skor 4

Netral = Skor 3

Tidak Setuju = Skor 2 Sangat tidak setuju = Skor 1

a. Hipotesis Pertama

Variabel-variabel yang akan diuji pada perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (X) adalah keahlian audit dan independensi pemeriksa.

2. Variabel terikat (Y) adalah kualitas hasil pemeriksaan di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.

b. Hipotesis Kedua

Variabel-variabel yang akan diuji pada perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


(46)

1. Variabel bebas adalah faktor pribadi dan faktor eksternal. 2. Variabel terikat adalah independensi pemeriksa.

III.7 Definisi Operasional Variabel a. Hipotesis Pertama

Definisi operasional dari masing-masing variabel pada penelitian ini adalah: 1. Keahlian Audit (X1), artinya setiap pemeriksa harus memiliki keahlian audit serta

memahami standar audit yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa.

2. Independensi pemeriksa (X2), artinya setiap aparat pemeriksa harus memiliki

sikap tidak memihak kepada siapa pun, dan menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya.

3. Kualitas hasil pemeriksaan (Y), artinya pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan pengungkapan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi pemeriksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Yang menjadi indikator dalam kualitas pemeriksaan yaitu kelemahan pengendalian intern, penyimpangan dari peraturan perundang-undangan, kerahasiaan informasi, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan, dan tindak lanjut dari rekomendasi.


(47)

Tabel III.2 Definisi Operasional dan Indikator Variabel Hipotesis Pertama

Jenis Variabel Definisi Variabel Indikator Skala

A. Dependen: Kualitas Hasil Pemeriksaan (Y) B. Independen: Keahlian Audit (X1)

Independensi Pemeriksa (X2)

Pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan

pengungkapan informasi

yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut dari rekomendasi pemeriksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Setiap pemeriksa harus memiliki keahlian audit serta memahami standar audit yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa.

Setiap aparat pemeriksa harus memiliki sikap tidak memihak kepada siapa pun, dan menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan,

melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya.

- Laporan hasil pemeriksaan memuat adanya kelemahan pengendalian intern;

- Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk diungkapkan kepada umum; - Laporan hasil pemeriksaan

diberikan kepada entitas dan pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan;

- Ekspose hasil pemeriksaan;

- Tindak Lanjut dari

rekomendasi.

- Memiliki tingkat pendidikan formal minimal Strata-1; - Mengikuti pelatihan dibidang

auditing, akuntansi sektor publik dan keuangan daerah; - Memiliki keahlian di bidang

auditing, akuntansi sektor publik, keuangan daerah, administrasi pemerintahan dan hukum;

- Mempunyai sertifikasi JFA dan mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan;

- Memiliki ketrampilan dalam berhubungan dengan orang lain dan berkomunikasi secara efektif dengan pihak yang diperiksa.

- Pemeriksa tidak memiliki hubungan yang dekat dengan pihak yang diperiksa;

- Tidak ada pembatasan waktu yang tidak wajar dalam pemeriksaan;

- Organisasi pemeriksa bebas dari hambatan independensi;

- Menghindari konflik

kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan

dan melaporkan hasil audit; - Tidak ada campur tangan pihak

ekstern mengenai penugasan, promosi pemeriksa.

Likert

Likert


(48)

b. Hipotesis Kedua

Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

1. Faktor pribadi (X3), artinya faktor yang berasal dari pemeriksa itu sendiri yang

dapat mempengaruhi independensi dalam audit yang sedang dilakukan.

2. Faktor eksternal (X4), artinya faktor yang berasal dari pihak luar yang dapat

mengganggu pemeriksa dalam menggunakan kemampuannya untuk menghasilkan pendapat atau simpulan audit yang objektif.

3. Independensi Pemeriksa (X2), artinya organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus

bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern yang dapat mempengaruhi independensinya.


(49)

Tabel III.3 Definisi Operasional dan Indikator Variabel Hipotesis Kedua

Jenis Variabel Definisi Variabel Indikator Skala

A. Dependen: Independensi

Pemeriksa (X2)

B. Independen: Faktor Pribadi

(X3)

Faktor Eksternal

(X4)

Setiap aparat pemeriksa harus memiliki sikap tidak memihak kepada siapa pun, dan menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya.

Faktor yang berasal dari pemeriksa itu sendiri yang dapat mempengaruhi independensi dalam audit yang sedang dilakukan.

Faktor yang berasal dari pihak luar yang dapat mengganggu pemeriksa dalam menggunakan kemampuannya untuk menghasilkan simpulan audit yang objektif

- Pemeriksa tidak memiliki

hubungan yang dekat dengan pihak yang diperiksa;

- Tidak ada pembatasan

waktu yang tidak wajar dalam pemeriksaan;

- Organisasi pemeriksa bebas

dari hambatan independensi;

- Menghindari konflik

kepentingan dalam merencanakan,

melaksanakan dan melaporkan hasil audit;

- Tidak ada campur tangan

pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukkan, promosi pemeriksa.

- Pemeriksa tidak memiliki

hubungan kedinasan, profesi atau pribadi yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan audit;

- Pemeriksaan tidak memiliki

hubungan kerja dengan auditan;

- Menghindari Kepentingan

politik dan sosial tertentu;

- Tidak ada keberpihakan

terhadap golongan, kelompok, organisasi.

- Tidak ada campur tangan

pihak ekstern mengenai pemeriksaan;

- Pengambilan keputusan

audit tidak dipengaruhi oleh berbagai pihak eksternal.

Likert

Likert


(50)

III.8 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen III.8.1 Uji Validitas

Menurut Rusdin (2004), konsep validitas merupakan konsep berupa pertanyaan: apakah metode, pendekatan dan teknik yang digunakan peneliti benar-benar berhubungan atau mengukur isu-isu yang peneliti selidiki?. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, maka kuesioner yang dijadikan sebagai instrumen angket yang dipakai, terlebih dahulu dilakukan uji validitas guna menghasilkan data yang akurat sesuai tujuan ukurannya. Sugiyono (2008), menyatakan bahwa pengukuran uji validitas, setiap butir pertanyaan (content validity) dengan cara mengkorelasikan skor item masing-masing variabel dengan skor total masing-masing variabel sehingga akan terlihat butir instrumen yang layak dan tidak layak untuk mengukur variabel penelitian ini. Apabila validitas setiap jawaban yang diperoleh ketika memberikan daftar pertanyaan lebih besar dari 0,30 maka butir pertanyaan dianggap sudah valid.

Hasil pengolahan data diperoleh dengan menggunakan program SPSS (Statistical Packed for Social Science) sehingga diperoleh nilai r dari setiap butir pertanyaan. Berdasarkan Lampiran III. Hasil Uji Validitas, diperoleh nilai R hitung atau Corrected Item-Total Correlation setiap butir pertanyaan lebih besar 0,3 menunjukkan bahwa butir pertanyaan tersebut valid.

III.8.2 Uji Reliabilitas

Menurut Rusdin (2004), konsep reliabilitas merupakan konsep seberapa baik hasil yang dicapai dalam penelitian yang dilakukan. Reliabel artinya jika ada peneliti


(51)

lain mengajukan pertanyaan penelitian yang sama dan dalam kondisi yang sama, dan hasil yang diperoleh sama pula. Uji reliabilitas ini dapat dilakukan dengan bantuan program SPSS dengan uji statistik Cronbach Alpha (α) dengan kriteria pengambilan keputusan: suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Cronbach Alpha > 0,60. Menurut Sekaran (1992), reliabilitas yang kurang dari 0,6

adalah kurang baik, sedang 0,7 dapat diterima dan reliabilitas dengan Cronbach

Alpha 0,8 atau diatasnya adalah baik.

Berdasarkan Lampiran IV. Hasil Uji Reliabilitas, dilihat bahwa nilai

Cronbach Alpha setiap pertanyaan lebih besar 0,6 menunjukkan bahwa pertanyaan

kuesioner adalah reliabel.

III.9 Pengujian Asumsi Klasik III.9.1 Uji Normalitas

Berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Jika data ternyata tidak berdistribusi normal, maka analisis nonparametik dapat digunakan. Jika data berdistribusi normal, maka analisis parametrik termasuk model-model regresi dapat digunakan. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas. (Umar, 2008). Untuk melihat data ini digunakan pendekatan grafik yaitu Normality Probability Plot.


(52)

III.9.2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah pada model regresi yang diajukan telah ditemukan korelasi kuat antar variabel independen. Jika terjadi korelasi kuat, terdapat masalah multikolinearitas yang harus diatasi. (Umar, 2008).

III.9.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskesdastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang heteroskedastisitas. (Umar, 2008). Untuk melihat apakah heteroskedastisitas atau tidak dapat dilakukan dengan cara grafik. Kriteria pengambilan keputusan: (1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelembung, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. (2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

III.10 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda dan analisis jalur. Menurut Robert D. Rutherford (1993) dalam Sarwono (2007), analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel tergantung tidak hanya secara


(53)

langsung, tetapi juga secara tidak langsung. Jadi, sebenarnya analisis jalur merupakan kepanjangan dari analisis regresi berganda.

III.10.1. Model Analisis Hipotesis Pertama

Model analisis hipotesis pertama adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh keahlian audit dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara. Model yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Menurut Riduwan dan Kuncoro (2007), langkah-langkah menguji analisis regresi adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural

Struktur persamaan regresi linier ganda: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + ε

2. Menghitung koefisien korelasi dan regresi

a. Gambarkan diagram lengkap, tentukan sub-sub strukturnya dan rumuskan persamaan strukturalnya yang sesuai hipotesis yang diajukan.

b. Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan. 3. Menghitung koefisien secara simultan (keseluruhan).

Uji secara keseluruhan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut: Ho: ρyx1 =ρyx2 =...= ρyx1 = 0

Ha: ρyx1 =ρyx2 =...= ρyx1 ≠ 0

a. Kaidah pengujian signifikansi secara manual: menggunakan tabel F

F =

(

)

(

R yxk

)

k

yxk R k n

2 2

1 1

−− −


(54)

Keterangan: n = jumlah sampel

k = Jumlah variabel eksogen R 2yxk = R Square

Jika F hitung≥ F tabel, maka tolak Ho artinya signifikan

Jika F hitung≤ F tabel, terima Ho artinya tidak signifikan

Dengan taraf signifikan (α) = 0,05

b. Kaidah pengujian signifikansi melalui Program SPSS

a. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau (0,05 ≤ Sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

b. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau (0,05 ≥ Sig), maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya signifikan. 4. Menghitung koefisien secara individu.

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik berikut:

Ha: ρyx1 > 0

Ho: ρyx1 = 0

Secara individual uji statistik yang digunakan adalah uji t. Untuk mengetahui signifikansi analisis, bandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:


(55)

a. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau (0,05 ≤ Sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan. b. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig

atau (0,05 ≥ Sig), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.

III.10.2 Model Analisis Hipotesis Kedua

Model analisis hipotesis kedua dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor pribadi dan faktor eksternal berpengaruh terhadap independensi pemeriksa di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara. Model yang digunakan adalah Analisis Jalur Model Trimming. Menurut Riduwan dan Kuncoro (2007), Analisis Jalur Model Trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur analisis jalur dengan cara mengeluarkan dari model variabel eksogen yang koefisien jalurnya tidak signifikan. Cara menghitung model trimming yaitu menghitung ulang koefisien jalur tanpa menyertakan variabel eksogen yang koefisien jalurnya tidak signifikan. Teknik analisis jalur ini akan digunakan dalam menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X3, X4

terhadap X2 serta dampaknya kepada Y. Analisis korelasi dan regresi yang

merupakan dasar dari perhitungan koefisien jalur. Langkah-langkah menguji analisis jalur model trimming adalah sebagai berikut:


(56)

1. Merumuskan persamaan struktural.

Persamaan struktur: ρ ρ ρ ε

2 4

2

2X3 3 X X 4 X

X X X

Y = + +

2. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi. a. Gambarkan diagram jalur lengkap.

b. Menghitung koefisien regresi untuk setiap sub struktur yang telah dirumuskan.

3. Menghitung koefisien jalur secara serempak (Uji F)

Untuk menghitung Fhitung secara manual dapat digunakan dengan rumus:

F =

(

)

(

R yxk

)

k

yxk R k n

2 2

1 1

−− −

Keterangan: n = jumlah sampel

k = Jumlah variabel eksogen R 2yxk = R Square

Jika F hitung≥ F tabel, maka tolak Ho artinya signifikan

Jika F hitung≤ F tabel, terima Ho artinya tidak signifikan

Dengan taraf signifikan (α) = 0,05 4. Menghitung secara individual.

5. Menguji kesesuaian antar model analisis jalur. 6. Merangkum ke dalam gambar persamaan struktur.


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

IV.1.1 Gambaran Umum Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara

Inspektorat Kabupaten adalah lembaga pengontrol/pengawas terhadap lembaga teknis, pelaksana, dan perencana yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati serta secara teknis mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah Kabupaten. Organisasi pengawas di tingkat Kabupaten, awalnya bernama Badan Pengawas Daerah yang dibentuk dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 111 Tahun 1991, kemudian berdasarkan Surat MENPAN No. B/2009/M.PAN/10/2004 perihal perubahan nomenklatur Bawasda telah dirubah menjadi Inspektorat Kabupaten dengan sebutan Kepala Inspektorat adalah Inspektur Kabupaten.

Inspektorat Kabupaten mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah Kabupaten, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan pemerintahan desa. Inspektorat Kabupaten dalam menjalankan tugas menyelenggarakan fungsi: perencanaan program pengawasan; perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan; pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan.

Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara yang beralamat di Jalan. Sisingamangaraja No. 100 Tarutung dibentuk melalui Peraturan Daerah Kabupaten


(58)

Tapanuli Utara Nomor 05 Tahun 2008 dan berdasarkan Peraturan Bupati Tapanuli Utara No. 39 Tahun 2008 memiliki staf keseluruhan sebanyak 38 orang.

Didalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsi Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara senantiasa berupaya untuk melakukan pembenahan diri sesuai dengan tuntutan perubahan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara. Sejalan dengan tuntutan masyarakat terhadap efektivitas dalam rangka mendorong terwujudnya Good Governance, Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara harus mampu menjawab pelaksanaan fungsi pengawasan melalui penerapan mekanisme pertanggung jawaban yang tepat, jelas dan terukur.

Visi merupakan cara pandang jauh kedepan kemana Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara diarahkan agar dapat berkarya, tetap eksis, antisipatif dan inovatif. Oleh karena itu, Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara secara logis visinya merupakan turunan dari dan mendukung Visi Kabupaten Tapanuli Utara. Visi Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara adalah ”Mewujudkan Kemakmuran Masyarakat melalui Pengawasan yang Profesional”. Penjelasan dari Visi tersebut diatas adalah sebagai berikut:

a. ”Mewujudkan”, artinya tercapainya suatu keadaan yang diinginkan;

b. ”Pengawasan Yang Profesional”, artinya pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh aparatur pengawasan yang memiliki profesionalisme yang tinggi sehingga pengawasan yang diharapkan akan dapat dicapai secara optimal.


(1)

TABULASI SKOR VARIABEL: FAKTOR EKSTERNAL (X4)

SKOR UNTUK BUTIR

No.

Responden

Item

- 1

Item

- 2

Total Rata-rata

1

5

4

9

4.50

2

4

4

8

4.00

3

4

5

9

4.50

4

5

5

9

4.50

5

5

4

9

4.50

6

4

4

8

4.00

7

4

5

9

4.50

8

5

4

9

4.50

9

5

5

10

5.00

10

5

3

8

4.00

11

5

4

9

4.50

12

4

4

8

4.00

13

4

4

8

4.00

14

4

4

8

4.00

15

4

5

9

4.50

16

5

5

10

5.00

17

5

4

9

4.50

18

4

5

9

4.50

19

4

4

8

4.00

20

5

4

9

4.50

21

4

4

8

4.00

22

5

4

9

4.50

23

4

5

9

4.50

24

5

4

9

4.50

25

4

4

8

4.00

26

5

4

9

4.50

27

4

3

7

3.50

28

4

4

8

4.00

29

5

4

9

4.50

30

4

4

8

4.00

31

4

5

9

4.50

32

4

3

7

3.50

33

5

4

9

4.50

34

4

5

9

4.50

35

4

4

8

4.00


(2)

LAMPIRAN III: HASIL UJI VALIDITAS

KORELASI SKOR TIAP BUTIR PERTANYAAN DENGAN SKOR TOTALNYA

UNTUK KEAHLIAN AUDIT (X1)

total item1 item2 item3 item4 item5

total Pearson

Correlation 1 .621(**) .572(**) .303 .453(**) .370(*)

Sig. (2-tailed) . .000 .000 .077 .006 .029

N 35 35 35 35 35 35

item 1

Pearson

Correlation .621(**) 1 .104 -.118 .347(*) .099

Sig. (2-tailed) .000 . .551 .500 .041 .570

N 35 35 35 35 35 35

item 2

Pearson

Correlation .572(**) .104 1 .098 .076 .059

Sig. (2-tailed) .000 .551 . .574 .664 .738

N 35 35 35 35 35 35

item 3

Pearson

Correlation .303 -.118 .098 1 -.129 -.164

Sig. (2-tailed) .077 .500 .574 . .460 .347

N 35 35 35 35 35 35

item 4

Pearson

Correlation .453(**) .347(*) .076 -.129 1 -.181

Sig. (2-tailed) .006 .041 .664 .460 . .297

N 35 35 35 35 35 35

item 5

Pearson

Correlation .370(*) .099 .059 -.164 -.181 1

Sig. (2-tailed) .029 .570 .738 .347 .297 .

N 35 35 35 35 35 35

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(3)

KORELASI SKOR TIAP BUTIR PERTANYAAN DENGAN SKOR TOTALNYA

UNTUK INDEPENDENSI PEMERIKSA (X2)

total item1 item2 item3 item4 item5

Pearson

Correlation 1 .380(*) .654(**) .674(**) .305 .418(*)

Sig. (2-tailed) . .024 .000 .000 .075 .012

total

N 35 35 35 35 35 35

Pearson

Correlation .380(*) 1 -.107 .089 .203 -.183

Sig. (2-tailed) .024 . .542 .613 .242 .293

item 1

N 35 35 35 35 35 35

Pearson

Correlation .654(**) -.107 1 .291 -.038 .487(**)

Sig. (2-tailed) .000 .542 . .090 .830 .003

item 2

N 35 35 35 35 35 35

Pearson

Correlation .674(**) .089 .291 1 -.029 .262

Sig. (2-tailed) .000 .613 .090 . .867 .129

item 3

N 35 35 35 35 35 35

Pearson

Correlation .305 .203 -.038 -.029 1 -.461(**)

Sig. (2-tailed) .075 .242 .830 .867 . .005

item 4

N 35 35 35 35 35 35

Pearson

Correlation .418(*) -.183 .487(**) .262 -.461(**) 1

Sig. (2-tailed) .012 .293 .003 .129 .005 .

item 5

N 35 35 35 35 35 35

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(4)

KORELASI SKOR TIAP BUTIR PERTANYAAN DENGAN SKOR

TOTALNYA UNTUK KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN (Y)

total item1 item2 item3 item4 item5

Pearson

Correlation 1 .615(**) .741(**) .745(**) .811(**) .690(**)

Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000 .000 .000

total

N 35 35 35 35 35 35

Pearson

Correlation .615(**) 1 .491(**) .081 .415(*) .219

Sig. (2-tailed) .000 . .003 .645 .013 .206

item1

N 35 35 35 35 35 35

Pearson

Correlation .741(**) .491(**) 1 .494(**) .458(**) .258

Sig. (2-tailed) .000 .003 . .003 .006 .134

item2

N 35 35 35 35 35 35

Pearson

Correlation .745(**) .081 .494(**) 1 .566(**) .513(**)

Sig. (2-tailed) .000 .645 .003 . .000 .002

item3

N 35 35 35 35 35 35

Pearson

Correlation .811(**) .415(*) .458(**) .566(**) 1 .496(**)

Sig. (2-tailed) .000 .013 .006 .000 . .002

item4

N 35 35 35 35 35 35

Pearson

Correlation .690(**) .219 .258 .513(**) .496(**) 1

Sig. (2-tailed) .000 .206 .134 .002 .002 .

item5

N 35 35 35 35 35 35

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(5)

KORELASI SKOR TIAP BUTIR PERTANYAAN DENGAN SKOR

TOTALNYA UNTUK FAKTOR PRIBADI (X3)

total item1 item2 item3 item4

Pearson Correlation 1 .394(*) .350(*) .380(*) .538(**)

Sig. (2-tailed) . .019 .039 .024 .001

total

N 35 35 35 35 35

Pearson Correlation .394(*) 1 -.047 -.160 .070

Sig. (2-tailed) .019 . .789 .359 .688

item1

N 35 35 35 35 35

Pearson Correlation .350(*) -.047 1 -.103 -.071

Sig. (2-tailed) .039 .789 . .555 .683

item2

N 35 35 35 35 35

Pearson Correlation .380(*) -.160 -.103 1 -.103

Sig. (2-tailed) .024 .359 .555 . .555

item3

N 35 35 35 35 35

Pearson Correlation .538(**) .070 -.071 -.103 1

Sig. (2-tailed) .001 .688 .683 .555 .

item4

N 35 35 35 35 35

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

KORELASI SKOR TIAP BUTIR PERTANYAAN DENGAN SKOR

TOTALNYA UNTUK FAKTOR EKSTERNAL (X4)

total item1 item2

Pearson Correlation 1 .590(**) .711(**)

Sig. (2-tailed) . .000 .000

total

N 35 35 35

Pearson Correlation .590(**) 1 -.100

Sig. (2-tailed) .000 . .567

item1

N 35 35 35

Pearson Correlation .711(**) -.100 1

Sig. (2-tailed) .000 .567 .

item2

N 35 35 35

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(6)

LAMPIRAN IV: HASIL UJI RELIABILITAS

Reliability Statistics untuk Keahlian audit (X

1

)

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

.620 .547 6

Reliability Statistics untuk Independensi Pemeriksa (X2)

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

.650 .595 6

Reliability Statistics untuk Kualitas Hasil Pemeriksaan (Y)

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

.783 .860 6

Reliability Statistics untuk Faktor Pribadi (X3)

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

.617 .416 5

Reliability Statistics untuk Faktor Eksternal (X4)

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Keahlian, Independensi, Perencanaan Audit dan Supervisi Audit terhadap Kualitas Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara

7 137 117

Analisis Pengaruh Akuntabilitas, Kompetensi dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Pada Inspektorat Kota Medan

0 34 92

Pengaruh Latar Belakang Pribadi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Dan Pengalaman Pemeriksa Sebagai Variabel Moderating Pada Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai

3 27 113

Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendidikan Berkelanjutan, dan Independensi Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris : Badan Pengawasan Daerah Kabupaten Dairi)

1 34 126

Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Hasil Audit Auditor Inspektorat Jenderal Depertemen Agama

0 5 111

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, OBYEKTIFITAS, INTEGRITAS, DAN KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT PADA INSPEKTORAT PROVINSI SUMATERA UTARA.

0 3 30

PENGARUH INDEPENDENSI DAN INTEGRITAS AUDITOR TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KOTA BUKITTINGGI.

0 0 7

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, OBYEKTIVITAS, KECERMATAN PROFESIONAL DAN PENGALAMAN AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi pada Pemeriksa Inspektorat Kabupaten/Kota di Aceh)

0 4 9

PENGARUH OBYEKTIFITAS, INTEGRITAS, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI PEMERIKSA TEHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH : STUDI PADA INSPEKTORAT KABUPATEN KUDUS

0 0 15

Pengaruh Independensi Pemeriksa, Standar Pelaporan, Pendidikan Berkelanjutan dan Keahlian Auditor Inspektorat Daerah terhadap Kualitas Audit

0 0 10