Tinjauan Pengarang

A. Tinjauan Pengarang

1. Riwayat Hidup Pengarang

Karya sastra lahir tentu saja tidak dapat lepas begitu saja dari keberadaan pengarang, penikmat dan pembaca. Tiga komponen yaitu karya sastra, pengarang dan masyarakat tidak dapat lepas dan saling terkait satu dengan yang lain. Sorotan yang utama adalah pengarang. Karya sastra tidak ada pengarang tidak akan lahir. Pengarang mempunyai kepribadian dan kehidupan sendiri. Biografi mempelajari hidup pengarang yang jenius, menelusuri perkembangan moral, mental dan intelektualnya,yang tentu menarik. Pemunculan suatu karya sastra dipengaruhi oleh faktor-faktoryang ada disekitar pengarang, pengalaman pengarang tentu menjadi kekayaan bagi terciptanya karya sastra.

Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning”.merupakan buah karya Suwardi Endra swara. Ia dilahirkan di dusun prangkokan, Purwasari, Girimulya, Kulon Progo, tanggal 3 April 1964. ayahnya bernama Sumarji dan ibunya bernama Suminah.kedua orang tuanya berprofesi sebagai petani.

Pendidikan formal Suwardi Endraswara dilalui dengan cepat. Pada tahun 1978 lulus di SD Negeri Tegalsari. Kulon progo, Yogyakarta. Setamat dari SD, kemudian melanjutkan ke SLTP BOPKRI Kebonarjo, Samigaluh, Kulonprogo Pendidikan formal Suwardi Endraswara dilalui dengan cepat. Pada tahun 1978 lulus di SD Negeri Tegalsari. Kulon progo, Yogyakarta. Setamat dari SD, kemudian melanjutkan ke SLTP BOPKRI Kebonarjo, Samigaluh, Kulonprogo

Kehidupan ia mempunyai beberapa prestasi yang dapat dibanggakan. Prestasi yang pernah ia capai adalah juara pertama dalam lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat nasional pada tahun 1988. Ia juga pernah masuk dalam nominasi hadiah sastra yang dilakukan oleh Penyebar Semangat. Cerpennya pula pernah menyabet juara dua sastra Triwida pada tahun 1995 giliran novelnya yang menyabet juara dua juga dalam lomba penulisan novel Jawa yang disengarakan oleh Dewan Kesenian Jawa Tengah yang bekerja sama dengan Yayasan Citra Pariwara Budaya. Dalam dunia yang dia geluti sekarang ini, yaitu dunia pendidikan ia memperoleh penghargaaan sebagaiDosen Teladan ditingkat fakultas pada institusi tempat ia bekerja yaitu di IKIP Yogyakarta yang sekarang berganti nama FBS UNY, prestasi ini ia raih pada tahun 1998.

2. Latar Belakang Sosial Budaya

Suwardi Endraswara pada tanggal 10 Juni 1991 di Bantul mengakkiri masa lajangnya ia menikah dengan sesama alumni IKIP Karangmalang Yogyakarta, yang bernama Sartini, Sartini merupakan putri dari Harjo Lamoksa dan Siti Khatijah. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak dua laki-laki dua

Pranandari,yang ketiga bernama Fakih Zaky Anindita, yang keempat bernama Hafis Avivah Nawang Sari. Dan sekarang Suwardi Endraswara bertempat tinggal di Ngrukem, Rt 18, Krandohan, Pendowoharjo, Sewon Bantul. Suwardi Endraswara juga aktif di masyarakat. Kedudukannya di masyarakat sangat diperlukan dan cukup dikenal dimasyarakat. Suwardi Endraswara juga pengurus masjid Al Maksum, di kampungnya, Tajeman dan juga menjabat sekretaris.

Pekerjaan Suwardi Endraswara tahun 1989 sampai 1991 dia pernah mengajar di SPG 17 III Bantul selama tiga tahun. Pada tahun yang sama dia paernah menjabat sebagai redaktur majalah Mekar Sari selama dua tahun. Juga pernah menjabat sebagai ketua penyunting majalah Pagagan. Kini sebagai sekretaris HISKI Komda DIY dan koordinator Pembinaan Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta, redaksi pelaksana majalah bahasa Jawa Sempulur. Profesi lainnya sebagai pranatacara manten gaya”nyasta”dan pengarang cerkak,cerbung, geguritan, novel, dongeng, dan esai berbahasa Indonesia dan Jawa. Sampai sekarang ini masih menjadi dosen di FPBS IKIP Karangmalang Yogyakarta sekarang dikenal sebagai FBS di UNY.

3. Proses Kreatif Suwardi Endraswara

Kreatifitasan Suwardi Endraswara dalam menciptakan suatu karya sastra, terlebih dulu menulis konsep secara garis besarnya dari awal hingga akhir cerita. Beliau tidak secara langsung menulis apa yang ada dalam pikirannya,

yang dibuat tersebut sangat membantu dalam menuangkan ide-idenya hingga menghasilkan suatu karya sastra. Masalah-masalah rumah tangga, kriminal, cinta, dan bagaimana beratnya seseoarang memangku jabatan, merupakan masalah yang di pilihnya untuk ditampilkan dalam karya-karyanya. Menurutnya sekarang ini sesuai dengan kematangan jiwanya, Suwardi Endraswara lebih mengarahkan karyanya pada absurd (Karya yang memerlukan pemahaman lebih dalam). Dengan dibumbui budaya Jawa. Dan lebih penting lagi, beliau menciptakan karya sastra diarahkan menuju pembaharuan. Ide yang mendasari proses kreatifnya diambil dari realita sosial yang ada dan yang terjadi pada kehidupan masyarakat sekitarnya. Berangkat dari ide dasar tersebut, kemudian dikembangkan dan diolah sedemikian rupa hingga tercipta hasil karya sastra.

Hambatan yang dirasakan Suwardi Endraswara dalam menciptakan karya sastra yaitu masalah waktu. Hambatan tersebut sangat dirasakan sekali, karena kesibukan jabatan yang diembannya. Hambatan yang lain yaitu masalah keluarga.

Karya-karya Suwardi Endraswara memiliki ciri khusus yang dapat dilihat dengan jelas. Ciri tersebut ada pada akhir cerita, beliau tidak langsung memberikan suatu penyelesaian akhir. Menurutnya dirinya tidak berkuasa untuk menghakimi terhadap

problem sosial yang ada yang diangkatnya,pembaca sendirilah yang harus memberikan penilaian atas problem-problem tersebut.

4. Hasil karya- karyanya Suwardi Endraswara yang pernah dihasilkan

Hasil karya Suwardi Endraswara tidak hanya dimuat dalam satu majalah saja, tetapi terdapat diberbagai majalah. Berikut di antaranya karya- karya yang dimuat dimajalah: Djaka Lodang, Penyebar Semangat, Mekar sari, Jaya Baya, Praba, dan Pagagan.

a. Jenis puisi

1) Jenis puisi yang dimuat di Djaka Lodang

a. ”Rasa Sejatining Rasa” ( Rasa dari rasa yang sesungguhnya,1991)

b. ”Baladha Jaka Lodang” (Cerita Jaka Lodang, 1992)

c. ”Nasibe Kasim Kesimpar” (Nasibnya Kasim Kesimpar, 1992)

d. ”Sanepane jagat” (Sempitnya Dunia, 1992)

e. ”Epos Manoreh” (Cerita Manoreh, 1994)

f. ”Baladha Seh Jambu Karang Rara Kamani” ( Cerita Seh Jambu Karang Rara Kamani 1994)

2) Dimuat pada Penyebar Semangat

a. ”The Tragedy Of Siti Rohana” (Tragedi Siti Rohana, 1992)

b. ”Pujangga Tiban” (Pujangga yang muncul tiba-tiba, 1993)

c. ”Teka-teki 4 : 4 = ?” (1994)

d. ”Syndrom; Apa Ana” (Sindrom, Apa ada, 1994)

e. ”Cengkir Gading ; Sisane Bajing” (Cengkir Gading sisanya Bajing 1994)

f. ”Sapi Ompong” (Sapi tidak punya gigi, 1994)

3) Dimuat pada Jaya Baya

a. ”Slendang Biru” (Kain biru, 1992)

b. ”Geni ; Aku Kaya Ngene” (Api, Aku Seperti Ini, 1993)

c. ”Mburu Kebo Ucul” (Mengejar kerbau lepas, 1993)

d. ”Signal-signal Ketriwal” (Tanda-tanda was-was, 1993)

e. ”Pengarang Wiring Kuning” (Pengarang Wiring Kuning, 1993)

f. ”Sketsa ; endhog Sapetarangan”(Gambaran, Telur Disarang, 1993)

g. ”Dalan ; Abang - kuning – Ireng –Putih” (Jalan; Merah, Kuning, Hitam, Putih, 1994)

4) Dimuat pada Pagagan ”The Baladha Of Prawan Liwung” (Cerita Perawan yang lupa, 1993)

b. Jenis cerita pendek

1) Dimuat pada Djaka Lodang

a. ”Kaca-Kaca bening” (Kaca-Kaca Bersih, 1992)

b. ”Mripat” (Mata, 1992)

c. ”Jangka” (Jangka1993)

d. ”Jaran Kebrukan Empyak” (Kuda Kejatuhan Atap, 1993)

e. ”Rok Iku” (Rok Itu, 1994)

f. ”Ngulu Salak Sepet” (Menelan Salak Pahit, 1994

2) Dimuat pada Mekar Sari

a. ”Ambyare Plunthen – Plunthen Tembur”(Hancurnya Pasukan-pasukan Tempur, 1992) a. ”Ambyare Plunthen – Plunthen Tembur”(Hancurnya Pasukan-pasukan Tempur, 1992)

d. ”Ing Selane Tebu Ngrembang” (Dalam Waktu Luang Tebu Masa Panen, 1993)

3) Dimuat pada Penyebar Semangat

a. ”Juru Paes”(Juru Rias, 1992)

b. ”Kursi”(Kursi, 1993)

c. ”Sepet – Sepet Sawo Mentah” (Pahit-pahit Sawo Mentah, 1993)

d. ”Bayi Soko Planet” (Bayi Dari Planet, 1994)

4) Dimuat pada Jaya Baya

a. ”Siung Macan Kumbang” (Taring Macan Kumbang, 1992)

b. ”Manuk – Manuk Mabur” (Burung-Burung Terbang, 1994)

5) Dimuat pada Pagagan

a. ”Lutung Kasarung” (Lutung Kasarung, 1991)

b. ”Jelarit – Jelarit Ireng” (Coret-coret Hitam, 1994)

c. Jenis Cerita Bersambung

1) Dimuat pada Joko Lodang ”Kembang Paes” (Bunga Hias, 1991)

2) Dimuat pada Penyerbar Semangat

a. ”Layung – Layung Jinggo” ( Surat-surat Jinggo 1995)

b. ”Togog Dadi Ratu” (Togog Menjadi Ratu, 1996)

c. ”Menara Kristal ”(Menara Kristal, 1996)

d. ”Suket Teki” (Rumput Teki, 1999)

3) Dimuat pada Mekar Sari ”Kaca – Kaca Pengilon” (Kaca-kaca untuk mengaca,1991)

4) Dimuat pada Jaya Baya ”Gelang Kuning Cakar Macan” (Gelang Kuning Cakar Macan,1993)

d. Jenis Buku Antologi yang Dihasilkan

1) Buku Antologi Bidang Sastra

a. ”Mutiara Sagegem Antologi Cerita Pendek”(Mutiara satu gegam, 1997 Narasi, Yogyakarta).

b. ”Niskala Antologi Cerita Pendek Eksperimen”(1997Niskala Antologi, Narasi. Yogyakarta).

c. ”Kembang Ing Mangsa Ketiga ; Antologi Bidang Esay Sastra” (Kembang di Musim Ketiga, Mutiara satu gegam, 1997 Yayasan pustaka Nusantara Yogyakarta).

d. ”Tristal Emas Antologi Geguritan”(2003, Tristal Emas, Widiatama, widia sastra, Yogyakarta)

e. ”Jangka Antologi Cerita Pendek”(1998,Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta).

f. ”Sega Rames ; Kumpulan Dongeng”(1997, Nasi Rames, Narasi, Yogyakarta)

g. ”Kaca – Kaca Bening Antologi Cerita Pendek”( 1998, Kaca-kaca bening, Narasi, Yogyakarta)

2) Jenis Buku dan Terbitannya 2) Jenis Buku dan Terbitannya

c. ”Metode Pengajaran Apresiasi Sastra” (2004, Yogyakarta, Radita Buana).

d. ”Metodelogi Penelitian Sastra”(2006, Yogyakarta, Pustaka Wijaya Tama).

e. ”Budi Pekerti Dalam Budaya Jawa” (2004, Yogyakarta, Hanindita).

f. ”Mistik Kejawen” (2007, Yogyakarta, Media Pressindo)

g. ”Metodelogi Penelitian Kebudayaan” (2007, Yogyakarta, UGM Press)

Karya–karya di atas, di antara hasil pengarangan Suwardi Endraswara yang telah diterbitkan. Sebagai seorang pengarang beliau juga merasakan suka dan duka. Merasa suka bila karyanya diterbitkan, mendapatkan sambutan dan perhatihan dari pembaca, walaupun sambutan itu berupa suatu kritik. Beliau merasa duka apabila karyanya yang telah lama dikirimkan ke meja redaksi, selang waktum kemudian baru diterbitkan.

Rasa sedih itu karena karyanya sudah tidak sesuai dengan gaya yang di inginkannya. Karena itu sesuai dengan keadaannya pengarang sendiri. Dalam keadaan atau kondisi yang memungkinkan untuk menulis karya sastra ataupun keadaan lagi mood pengrang dapat bisa menghasilkan karya sastra yang baik dan bisa di terima di masyarakat khususnya pembaca yang menikmati hasil karya dari sebuah ide yang cemerlang dari seorang pengarang.

Dalam analisis stuktural ini, masing-masing unsur pembentuk dari cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswaraakan dibahas satu per satu yang meliputi tema, plot/alur, penokohan, latar/setting, amanat dan keterkaitan antar unsur. Analisis stuktural ini merupakan lanhkah awal dalam memahami makna sebuah karya sastra.

1. Tema

Karya sastra diciptakan pengarang bukan semata-mata bercerita dengan kata yang indah saja tanpa dasar yang kuat, melainkan berangkat dari suatu yang dimengerti, ada sesuatu yang dibungkusnya dengan cerita, ada suatu konsep sentral yang dikembangkan dalam cerita itu, ada sebuah tema yang membuatnya lebih penting dari sekedar bacaan hiburan.

Tema tidak dapat disimpulkan hanya berdasarkan pada bagian- bagian tertentu cerita, walau sulit ditentuka secara pasti, tema bukanlah makna yang disembunyikan. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fisik tidak secara sengaja disembunyikan. Karena justru hal tersebut yang ditawarkan kepada pembaca. (Adib Sofia Sugihastuti 2003: 13)

Berdasarkan pendapat dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan, ide, pikiran utama atau intisari yang mendasari sebuah karya sastra. Pada hakekatnya tema merupakan suatu hal yang sangat mendasar dari sebauah cerita. Tema tersebut mempunyai arti dan tujuan bagi masyarakat melalui peristiwa yang dirangkainya.

bertemakan tentang seorang anak yang mencari ibunya tapi terbentur ayahnya karena jelas diceritakan bahwa konflik yang terjadi hanya berkisar pada kehidupan rumah tangga Ir. Harito dan Sumini. Dimana diceritakan bahwa anak kandung Sumini yang bernama Harini sedang mencarinya. Lalu Harini berupaya mencari sumini lewat Pak Tanjung dan Bu Tanjung. Dari mulanya Pak Tanjung menemukan Harini di sungai karena tenggelam dan ditolonganya. Lalu Harini bertanya kepada Pak Tanjung untuk bisa menemukan ibunya. Seperti pada kutipan berikut di bawah ini:

”Endi ibu, endi ibu. Ibuku sing aaaayuuu dhewe. Yen ora dituduhake, awas!”kambi nyuara ngono, cah wadon kuwi genti ngabruk ing pangkuane buTanjung , mesthi wae marahi mak jenggirat. Bu Tanjung ora bisa kumecap (Seri 2 hal 26) Terjemahan :

”Dimana Ibu , dimana ibu. Ibuku yang paling cantik. Kalau tidak dikasih tau, awas!”setelah berbicara seperti itu, wanita itu jatuh di pangkuan Bu Tanjung, karena itu menyebabkan kageg. Bu Tanjung tidak bisa berdicara.(Seri 2 hal 26).

Sosok wanita yang bernama Harini ini mempunyai sikap feminim dapat dilihat fisik atau cara berpakaian sangatlah wanita, dia berpakaian layaknya seorang wanita pada umumnya yang memakai celana pendek ataupun istilahnya rok, dan tubuhnya sangatlah halus dan menggiurkan karena dapat dilihat bahwa Sosok wanita yang bernama Harini ini mempunyai sikap feminim dapat dilihat fisik atau cara berpakaian sangatlah wanita, dia berpakaian layaknya seorang wanita pada umumnya yang memakai celana pendek ataupun istilahnya rok, dan tubuhnya sangatlah halus dan menggiurkan karena dapat dilihat bahwa

Terjemahan: ”Karena wanita cantik itu, memakai rok ketat dan pendek sekali, Tanjung semakin melihatinya, kala menjengnya naik turun, bersamaan dengan kakinya anak perempuan itu yang sedang memakai sepeda mimi”( Seri 3 hal 19).

Harini yang sedang sakit diajak pak Tanjung ke rumah kidukun, disitu Harini di beri obat karena sebelumnya Harini ini dirasa kurang waras atau gila karena menyebut-nyebut dimana ibu terus sampai berulang-ulang, kerap kali ditanyai identitasnya atau siapa dirinya dia kerap kali menjawab dimana ibuku, dan akhirnya kidhukun bertanya baik-baik dan Harini menjawab, dan dia ingin pergi ke alamat LSM Multiguna Persada.

Kutipan: ”terna menyang ngendi ndhuk...?”

”menyang kantor....? ”kantor apa...? ”LSM Multiguna Persada. LSM Multiguna kana cepet. ”LSM Multiguna Persada apa?” ”Papane ana eng engdi ndhuk?” ”Jl... Anoman nomer 11”.

Terjemahan: ”Diantarkan kemana dik...?” ”ke kantor.....?” ”kantor apa...” ”LSM Multiguna Persada. LSM Multiguna Persada kesana cepat.

”Jl.... Anoman nomer 11”.

Setelah diantarkan ketujuan tersebut Harini disuruh masuk kedalam katornya. Pada saat di dalam kantornya Ir Harinto yang bernama kantor LSM Multi guna persada, Harini juga menagih janji keberadaan ibunya. Dimana, Harini menagih janji dengan cara memaksa karena Ir Harinto mengulur waktu biar Harini lupa menagih janjinya:seperti pada kutipan di bawah ini ;

”iki sing dikwatirke, mulane, yen bisa, tembunge ra di enggok-enggokke. ”Ora sah golek alesan, endi janjimu.”eee.......mengko dhisik”Bocah wadon iku ngoyok, tur tanpa basa pisan.Njangkar..( Seri 8 hal 19).

Terjemahan: ”ini yang dikwatirkan, awalnya perkataan jangan dibelok-belokan.”jangan mencari alesan, mana janjimu.”eee........nanti dulu”anak wanita ini ngotot , tanpa bahasa yang halus.Kasar..(Seri 8 hal 19).

Pada akhir cerita Harini bertemu pada ibunya di rumah sakit, dalam cerita menunjukan bahwa dirumah sakit ada beberapa orang yang menemui Sumini dan setelah itu diberitahu oleh kartolo bahwa ada seorang yabg dicari- cari selama ini. Dirumah sakit Harini dan Sumini untuk pertama kali bertemu dan akhirnya setelah bertumu dengan anaknya Sumini meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Disamping itu Harini kecewa tetapi juga lega karena bisa tau siapa orang tuanya selama ini. Seperti pada kutipan :

”Bengok Harini, histeris. Kabeh kaca-kaca. Genti Bu Tanjung uga langsung ngabruk Sumini sing ora kena ditulung kuwi. Njur lamat-lamat saka lambene

”Teriyakan Harini, semua berkaca-kaca, gantian Bu Tanjung yang langsung memeluk Sumini yang tidak bisa ditolong lagi. Terus berkata bisik-bisik dari mulut Kartolo”Innalillahi wa ina ilaihi rojiun”(seri 17 hal 21)

2. Plot/Alur

Di dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi Endraswara mempunyai Alur maju dan tertutup dalam plot/Alur dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

a. Situation (melukiskan suatu keadaan) Pengarang mengawali dengan mula-mula pembaca diajak untuk masuk kedalam situasi dengan diawali pada Pak Tanjung yang menerima syarat dari ki dukun supaya mencari lele yag besarnya seperti ikan yang besar di sungai serengenge. Seperti pada kutipan :

”Kuwi sarat-sarat sing ora dilakoni muspra. Yen ana apa-apa mangga!”ki dhukun genahake mantep. Sarat kok nalar...(seri 1 hal 19) Terjemahan : Itu syarat-syarat yang tidak dilakoni percaya. Kalau ada apa-apa terserah!”ki dukun membenarkan yang betul. Sarat tidak masuk akal...(Seri 1 hal 19)

Pada saat itulah pak Tanjung ingin mendapatkan keturunan dari sumini karena berapa tahun sudah menikah belim bisa mendapatkan seorang anak.dan pada itulah pah Tanjung menemui kidukun mencari syarat untuk bisa mendapatkan jalan supaya anaknya bisa mendapatkan keturunan. Dengan syarat ki dukun pak Tanjung mencari ikan lele di sungai dan akhirnya dapat tetapi Pak Pada saat itulah pak Tanjung ingin mendapatkan keturunan dari sumini karena berapa tahun sudah menikah belim bisa mendapatkan seorang anak.dan pada itulah pah Tanjung menemui kidukun mencari syarat untuk bisa mendapatkan jalan supaya anaknya bisa mendapatkan keturunan. Dengan syarat ki dukun pak Tanjung mencari ikan lele di sungai dan akhirnya dapat tetapi Pak

”Iwake enggal digawa menyang kutha, neng nggone Sumini, kareben anake dhewe enggal duwe momongan. Awake dang bisa ngudang putu. Rak ngono. (Seri 1 hal 19) Terjemahan: ”Ikannya supaya dibawa ke kota, di tempat Sumini, supaya anak kita mendapatkan momongan. Kita supaya dapat menimang cucu. Ya tidak. (Seri

1 hal 19)

b. Generating circumstances (Peristiwa mulai bergerak ) Peristiwa ini mulai bergerak setelah Pak Tanjung pergi mencari ikan , lalu paginya ikan itu dikembalikan dan menemukan seorang wanita muda yang ingin diantarkan ke kantor LSM multiguna persada tidak lain kantor itu milik menantunya pak Tanjung.

Seperti pada kutipan di bawah ini: ”Terno menyang ngendi dhuk?”menyang kantor, kantor apa”LSM Multi guna Persada, ”Papane neng ngendi dhuk?”jalan Anoman Nomer 11” (Seri 5 hal 20) Terjemahan : ”Diantarkan kemana nak?”menuju kantor, kantor apa” LSM Multiguna Persada, ”tempatnya dimana nak?”jalan Anoman nomer 11”(Seri 5 hal 20)

c. Rising action (Keadaan mulai memuncak) c. Rising action (Keadaan mulai memuncak)

”Tembunge Harinto rada kasar. Semune rada kecentok rasane. Njur kewuwuhan ngoso sethithik. Neng pemuda iku tenang wae.”Garwa panjenengan rawuh dateng griya kula, kejawi silaturahmi ugi nitip bayi” (seri

14 hal 20). Terjemahan : ”Bicaranya Harinto seperti kasar. Suaranya semakin tidak enak dirasakan. Seterusnya istirahat sebentar. Terus pemuda itu tenang aja .”istri kamu datang kerumah saya . untuk silaturahmi terus menitipkan bayi”(Seri 14 hal 20).

Setelah mendapati berita tersebut Ir Harinto pulang kerumah karena ingin mengetahui apa bener yang dikatakan kartolo itu, akan lelaki tersebut, setelah sampai dirumah, Ir Harinto mendapatkan berita dari bapak mertuanyabahwa Sumini ketabrak dan dirawat dirumah sakit. Seperti pada kutipan di bawah ini:

”mangga pak...bapak saking dalem?.”saka rumah sakit” ”sinten sing gerah” ”lho, mau bengi ora kondur ta?kok dibel saka rumah sakit kosong ngomah kene, Sumi rak neng kana, PKU Muhammadiyah, kamar E ruang 4” (Seri 15 hal 20). Terjemahan : ”Mangga Pak. . .Bapak dari dalam? . ”dari Rumah Sakit ” ” Siapa yang sakit dari malam belum pulang ta? Kenapa di telpon dari Rumah Sakit rumah sini

20). Setelah mendapati berita tersebut Ir. Harinto pergi ke Rumah Sakit tetapi dia mampir dulu ke Kantor, akan tetapi Kantornya di Segel Polisi karena Kantornya bermasalah karena melanggar peraturan. Seperti pada Kutipan :

”Tekan ngarep Kantor Ir. Harinto kaget, njengek. Njur mbenerake batine dewe. Layak yen esuk mau ngontak Satpam ora sambung. Dadakan mobile di rem ngeget, kaya ora ana sing akon” (Seri 16 Hal 19). Terjemahan : ”Tiba di depan kantor Ir. Harinto terkejut. Lalu membenarkan hatinya sendiri dari tadi pagi telpon Satpam tidak tersambung. Tiba – tiba mobilnya di rem mendadak, seperti tidak ada yang menyuruh” (Seri 16 Hal 19).

d. Climax (peristiwa – peristiwa mencapai puncaknya) Peristiwa ini mulai memuncak ketika Ir. Harinto berkejar – kejaran dengan

polisi karena polisi ingin menangkapnya, karena tidak mau tertangkap Ir. Harinto lari ke Rumah Sakit dimana isterinya Sumini diarawat disitu seperti pada Kutipan:

”Mung wae, Ir. Harinto ora ngrewes marang tembakan kowe. Terus wae mancal gas, ninggal Kantore dewe kuwi. Ora melu Polisi sing mesti wae bakal ngoyak deweke. Mobil terus diblandangake, mbiyaki kendaraan liya. Mesti wae kudu ngebel bola – bali” (Seri 16 Hal 20). Terjemahan : ”Hanya itu, Ir. Harinto tidak menghiraukan dari tembakan itu. Kemudian menginjak gas meninggalkan Kantornya. Tidak ikut polisi yang mengejar.

membunyikan klakson” (Seri 16 Hal 20). Ir. Harinto lari menuju Rumah Sakit dan bertemu dengan Sumini disitu ada Pak Tanjung dan Bu Tanjung dan juga ada Kartolo ada pula Harini, Kartolo bercerita bahwa Sumini ini Ibu Kandungnya Harini seperti pada Kutipan. ”Dhik Harini ya iki sing mataun – taun kok goleki. Ibumu”. Kandane Kartolo, genahake. Nalika iku kabeh bungkem. Ora ana sing wani ndhisiki suara (Seri

17 Hal 20). Terjemahan : ”Dik Harini ya ini yang bertahun – tahun kamu cari. Ibumu”. Katanya Kartolo, membenarkan. Waktu itu semua diam. Tidak ada yang mendahului suaranya (Seri 17 Hal 20).

Peristiwa itu Ir. Harinto ingin mengetahui juga siapa bapak dari Harini yang jadi pertanyaannya. Seperti pada Kutipan di bawah ini: ”A. . . ku ora kuat tenan mas. Wis. Yen isih dha durung trima panalangsaku ya wis, aku tak mbukak wadi ”. Sumini ngampet suara. Terus merem, ora ana tangis meneh mung kumecap cekak : ”Ki Dukun Kabul”. ”Bajingan!” (Seri 17 Hal 21). Terjemahan : ”A. . . ku yakin tidak kuat mas. Sudah. Kalau masih belum terima sakitku ya sudah. Aku akan membuka rahasia”. Sumini menahan suara. Kemudian menutup mata, tidaka ada tangis lagi keculai suara pendek : ”Ki Dukun Kabul”. ”Bajingan!” (Seri 17 Hal 21).

Pemecahan persoalan yang di lukiskan pengarang yaitu ditangkapnya Ir. Harinto karena bermasalah dengan Hukum yaitu memproduksi VCD porno, begitu juga Harini karena meneror losmen Menoreh Asri, juga meninggalnya Sumini serta di tangkapnya Ki Dukun Kabul karena sebagai tersangka tabrakan. Seperti pada Kutipan.

”Sing nyrempet ibu Sumini kuwi, uga truke Ki dhukun Kabul. Wah, piye wae iki tetep kudu di proses. Ora ana istilah Kolusi – kolusinan. Sing luwih penting maneh wanita jeneng Harini iku kudu di kecrek sisan. Iki mau ana kontak saka Kapolres” (Seri 17 Hal 21). Terjemahan : ”Yang menabrak ibu Sumini itu yaitu truk Ki Dhukun Kabul. Tetap saja ini harus di proses. Tidak ada istilah Kolusi – kolusinan. Yang lebih penting lagi wanita yang bernama Harini itu harus di borgol sekalian. Ini tadi ada berita dari Kapolres” (Seri 17 Hal 21).

3. Penokohan

Tokoh sangat dibutuhkan kehadirannya, sebab melalui penokohan cerita menjadi nyata dalam angan–angan pembaca. Melalaui penokohan itulah pembaca dapat dengan jelas menangkap wujud manusia dengan peri kehidupannya yang sedang diciptakan pengarang. Penokohan merupakan gambaran watak dan perilaku yang digambarkan dalam cerita fiksi. Penggambaran tokoh dalam cerita fiksi antara novel dan cerpen atau cerbung berbeda. Cerpen digambarkan secara detail. Penggambaran watak dan perilaku dalam cerita merupakan gambaran yang Tokoh sangat dibutuhkan kehadirannya, sebab melalui penokohan cerita menjadi nyata dalam angan–angan pembaca. Melalaui penokohan itulah pembaca dapat dengan jelas menangkap wujud manusia dengan peri kehidupannya yang sedang diciptakan pengarang. Penokohan merupakan gambaran watak dan perilaku yang digambarkan dalam cerita fiksi. Penggambaran tokoh dalam cerita fiksi antara novel dan cerpen atau cerbung berbeda. Cerpen digambarkan secara detail. Penggambaran watak dan perilaku dalam cerita merupakan gambaran yang

Cerbung ”Mburu Aburu kupu kuning” karya Suwardi Endraswara. Penokohan akan dibagi menjadi beberapa bagian: Tokoh utama (Central Chararter) adalah tokoh yang paling sampai perananya yang tampil didalam cerita. Terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita selanjutnya tokoh utamanya yaitu Harini dan Tokoh tambahan atau tokoh bawahan yang paling dominan adalah pak Tanjung, bu tanjung , Ir Harinto, Kartolo.

Cerita yang sudah dipaparkan mengenai dalam Cerbung ”Mburu Aburu Kupu Kuning” menurut Teori yang dikemukakan Mochtar Lubis satu demi satu sebagai berikut:

1. Tokoh Utama Tokoh utama mempunyai peran penting dalam perkembangan cerita dan mempunyai relevansi dengan setiap peristiwa yang terjadi di sepanjang cerita. Tokoh utama paling berhubungan dengan berbagai masalah dari awal

hingga akhir di dalam Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” ini adalah Harini, tokoh ini paling dominan terlibat dalam semua peristiwa kejadian yang ada di Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning”. Tokoh utama pada cerita ini adalah Harini. Pengarang melukiskan tentang tokoh Harini dengan Pyisikal description ( melukiskan bentuk lahir dari pelakon) dan Direct

Tokoh Harini adalah tokoh yang umurnya masih belasan tahun. Dimana tokoh Harini ini mempunyai wajah yang sangat cantik dan bentuk tubuh yang sangat ideal. Dimana tokoh Harini juga mempunyai sifatyang sangat keras kepala. Karena dia masih muda dimana umur segitu masih mempunyai sifat yang gampang marah dan ingin mencari jati dirinya dan menentukan langkah awal menuju kedewasaan. Untuk masa depannya dan juga Harini ini suka berbicara kurang sopan terhadap orang yang lebih tua.

Seperti pada kutipan dibawah ini. ”Merga cewek ayu kinyis kuwi, nganggo rok mepet tur minim pisan, Tanjung saya mbilengi. Akhire, dina candhake Tanjung kumudu nyedaki cewek centil kuwi” Seri 3 Hal 20). Terjemahan : ”Karena perempuan cantik sekali itu pakai rok sempit dan pendek sekali, Tanjung semakin melihatnya. Akhirnya, hari untuk mendekati, Tanjung harus mendekati cewek agresif itu” (Seri 3 Hal 20).

Hal ini diperjelas juga dengan Portrayal of thought stream or concious thought (melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya). Harini kurang hormat dengan orang tua dimana dia semena – mena dalam tindakan yang kurang sopan dilakukan terhadap orang tua dengan menjawab pertanyaan apa adanya. Seperti pada Kutipan.

”Sing baku, Bapak lan ibu”. Lha bapak ibumu sapa, Nduk?” Bapak kula wong lanang, ibu kula wong wadon Titik. ”Huss . . . ki guyon ta. Tenane ”Sing baku, Bapak lan ibu”. Lha bapak ibumu sapa, Nduk?” Bapak kula wong lanang, ibu kula wong wadon Titik. ”Huss . . . ki guyon ta. Tenane

Terjemahan : ”Yang baik, Bapak dan Ibu”. Siapa bapak ibu kamu, Nduk?” Bapak saya laki – laki, ibu saya saya perempuan titik. ”Huss. . .ini gurauan kan. Yang benar bapak dan ibu kamu siapa, Nanti saya antar kesana. Aku sangat tanggung jawab” bapak saya hutang. Ibu juga hutang. Hutang harus mengembalikan kalau tidak awas (Seri 3 Hal 20).

Pengarang juga sering menggunakan Discussion of environment (pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon) setelah sadar di rumah Pak Tanjung. Harini ini berbicara ngawur seperti orang gila dan akhirnya Pak Tanjung dan Bu Tanjung berencana membawa Harini ke Dukun biar di obati dan bisa sadar sehingga bisa ditanyai baik – baik dan bisa dijawab dimana asal usulnya. Seperti pada kutipan.

”Bengi iki uga Nduk, kowe arep dijak sowan simbah. Mung dolan kok. Dohe saka kene ya mung patang kilonan. Yo. Ben pikiranmu ben ora buneg neng ngomah kene” (Seri 4 Hal 20). Terjemahan: ”Malam ini jadi Nduk, Kamu mau di ajak ke tempat kakek. Hanya bermain saja. Dari sini jauhnya empat kilo saja. Ya. Biar pikiranmu tidak bosan di rumah sini” (Seri 4 Hal 20).

about to character (pengarang melukiskan bagaimana pandangan – pandangan pelakon terhadap kejadian – kejadian). Dalam tahap ini Harini mempunyai sifat keras dan mudah sekali marah, terlihat dalam dia ingin menagih janjinya terhadap Ir. Harinto, setelah beberapa kali mencari dimana letak kantor itu berada tapi dengan bantuan Pak Tanjung dan Bu Tanjung bisa ditemukan Kantor tersebut disitu Harini akhirnya menemukannya, setelah itu Harini menemui Ir. Harinto diruangannya dan terjadi pertengkaran karena Harini menagih janji dengan cara memaksa dan terus memaksa seperti pada kutipan.

”Bos iku wis bisa mbedhe, geneya bocah wadon iku tekan kantore mesti bakal nagih janji. Iki sing di kuatirake mulane, yen bisa, ra di enggok – enggokake.” Ora sah golek alesan. Endi janjimu.”eee. . . mengko disik ”bocah wadon iku ngoyok. Tur tanpa basa sisan” (Seri 8 Hal 19). Terjemahan : ”Bos itu sudah bisa menebak, Pastinya perempuan itu tiba dikantornya kemudian menagih janji. Ini yang di khawatirkan awalnya, Kalau bisa, perkataannya jangan simpang siur. Tidak usah cari alasan. Mana janjimu.” eee. . .sebentar dulu ”anak perempuan itu memaksa. Dan tanpa kalimat yang sopan” (Seri 8 Hal 19).

Hal ini juga diperjelas dengan pengarang melukiskan dengan Conversation of other about character (pelakon-pelakon lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan pelakon utama). Hal ini bermula Hal ini juga diperjelas dengan pengarang melukiskan dengan Conversation of other about character (pelakon-pelakon lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan pelakon utama). Hal ini bermula

”Mung wae, amrih ora ndedawa rasa. Dhewe enggal wae nugel rembug kudu tekan gone mbah Dukun. Olehe pamit tanpa tembung cukup nganggo sasmita mripat marang Bu tanjung. Kuwatir yen bocah wadon iku ngerti arep menyang nggone dukun, timbang ngeculake suwara landep meneh” ( Seri 3 hal 20). Terjemahan; ”Hanya saja, tidak usah ngepanjangkan rasa. Kita supaya mematahkan masalah harus bisa tiba di rumah Mbah Dukun. Dengan pamit tidak mengucapkan kata yang sopan denga Bu Tanjung. Kekwatiaran anak perempuan itu sudah tiba dirumah Ki Dukun, daripada mengeluarkan suara kata lagi ( Seri 3 hal 20).

2. Tokoh Tambahan, Tokoh bawahan, Tokoh Pembantu.

a. Pak Tanjung Tokoh Ini dilukiskan pengarang melalui Reaction To Event ( melukiskan bagaimana reaksi pelakon). Pak Tanjung merupakan ayah dari Sumini tetapi selama menikah belum bisa mempunyai keturunan hal ini menyebabkan pak Tanjung ingin bertemu dengan ki dukun, dimana Tanjung percaya dengan hal yang berbau mistik karena dia ingin mempunyai cucu a. Pak Tanjung Tokoh Ini dilukiskan pengarang melalui Reaction To Event ( melukiskan bagaimana reaksi pelakon). Pak Tanjung merupakan ayah dari Sumini tetapi selama menikah belum bisa mempunyai keturunan hal ini menyebabkan pak Tanjung ingin bertemu dengan ki dukun, dimana Tanjung percaya dengan hal yang berbau mistik karena dia ingin mempunyai cucu

”Kambi ninggal omahe, ora lali Tanjung nggedrug jejakan lawang ping telu. Njaluk Pamit karo kadang papat lima pancer. Kareben sing digadhang hasil”..(seri1 hal 19). Terjemahan : ”Dengan meninggalkan rumah, tidak lupa tanjung menginjak-nginjak tanah di depan pintu sebanyak tiga kali. Minta pangestu sama kadang empat lima pancer, supaya yang diharapkan berhasil”..(Seri 1 hal 19).

Dalam cerita tersebut pengarang melukiskan tokoh Pak Tanjung dengan Portrayal of thought stream or of concious thought (melukiskan reaksi pelakon itu terhadap kejadian ). Sehingga dapat dilihat perihal Pak Tanjung menemukan Wanita yang tenggelam disungai, Pak Tanjung berniat melaporkan kemasyarakat dan tanya apakah ada yang mengenalinya perihal tersebut Pak Tanjung adalah orang yang berkepribadian sosial terhadap orang lain yang belum diokenalinya dengan menolongnya, dengan tidak ada rasa pilih kasih dan tidak mengharapkan imbalan. Untuk lebih jelasnya dilihat dalam kutipan:

”sak wise ditamatake, cetha yen tangan wong. Tanjung Enggal tetulung. Sing wadon katut ngampet, kambi ndonga ndremimil. Njaluk slamet. ”Piye iki, diampirke puskesmas apa diajak bali neng omahe dhewe?”(Seri 2 hal 20).

”Setelah dipandang, nyata sekali tangan orang. Tanjung langsung menolongnya. Perempuan itu ikut menahan, sambil berdoa terus. Minta selamet. ”gimana ini, di kasihkan ke puskemas apa di ajak pulang ke rumah kita?”(Seri 2 hal 20).

b. Bu Tanjung. Tokoh ini di lukiskan dengan Reaction to event (melukiskan pelakon dengan suatu kejadian). Bu Tanjung adalah istri dari Pak Tanjung. Dimana Ibu Tanjung ini menemukan wanita di sungai di tolongnya dan dia bawa kerumahnya dan dikasih obat. Setelah wanita itu sadar Ibu Tanjung segera menanyainya dengan perasaan sebagai wanita yang penah mempunyai anak, Ibu Tanjung berniat bertanya dengan baik-baik terhadap wanita tersebut. Lihat pada kutipan:

”Ndhuk... ”tembunge ibu Tanjung grapyak semanak. Kebak rasa pangrasa. Dhewekenjur nyritakake mula bukane bocah wadon kuwi tekan omahe. Lan sing paling baku, njur arep mbobok sapa sejatine bocah wadon iku ( seri 3 hal 20). Terjemahan: ”Nak.... ”perkataan ibu Tanjung langsung mengenainya. Penuh dengan rasa pertanyaan. Ibu Tanjung langsung bercerita dari awal membuka anak perempuan itu saat tiba dirumahnya. Setelah itu bertanya yang paling baik, siapa anak perempuan tersebut (Seri 3 hal 20).

c. Ir Harinto c. Ir Harinto

”Tekan ngarep kantor Ir Harinto kaget, njengek, Njur mbenerake batine dhewe, layak yen esuk mau ngontak satpam ora sambung”... ”kurang ajar.”batine, kambi nggebrog stiran mobil sak wanine. Dheweke anyel weruh kantore sing wis diubengi garis polisi kuwi. Tur meneh ndadak wis dijaga polisi kroco-kroco, nyekel tembak”(Seri 16 hal 19). Terjemahan : ”Di depan kantor Ir Harinto terkejut, melotot, selanjutnya membetulkan hatinya. Makanya dari pagi tadi nelpon satpam tidak menyambung”... ”Kurang ajar .’hatinya, sambil memukul setiran mobil dengan beraninya. Dia marah melihat kantornya di beri garis polisi. Terus selanjutmya telah di jaga polisi kecil-kecil, pegang pistol.”(Seri 16 hal 19).

Hal itu juga di lukiskan dengan pengarang lewat Portroyal of thought steam or of concious thought (melukiskan jalan pelakon dan apa yang terlintas dipikiranya). Dan sehingga dapat dilihat bahwa yang dilakukan Hal itu juga di lukiskan dengan pengarang lewat Portroyal of thought steam or of concious thought (melukiskan jalan pelakon dan apa yang terlintas dipikiranya). Dan sehingga dapat dilihat bahwa yang dilakukan

”Tembunge Ir harinto Wiwit rada kasar. Semune rada kecentok rasane. Njur kewuwuhan ngoso sethithik. Ning pemudha iku tenang wae. ”Garwa panjenengan. Rawuh dhateng griya kula. Kajawi silaturahml ugi nitip bayi”.”Haaaahhh. Bayi”(Seri 14 hal 20). Terjemahan : ”Perkataan Ir Harinto mulai merasa kasar. Suaranya semakin tidak kepenak rasanya. Selanjutnya istirahat sebentar. Tapi pemuda itu yenang aja. ”istri kamu dulu pernah datang kerumah saya. Silaturahmi selanjutnya menitipkan bayi”.”Haaaaaahhh. Bayi” (Seri 14 hal 20).

d. Kartolo Tokoh ini dilukiskan melalui Reaktion to Event.(melukiskan pelakon terhadap suatu kejadian ). Dimana dilihat bahwa Kartolo menjelaskan dihadapan semua orang yang ada di Rumah Sakit dengan tenangnya dia mengucapakan suara tehadap semua orang yang ada di situ, dimana dia menjelaskan bahwa Harini ini adalah anak dari Sumini dan Kartolo menjelaskan tentang apa yang ia ketahui selama ini. Seperti pada kutipan:

”Dhik Harini ya iki sing mataun taun kok goleki. Ibumu kandhane Kartolo. Nggenah ake. Nalika iku kabeh bungkem. Ora ana sing wani ndhisik nyuwara”( Seri 17 Hal 20).

”Nak Harini ya ani yang bertahun-tahun yang kamu cari. Ibu kamu yang diberithukan Kartolo. Membenarkan, pada saat itu semuanya diam. Tidak ada yang berani bersuara ”( Seri 17 hal 20).

e. Ki Dukun Kabul. Tokoh Ini Dilukiskan dalam Reacsion To event(melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap suatu kejadian ) Dapat dilihat dari saat dimana dia mengobati pasien yang bernama Harini, tetapi mengalami kesulitan dalam hal mengobati pasien tersebut. Seperti pada kutipan :

”Tamba? Tamba apa. Sapa sing lara ?Sing ditambani kuwi rak yen lara. Sing menthale bubrah kae yen arep ditambani. Aku ora lara. Apa aku ki lara?. Mbah Dukun mung meneng wae tur umak amik ( Seri 4 hal

45 ). Terjemahan: ”Obat? Obat apa. Siapa yang sakait ?yang diobati itu kalau ada sakitnya. Yang mempunyai hati yang sudah rusak itu yang harus diobati. Saya tidak sakit. Apa saya ini sakit?. Mbah Dukun hanya terdiam saja sambil berbisik-bisik ( Seri 4 Hal 45)

f. AKP. Drs Rahardi AKP Drs Rahardi adalah tokoh yang merupakan seorang polisi sebagai tokoh Penegak Hukum. Tokoh tersebut bertugas menyelidiki setiap kejahatan yang terjadi di masyarakat. Dan pengarang melukiskan tentang dia dalam Reaction to events. Dimana polisi ini bertugas untuk menangkap f. AKP. Drs Rahardi AKP Drs Rahardi adalah tokoh yang merupakan seorang polisi sebagai tokoh Penegak Hukum. Tokoh tersebut bertugas menyelidiki setiap kejahatan yang terjadi di masyarakat. Dan pengarang melukiskan tentang dia dalam Reaction to events. Dimana polisi ini bertugas untuk menangkap

”Krungu rembugane wong loro neng kamar tamu kuwi, Kompol elza Rukmana saya nguping. Ning ora pati ngeterani. Mergi , dheweke wis wasis digldli nyamudana, alus banget, nyatane, kambi maca koran esuk sing dipajang ing meja tamu, bisa ngrungokake guneman sing sajak wigati. Saka panggraitane kompol Elza Rukmana guneme Wong Loro iku nyalawadi banget (Seri 13 hal 39).

Terjemahan: ”Mendengar pembicaraan kedua orang tersebut di ruang tamu itu.

Kompol Elza Rukmana ingin makin mendengarkan. Tapi tidak samapi ketahuaan. Dia sudah mahir untuk melakukan penyelidikan, halus sekali, kenyataanya, sambil membaca koran pagi yang sudah dipersiapkan di meja tamu, bisa mendengarkan pembicaraan yang sangat rahasia. Dari pengetahuanya kompol Elza Rukmana dari kedua orang tersebut saat mencurigakan banget (Seri 13 hal 39).

g. Selain tokoh pembantu di atas masih ada tokoh lain yang pengarang oleh tidak dijelaskan bentuk lahir maupun wataknya diantaranya. Diantaranya sebagai berikut :

Kompol Elza Rukmana (orang yang disuruh untuk melakukan pengintaian). AKP Ginanjar (orang yang menanangkap Ir Harinto) Supir taksi, Resepsionis di Losmen Menoreh Asri.

4. Latar/ Setting.

Latar/ Setting adalah lingkungan peristiwa, yiatu dunia cerita tempat terjadinya peristiwa, biasanya latar dihadirkan dalam bentuk deskripsi kadang- kadang latar secara langsung mempengaruhi tokoh dan kadang-kadang

emosi disekeliling tokoh (Adid Sofia Sugihastuti 2003 :19). Dalam pengungkapan latar/Setting biasanya pengarang menyelipkan suatu kejadian yang terjadi dalam waktu yang diceritakan. Kejadian yang diceritakan misalnya peristiwa sejarah, Masalah Politik, kejadian bencana alam atau masalah yng sedang dihadapinya oleh masyarakatnya. Dengan begitu pembaca dapat membayangkan tentang keadaan sosial masyarakatnya waktu itu. Yang harus diperhatikan oleh pengarang dalam penyampaian Latar/Setting janganlah terlalu panjang karena akan membuat pembaca menjadi bosan.

Dalam halnya Cerbung Mburu Abure kupu Kuning . Karya Suwardi Endraswara. Pembagian Latar/Setting akan di bagi 3 bagian yaitu Latar Tempat, Latar waktu, Latar sosial didalam cerita.

1. Latar/ Setting Tempat Latar tempat adalah tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Latar tempat diceritakan dalam cerbung ini berbagai macam lokasi, dimana itu akan berpindah-pindah dari satu tempat- ketempat lainnya sejalan dengan perkembangan tokohnya, misalnya latar tempat yang dikemukakan pengarang meliputi:

a. Kedhung srengenge Awalnya peristiwa itu bermula dari kisahnya Pak Tanjung meminta kepada Kidukun tersebut untuk bisa mendapatkan cucu, dan bagaimana caranya agar Pak Tanjung supaya dapat cucu, dan akhurnya Tanjung disuruh a. Kedhung srengenge Awalnya peristiwa itu bermula dari kisahnya Pak Tanjung meminta kepada Kidukun tersebut untuk bisa mendapatkan cucu, dan bagaimana caranya agar Pak Tanjung supaya dapat cucu, dan akhurnya Tanjung disuruh

”Kuwi sarat. Sarat sing ora dilakoni muspro, yen ana apa-apa, mangga!”Kidukun genahaken mantep. Sarat kok aneh, kurang Nalar. Mas Tanjung bengong, nalika nampa pamrayogane Dukun Kabul. Semune, rada kurang percaya. Ning uga kecampuran rasa was-was. Wedi yen kena walat, yen ora nurut kandhane Kidukun (Seri 1 hal 19).

Terjemahan: ”Itu syarat. Syarat yang tidak bisa dikerjakan oleh sembarangan, kalau ada apa-apa silakan!”Kidukun membenarkan betul. Syart yang aneh, kurang nalar. Mas Tanjung bingung, ketika menerima perintah dari Dukun Kabul. Suaranya, seperti kurang percaya. Sehingga bercampur dengan rasa hati-hati. Takut kalau ada apa-apa, kalau tidak menurut katanya Kidukun (Seri 1 hal 19) .

b. Dirumah Pak Tanjung Peristiwa ini terjadi pada saat Pak Tanjung membawa syarat dari Kidukun kabul. Dimana pada saat akan diberitahukan kepada istrinya Pak Tanjung dan saat itu juga dia pergi kerumahnya. Seperti pada kutipan:

”Tekan omah Pak Tanjung genti ngojahi bojone. Dheweke mblakakake krenahe ki dukun kabul. Kabeh dikandakake, tapis. Nyatane, bojone mung manggut- manggut, ngegongi (seri 1 hal 19).

Terjemahan: ”Tiba dirumah Pak Tanjung gantian menyarankan istrinya. Kita haruslah mendengarkan Kidukun kabul. Semua dikasih tahukan. Tapis. Kenyataan, istrinya hanya mengiyani saja, dan mengegonginya (Seri 1 hal 19).

c. Dikamar Pak Tanjung. Peristiwa ini terjadi pada saat pak Tanjung menolong perempuan itu dan dibawanya kerumah dan di masuakn kedalam kamarnya.

”... Mulane Tanjung gage ngundang sing wadon sing lagi neng pawon. Sing diundang mesti wae kaget bareng tekan kamar cetha banget, bocah prawan kuwi wes ngruket Tanjung ( Seri 2 hal 19). Terjemahan: ”....Makanya Tanjung cepat memanggil perempuan itu yang lagi di dapur. Yang dipanggil jelas saja terkejut tiba dikamar, terlihat banget, anak gadis itu sudah memeluk Tanjung ( Seri 2 hal 19).

d. Diterminal Umbulharjo. Dengan naik bus jurusan Sleman perempuan itu duduk dan mengiingat apa yang telah terjadi selama ini dan Kejadian ini bermula saat diterminal umbulharjo dimana perempuan tersebut ingin diantarkan ketempat kantor dengan Pak Tanjung dan BuTanjung, seperti pada kutipan:

”...Tekan prapatan, langsung ditampani bus cilik nuju terminal Umbulharjo .”Semana uga bocah wadon iku gegancangan munggah bus. Ora sah diabani kernet lan kondertur, terus bleng nggolek lungguhan....”.( Seri 6 hal 20) Terjemahan : ”...Tiba diperempatan, langsung diterima bus cilik yang menuju terminal Umbulharjo.”seperti hal anak perempuan tersebut itu naik bus. Tidak usah di panggil kernet dan kondertur, langsung masuk mencari tempat duduk ( Seri 6 hal 20).

Kantor LSM Multi Guna Persada merupakan tempat tujuan dari Pak Tanjung, Bu Tanjung dan Harini mau menemuinya untuk bisa mengetahui dimana orang tuanya berada, Harini bermaksud ingin menagih janji kepada pimpinan LSM tersebut, seperti pada kutipan:

”...Jeneng LSM Multiguna persada pengembang real estate kuwi biasa. Arep gawe omah tingkat pira isah wae. Model apa wae isoh. Tanjung genahake, kaya ngerti-ngertia kae. Njur ngejak mandheng sedela. ”Saiki aku wae sing mlebu dhisik. Aku sing paling butuh ketemu( Seri 7 hal 40). Terjemahan : ”.....Namanya LSM Multiguna Persada pengembang real estate itu bisa. Mau membuat rumah tingkat bisa saja. Tipe apa saja bisa. Tanjung membetulkan, seperti mengetahui saja. Terus minta melihat sebentar. ”saat ini saya saja yang masuk duluan. Saya yang paling butuh ketemu ( Seri 7 hal 40).

f. Losmen Menoreh Asri. Kejadian ini bermula saat Ir Harinto bersama Harini, pada saat itu harini dibuat tidur oleh Harinto dan mau dibawa ke Losmen Menoreh Asri, dan harito ingin berbuat yang tidak baik kepada perempuan tersebut yang bernama Harini, di losmen tersebut mereka mengnginap di nomer kamar 7 .seperti pada kutipan:

” Tekan pucak Menoreh mobil enggal dienggokake ing Losmen Menoreh Asri ..” Tanpa ngreken sing sajak isih kreyeng- kreyeng bocah wadon iku

7 hal 20). Terjemahan: ” Tiba di puncak menoreh mobil langsung dibelokkan di Losmen Menoreh Asri...” tanpa adamasih ada di benaknya teringat terhadap anak perempuan tersebut itu langsung saja, masuk di Losmen langsung menuju kamar No 7 ...( Seri 7 hal 20).

g. Rumah Ir Harinto. Dirumah Ir Harinto menginginkan agar mobilnya dipakirkan ketempat disamping rumahnya, karena dia waktu itu pulang dari Losmen Menoreh Asri, agar supaya tidak dilihat oleh oarang-orang yang sedang mencarinya belakangan ini di dalam cerita tersebut. Seperti yang ada pada kutipan:

” Tekan omah ing perumahan selarong Indah gang Arjunawiwaha no 15 Ir Harinto langsung nglebokake mobile ing latar. Ben ora pati kepanesan dieyupake ing ngisor wit rambutan sing lagi awoh...”( Seri 15 hal 20). Terjemahan: ” Tiba dirumah di perumahan Selarong Indah gang Arjunawiwaha no 15 Ir Harinto langsung memasukan mobilnya ke halaman, biar tidak kepanasan di tempat akan di bawah pohon rambutan yang baru berbuah...”( Seri 15 hal 20).

h. Rumah sakit Awal kejadian ini bermula pada saat itu Sumini di tabrak oleh sebuah truk dan setelah itu dibawa kerumah sakit lalu disitu pula Ir Harintro tidak

Tanjung yang memberitahukan kalau istrinya sekarang berada di rumah sakit sedang dalam perawatan oleh dokter, pada saat itu Sumini sudah sekarat karena keadaan dia yang mengalami luka yang sangat berat. Seperti pada kutipan :

” Lho mau bengi ora kondur ta? Lok dibel saka rumah sakit, kosong omah kene Sumini rak neng kono PKU Muhammadiyah kamar E ruang 4 ( Seri 15 hal 20). Terjemahan” ” lho kemarin malam tidak pulang ya?lak ditelpon dari rumah saki, gak ada orang dirumah sini Sumini di sana di PKU Muhammadiyah kamar E ruang 4 ( Seri 15 hal 20).

2. latar waktu Latar waktu adalah dimana, kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam cerita fiksi, biasanya berkaiatan dengan peristiwa-peritiwa sejarah pada suatu wilayah, pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap sejarah tersebut kemudian dipergunakan masuk kedalam suasana cerita ( Burhan Nurdiyantoro 1995 :230).

Latar waktu meliputi berbagai macam cerita didalam karya sastra tersebut, meliputi pada saat Pak Tanjung ingin mencari ikan lele, pada waktu masih siang dikarenakan matahari akan pergi pada menjelang sore hari dan disitu banyak terjadi kegiatan pada waktu tertentu pada waktunya pagi, siang, malam, seperti yang ada pada kutipan: Latar waktu meliputi berbagai macam cerita didalam karya sastra tersebut, meliputi pada saat Pak Tanjung ingin mencari ikan lele, pada waktu masih siang dikarenakan matahari akan pergi pada menjelang sore hari dan disitu banyak terjadi kegiatan pada waktu tertentu pada waktunya pagi, siang, malam, seperti yang ada pada kutipan:

Latar waktu yang ada di karya sastra ada berbagai macam yaitu:

a. Waktu pagi hari, seperti pada kutipan: ”Tekan semono jago wes kluruk kapindho meh wae wengi tumelung

ngeblakake pepadhang kaya gugah wengi panas”( Seri 1 hal 19) ”Esuk BuTanjung wes mecah swasana. Dheweke terpaksa nginep neng omahe ki dukun.( seri 6 hal 19). ” Lagi wae adzan subuh, bel taksi sing durung dilapi kuwi wis muni...( Seri 12 hal 40). ” Tekan ring Road mesthi wae saya santer luwih saka 80 lakune, pokoke esuk kuwi ora nedya menyang kantor kudu nemoni sing wadon”( Seri12 hal 40). Terjemahan : ” Tiba waktu jago udah berkokok kedua kali seperti membelah malam mengganti terang seperti membangunkan malam panas”( Seri 1 hal 19). ”Pagi Bu Tanjung sudah bikin suasana gaduh. Dia terpaksa tinggal dirumah Ki Dukun (Seri 6 hal 19) ”Baru aja adzan subuh, bel taksi yang belum masih dibersihkan itu udah berbunyi ( Seri 12 hal 40). ”Tiba di ring Road kenyataan larinya pasti kencang dari 80 kecepatan, pokoknya pagi itu tidak kekantor, menunggu istrinya saja.(Seri 12 hal 40)

b. Waktu Siang Kutipan:

” mesthi wae kabeh anggota reserse teng linguk nunggu, ana kabar apa maneh. Sajake olehe nampa butuh rada tenang tur rapati kesentrong srengenge sing wiwit ngrenceng munggah. Mula AKP Drs Rahardi ndewe nuju ngisor wit pelem”( Seri 13 hal 20).

kedhunge mumpul-mumpul banjir” (Seri 2 hal 19). Terjemahan: ” pasti saja semua anggota reserse pada melirik menunggu, ada kabar apalagi, apalagi kalau menerima kemauan pada diam terus tidak seperti kebanyakan gaya matahari mulai naik keatas. Makanya AKP Drs Rahardi sendirian menuju bawah pohon mangga”( Seri 13 hal 20). ”karena tidak ada hujan, tapi matahari bersinar terang naik ke atas akan tetapa waduknya naik-naik banjir”(Seri 2 hal 19).

c. Waktu malam Seperti yang ada pada kutipan: ”Mesthi wae sing lanang katut iline swara sing mecah wengi kuwi.

Kaget banget terus ambegane ditata, ngongkleng-ongkleng sing wadon, dioyog oyog ngono...”sakwise cetha yen sing wadon turu senggar- senggur maneh Tanjung katut kegawa playune wengi...”sakwise wengi nglonjak tekan puser,ndadak sing wadon bali nglindur maneh”(Seri 1 hal 20). Terjemahan: ”Kenyataannya yang pria ikut mengetahui swaranya yang bikin bising malam itu. Terkejut banget terus pernapasanya ditata, membangunkan istrinya, digoyang-goyangkan begitu....”sesudah benar kalau istrinya kalau tidur ngelindur terus Tanjung terbawa larutnya malam...”sesudah malam larut sampai tengah, terus istrinya mengigo lagi”( Seri 1 hal 20).

3. Latar Sosial Latar Sosial adalah latar yang berkaitan dengan perilaku sosial masyarakat yang diceritakan dalam cerita fiksi. Latar sosial yang melingkupi dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning Karya Suwarda Endraswara ini meliputi:

a. Kebisaanya masyarakat yang suka bangun pagi Di kehidupan keluarga Pak Tanjung, Bangun pagi merupakan suatu kebiasaan atau kebijakan untuk memulai aktifitas kerja dipagi hari di masyarakat, itu umum dilakukan karena untuk menyiapkan apa-apa untuk a. Kebisaanya masyarakat yang suka bangun pagi Di kehidupan keluarga Pak Tanjung, Bangun pagi merupakan suatu kebiasaan atau kebijakan untuk memulai aktifitas kerja dipagi hari di masyarakat, itu umum dilakukan karena untuk menyiapkan apa-apa untuk

” Tekan Semono wus jago kluruk kapindho meh wae wengi temelung, nyeblakake pepadhang. Kaya nggugah wengi panas uga ngosak-ngasik angen-angene Tanjung sing saya nglantur”( Seri 1 hal 35). Terjemahan : ” Tiba seperti itu Jago berkokok dua kali hampir saja malam berlarut, membukakan terang. Seperti membangunkan malam panas seperti mencari-cari impian Tanjung yang semakir ngelantur”( Seri 1 hal 35).

Dalam masyarakat itu biasanya wajar dilakukan karena di masyarakat bangun pagi lebih enak lebih prioritas yang sering dilakukan untuk bisa menjalankan sesuatu kegiatan dipagi hari, di masyarakat kota bangun pagi digunakan untuk bekaerja dan di desa biasanya dilakukan untuk berolah raga menanak segala sesuatu untuk persiapan makan. Dan ini dilakukan setiap hari terus menerus di desa agar supaya tidak ketinggalan rejeki.

b. Kebiasaan percaya hal yang mistik Kehidupan tidak akan lepas dari hal yang tabu untuk bisa diyakini dan tidak diyakini, pemikiran dan kepercayaan semua manusia berbeda-beda oleh karena itu setiap orang boleh menyakini boleh tidak meskipun tidak ada yanfg melarang, seperti pada kutipan:

”Kedhung Serengenge pancen nyipen wewadi. Papan sing uga tau dadi seksi biksu jaman enome Tanjung, jaman durung gandheng karo abune ”Kedhung Serengenge pancen nyipen wewadi. Papan sing uga tau dadi seksi biksu jaman enome Tanjung, jaman durung gandheng karo abune

5. Amanat

Pengarang dalam menyampaikan pesan atau amanat pastilah dapat bermanfaat bagi kehidupan. Karena pengarang dalam menciptakan karya satra tak lepas dari masalah kehidupan sehari-hari yang dialaminya. Mengingat pengarang merupakan bagian dari anggota masyarakat, dan pengarang tinggal dilingkungan masyarakat. Maka tak heran jika banyak karya sastra berupa cerbung, cerpen, ataupun novel, kebanyakan mengangkat tema yang diambil dari perilaku masyarakatnya dan problem kesehariannya.

Dalam hal ini amanat atau pesan pengarang sangat penting untuk disampaikan kepada pembaca agar pembaca atau peminat karya sastra dapat mengambil hikmah dari karya sastra. Pengarang karya sastra biasanya menyampaikan amanatnya menyangkut hal yang baik dan yang tidak baik. Karena seorang pengarang dalam menulis sebuah karya sastra tidak lepas dari keadaan disekitarnya, jadi hal-hal atau kejadian-kejadianyang terjadi disekitar tidak hanya hal-hal yang baik saja melainkan juga hal-hal yang tidak baik juga. Karena Dalam hal ini amanat atau pesan pengarang sangat penting untuk disampaikan kepada pembaca agar pembaca atau peminat karya sastra dapat mengambil hikmah dari karya sastra. Pengarang karya sastra biasanya menyampaikan amanatnya menyangkut hal yang baik dan yang tidak baik. Karena seorang pengarang dalam menulis sebuah karya sastra tidak lepas dari keadaan disekitarnya, jadi hal-hal atau kejadian-kejadianyang terjadi disekitar tidak hanya hal-hal yang baik saja melainkan juga hal-hal yang tidak baik juga. Karena

1) Peran dan bertingkah laku dalam kehidupan, bahwa seoarang wanita tidak lemah meskipun kekuatannya tidak seperti laki-laki, lemah disini dalam artian dia tidak berjuang menggunakan tenaga seperti seorang pria tapi dia berjuang menggunakan akal pikiran, mau berusaha dan bersikeras untuk mendapatkan sesuatu yang dia belum tahu makanya itu seperti tokohnya Harini ini, dia bekerja keras demi mendapat apa yang dia cari yaitu menemukan orang tuanya yang selama ini tidak pernah ada disampingnya meskipun dengan cara memaksa, seperti pada kutipan

”yen boten kersa nuduhaken bapak ibu kula, kula aturi njeguraken malih awak kula ing kedhung. Kula ikhlas kangge rayahan ulam kali sing ageng-ageng. Kula ikhlas dados tumbaling kedhung”(Seri 3 hal 20). ”Bapakkkkk.......Ibuuuuu?aku melu kowe, aku aja ambok tinggal. Hhii..... aku wedii kijenan”( Seri 5 hal 20). Terjemahan ”kalau tidak mau memberi tahukan bapak ibu saya, saya akan menenggelamkan lagi badan saya di kedhung. Saya ikhlas dikurumuni ikan di sungai yang besar-besar. Saya ikhlas jadi makananya kedhung”( Seri 3 hal 20)

Hhiii..saya takut sendirian ”( Seri 5 hal 20).

2) Wanita haruslah sopan di dalam masyarakat maupun di luar masyarakat, haruslah tahu diri dan mawas diri agar bisa dihormati dan juga dihargai oleh orang lain seperti pada kutipan :

”Weruh ki ya nyapa, wong mung onder-rok kok”. ”Ora ngono Pak, neng sopan santun”. Terjemahan : ”Kalau melihat itu ya menyapa, orang hanya mondar – mandir”. Tidak begitu Pak, tapi sopan santunlah”.

3) Haruslah ingat bahwa tidak semua yang kita inginkan pasti terwujud. Maka sebaiknya kita syukur saja apa yang telah di dapat meskipun yang sudah di dapat harus pergi meninggalkannya, meskipun jangan pernah menyesalinya contohnya saja ditinggal pergi orang tuanya seperti pada kutipan dibawah ini :

”A. . . ku ora kuat tenan mas. Wis. Yen isih dha durung trima panalangsaku ya wis, aku tak mbukak wadi ”. Sumini ngampet suara. Terus merem, ora ana tangis meneh mung kumecap cekak : ”Ki Dukun Kabul”. (Seri 17 Hal 21) dan di perjelas lagi dengan kutipan di bawah ini ”Bengoke Harini, histeris kabeh kaca – kaca. Genti Bu Tanjung langsung ngabruk Sumini sing wis rakena di tulung kuwi. . . ”(Seri 17 Hal 21)

”Yakin aku tidak kuat mas. Sudah. Kalau masih belum terima sakitku ya sudah. Aku akan membuka rahasia”. Sumini menahan suara. Kemudian menutup mata, tidaka ada tangis lagi keculai suara pendek : ”Ki Dukun Kabul” (Seri 17 Hal 21) ”Teriakan Harini, Semua histeris kaca – kaca. Gantian Bu Tanjung langsung memeluk Sumini yamng sudah tidak bisa di tolong lagi. . .”(Seri 17 Hal 21)

Dari analisis stuktural diatas jelas bahwa keterkaitan antar unsur merupakan hubungan antara unsur-unsur intrinsik yang merupakan bentuk bangun dari karya sastra. Unsur-unsur membentuk kepaduan yang mempunyai hubungan yang utuh dan tidak dipisah-pisah dari bentuk sastra. Seperti pada saat kita membaca karya sastra kita akan menjumpai unsur-unsur tersebut seperti tema, plot/alur, penokohan, latar/ setting, dan amanat.

Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara ini, keterkaitan antar unsur sudah saling padu antara tema, plot/alur, penokohan, latar/setting, dan amanat, membentuk satu-kesatuan yang utuh. Dimana tema yang menggambarkan pokok permasalahan digambarkan secara jelas dan terperinci oleh pengarang melalui pengenalan para tokoh, alur dan pengenalan latar. Sedangkan amanat merupakan pemecahan persoalan dari tema yang dapat disimpulkan oleh pembaca. Alur yang bergerak melalui tokoh pria dengan tokoh wanita yang berkaitan dengan profesi tokoh. Kehidupan tokoh wanita ini cocok dengan setting jaman yang digambarkan dan jalinan cerita yang diceritakan.

amanat. Amanat merupakan jawaban dari tema sebagai pokok permasalahan. Jada dalam cerbung ini jalinan antara unsur-unsur intrinsik sudah saling mendukung antara tema, plot/alur, penokohan, latar/setting, dan amanat