Pengeringan dan Kebakaran Lahan Gambut
8.2 Pengeringan dan Kebakaran Lahan Gambut
Setelah direklamasi, tanah gambut cenderung terdekomposisi lebih cepat dari pada akumulasinya. Bahan organik akan selalu menurun kadarnya bila diusahakan (Juste, 1997). Gambut yang telah mengalami reklamasi akan mengalami pemadatan, sehingga BD nya akan naik yaitu antara
0,1–0,4 gr/cm 3 (Subagyono et al, 1997, dalam Siswanto, 2002). Adanya
gejala pengeringan tak-balik dan penyusutan telah diamati di beberapa lokasi di Kalimantan Tengah di Sakalagun pada tahun 1991, pada lahan yang ditanami padi gogo dan palawija.. Biasanya gambut yang kering ini terdapat hanya di permukaan. Namun karena pengolahan tanah yang berulang-ulang, maka gambut yang kering ini telah juga berada pada kedalaman 10-15 cm (Sudarsono, 1999). Apabila bahan mineral yang ada dibawah gambut adalah bahan liat, usaha pertanaman masih dimungkinkan. Perubahan-perubahan penting yang terjadi setelah beberapa tahun lahan gambut dibuka, diantaranya terlihat pada kedalaman lapisan pirit, ketebalan lapisan gambut, muka air tanah dan tingkat kemasaman. Hasil pengamatan Balai Penelitian Rawa di daerah Kalimantan Selatan, tentang adanya perubahan sifat fisik-kimia dan penyusutan ketebalan gambut setelah dibuka untuk pertanian, disajikan pada Tabel 75.
Tabel 75. Keadaan lapisan gambut, kedalaman pirit dan muka
air tanah di Kalimantan Selatan (MH 1995/1996)
Desa, dan Tahun awal ditempati Keterangan
Banyiur
Babat Raya
Kolam Kanan Kantan Dalam
- Tebal gambut awal (cm)
50-100
60-100
60-150 100-150
Saat penelitian (1995/96)
- Tebal gambut (cm)
0-10 20-50 - Kedalaman pirit (cm)
0-10
0-10
15-55 40-50 - Air tanah musim hujan (cm)
60-110
35-60
-(15-30) -(0-30) - pH air tanah
Sumber : Noorginayuwati et al., 1996.
Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon
di Sumatera dan Kalimantan
Bab 8. Penyebab Kerusakan Lahan Gambut
Drajat et al., (1986; dalam Radjaguguk (1997) melaporkan hasil kajian pengeringan gambut dan penurunan permukaan gambut (subsidence) rata-rata bulanan (drying out), yang disajikan pada Tabel 76.
Tabel 76. Rata-rata bulanan penurunan permukaan lahan gambut di Kalimantan
Subsidence rata- rata per bulan
Gambut
Gambut (cm) (cm/bulan)
0,36 - Talio Kalimantan Tengah
- Barambai , Kalimantan Selatan
Saprik
45-63
0,78 - Talio Kalimantan Tengah
Sumber : Bostang Radjaguguk, 1997
Indikasi kuat terjadinya perubahan kualitas lahan dan lingkungan antara lain, adalah menurunnya produktivitas hasil tanaman dan perubahan jenis serta populasi ikan, bila dibandingkan dengan keadaan 10-15 tahun yang lalu sebelum lahan dibuka. Ukuran dan berat ikan yang dapat diperoleh di perairan sekarang, jauh lebih sedikit dan mempunyai bentuk relatif kecil, dibandingkan masa-masa sebelumnya (Nooginayuwati et al., 1996).
Hasil analisis air dari saluran sekunder/ tersier dan air tanah menunjukkan tingkat kemasaman air sangat masam, mencapai pH 3,5. Daya hantar listrik (EC) untuk desa Kolam kanan dan Banyiur berada pada katagori sedang, yaitu mencapai 1,3–1,8 mmhos/ cm (Nooginayuwati et al., 1996). Nilai yang diperbolehkan untuk tanaman pangan adalah < 4 mmhos/cm. Perubahan produktivitas padi di lahan gambut yang telah mengalami kebakaran disajikan pada Tabel 77. Data Tabel tersebut menunjukan bahwa produktivitas padi sangat menurun, setelah terjadinya kebakaran pada tanah gambut.
4 Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon
di Sumatera dan Kalimantan
Bab 8. Penyebab Kerusakan Lahan Gambut
Tabel 77. Perubahan produktivitas lahan gambut akibat
kebakaran di wilayah Kalimantan Selatan
Perubahan Produktivitas padi (t/ha) Desa
Sebelum terbakar
Sesudah terbakar
- Banyiur
1,4 (1995) - Kolam kanan
0,5 (1995) - Babat Raya
0,05 (1992) - Kantan Bawah
Sumber : Noorginayuwati et al., 1996. ( ) menunjukan tahun panen
Lahan gambut yang terbakar berat, dengan lapisan gambut yang tersisa sangat tipis dan telah berubah menjadi masam, umumnya ditinggalkan petani sehingga menjadi lahan tidur yang ditumbuhi purun (Eleocharis dulcis). Agar supaya lahan tetap produktif, lapisan atas gambut harus dipertahankan antara 15-50 cm, seperti yang telah dilakukan oleh petani lokal dan 25-50 cm oleh petani transmigran. Dampak kebakaran lahan gambut bervariasi menurut intensitas kebakaran. Kebakaran ringan hanya menimbulkan perubahan/ perusakan teknologi budidaya dan kenaikan biaya usaha tani. Namun kebakaran yang berat, menimbulkan dampak yang sangat luas, seperti degradasi lahan, adanya lahan tidur, pengrusakan pranata hidrologi, perubahan pola tanam, hilangnya mata pencaharian dan perpindahan penduduk.
Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon
di Sumatera dan Kalimantan
4 Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon
di Sumatera dan Kalimantan
Bab 9
Kesimpulan