Gambar 15. Tube Montgomery trakeostomi.
16
Kelemahan prosedur trakeostomi adalah kebanyakan penderita mengalami depresi biologis karena estetis yang tidak baik dan pemaparan terhadap komplikasi
lokal seperti pendarahan, infeksi, nyeri dan pembentukan jaringan granulasi. Penderita juga mengalami peningkatan resiko terhadap komplikasi serius berupa
stenosis trakea dan erosi pembuluh darah di sekitarnya. Karena kelemahan dan komplikasi yang ditimbulkan, trakeostomi permanen hanya dilakukan pada kasus
parah pada obstruktif sleep apnea dengan tanda kardiovaskular. Simon dkk menyatakan bahwa prosedur trakeostomi merupakan terapi primer untuk penderita
memiliki disritmia kardiak yang mengancam selama sleep apnea.
4,6
3.2.2 Bedah Nasal
Obstruksi nasal dapat menyebabkan rasa kantuk yang berlebihan di siang hari, fragmentasi tidur, hipopnea dan pernafasan periodik selama tidur. Penderita dengan
obstruktif sleep apnea sedang sampai parah, obstruksi nasal bukanlah faktor
Universitas Sumatera Utara
penyebab. Obstruksi nasal dapat berupa deviasi septum nasal, polip nasal atau pembesaran konka. Prosedur nasal yang paling banyak dilakukan adalah septoplasti
dan reduksi konka. Prosedur lain yang mungkin berguna untuk merawat obstruksi nasal yaitu nasal polipektomi ataupun turbinektomi. Pengaruh utama dari bedah nasal
adalah peningkatan subjektif yang nyata dari nasal dan reduksi nasal untuk keperluan CPAP.
1,4,12,27
Gambar 16. Cara memperbaiki septum deviasi septum nasal.
28
3.2.3 Uvulopalatopharingoplasty
Uvulopalatopharyngoplasty UPPP telah digunakan untuk merawat sleep apnea sejak 25 tahun yang lalu. Prosedur uvuloplasti dapat memperbesar jalan udara
faring dan membuat kaku dinding faring, serta mengurangi kolapsnya saluran nafas bagian atas. Prosedur uvulopalatopharyngoplasty mencakup eliminasi obstruksi
orofaring melalui tonsilektomi dan adenoidektomi, eksisi uvula, mengambil mukosa
Universitas Sumatera Utara
lateral faring yang berlebihan dan pemotongan 8-15 mm sepanjang margin posterior palatum lunak.
1,4,6,12
Teknik bedah UPPP bervariasi, namun tujuan utama adalah memperpendek palatum dan memperbesar jalan udara posterior. Insisi mukosa dibuat dengan
elektrokauteri pada bagian permukaan anterior palatum lunak. Diseksi dilakukan dari lateral mencakup tonsil palatina. Dasar tonsil dikoagulasi untuk hemostasis. Otot
palatal dieksisi dan mukosa nasofaring ditarik ke depan untuk mendapatkan kerapatan primer. Penjahitan dengan teknik multipel interrupted resorbable. Jika tonsil diambil,
mukosa dinding anterior ditutupkan ke dinding posterior. Hal ini berguna untuk menghilangkan jaringan faring yang berlebihan dan melonggarkan ataupun
mempererat dinding faring.
4
Gambar 17. Uvulopalatopharyngoplasty. A-C. Tonsil dan uvula dibuang serta pilar anterior ditutup ke pilar posterior.
4
Universitas Sumatera Utara
Komplikasi yang mungkin ditimbulkan oleh prosedur UPPP adalah perubahan fungsi palatum, insufisiensi velofaringeal, stenosis dan disfagia. Penderita juga
merasakan adanya reflux cairan ke hidung dan keluarnya udara hidung selama berbicara. Rasa sakit pascaoperasi adalah signifikan, oleh karena itu analgesia harus
diberikan.
4,6,12
3.2.4 Laser Assisted Uvulopalatoplasty