Aspek Hukum Kredit Perbankan

BAB II PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN PERORANGAN

A. Aspek Hukum Kredit Perbankan

Masalah kredit bukanlah hal yang luar biasa untuk didengar saat ini karena masyarakat yang pada umumnya didominasi oleh kalangan pelaku bisnis memperoleh dana untuk menjalankan usaha mereka dengan cara kredit yang diperoleh biasanya melalui lembaga pembiayaan bank dan non-bank.Secara etimologis, istilah bank berasal dari bahasa Itali yaitu “banca” yang berarti “bence” yaitu suatu bangku tempat duduk. Istilah bank dimaksudkan sebagai suatu jenis pranata finansial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup beraneka ragam, seperti pinjaman, memberi pinjaman, mengeluarkan uang, mengadakan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan untuk benda-benda berharga, membiayai usaha-usaha perusahaan. 18 Para ahli juga memberikan definisi dari bank, diantaranya adalah G.M. Verlyn Stuart yang dikutip oleh Bachtiar Hasan Miraza yang menyatakan bank adalah sebuah perusahaan yang bertujuan member kepuasan terhadap kebutuhan- kebutuhan kredit, baik dengan modalnya sendiri dan dana-dana yang Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perbankan, disebutkan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” 18 A. Abdurrahman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan Jakarta: Pradnya Paramita, 1993, hlm.80. dipercayakan padanya maupun dengan mengedarkan alat pembayaran dan dalam bentuk uang kartal maupun uang giral. 19 Selain itu Brad Ford menyebutkan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang menjalankan proses pengumpulanpinjaman atau penanaman daripada kelebihan dana-dana yang terdapat di masyarakat disamping menjalankan tugas fungsi-fungsi yang erat hubungannya dengan pekerjaan mengumpulkan pinjaman, meminjamkan dan menanamkann dana-dana yang berlebih. 20 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, danatau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Menurut ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Perbankan, kegiatan usaha yang dapat dilakukan Bank Umum adalah sebagai berikut: 2. Memberikan kredit. 3. Menerbitkan surat pengakuan utang. 4. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya. 5. Memindahkan uang baik untuk kepentingannya sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. 6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjam dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi, maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya. 19 Bachtiar Hasan Miraza, Suatu Pengantar Ekonomi Moneter Medan: Penerbit Tiga Putra, 1970, Cetakan Pertama, hlm.78. 20 Ibid 7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga. 8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga. 9. Melakukankegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak. 10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek. 11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat. 12. Menyediakan pembiayaan danatau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Perbankan dan ketentuan lain yang berlaku. Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud diatas, menurut Pasal 7 Undang-Undang Perbankan ditentukan bahwa Bank Umum dapat pula melakukan kegiatan usaha sebagai berikut: 1. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 2. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 3. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketetapan yang ditentukan oleh Bank Indonesia; dan 4. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pension dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku. Beberapa pengertian bank dan kegiatan usaha bank diatas, jelas bahwa bank bergerak dalam banyak bidang yang berhubungan dengan uang, dari menghimpun uang sampai kepada menyalurkan uang. Dalam menyalurkan uang ini termasuk juga pemberian kredit.Istilah kredit berasal dari bahasa Latin yaitu “credere” lihat pula “credo” dan “creditum”, yang kesemuanya berarti kepercayaan dalam bahasa inggris “faith” dan “trust”. Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditur yang memberi kredit, lazimnya bank dalam hubungan perkreditan dengan debitur nasabah, penerima kredit mempunyai kepercayaan, bahwa debitur dalam waktu dan dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan membayar kembali kredit yang bersangkutan. 21 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain. 22 21 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di IndonesiaJakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, hlm. 236. 22 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional di Indonesia, Edisi Revisi Jakarta: Kencana, 2006, hlm. 57. Menurut O.P Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi misalnya uang, barang dengan balas prestasi kontraprestasi yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Dewasa ini kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang, yang dengan demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit. Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit dan si penerima kredit atau antara kreditur dan debitur.Mereka menarik keuntungan dan saling menanggung risiko.Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen kepercayaan, risiko dan pertukaran ekonomi di masa-masa mendatang. 23 Berdasarkan rumusan tersebut dapat diketahui, bahwa kredit itu merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang antara bank sebagai kreditur dengan nasabah sebagai debitur. Dalam perjanjian ini bank sebagai pemberi kredit Berdasarkan Pasal 1754 KUHPerdata dijelaskan, pinjam meminjam adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. Berdasarkan Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Perbankan, pengertian kredit disebutkan sebagai berikut:“kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.” 23 EK OP Simorangkir, Seluk Beluk Bank Komersial, Cetakan Kelima Jakarta: Aksara Persada Indonesia, 1986, hlm. 91. percaya terhadap nasabahnya dalam jangka waktu yang disepakatinya akan dikembalikan dibayar lunas. Sutan Remy Sjahdeini mengemukakan bahwa pencantuman kata-kata persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam di dalam pengertian kredit sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Perbankan dapat mempunyai beberapa maksud yakni: 24 1. Pembentuk undang-undang bermaksud untuk menegaskan bahwa hubungan kredit bank adalah hubungan kontraktual antara bank dan nasabah debitur yang berbentuk pinjam meminjam. 2. Pembentuk undang-undang bermaksud untuk mengharuskan hubungan kredit bank dibuat berdasarkan perjanjian tertulis. Berkaitan dengan pengertian kredit diatas, menurut ketentuan Pasal 1 angka 5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 1415PBI2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga termasuk: 25 1. cerukan overdraft, yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari; 2. pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak-piutang; dan 3. pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain. 24 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di IndonesiaJakarta: IBI, 1993, hlm. 181. 25 Peraturan Bank Indonesia No. 1415PBI2012 Pasal 1 angka 5. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui unsur-unsur yang terdapat di dalam kredit, yaitu: 26 1. Kepercayaan yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 2. Waktu yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang. 3. Degree of risk yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit. 4. Prestasi yaitu objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat bentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan. 26 Thomas Suyatno et.al,Dasar-Dasar Perkreditan, Edisi Keempat Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1995, hlm. 14. Kredit pada awal perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk merangsang bagi kedua belah pihak untuk salingmenolonguntuktujuan pencapaiankebutuhan baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari-hari. Pihak yang mendapat kredit harus dapat menunjukkan prestasi yang lebih tinggi dari kemajuan usahanya itu sendiri, atau mendapatkan pemenuhan kebutuhannya. Suatu kredit mencapai fungsinya apabila secara sosial ekonomis, baik bagi debitur, kreditur maupun masyarakat membawa pengaruh yang lebih baik lagi.Bagi pihak debitur dan kreditur, mereka memperoleh keuntungan, juga mengalami peningkatan kesejahteraan, sedangkan bagi negara mengalami tambahan penerimaan negara dari pajak, juga kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian antara lain sebagai berikut: 27 1. untuk meningkatkan daya guna uang; 2. untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang; 3. untuk meningkatkan daya guna barang; 4. meningkatkan peredaran barang; 5. sebagai alat stabilitas ekonomi; 6. kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan faedah-faedah atau kegunaan potensi-potensi ekonomi yang ada; 7. kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pemerataan pendapatan nasional; 8. kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional. 27 Johannes Ibrahim, Bank sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum PositifBandung: CV. Utomo, 2004, hlm. 94-96. Kredit terdiri dari beberapa jenis bila dilihat dari berbagai pandangan.Dalam hal ini macam atau jenis kredit yang ada juga tidak bisa dipisahkan dari kebijaksanaan perkreditan yang digariskan sesuai tujuan pembangunan. Pada mulanya kredit didasarkan atas kepercayaan murni, yaitu berbentuk kredit perorangan karena kedua belah pihak saling mengenal. Dengan berkembangnya waktu maka berkembang pula unsur-unsur lain yang menjadi landasan kredit, sehingga berkembang berbagai jenis kredit seperti yang ada sekarang ini. Kredit dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain: 28 1. Kredit dilihat dari tujuan penggunaan Dilihat dari tujuan penggunaan kredit dibagi menjadi 3 yaitu: a. Kredit investasi Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur untuk pengadaan barang-barang modal aktiva tetap yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun. b. Kredit modal kerja Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang biasanya habis dalam satu siklus usaha.Kredit modal kerja ini, biasanya diberikan dalam jangka pendek yaitu lamanya satu tahun. c. Kredit konsumtif 28 Ismail, Op.Cit., hlm. 100-109. Kredit konsumtif merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah untuk membeli barang dan jasa untuk keperluan pribadi dan tidak untuk digunakan keperluan usaha. 2. Kredit dilihat dari jangka waktunya Sesuai dengan jangka waktunya kredit dibagi menjadi 3 yaitu: a. Kredit jangka pendek Kredit jangka pendek merupakan kredit yang diberikan dengan jangka waktu maksimal satu tahun. b. Kredit jangka menengah Kredit jangka menengah merupakan kredit yang diberikan dengan jangka waktu antara satu tahun sampai tiga tahun. c. Kredit jangka panjang Kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun. 3. Kredit dilihat dari cara penarikannya Kredit dapat dibagi sesuai dengan cara penarikan maupun pembayaran kembali menjadi 3 yaitu: a. Kredit sekaligus Kredit sekaligus bisa disebut dengan aflopend credit yaitu kredit yang dicairkan sekaligus sesuai dengan plafon kredit yang disetujui.Kredit tersebut bisa dicairkan secara tunai maupun non-tunai yaitu melalui pemindahbukuan. Dilihat dari cara pengembaliannya, kredit sekaligus dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: 1 Kredit sekaligus yang cara pembayaran kredit yaitu dilakukan dengan angsuran sampai dengan lunas setelah jangka waktu tertentu. Angsuran tersebut dapat dilakukan setiap bulan, tiga bulan sekali, dan seterusnya. Hal ini disesuaikan dengan perjanjian dan kemampuan debitur untuk membayar kembali. Jenis kredit ini cocok untuk investasi. 2 Kredit sekaligus yang cara pembayaran kembali kredit yaitu sekaligus pada masa akhir kredit. Misalnya kredit modal kerja dengan jangka waktu satu tahun. Debitur hanya diwajibkan membayar bunganya setiap bulan,dan pinjaman pokoknya akan dibayar pada akhir tahun atau pada akhir masa perjanjian kredit. b. Kredit bertahap Kredit yang pencairannya tidak sekaligus, akan tetapi dilakukan secara bertahap 2,3,4 kali pencairan dalam masa kredit. Pencairannya disesuaikan dengan dana yang dibutuhkan oleh debitur. Kredit ini cocok untuk investasi pembangunan, sehingga bank akan mencairkannya sesuai dengan termin pembayaran proyek. Bunga yang harus dibayar oleh nasabah sesuai dengan pencairan kredit atau kredit yang telah dinikmati oleh nasabah. Adapun, cara pengembaliannya biasanya dilakukan secara angsuran sesuai dengan jangka waktu tertentu sampai dengan lunas pada akhir masa kredit. c. Kredit rekening koran Kredit rekening koran merupakan kredit yang penyediaan dananya dilakukan melalui pemindahbukuan. Bank akan memindahkan kredit tersebut ke dalam rekening giro nasabah, sedangkan penarikannya dilakukan dengan menggunakan sarana berupa cek, bilyet giro atau surat pemindahbukuan lainnya. 4. Kredit dilihat dari sektor usahanya, kredit dapat dibagi antara lain sebagai berikut: a. Sektor industri Kredit yang diberikan kepada nasabah yang bergerak dalam sektor industri, yaitu sektor usaha yang mengubah bentuk dari bahan baku menjadi bahan jadi atau mengubah suatu barang menjadi barang lain yang memiliki faedah lebih tinggi. b. Sektor perdagangan Kredit ini diberikan kepada pengusaha yang bergerak dalam bidang perdagangan, baik perdagangan kecil, menengah dan perdagangan besar.Kredit ini dimaksudkan untuk memperluas usaha nasabah dalam usaha perdagangan.Misalnya, untuk memperbesar jumlah penjualan atau memperbesar pasar. c. Sektor pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan Kredit ini diberikan dalam rangka meningkatkan hasil di sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.Kredit tersebut biasanya diberikan dalam bentuk kredit modal kerja maupun investasi kepada pengusaha tambak, petani dan nelayan. d. Sektor jasa Kredit yang diberikan oleh bank dalam sektor jasa antara lain: 1 Jasa pendidikan 2 Jasa rumah sakit 3 Jasa angkutan 4 Jasa lainnya e. Sektor perumahan Bank memberikan kredit kepada debitur yang bergerak dibidang pembangunan perumahan.Pada umumnya, diberikan dalam bentuk kredit konstruksi, yaitu kredit untuk pembangunan perumahan. Adapun cara pembayaran kembali yaitu dipotong dari produk rumah yang telah terjual. 5. Kredit dilihat dari segi jaminan a. Kredit dengan jaminan Secured Loan Kredit dengan jaminan merupakan jenis kredit yang didukung dengan jaminan agunan. Kredit dengan jaminan ini dapat digolongkan menjadi: 1 Jaminan perorangan Jaminan perorangan merupakan jenis kredit yang didukung dengan jaminan seseorang personal securities atau badan sebagai pihak ketiga yang bertindak sebagai penanggungjawab apabila terjadi wanprestasi dari pihak debitur. 2 Jaminan benda berwujud Jaminan benda berwujud merupakan jaminan kebendaan yang terdiri dari barang bergerak maupun barang bergerak maupun barang tidak bergerak, misalnya kendaraan bermotor, mesin dan peralatan, inventaris kantor, barang dagangan. Jaminan yang bersifat barang tidak bergerak antara lain tanah dan gedung yang berdiri di atas tanah tersebut atau tanah tanpa gedung, kapal api dengan bobot 20 m ᵌ. 3 Jaminan benda tidak berwujud Beberapa jenis jaminan yang dapat diterima adalah jaminan benda tidak berwujud. Benda tidak berwujud tersebut antara lain, promes, obligasi, saham, dan surat berharga lainnya. Barang tidak berwujud tersebut dapat diikat dengan cara pemindahtanganan atau cessie. b. Kredit tanpa jaminan Unsecured Loan Kredit yang diberikan kepada debitur tanpa di dukung adanya jaminan. Kredit tersebut diberikan atas dasar kepercayaan yang diberikan oleh bank kepada debitur. Kredit tanpa jaminan ini risikonya tinggi karena tidak ada pengaman yang dimiliki oleh bank apabila debitur wanprestasi. 6. Kredit dilihat dari jumlahnya Jenis kredit ini terdiri dari: a. Kredit UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kredit UMKM merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan skala usaha sangat kecil. Misalnya kredit yang diberikan bank kepada pengusaha tempe, dan perancangan. b. Kredit UKM Usaha Kecil dan Menengah Kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan batasan antara Rp 50.000.000,- dan tidak melebihi Rp 350.000.000,- UKM sudah memiliki modal yang cukup, serta administrasi yang lebih baik dibanding dengan UMKM, sehingga bank juga dapat memenuhi permohonan kreditnya. Kredit UKM antara lain kredit untuk koperasi, pengusaha kecil perdagangan, toko dan grosir. c. Kredit korporasi Jenis kredit ini merupakan kredit yang diberikan kepada debitur dengan jumlah besar dan diperuntukkan kepada debitur besar korporasi.Pada umumnya, bank lebih mudah melakukan analisis terhadap debitur korporasi karena data keuangannyaa lebih lengkap, administrasinya baik, dan struktur permodalannya kuat. Dasar hukum dalam pemberian suatu kredit menurut Munir Fuady adalah sebagai berikut: 29 1. Perjanjian diantara para pihak Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya.Demikian pula dalam bidang perkreditan, khususnya kredit bank yang juga diawali oleh suatu perjanjian yang sering disebut dengan perjanjian kredit dan umumnya dilakukan dalam bentuk tertulis. Karena itu sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, maka seluruh pasal-pasal yang ada dalam suatu perjanjian kredit secara hukum mengikat kedua belah pihak yakni pihak kreditur dan pihak debitur. Asal tidak ada pasal-pasal dalam perjanjian kredit tersebut yang bertentangan dengan hukum yang berlaku, maka keterikatan yang sama juga berlaku bagi perjanjian-perjanjian pendukung lain seperti perjanjian jaminan hutang, teknik 29 Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hlm. 8-14. pelaksanaan pembayaran atau pembayaran kembali,atau lain-lainnya yang biasanya merupakan exhibit atau lampiran dari perjanjian kredit yang bersangkutan. 2. Undang-undang Di Indonesia, undang-undang yang khusus mengatur tentang perbankan adalah Undang-UndangNomor 7 Tahun 1992jo Undang-UndangNomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Kegiatan pemberian kredit yang merupakan kegiatan yang sangat pokok dan sangat konvensional dari suatu bank ditegaskan juga oleh undang-undang tersebut. Selain Undang-Undang Perbankan, undang-undang yang berkaitan dengan perbankan yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009tentang Bank Indonesia menjadi undang-undang yang mengatur mengenai kedudukan dan wewenang dari Bank Indonesia sebagai lembaga pengawas di bidang perbankan, dan termasuk juga pengawasan di bidang perkreditan. Namun Pasal 55 ayat 2 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan disebutkan bahwa “sejak tanggal 31 Desember 2013, fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari Bank Indonesia ke OJK.” 3. Peraturan pelaksanaan Selain peraturan perundang-undangan maka yang menjadi sebagai dasar hukum adalah peraturan pelaksaanaan yang levelnya di bawah peraturan perundang-undangan diatas.Peraturan-peraturan tersebut cukup banyak dikarenakan oleh salah satu karakter yuridis dari bisnis perbankan, sehingga perbankan merupakan bidang yang sangat regulasi. Hal ini disebabkan karena: a. Bank adalah termasuk lembaga yang mengelola uang rakyat, karena itu kepentingan rakyat banyak ikut dipertaruhkan oleh suatu bank. b. Kegiatan bank merupakan kegiatan yang sangat detil dan complicated, karena itu perlu arahan-arahan dan petunjuk-petunjuk yang lengkap dan detil pula. c. Bank sangat memainkan dalam perkembangan moneter dan perekonomian secara makro, karena itu ada pula suatu kebutuhan masyarakat agar bank- bank tetap aman dan tidak terjadi gejolak, sehingga perkembangan ekonomi nasional tetap mantap. Peraturan-peraturan dalam bidang perbankan yang levelnya berada dibawah peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut: 1 Peraturan Pemerintah antara lain: a PP Nomor 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum b PP Nomor 71 Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat c PP Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil 2 Peraturan Menteri Keuangan 3 Peraturan Bank Indonesia 4 Peraturan lainnya, seperti Keppres atau Surat Keputusan Pejabat tertentu. 4. Yurisprudensi Disamping peraturan perundang-undangan yang dipakai sebagai dasar hukum untuk kegiatan perkreditan, maka yurisptrudensi dapat juga menjadi dasar hukumnya.Hanya saja yurisprudensi di Indonesia banyak kelemahannya sehingga agak sulit dipakai sebagai pegangan. Hal ini disebabkan karena: a. Banyak yurisprudensi yang tidak disertai dengan pertimbangan hakim yang memuaskan. b. Sulitnya akses masyarakat untuk mendapatkan keputusan pengadilan. c. Sering pula terhadap masalah yang sama, keputusan yang satu bertentangan dengan lain, sungguh pun keputusan tersebut berasal dari pengadilan yang sama. Misalnya sama-sama keputusan Mahkamah Agung. 5. Kebiasaan perbankan Dalam ilmu hukum diajarkan bahwa kebiasaan dapat juga menjadi suatu sumber hukum.Demikian pula dalam bidang perkreditan, kebiasaan dan praktek perbankan dapat juga menjadi suatu dasar hukumnya. 6. Peraturan terkait lainnya Terkadang dalam pelaksanaan pemberian suatu kredit berlaku juga peraturan perundang-undangan lain yang terkait. Misalnya karena pada hakikatnya kredit merupakan suatu perjanjian, maka berlaku pula ketentuan dalam KUHPerdata yang mengatur mengenai suatu perikatan. Atau jika kredit tersebut memakai hipotik sebagai jaminannya, maka berlaku juga ketentuan mengenai hipotik dalam KUHPerdata dan lain sebagainya.

B. Jaminan Perorangan Sebagai Bentuk Jaminan Kredit

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25