Lahan Gambut di Kalimantan
9.2 Lahan Gambut di Kalimantan
1. Lahan gambut di pulau Kalimantan umumnya terletak secara dominan pada zona lahan rawa air tawar, dan sebagian pada zona lahan rawa pasang surut. Secara spesifik, lahan gambut menempati berbagai satuan fisiografi/ landform yaitu: dataran gambut, kubah gambut (peat dome), cekungan (basin)–dataran danau, rawa belakang sungai, cekungan-cekungan sepanjang sungai besar termasuk ‘oxbow lake’ atau meander sungai, dan dataran pantai. Sebagian besar lahan gambut Kalimantan menempati landform dataran gambut dan kubah gambut. Pola penyebaran dataran dan kubah gambut adalah terbentang pada cekungan luas antara sungai-sungai besar, dari dataran pantai ke arah hilir sungai, mencapai jarak antara 10–30 km.
Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon
di Sumatera dan Kalimantan
Bab 9. Kesimpulan
2. Berdasarkan tingkat kesuburan atau status unsur hara tanahnya, sebagian besar tanah gambut di Kalimantan, tergolong gambut oligotrofik, yang bersifat masam dan miskin unsur hara, serta umumnya ditemukan pada dataran dan kubah gambut. Sedangkan gambut yang menempati cekungan-cekungan relatif kecil dan dangkal, tergolong gambut eutrofik yang relatif lebih subur, karena mendapat pengkayaan hara dan bahan endapan dari sungai yang dibawa setiap terjadi banjir musiman.
3. Berdasarkan tingkat kematangannya, tanah gambut Kalimantan dibedakan menjadi 3 tingkat kematangan yaitu Fibrists, Hemists, dan Saprists. Dalam sistem Taxonomi Tanah, tanah-tanah tersebut pada tingkat Subordo diklasifikasikan sebagai Fibrists, Hemists, dan Saprists, dan pada tingkat grup/ kelompok (great group) diklasifikasikan sebagai Haplofibrists, Haplohemists, dan Haplosaprists. Tanah-tanah gambut di daerah peralihan ke zona rawa pasang surut, diklasifikasikan sebagai Sulfihemists, atau Sulfisaprists. Pada umumnya pada tiap satuan peta merupakan asosiasi dari Hemists/ mineral, Hemists/ Fibrists, Hemists/ Saprists/ mineral, Saprists/ Hemists, Saprists/ mineral.
4. Lahan gambut di Pulau Kalimantan terdapat seluas 5,76 juta ha, yang penyebarannya pada masing-masing propinsi seperti berikut:
(i) Kalimantan Tengah 3,010 juta ha (52,2 % dari luas total gambut),
(ii) Kalimantan Barat 1,729 juta ha (30,0 %), (iii) Kalimantan Timur
0,697 juta ha (12,1 %), dan (iv)
Kalimantan Selatan 0,331 juta ha ( 5,7 %).
5. Berdasarkan kedalaman/ ketebalannya, tanah gambut di Pulau Kalimantan dibedakan menjadi :
(i) Gambut sangat dangkal (<50 cm) : 0,189 juta ha (3,28 % dari luas total)
4 Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon
di Sumatera dan Kalimantan
Bab 9. Kesimpulan
(ii) Gambut dangkal (50-100 cm) : 1,740 juta
ha (30,17 %) (iii) Gambut sedang
(100-200 cm) : 1,388 juta
ha (24,05 %) (iv)
Gambut dalam (200-400 cm) : 1,105 juta
ha (19,15 %) (v)
Gambut sangat dalam (400-800 cm) : 1,065 juta
ha (18,47 %) dan (vi)
Gambut dalam sekali
(>800 cm)
: 0,278 juta
ha ( 4,81 %) Gambut sangat dangkal, adalah tanah yang mempunyai ketebalan
gambut kurang dari 50 cm, dan sering disebut sebagai tanah mineral bergambut (peaty soils).
6. Kandungan karbon tanah gambut di Pulau Kalimantan adalah 11.274 juta ton. Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai kandungan karbon tertinggi, yaitu sebesar 6.351 juta ton (56,34 %) dari total pulau Kalimantan. Kemudian dengan kandungan karbon lebih rendah disusul oleh propinsi Kalimantan Barat sebesar 3.625 juta ton (32,15 %), Kalimantan Timur 1.212 juta ton (10,75 %), dan Kalimantan Selatan 86 juta ton (0,76 %).
7. Berdasarkan kedalaman gambut, gambut sangat dalam mempunyai kandungan karbon paling tinggi yaitu mencapai 5.408 juta ton, atau 47,98 % dari total pulau Kalimantan; kemudian disusul gambut dalam sekali sebesar 2.146 juta ton, atau 19,04 %; gambut dalam 1.817 juta ton, atau 16,12 %; gambut sedang 1.462 juta ton, atau 12,97 %; gambut dangkal 434 juta ton, atau 3,85 %; dan yang terkecil adalah gambut sangat dangkal sebesar 5 juta ton, atau 0,04 %.
Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon
di Sumatera dan Kalimantan
Bab 9. Kesimpulan
8. Lahan rawa gambut pulau Kalimantan didominasi oleh vegetasi hutan rawa gambut. Hutan rawa gambut mempunyai nilai konservasi yang sangat tinggi dan fungsi-fungsi lainnya seperti fungsi hidrologi, cadangan karbon, biodiversitas, yang penting untuk kenyamanan lingkungan dan kehidupan satwa. Tanah gambut terdiri dari timbunan bahan organik yang sebagian belum terdekomposisi dengan sempurna, dan vegetasi yang tumbuh di atas hutan rawa gambut tersebut, mempunyai arti sebagai cadangan karbon dalam jumlah yang sangat besar.
9. Potensi lahan gambut untuk pengembangan pertanian tergantung dari aspek potensi kesesuaian lahannya. Dari data yang ada, sebagian besar lahan gambut di pulau Kalimantan tidak sesuai untuk pertanian, dengan faktor-faktor pembatas yang sulit diatasi, antara lain: genangan/ banjir musiman, ketebalan gambut, sifat kimia dan fisika yang tidak mendukung, seperti pH sangat masam dan kandungan hara sangat rendah.
Pengelolaan lahan gambut memerlukan perencanaan yang teliti, pemanfaatan dan penerapan teknologi yang sesuai, pengembangan lahan yang seimbang, dan pengelolaan tanah dan air yang tepat. Oleh karena itu, dalam pengelolaannya perlu menerapkan “Pendekatan Konservasi”. Berdasarkan fungsinya wilayah lahan rawa gambut dibedakan ke dalam : (1) Kawasan Lindung, (2) Kawasan Pengawetan, dan (3) Kawasan Reklamasi. Kawasan Lindung dan Pengawetan disebut juga Kawasan Preservasi atau Non-budidaya, sedangkan Kawasan Reklamasi disebut juga Kawasan Budidaya. Lahan gambut dengan ketebalan/ kedalaman lebih dari 300 cm, termasuk ke dalam Kawasan Non-budidaya, sebaiknya tidak dibuka untuk pengembangan pertanian. Sedangkan lahan gambut sangat dangkal (< 50 cm), dapat digunakan untuk pertanian tanaman pangan, dan gambut dangkal sampai sedang (50–200 cm), dapat digunakan untuk perkebunan, dengan perencanaan dan penerapan teknologi yang sesuai.
4 Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon
di Sumatera dan Kalimantan