2. Unit catu daya diperlukan untuk mengkonversikan tegangan AC sumber menjadi
tegangan DC 5V yang dibutuhkan oleh prosesor dan rangkaian-rangkaian dalam modul-modul inputoutput antar muka.
3. Perangkat pemrogaman digunakan untuk memasukkan program yang dibutuhkan
ke dalam memori. Program tersebut dibuat dengan menggunakan perangkat ini yang kemudian dipindahkan ke dalam unit memori PLC.
4. Unit memori adalah tempat dimana program yang digunakan untuk melaksanakan
tindakan-tindakan pengontrolan oleh mikroprosesor disimpan. 5.
Bagian input dan output adalah antar muka dimana prosesor menerima informasi ke perangkat-perangkat eksternal.
II.8. Operasi Paralel Generator
Operasi paralel pusat-pusat tenaga listrik pada dasarnya merupakan perluasan kerja paralel satu generator dengan generator lain dengan tambahan resistansi dan
reaktansi saluran-saluran interkoneksi yang biasa disebut sinkronisasi. Dalam melakukan sinkronisasi generator harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
1. Tegangan apitan dari generator yang akan diparalelkan harus sama dengan
tegangan jaringan. 2.
Frekuensi generator harus sama dengan frekuensi jaringan. 3.
Sudut fasa dari dari fasa-fasa yang dihubungkan satu sama lain harus sama besar. 4.
Urutan fasa kelima generator harus sama dan urutan fasa generator yang akan diparalelkan harus sama dengan jaringan.
Dimisalkan lima generator G
1
, G
2
, G
3
, G
4
dan G
5
yang bekerja paralel seperti pada gambar berikut.
AC
AC AC
AC AC
G1 G2
G3 G4
G5 X1
X2 X3
X4 X5
R1 R2
R3 R4
R5 E1
E2 E3
E4 E5
Gambar 2.11. Operasi Paralel Lima Generator
Terlihat masing-masing generator memiliki impedansi Z
1
, Z
2
, Z
3
, Z
4
dan Z
5
yang tediri dari resistansi R
1
, R
2
, R
3
, R
4
, R
5
dan X
1
, X
2
, X
3
, X
4
dan X
5
. Gaya gerak listrik yang diinduksikan dalam masing-masing mesin adalah E
1
, E
2
, E
3
, E
4
dan E
5
. Untuk mempermudah, diambil contoh operasi paralel untuk dua generator.
1 E
2 E
r E
s I
Gambar 2.12. Paralel Dua Generator Reaktansi Diabaikan
1 E
2 E
r E
s I
Gambar2.13. Paralel Dua Generator Resistensi Diabaikan
Misalkan untuk keadaan khusus dimana reaktansi kedua mesin diabaikan. Dalam keadaan demikian, kedua GGL E
1
dan E
2
memiliki selisih fasa 180 ˚ gambar 2.12 dan resultan Er
hampir tegak lurus terhadap E
1
dan E
2
. Besar arus sinkronisasi dapat dinyatakan dengan persamaan:
2 1
Z Z
Er Is
+ =
Misalkan kini kedua mesin hanya memiliki reaktansi mendekati nol. Arus sinkronisasi Is akan tegak lurus terhadap GGL Er atau sefasa dengan GGL salah satu mesin, misalkan E
2
gambar 2.13. dalam hal ini mesin 2 akan memberi daya nyata kepada mesin 1 agar mesin dapat berjalan. Dengan demikian, dapat disimpulkan reaktansi mutlak diperlukan
untuk paralel generator. Bila dua generator berada dalam keadaan sinkronisasi penuh. Maka kedua GGL
yang diinduksikan adalah sama dan berbeda fasa 180 ˚, sebagaimana terlihat pada gambar
2.14, dan tidak terdapat arus mengalir dalam rangkaian setempat. Bilamana kedua GGL sama besarnya tetapi berbeda fasa tidak tepat 180
˚ maka resultan GGL Er bergerak di dalam rangkaian setempat dan mengakibatkan mengalirnya arus sinkronisasi.
1
E
2
E
Gambar 2.14. Arus Sinkronisasi Penuh
r E
1
E
2
E
2
E
α θ
1
φ
2
φ
Gambar 2.15. Arus Sinkronisasi Tidak Penuh
Misalkan beda fasa antara kedua GGL sebesar α dan E
1
=E
2
=E, maka resultan GGL Er adalah:
− °
= 2
180 cos
2 α
E E
r
E E
E E
α α
α α
=
=
=
−
° =
2 2
2 sin
2 2
90 cos
2
Pendekatan di atas berlaku jika sudut α memiliki nilai yang kecil sekali. Besar arus sinkronisasi Is adalah:
Z E
I
r s
=
Z E
α
=
Dengan catatan bahwa Is tertinggal fasa sebesar θ, dimana:
=
−
R X
tg
s 1
θ
Dimana Z merupakan impedansi gabungan per fasa dari kedua generator atau generator dengan jaringan yang memiliki kekuatan yang tak terhingga. Bila reaktansi generator
diketahui, maka arus sinkronisasinya:
s s
X E
I =
dan tertinggal fasa 90 ˚ dengan GGL resultan Er.
AC AC
AC AC
AC
LOAD 200 KVA
380 V 400 V20KV
400 V20 KV 400 V20 KV
Gambar 2.16. Paralel Lima Generator Melayani Beban
Adapun prosedur sinkronisasi generator-generator yang bekerja paralel dapat disusun sebagai berikut:
1. Menjalankan mesin penggerak mula prime mover, kemudian tahanan R
diperkecil sampai diperoleh tegangan V dan frekuensi Hz yang dikehendaki. 2.
Bila tegangan V generator dan frekuensi Hz generator sama dengan tegangan jala- jala dan frekuensi jala-jala maka yang harus diperhitungkan lagi adalah membuat
agar tegangan generator sefasa dengan tegangan jala-jala. 3.
Untuk membuat tegangan generator sefasa dengan tegangan jala-jala maka putaran generator harus diubah sampai mendapatkan beda fasa yang sama.
4. Bila lampu indikator PLN mati, generator telah berhasil paralel dengan jaringan
jala-jala.
II.9. Pembagian Beban Pada Generator yang Bekerja secara Paralel