Pembukaan dan Penataan Lahan
5.1.1 Pembukaan dan Penataan Lahan
5.1.1.1 Pembukaan Lahan
a. Pembuatan Parit atau Saluran Drainase
Langkah pertama dalam pembukaan dan pengembangan lahan gambut adalah pembuatan parit atau saluran drainase. Pengendalian air merupakan syarat penting untuk keberhasilan pengelolaan lahan gambut. Penggalian parit drainase secara bertahap dan terkendali terbukti dapat mengatur laju kecepatan penurunan permukaan lahan gambut . Pembuatan parit secara bertahap juga dapat mencegah adanya kebakaran gambut pada musim kemarau jika air di dalam parit tetap dipertahankan.
Drainase dapat mempercepat kematangan gambut. Perubahan sifat fisik terbesar dialami oleh gambut fibrik, sedangkan pada gambut saprik tidak terlalu besar. Proses pematangan umumnya bersifat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah gambut, seperti pada sifat retensi air, daya lepas air, daya hantar hidrolik, serta daya tahan gambut (Driessen and Sudjadi, 1984).
Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon
di Sumatera dan Kalimantan
Bab 5. Pengelolaan Lahan Rawa Gambut
Pada reklamasi lahan gambut untuk pertanian, pembuatan saluran- saluran drainase untuk ”mengeringkan” lahan merupakan kebutuhan pertama. Selain untuk mengeringkan, saluran drainase juga berfungsi untuk membuang air masam yang berisi asam-asam organik dan anorganik dan senyawa lain yang bersifat toksik terhadap tanaman, memasukkan air segar (fresh water) untuk memberikan oksigen dan mengurangi senyawa racun baru. Saluran-saluran drainase tersebut, dapat didesain sebagai saluran tunggal dapat berfungsi sebagai saluran pembuang/kolektor sekaligus sebagai saluran pengglontor air bersih. Kedua fungsi saluran tersebut juga dapat didesain sebagai
2 saluran yang terpisah. Gerakan air dalam saluran diupayakan agak lancar, sedangkan
permukaan air pada lahan gambut dijaga agar tidak turun terlalu dalam dan atau drastis. Langkah ini bertujuan agar gambut tidak mengalami kering tak-balik, mencegah penurunan gambut berlebihan karena oksidasi bahan organik, dan menghindari kemungkinan terjadinya oksidasi bahan sulfidik (pirit) apabila lapisan yang mengandung pirit ini terletak dangkal (0-50 cm). Pada saat banjir, air dari sungai di sekitarnya bisa masuk ke dalam saluran drainase dan memasok unsur hara bagi tanaman. Drainase yang baik juga akan mengendalikan dekomposisi bahan organik, menghasilkan humus yang bersifat baik terhadap tanaman dan membebaskan hara tanaman.
Drainase pada tanah gambut diatur untuk mencapai muka air tertentu dan tingginya muka air tanah tergantung pada tanaman yang akan ditanam, ada tidaknya irigasi dan sifat hidrologik dari gambut suatu lahan. Biasanya bila tidak ada irigasi, muka air tanah untuk tanaman pangan diusahakan 30 cm di bawah permukaan tanah. Bila ada irigasi, maka air tanah sebaiknya 45 sampai 60 cm untuk tanaman padi, jagung dan pakan ternak.
Kebutuhan irigasi tergantung tingkat dekomposisi gambut. Tanah gambut yang tergolong saprist mempunyai kapasitas air 33 % atau memerlukan irigasi 4 inci/feet. Tanah gambut yang tergolong hemist memerlukan irigasi 4 -8 inci/feet, dan yang tergolong fibrist > 8 inci/ feet (Maas, 1972 dalam Widjaya Adhi, 1988). Keefektifan sistem irigasi saluran tergantung pada pori lapisan bawah, ketersediaan air, dan jarak saluran. Jarak antara 2 saluran irigasi sangat ditentukan sifat tanahnya.
56 4 Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon
di Sumatera dan Kalimantan
Bab 5. Pengelolaan Lahan Rawa Gambut
Hal yang harus diingat dalam pengembangan lahan gambut adalah prinsip bahwa mempertahankan air tanah agar gambut tidak mengering, adalah usaha yang baik. Namun tetap menggenangi gambut merupakan tindakan yang tidak bijaksana. Asam-asam organik yang merupakan racun bagi tanaman selalu ada pada tanah gambut dan selayaknya dibuang dari lahan. Dengan demikian sirkulasi air segar, seperti juga untuk tanah bersulfida dan bersulfat, harus terjamin pada tanah-tanah seperti ini.
b. Pengaruh Pembukaan lahan terhadap karakteristik lahan gambut
Jika direklamasi dan dikelola dengan baik, lahan gambut merupakan lahan yang produktif (Driessen, 1980). Drainase seperlunya akan menghilangkan air dan akan menyebabkan sedikit pemadatan pada massa gambut yang lepas dan menyebakan terjadinya penurunan permukaan tanah. Jika drainase dilakukan secara tiba-tiba dan dalam, dapat menyebabkan perombakan, pengeringan dan pengerutan gambut. Proses-proses tersebut akan berjalan semakin cepat bila lahan terkena sinar matahari langsung. Laju penghantaran panas yang rendah menyebabkan suhu tanah meningkat tajam terutama pada 10 cm teratas dari permukaan tanah gambut yang terkena sinar matahari. Selanjutnya, proses ini akan menyebabkan transformasi koloid dan berakibat gambut menjadi peka erosi, dan inert terhadap unsur hara maupun air.
Untuk mencegah adanya pengeringan tak balik maka dianjurkan untuk :
a. Menjaga agar gambut tetap lembab dengan mengatur muka air tanah agar tidak terlalu dalam dari permukaan tanah.
b. Menjaga agar permukaan tanah selama mungkin tertutup atau terlindungi dari sinar matahari langsung dengan menanam tanaman penutup.
c. Pada dasarnya gambut yang telah kering dapat bertindak sebagai mulsa selama gambut ini selalu berada di permukaan. Tetapi ada kalanya proses pengolahan tanah menjadikan gambut yang kering menjadi terkubur. Oleh karena itu pengolahan tanah minimal atau tidak mengolah tanah sama sekali sangat dianjurkan.
Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon
di Sumatera dan Kalimantan
Bab 5. Pengelolaan Lahan Rawa Gambut
d. Untuk memenuhi anjuran pada butir a dan b, penanaman tanaman tahunan lebih dianjurkan daripada penanaman tanaman pangan, terutama pada gambut tebal.
Setelah direklamasi, tanah gambut cenderung terdekomposisi lebih cepat dari pada akumulasinya. Bahan organik akan selalu menurun kadarnya bila gambut diusahakan (Juste. 1970). Sebagai contoh adalah kasus yang terjadi di Delta Upang. Pada awal pembukaannya di akhir tahun enam puluhan dijumpai tanah gambut dengan ketebalan 60 cm, namun pada tahun 1991, sudah sulit sekali menemukan gambut di daerah tersebut. Untungnya bahan mineral yang ada dibawah gambut adalah bahan liat sehingga pertanaman masih dimungkinkan. Hal sama ditemui di daerah Karang Agung Ulu P III yang semula merupakan tipologi lahan gambut, sekarang tinggal bahan mineral. Walaupun mengadung sedikit pirit, bahan mineral yang ada masih mampu memproduksi tanaman. Kejadian yang berbeda terjadi di P V Karang Agung Ulu, yang memiliki lapisan substratum yang berbeda dengan lapisan substratum di P III. Di P V, lapisan sub stratum yang mendasari gambut – yang semula mempunyai ketebalan 20-100 cm •adalah pasir kuarsa, sehingga setelah gambut habis pertanaman pun sulit tumbuh. Bahkan rumput juga terlihat tumbuh merana. Pengamatan pada tahun 1996 menunjukan bahwa pasir kuarsa setebal kira-kira 60 cm ini duduk di atas bahan marin yang berpirit. Pada daerah-daerah seperti PV ini sebaiknya tidak dibuka untuk pengembangan pertanian.
Pada daerah yang mengandung pirit atau gambut, perlu dilakukan pengaturan permukaan air tanah sedemikian rupa sehingga selalu berada di atas lapisan pirit agar oksidasi pirit dan gambut dapat dicegah namun pencucian masih dapat dilakukan Pengaturan air juga dilakukan untuk mencegah akumulasi garam. Dengan melakukan penggantian air dengan air yang segar secara kontinyu akan terjadi peningkatan pH dan pencucian unsur-unsur yang beracun. Contoh kekeliruan dalam pemanfaatan lahan gambut untuk persawahan terjadi di daerah Delta Sumatera Selatan diterapkannya pertanaman padi dua kali setahun (’walik jerami’). Pada cara walik jerami ini, jerami padi dari pertanaman pertama ditebas kemudian disingkirkan atau dibenamkan ke sawah yang diikuti dengan pertanaman padi kedua tanpa mengistirahatkan sawah terlebih dahulu. Cara ini menjadikan tanaman padi pada pertanaman kedua
memperlihatkan gejala keracunan H 2 S seperti klorosis yang dimulai dari
58 4 Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon
di Sumatera dan Kalimantan
Bab 5. Pengelolaan Lahan Rawa Gambut
daun pucuk, nekrosis pada daun yang kemudian diikuti dengan mengeringnya tanaman. Gejala ini bisa menyerang padi pada usia muda maupun yang sudah berumur 60 hari. Hal ini bisa menyebabkan kegagalan total tanaman padi untuk berproduksi. (Sudarsono. 1999).
5.1.1.2 Penataan Lahan
Penataan lahan di wilayah lahan pasang surut adalah upaya untuk memanfaatkan lahan secara optimal, sesuai dengan kondisi tipologi lahan dan tipe luapan setempat. Dalam penataan lahan tercakup cara untuk menentukan sistem pengelolaan lahan dan tata air yang merupakan faktor- faktor penentu keberhasilan dalam pengembangan pertanian di lahan pasang surut.
Informasi tentang sistem penataan lahan yang paling sesuai dari berbagai tipologi luapan lahan di lahan rawa pasang surut untuk pengembangan tanaman pangan disajikan pada Tabel 17. Pada Tabel 18 disajikan informasi untuk pengembangan tanaman tahunan/ perkebunan.
Tabel 17. Penataan lahan untuk pengembangan tanaman pangan
Tipe Luapan
Tipologi lahan A B C D
Sawah/ Surjan/ Tegalan (Kedalaman pirit 101- 150
Lahan Potensial – 1
Sawah
Sawah/ Surjan
tegalan
cm) Lahan Potensial – 2
Sawah/ Surjan Tegalan (Kedalaman pirit 50- 100 cm)
Sawah
Sawah/ Surjan
Sulfat masam Potensial
Rehabilitasi (Kedalaman pirit 0- 50 cm)
Sawah Sawah/ Surjan Sawah/ Surjan
bertahap
bertahap
Sulfat masam aktual
Sawah
Sawah/ Surjan /
Sawah/ Surjan / Rehabilitasi
rehabilitasi
rehabilitasi
Gambut Dangkal
Sawah/ Surjan
Tegalan dengan Tegalan dengan drainase dangkal
drainase dangkal Gambut Sedang
Sawah /
Konservasi /
Tanaman tahunan / Tanaman tahunan /
Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon
di Sumatera dan Kalimantan
Bab 5. Pengelolaan Lahan Rawa Gambut
Tabel 18. Penataan lahan untuk pengembangan tanaman tahunan/perkebunan
Tipe Luapan
Tipologi lahan A B C D
Lahan Potensial – 1
Tan. Tahunan / (Kedalaman pirit 101- 150
Sawah
Sawah/ Surjan
Tan. Tahunan /
perkebunan cm) Lahan Potensial – 2
perkebunan
Tan. Tahunan / (Kedalaman pirit 50- 100 cm)
Sawah
Sawah/ Surjan
Tan. Tahunan /
perkebunan Sulfat masam Potensial
perkebunan
Disarankan tidak (Kedalaman pirit 0- 50 cm)
Sawah Sawah/ Surjan Sawah/ Surjan
diusahakan Sulfat masam aktual
Sawah/ Surjan /
Disarankan tidak Disarankan tidak
diusahakan Gambut Dangkal
rehabilitasi
diusahakan
Sawah/ Surjan
Tan. Tahunan /
Tan. Tahunan /
perkebunan Gambut Sedang
Tan. Tahunan /
Tan. Tahunan /