Hidrologi dan Kualitas Air
4.4 Hidrologi dan Kualitas Air
Kubah gambut berukuran besar umumnya di bagian tengah selalu jenuh air, sedangkan dibagian yang melereng ke tepi biasanya mempunyai rejim air yang monoton. Bagian di dekat parit atau depresi alam merupakan bagian yang kering yang disebabkan oleh depresi gravitasi daerah sekitarnya. Kubah gambut ukuran kecil menunjukkan keadaan drainase radial yang berakibat terjadinya banjir di bagian tepi, sedangkan dibagian permukaan kubah biasanya permukaan gambutnya kering (Dai, 1989). Penumpukan bahan organik terus-menerus menyebabkan lahan gambut membentuk kubah yang lebih tinggi dari air tanah dan air di sekitarnya. Gambut ini bersifat seperti ‘spon’ yang dapat menyerap air dalam jumlah banyak, sehingga menjadi cadangan air pada musim kemarau.
Pada umumnya gambut tropika termasuk yang ada di Sumatera dan Kalimantan secara terus menerus basah dengan muka air tanah di atas atau di dekat permukaan gambut. Menurut kajian Driessen (1978) di daerah hutan rawa gambut yang masih utuh dan asli penutupan vegetasinya (virgin forest), fluktuasi muka air tanah di pusat kubah gambut
19 cm sedangkan di bagian tepi kubah 10 cm. Pohon pohon yang ada di wilayah gambut yang masih berhutan, masih berfungsi mempertahankan keseimbangan tingginya permukaan air tanah melalui proses evapotranspirasi yang lambat dan seimbang. Disamping itu faktor lingkungan seperti efek penyangga gambut yang porous, permeabilitas lateral gambut fibrik di bagian tengah kubah, aliran permukaan intensif melalui parit-parit lkecil serta aliran penghubungn memungkinkan adanya pelapasan air secara melimpah di bagian tepi kubah, yang segera diikuti bagian dalam kubah (karena porous) dari waktu ke waktu yang biasanya dapat diamati sewaktu hari hujan.
Lahan gambut memegang peranan yang penting dalam sistem hidrologi suatu lahan rawa. Salah satu sifat gambut yang berperan dalam sistem hidrologi adalah daya menahan air yang dimilikinya. Gambut memiliki daya menahan air yang besar hingga 300 – 800 % dari bobotnya. Selain daya menahan air, gambut juga mempunyai daya lepas air – yaitu jumlah air yang dilepaskan jika permukaan air diturunkan per satuan kedalaman –yang juga besar. Dalam kaitan ini, keberadaan lahan gambut yang sangat dalam (lebih dari 4 m) sangat penting untuk dipertahankan sebagai daerah
Bab 4. Keadaan Lingkungan Lahan Gambut
Bab 4. Keadaan Lingkungan Lahan Gambut
konservasi air. Peran ini semakin penting jika di bagian hilir terdapat kota-kota pantai seperti Pontianak, Samarinda, Balikpapan, dan Banjarmasin.
Salah satu keadaan hidrologi yang penting di lahan rawa adalah keadaan air tanah, terutama pada musim kemarau panjang. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan air di lahan rawa tersebut. Sebagai contoh di daerah Kalimantan Selatan, ketika terjadi kemarau panjang dan permukaan rawa telah kering, ketika di gali kedalaman air tanahnya sekitar 30 cm. Pada saat yang sama, di areal dekat sungai dan di lahan kering kedalamannya air tanah mencapai 3m.
Secara umum kualitas air mengalami perubahan antara musim penghujan dan musim kemarau. Berdasarkan tabel 8, nilai pH musim hujan cenderung lebih rendah dibanding pada musim kemarau. Sebaliknya, kandungan
(SO 4 ) 2- , Fe 2+ , Al 3+ , dan Mg 2+ , cenderung lebih tinggi pada musim penghujan dibandingkan dengan pada musim kemarau. Hal ini berkaitan dengan pencucian hasil-hasil oksidasi bahan sulfidik/ pirit pada musim kemarau yang larut dalam air hujan, dan kemudian mengalir masuk ke sistem drainase dangkal. Perbedaan kualitas air juga terjadi jika sistem drainase yang dikembangkan berbeda, misalnya antara system drainase dangkal dan sistem sawah (Tabel 8). Berdasarkan pengamatan di daerah bekas terbakar TNB, variasi kualitas air antara perairan tergenang (3 lokasi) dan perairan mengalir (1 lokasi) tidak memiliki pola yang pasti (Tabel 9).
Tabel 8. Kualitas air tanah pada sistem drainase dangkal dibanding dengan sistem sawah di daerah Kalimantan Selatan
Musim kemarau Musim hujan. Sifat air tanah
Sawah Drainase dangkal
Sawah
Drainase dangkal
- pH 5,0 3,9 4,3 3,6 - SO4 2- (me/kg) 2,0 2,7 3,1 5,1
- Fe 2+ (me/kg) 0,66 0,55 0,82 1,1
- Al 3+ (me/kg) 0,71 1,1 0,90 1,2
- Mg 2+ (me/kg) 0,39 0,58 0,90 1,2
Sumber : Balittra, 1998.
38 4 Sebaran Gambut dan Kandungan Karbon
di Sumatera dan Kalimantan
Bab 4. Keadaan Lingkungan Lahan Gambut
Tabel 9. Kualitas air di perairan lahan gambut bekas terbakar di sekitar Taman Nasional Berbak, Jambi (Suryadiputra, 1998. Tidak dipublikasikan)
Kualitas air di perairan lahan gambut bekas terbakar SIMPANG
AIR HITAM
SUNGAI
SUNGAI
RAMBUT Parameter
Rawa gambut
Rawa gambut
Rawa gambut
mengalir (2 titik
pengamatan) Fisika
1. Padatan Mg/l 6-6 2-10 2-8 34-38 tersuspensi
2. Konductivitas * µmhos/cm
3,35-3,49 2. Alkalinitas
Mg/lCaCO 3 ttd Ttd Ttd Ttd 3. Asiditas
160 4. Total Fe
4,56-6,43 5. Kalsium (Ca)
0,05-0,31 6. COD
45-74 7. Sulfat (SO 4 )
136-333 8. Kesadahan total
20-70 140-240 100-140 9. Oxygen terlarut
Mg/lCaCO 3 280-320
Mg/l O2
tingginya nilai konduktivitas dan rendahnya nilai pH diduga berasal dari teroksidasinya pirit, sehingga terbentuk senyawa asam sulfat yang bersifat sangat asam.