3.2.5.1 Maxillomandibular Advancement MMA
Abnormalitas tulang maksilofasial diketahui sebagai faktor resiko obstruktif sleep apnea. MMA dinyatakan sebagai perawatan jangka panjang yang paling sukses
pada penderita obstruktif sleep apnea, dengan tingkat kesuksesan rata-rata hampir mencapai 90 persen. Walaupun MMA merupakan prosedur bedah yang invasif,
namun resiko akibat pembedahan adalah rendah mencakup pembedahan, infeksi, maloklusi dan kebas permanen.
1,9
Teknik bedah MMA mencakup osteotomi standar Le Fort I yang dikombinasikan dengan split sagital osteotomi pada mandibula untuk memajukan
maksila dan mandibula. Osteotomi Le Fort I pada maksila dilakukan diatas apikal gigi. Maksila difrakturkan ke bawah setelah separasi pterygomaksilari. Arteri palatina
harus dijaga. Maksila dimobilisasi dengan memajukan kira-kira 10-14 mm. Selama mobilisasi, integritas arteri palatina harus tetap dipertahankan. Jika terdapat tegangan
berlebihan, arteri harus dipotong dan dibagi untuk mencegah pendarahan berlebihan akibat rusaknya pembuluh darah. Fiksasi rigid dengan 4 lempeng plate. Susunan
gigi maksila dan mandibula, pertumbuhan gigi dan wajah adalah penting sekali untuk oklusi yang dapat diterima dan estetis. Osteotomi mandibula dilakukan dengan teknik
split sagital. Korteks medial dan lateral diseparasi pada regio ramus dengan menjaga keutuhan nervus inferior alveolar. Segmen mandibula dimajukan sejauh maksila
sehingga oklusi direstorasi. Fiksasi rigid didapat dengan 3 screw yang ditempatkan pada tiap sisi plates sering digunakan untuk menjembatani sisi osteotomi untuk
mendapatkan rigiditas setelah mandibula distabilasasi dengan intermaxillary fixation.
4,16,23
Universitas Sumatera Utara
A B
Gambar 19. Maxillomandibular advancement. A. Sebelum operasi. B. Sesudah operasi.
16
Gambar 20. Maxillomandibular advancement. A. Gambaran radiografi sefalometri sebelum operasi. B. Gambaran radiografi sefalometri
sesudah operasi
16
Universitas Sumatera Utara
3.2.5.2 Maxillomandibular Expansion
Adanya konstriksi maksila disertai palatum keras yang tinggi dan sempit sering ditemukan pada penderita obstruktif sleep apnea. Berbagai peneliti
menyatakan bahwa ekspansi maksila dapat memperbaiki obstruktif sleep apnea pada anak-anak, remaja maupun dewasa. Penderita obstruktif sleep apnea dengan
konstriksi maksila cenderung disertai dengan konstriksi mandibula, oleh karena itu perawatan obstruktif sleep apnea dengan ekspansi maksila dan mandibula lebih
menguntungkan dalam mengurangi keparahan obstruktif sleep apnea. Pada pasien anak-anak, prosedur ini tidak memerlukan tindakan bedah karena sutura palatina
mediana belum mengalami osifikasi. Namun fusi sutura palatina terjadi setelah remaja, oleh karena itu osteotomi dibutuhkan untuk ekspansi
12,16
Prosedur bedah dilakukan diruang operasi dibawah anastesi umum. Ekspansi maksila dilakukan dengan osteotomi terbatas pada Le Fort I tanpa memfrakturkan
maksila ke bawah. Osteotomi yang terbatas pada midline maksila juga dilakukan. Alat distraksi biasanya ditempatkan oleh ahli ortodonti sebelum pembedahan dan
diaktivasi sebesar 0,5 mm pada penyelesaian operasi. Pada mandibula, osteotomi midline dilakukan dengan diikuti aplikasi alat distraksi intra oral
16
Universitas Sumatera Utara
Gambar 21. Osteotomi maksila untuk memfasilitasi pelebaran maksila
16
A B
Gambar 22. Pelebaran maksila. A. Sebelum. B. Sesudah
16
Universitas Sumatera Utara
Gambar 23. Pelebaran mandibula. A. Sebelum. B. Sesudah
16
Diikuti periode laten selama 5-7 hari. Alat tersebut diaktivasi dua sampai empat kali sehari untuk mendapatkan perpanjangan tulang 1 mm setiap hari. Total
ekspansi yang dihasilkan ditentukan oleh anatomi pasien, pertumbuhan gigi, penampilan wajah dan keparahan obstruktif sleep apnea. Biasanya ekspansi sebesar
5-10 mm dapat dicapai. Setelah penyelesaian distraksi sekitar 1-3 minggu, alat distraksi dipertahankan lebih kurang 2-3 bulan agar osifikasi terjadi. Alat distraksi
maksila dapat dilepas ahli ortodonti dan alat distraksi mandibula dilepaskan di bawah anastesi umum.
16
Universitas Sumatera Utara
Gambar 24. Gambaran klinis yang menunjukkan pelebaran maksila
16
Gambar 25. Gambaran radiografi menunjukkan pelebaran mandibula
16
Universitas Sumatera Utara
3.2.5.3 Genioglossus Advancement GA