Jaminan Perorangan Sebagai Bentuk Jaminan Kredit

B. Jaminan Perorangan Sebagai Bentuk Jaminan Kredit

Umumnya praktek perbankan di Indonesia pemberian kredit diikuti penyediaan jaminan oleh pemohon kredit, sehingga pemohon kredit yang tidak bisa memberikan jaminan sulit untuk memperoleh kredit dari bank. Persyaratan bagi pemohon kredit untuk menyediakan jaminan ini dapat menghambat pengembangan usahapemohon kredit karena pengusahakecil yang modal usahanya sangat terbatas tidak memiliki harta kekayaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan jaminan kreditnya. Sehubungan dengan tenggang waktu pemberian kredit, semakin lama waktu yang diberikan maka masa risiko yang ada menjadi semakin tinggi.Oleh karena itu, didalam pemberian kredit bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat.Untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian kredit debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank.Untuk memperolehkeyakinansebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari debitur. 30 Secara umum jaminan kredit diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung pembayaran kembali suatu utang. 31 Kata jaminan dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai dalam Pasal 1131 KUHPerdata dan Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Perbankan. Akan tetapi, dalam kedua peraturan tersebut tidak menjelaskan apa yang 30 Budi Untung, Kredit Perbankan di IndonesiaYogyakarta: Andi Yogyakarta, 2005, hlm. 51. 31 Thomas Suyatno et.al, Op.Cit., hlm.88. dimaksud dengan jaminan. Meskipun demikian dari kedua ketentuan tersebut, dapat diketahui bahwa jaminan erat hubungannya dengan masalah utang.Biasanya dalam perjanjian pinjam meminjam uang, pihak kreditur meminta kepada debitur agar menyediakan jaminan berupa sejumlah harta kekayaannya untuk kepentingan pelunasan utang, apabila setelah jangka waktu yang diperjanjikan ternyata debitur tidak melunasi. Sesuai dengan tujuannya, barang jaminan bukan untuk dimiliki oleh kreditur, karena perjanjian utang piutang bukan perjanjian jual beli yang mengakibatkan perpindahan hak milik atas sesuatu barang. Barang jaminan dipergunakan untuk melunasi utang, dengan cara sebagaimana peraturan yang berlaku yaitu barang jaminan dijual lelang. Hasilnya untuk melunasi utang dan apabila masih ada sisanya dikembalikan kepada debitur. Barang jaminan juga tidak selalu milik debitur.Undang-Undang memperbolehkan barang milik pihak ketiga asalkan pihak yang bersangkutan merelakan barangnya dipergunakan sebagai jaminan utang debitur. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diberikan pengertian bahwa jaminan adalah suatu perikatan antara kreditur dengan debitur, dimana debitur memperjanjikan sejumlah hartanya untuk pelunasan utang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, apabila dalam waktu yang ditentukan terjadi kemacetan pembayaran utang si debitur. 32 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, mengemukakan bahwa hukum jaminan adalah mengatur konstruksi yuridis yang memungkinkan pemberian fasilitas 32 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis Jakarta: Djambatan, 1995, hal. 56 kredit, dengan menjaminkan benda-benda yang dibelinya sebagai jaminan. Peraturan demikian harus cukup meyakinkan dan memberikan kepastian hukum bagi lembaga-lembaga kredit, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Adanya lembaga jaminan dan lembaga demikian, kiranya harus dibarengi dengan adanya lembaga kredit dengan jumlah besar dengan jangka waktu yang lama dan bunga yang relatif rendah. 33 Menurut R.Subekti bahwa jaminan yang ideal baik dapat terlihat dari: 34 1. Dapat membantu memperoleh kredit bagi pihak yang memerlukannya. 2. Tidak melemahkan potensi kekuatan sipenerima kredit untuk melakukan meneruskan usahanya. 3. Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti bahwa apabila perlu maka mudah diuangkan untuk melunasi hutang si debitur. Menurut H.Salim HS bahwa hukum jaminan adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit. 35 Unsur-unsur yang tercantum dalam definisi ini adalah: 36 1. Adanya kaidah hukum Kaidah hukum dalam bidang jaminan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kaidah hukum jaminan tertulis dan kaidah hukum jaminan tidak 33 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Cetakan KeempatYogyakarta: Liberty Offset Yogyakarta, 2007, hlm. 5. 34 R. Subekti, Op.Cit., hlm. 29. 35 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di IndonesiaJakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 6. 36 Ibid.,hlm. 7-8. tertulis.Kaidah hukum jaminan tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi.Sedangkan kaidah hukum jaminan tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum jaminan yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam masyarakat.Hal ini terlihat pada gadai tanah dalam masyarakat yang dilakukan secara lisan. 2. Adanya pemberi dan penerima jaminan Pemberi jaminan pemberi jaminan adalah orang-orang atau badan hukum yang menyerahkan barang jaminan kepada penerima jaminan.Yang bertindak sebagai pemberi jaminan ini adalah orang atau badan hukum yang membutuhkan fasilitas kredit.Orang ini lazim disebut dengan debitur. Penerima jaminan adalah orang atau badan hukum yang menerima barang jaminan dari pemberi jaminan. Yang bertindak sebagai penerima jaminan ini adalah orang atau badan hukum.Badan hukum adalah lembaga yang memberikan fasilitas kredit dapat berupa lembaga perbankan dan atau lembaga keuangan non-bank. 3. Adanya jaminan Pada dasarnya, jaminan yang diserahkan kepada kreditur adalah jaminan materiil dan jaminan imateril. Jaminan materil merupakan jaminan yang berupa hak–hak kebendaan, seperti jaminan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak.Jaminan imateril merupakan jaminan non-kebendaan. 4. Adanya fasilitas kredit Pembebanan jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan bertujuan untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau lembaga keuangan non- bank.Pemberian kredit merupakan pemberian uang berdasarkan kepercayaan, dalam arti bank atau lembaga keuangan non-bank percaya bahwa debitur sanggup mengembalikan pokok pinjaman dan bunganya.Begitu juga debitur percaya bahwa bank atau lembaga keuangan non-bank dapat memberikan kredit kepadanya. Menurut hukum perdata terdapat dua jenis jaminan, yaitu: 1. Jaminan perorangan Personal Guarantee, yaitu jaminan seseorang pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si debitur. Jaminan ini dapat dilakukan tanpa sepengetahuan si debitur. Menurut Prof. Subekti, oleh karena tuntutan kreditur terhadap seseorang penjamin tidak diberikan suatu “privilege” atau kedudukan istimewa dibandingkan atas tuntutan-tuntutan kreditur lainnya, maka jaminan perorangan ini tidak banyak di praktekkan dalam dunia perbankan. 37 R. Tjiptoadinugroho menyebutkan jaminan perorangan ini dengan sebutan penanggungan utang yang artinya jaminan yang diberikan kepada kreditur, yang bukan benda melainkan perseorangan. Pihak ketiga yang tidak mempunyai kepentingan apa-apa baik terhadap debitur maupun kreditur, dengan sukarela menjadi seorang penanggung. 38 37 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op.Cit., hlm. 43. 38 R. Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditaan Jakarta: Penerbit Pradnya Paramita, 1990, hal. 166. Sedangkan dalam seminar Badan Pembinaan Hukum nasional dikatakanbahwa jaminan perorangan adalah jaminan yang tidak bersifat kebendaan dari seseorang sebagai penjamin bagi kreditur, baik menjamin pemenuhan kewajibannya sendiri maupun pemenuhan kewajiban orang lain, berdasarkan suatu perikatan jaminan yang accessoir pada suatu perikatan pokok. 39 a. Jaminan perorangan atas utang atau kewajiban sendiri yang timbul dari undang-undang maupun karena perjanjian, dan jika ditinjau dari sudut banyaknya orang yang bertindak sbagai penjamin data dibedakan menjadi: Kemudian jaminan perorangan ini dibagi atas 2 bagian yang dikemukakan dalam seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional, yang terdiri dari: 1 Jaminan perorangan tunggal atas utang atau kewajiban sendiri yang timbul karena undang-undang, misalnya yang diatur dalam Pasal 1131, 1132, 1139, dan 1149 KUHPerdata. 2 Jaminan perorangan jamak atas utang atau kewajiban sendiri yang timbul karena undang-undang, seperti yang diatur dalam Pasal 18, 19, dan 47 Kitab Undang-Undang Hukum Dagangselanjutnya disebut KUHDagang. 3 Jaminan perorangan tunggal atas utang atau kewajiban sendiri yang timbul karena perjanjian, seperti misalnya seorang penjual barang-barang yang menjamin memberikan garansi terhadap barang-barang yang dijualnya atas kerusakan-kerusakan dalam jangka waktu tertentu. 4 Jaminan perorangan jamak atas utang atau kewajiban sendiri yang timbul karena perjanjian penanggungan solider, misalnya apabila terjadi utang- piutang antara seorang kreditur dengan beberapa orang debitur dengan perjanjian tanggung-menanggung. 39 Mariam Darus Badrulzaman, Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai Fiducia Bandung: Penerbit Alumni, 1987, hal. 261. b. Jaminan perorangan atas utang atau kewajiban orang lain yang timbul karena adanya perjanjian dimana seseorang mengikatkan dirinya untuk menjamin utang atau kewajiban orang lain, seperti borgtocht Pasal 1820 KUHPerdata, aval Pasal 129-131 KUHDagang, penanggungan solider atau tanggung-menanggung hoofdelijkheid. 2 Jaminan kebendaan merupakan suatu tindakan berupa suatu penjaminan yang dilakukan oleh kreditur terhadap debiturnya, atau antara kreditur dengan seorang pihak ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari debitur.Pemberian jaminan kebendaan ini selalu berupa pemisahan suatu bagian dari harta kekayaan pemberi jaminan guna pemenuhanpelunasan utang debitur sendiri ataupun kekayaan pihak ketiga. Menurut ketentuan yang berlaku, benda yang digunakan sebagai jaminan dapat dibagi dalam dua bagian yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak. Apabila yang digunakan sebagai jaminan adalah benda bergerak baik berwujud atau tidak berwujud haruslah diasuransikan sesuai dengan sifat jaminan tersebut, misalnya piutang, surat berharga atau saham. Jaminan kebendaan mempunyai ciri-ciri “kebendaan” dalam arti memberikan hak mendahului di atas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat melekat dan mengikuti benda yang bersangkutan.Sedangkan jaminan perorangan tidak memberikan hak mendahului atas benda-benda tertentu, tetapi hanya dijamin oleh harta kekayaan seseorang lewat orang yang menjamin pemenuhan perikatan yang bersangkutan. 40 40 Salim HS, Op.Cit., hlm.23. Kegunaan jaminan kredit adalah untuk: 41 1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan dari agunan apabila debitur melakukan cidera janji, yaitu untuk membayar kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian. 2. Menjamin agar debitur berperan serta dalam transaksi untuk membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha dan proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk berbuatdemikian dapat diperkecil. 3. Memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi janjinya, khusunya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar debitur danatau pihak ketiga yang ikut menjamin tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank. Penanggungan diatur dalam Pasal 1820 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “penanggungan adalah suatu persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berutang manakala orang itu sendiri tidak memenuhinya.” Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menggunakan istilah penanggungan, namun selain dari istilah tersebut terdapat juga istilah lain yang sama artinya dengan penanggungan digunakan oleh Subekti, R. Tjitrosudibio, Sri Soedewi, dan Suhariman Yaya Wijaya menggunakan istilah “Penanggungan utang daan Resiko Penanggungan”. Sedangkan Karto memakai istilah “Penanggungan utang dan Penanggungan”. Selain itu penanggungan dalam Bahasa Belanda 41 Rachmadi Usman, Op.Cit., hlm. 286. disebut “Borgtocht” dan dalam Bahasa Inggris disebut sebagai “guaranty”. Dan orang yang melakukan penanggungan itu disebut penanggung, borg, boreg, atau guarantor. 42 Hal ini jelas bahwa harus tetap ada perjanjian pendahuluan atau perjanjian pokok yang menjadi landasan atau dasar terbentuknya perjanjian penanggungan ini. Karena bila tidak maka perjanjian penanggungan ini akan menjadi sebuah perjanjian yang tanpa sebab dan akibatnya dapat batal. Kemudian dapat kita lihat Berdasarkan Pasal 1823 ayat 1 KUHPerdata dinyatakan bahwa “seorang dapat memajukan diri sebagai penanggung dengan tidak telah diminta untuk itu oleh seseorang. Dengan siapapun iamengikatkan dirinya, bahkan diluar pengetahuan orang itu. Walaupun hal ini jarang kita jumpai dalam praktek.Sedangkan dalam ayat 2 menyebutkan bahwa “yang diperbolehkan juga untuk menjadi penanggung tidak saja untuk si berutang utama, tetapi juga untuk seseorang pananggung orang itu.” Menurut ketentuan pasal ini bahwa seseorang diperbolehkan untuk menanggung pemenuhan kewajiban oleh seseorang penanggung yang telah ada sebelumnya atau penanggung pertama, dalam praktek disebut sub penanggung atau sub borgatau sub guarantor. Adapun penanggungan ini adalah bersifat accesoir, yang berarti bahwa perjanjian penanggungan ini dapat terjadi atau terbentuk karena adanya perjanjian pendahuluan atau perjanjian pokok. Perjanjian pokok ini dapat diartikan sebagai perjanjian yang pemenuhannya ditanggung atau dijamin dengan adanya perjanjian penanggungan yang akan lahir kemudian. 42 J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Pribadi tentang Perjanjian Penanggungan dan Perikatan Tanggung MenanggungBandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996, hlm. 5. adanya kemungkinan yang berarti diperbolehkannya diadakan suatu perjanjian penanggungan terhadap suatu perjanjian pokok yang dapat dimintakan pembatalannya, misalnya suatu perjanjian pokok yang diadakan oleh seorang yang menurut hukum tidak cakap.Dalam hal ini jelas apabila perjanjian pokok batal maka secara otomatis perjanjian penanggungan itu juga dapat ikut batal. Namun seorang penanggung tidak dapat mengikatkan untuk syarat-syarat yang lebih berat daripada perjanjian pokok, artinya perjanjian penanggungan ini hanya dapat dibentuk dan sebagai suatu keseluruhan syarat dalam perjanjian pokok.Namun tidak boleh melebihi dari perjanjian pokok.Namun tidak boleh melebihi dari perjanjian pokok. Seperti yang disebutkan bahwa tidak mungkin ada borgtocht untuk kewajiban perikatan yang isinya lain daripada menyerahkan sejumlah uang atau melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Orang hanya menjamin perikatan sekunder yang muncul dari perikatan bersangkutan. 43 Perjanjian penanggungan ini tidak harus dibuat pada saat yang sama dengan perjanjian pokok, untuk mana diberikan penanggungan. Dan tidak tertutup Hal ini tidak akan mengakibatkan batal secara langsung terhadap perjanjian pertanggungan itu, melainkan perjanjian pertanggungan itu hanya sah sebatas seperti apa yang diliputi atas syarat dari perjanjian pokok, selain tidak sah. Hal ini logis bila kita melihat dari sifat perjanjian penanggung itu sendiri, juga didukung oleh dasar bahwa suatu perikatan dalam suatu perjanjian yang sifatnya mengabdi kepada suatu perjanjian pokok, tidak bisa melebihi perikatan-perikatan yang diterbitkan oleh perjanjian pokok itu. 43 Ibid., hlm. 73. kemungkinan, bahwa penanggungan baru diberikan lama sesudah perjanjian pokok ada.Bisa saja merupakan perjanjian yang ditambahkan kemudian.Akan tetapi, dalam praktek sering ditemui perjanjian penanggungan ini dulu ada daripada perjanjian pokok. Yang demikian sering diisyaratkan oleh krediturnya, sebab khawatir kalau setelah perjanjian kredit ditandatangani dan uangnya telah diberikan kepada debitur utama, borg ingkar janji untuk memberikan penanggungannya. Dalam hal perjanjian penanggungan lahir lebih dahulu daripada perjanjian penanggungan, maka perjanjian itu telah lahir, tetapi sesuai dengan sifat accesoirnya perjanjian ini belum mempunyai daya kerja.Dengan begitu perjanjian pokoknya lahir, maka perjanjian penanggungan ini langsung hidup. Berdasarkan hal diatas, maka jelas bahwa perjanjian penanggungan ini sebagai bentuk jaminan kredit, sepanjang kreditur menyetujuinya, karena dilakukannya perjanjian penanggungan ini bisa dikatakan untuk kepentingan kreditur, kecuali dalam hal ditetapkan oleh hakim atau ditentukan oleh undang- undang, maka borg itu dianggap sudah memenuhi syarat dan oleh karenanya kreditur mau tidak mau pasti menyetujuinya. Itu bila terhadap borg yang merupakan perorangan, sedangkan penanggungan ini terdiri dari borg untuk perseorangan dan corporate untuk perusahaan. Pada hakikatnya adalah sama, dimana kreditur dapat menentukan berdasarkan unsure-unsur penanggungan dan jaminan-jaminan yang ideal tersebut, kecuali berdasarkan penetapan hakim atau ditentukan oleh undang-undang.

C. Prosedur Pemberian Kredit dengan Jaminan Perorangan

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25