Jumlah air pengencer yang digunakan sangat bervariasi antara satu Pabrik Kelapa Sawit PKS dengan PKS yang lainnya. Jumlah air pengencer yang digunakan
yaitu sebanding dengan crude oil yang keluar dari screw press. Jumlah air yang digunakan berpengaruh terhadap retention time waktu retensi dalam Continous
Settling Tank CST yang sangat penting artinya dalam efisiensi pemisahan minyak dan kualitas minyak. Jumlah air pengencer yang dianjurkan adalah sebanding dengan
jumlah minyak yang terdapat dalam cairan yaitu harus sesuai dengan norma yang ditetapkan oleh setiap PKS Naibaho, PM., 1996.
Berdasarkan hal diatas, penulis ingin melakukan pembahasan mengenai “PENGARUH PENAMBAHAN JUMLAH AIR PENGENCER TERHADAP
EFISIENSI PEMISAHAN MINYAK DARI CAIRAN PADA STASIUN PRESSAN DI PTP NUSANTARA IV PULU RAJA”.
1.2. Permasalahan
Proses CPO di pabrik PTP Nusantara IV Pulu Raja, Kisaran melalui beberapa tahapan proses, salah satu proses tersebut yaitu proses pemisahan minyak pertama kali dari
adonan di stasiun pengepressan. Permasalahan yang terdapat di sini yaitu: 1.
Berapa kandungan NOS, Minyak, Air dan Kotoran dalam hasil pressan. 2.
Bagaimana proses penambahan air pengencer di screw press dan apa pengaruh penambahan air pengencer terhadap efisiensi pemisahan minyak.
3. Berapa norma atau parameter spesifikasi dari suhu dan jumlah air
pengencer yang digunakan di PTP Nusantara IV Pulu Raja, Kisaran.
Universitas Sumatera Utara
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui kandungan hasil pressan yang meliputi NOS, Minyak, Air
dan Kotoran. 2.
Untuk mengetahui pengaruh air pengencer pada proses pengepressan terhadap efisiensi pemisahan minyak.
3. Untuk mengetahui norma atau parameter spesifikasi jumlah air pengencer
yang sesuai digunakan di PTP Nusantara IV Pulu Raja, Kisaran.
1.4.Manfaat
1. Memberitahukan kandungan hasil pressan yang meliputi NOS, Minyak, Air
dan Kotoran. 2.
Untuk mengetahui jumlah air pengencer yang digunakan agar efisiensi pengutipan minyak pada proses pengepressan dapat terjadi semaksimal
mungkin.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah dan Penyebaran Kelapa Sawit
Kelapa sawit E. guineensis Jacq diusahakan secara komersil di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik Selatan serta beberapa daerah lain dengan skala lebih
kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Di Brasilia, tanaman ini ditemukan secara liar atau setengah liar di sepanjang
tepi sungai.
Kelapa sawit Afrika telah berhasil didomestikasikan di Afrika Barat pada sekitar abad ke-16 dan ke-17 atau jauh pada periode sebelumnya. Senyawa kimia yang
serupa dengan minyak sawit telah ditemukan pada makam orang Mesir pada tahun 3000 SM.
Perkembangan industri kelapa sawit telah dipaparkan secara jelas oleh Hartley 1988. Ekspor minyak dan inti sawit dari Afrika dimulai pada abad ke-19. Pada saat
itu, sumber minyak hanya berasal dari tanaman kelapa sawit yang tumbuh liar dan minyak masih diekstrksi dengan cara sederhana dan tidak efisien. Dari gerombol-
gerombol kelapa sawit yang tumbuh liar ini akhirnya berkembang menjadi perkebunan rakyat. Perkebunan besar yang pertama mulai berkembang di Sumatera
dan Malaysia pada awal abad ke-19, kemudian diikuti oleh Congo Belgia sekarang Zaire dan negara-negara Afrika Barat lainnya pada tahun 1920-an.
Universitas Sumatera Utara
Kelapa sawit pertama kali diintroduksikan ke Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848, tepatnya di Kebun Raya Bogor s’Lands
Plantentuin Buitenzorg. Dengan mendatangkan empat batang bibit kelapa sawit dari Mauritius dan Amsterdam masing-masing mengirimkan dua batang. Satu dari
keempat tanaman tersebut saat ini masih hidup di Kebun Raya Bogor yang tinggi pokoknya telah mencapai lebih dari 20 m. Tanaman kelapa sawit di Kebun Raya
Bogor ini dianggap sebagai nenek moyang tanaman kelapa sawit di Asia Tenggara Tim Penulis PS. 1997 .
Awal mulanya, tanaman kelapa sawit sekedar berperan sebagai tanaman hias langka di Kebun Raya Bogor dan sebagai tanaman penghias jalanan atau pekarangan.
Itu terjadi mulai tahun 1848 hingga beberapa puluh tahun sesudahnya baru dibudidayakan secara komersil dalam bentuk perkebunan yaitu padan tahun1911. Jadi
kelahiran perkebunannya membutuhkan waktu sekitar 63 tahun.
Pada saat ini, perkebunan kelapa sawit telah berkembang lebih jauh sejalan dengan kebutuhan dunia akan minyak nabati dan produk industri oleochemical.
Produk minyak sawit merupakan komponen penting dalam perdagangan minyak nabati dunia Pahan, I., 2008 .
Universitas Sumatera Utara
2.2. Klasifikasi Kelapa Sawit