Konteks Perjuangan Kesetaraan Gender

Konteks Perjuangan Kesetaraan Gender

Dilihat dari proses penciptaan, karya sastra banyak dipengaruhi oleh unsur sosial masyarakat yaitu sebagai wujub pernyataan sosial pengarang yang dipengaruhi oleh imajinasinya. Namun disamping itu juga karya sastra tidak harus nyata menyampaikan realitas kehidupan, sebab daya imajinasi pengarang turut mempengaruhi hasil karya sastra. Berkaitan tentang karya yang berhubungan dengan persoalan permasalahan gender dalam pembahasan kritik sastra feminis tentang wanita di dalam cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” nenanggapi problema hidup seorang wanita, maka perlu ditekankan pada teori sikap wanita guna mempermudah dan mempermudah kajian tentang wanita. Bila wanita thu dan mampu mempergunakan daya tarik, bakat. Kecakapan dan kekuatan pribadinya, maka akan tercapai apa yang di harapkan, baik dalam mengatasi masalah hidup, sosial, ekonomi, Kultural serta politik.

Peranan wanita untuk mencapai kedudukan dan peranan yang lebih tinggi wanita dapat membina dirinya, membina individunya, pribadinya, bakatnya, kecakapanya dan kemampuannya. Maka dapat dikatakan wanita mempunyai peranan penting dalam keluarga dan masyarakat. Nilai-nilai yang tertuang dalam karya satra tersebut dapat berwujub penderitaan, kemiskinan, kebencian, kemarahan dan cinta kasih. Karena dalam karya sastra berisikan tentang hal positif dan negatif yang bisa saja ditiru atau tidak ditiru di kalangan masyarakat.

gender yang dialami oleh seorang wanita yang bernama Harini sehingga dapat dilihat dalam konteks prasangka gender sering menyebabkan terjadinya onferioritas kaum wanita yang dilecehkan oleh kaum laki-laki. Onferioritas merupakan pemahaman yang dijalankan berdasarkan atas sesuatu yang tidak mengenakan dan merendahkan kaum wanita.

Kaum laki-laki menempatkan dirinya sebagai jenis kelamin yang memosisikan diri lebih unggul dibandingkan perempuan sehingga dapat memunculkan dalam pandangan gender, mendapatkan tempat istimewa di masyarakat luas dalam kalangan laki-laki dan perempuan dipahami secara umum dan acap kali di luruskan dalam permasalahan. Dan dapat dilihat bahwa gender mempermasalahkan tentang wanita yang seakan wanita itu sudah dibelakang kaum laki-laki, dimana keberadaan kaum perempuan itu dapat dirasakan dan dapat dipahami dalam bentuk lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, sehingga dapat dilihat wanita itu selalu direndahkan oleh kaum laki-laki, kaum laki-laki menempatkan dirinya sebagai jenis kelamin yang memosisikan lebih unggul dibandingkan wanita.

Kisah seorang wanita menunjukan adanya kesetaraan gender di cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” tersebut dilihat dari arti dari cerbung itu sendiri, yaitu berartikan ”mencari sesuatu keindahan yang sangat berharga tetapi untuk mendapatkannya diperlukan pengorbanan, pikiran dan tenaga”. Dimana dapat disimpulkan arti sesuatu yang indah yang diwujudkan oleh Cerbung itu adalah kupu kuning dimana sosok bintang kupu ini adalah sosok yang disukai oleh Kisah seorang wanita menunjukan adanya kesetaraan gender di cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” tersebut dilihat dari arti dari cerbung itu sendiri, yaitu berartikan ”mencari sesuatu keindahan yang sangat berharga tetapi untuk mendapatkannya diperlukan pengorbanan, pikiran dan tenaga”. Dimana dapat disimpulkan arti sesuatu yang indah yang diwujudkan oleh Cerbung itu adalah kupu kuning dimana sosok bintang kupu ini adalah sosok yang disukai oleh

Dalam terapan gender menyebutkan wanita selalu ditindas oleh para laki- laki itu menyebabkan kalau kaum laki-laki lebih dominan dan laki-laki lebih menyombongkan dirinya karena menilai laki-laki lebih unggul dan bisa berbuat semena-mena terhadap kaum perempuan. Hal ini dibantah dalam cerita cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning ” ini. Sosok wanita yang diperankan oleh Harini ini membalikan pemikiran tersebut, tokoh ini membela dan berani dalam kesemena- menaan terhadap wanita. Dan kesetaraan gender ini dapat dilihat dan dinilai dari bentuk isi cerita Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” dengan nilai konteks lingkungan keluarga, lingkungan masyarkat serta lingkungan pendidikan dan dapat dilihat sebagai berikut:

1. Lingkungan Keluarga

Di lingkungan keluarga tokoh yang ada di cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” sangatlah bersifat tidak sopan yang diperankan oleh tokoh Harini, dimana tokoh Harini ini berperilaku semena-mena meskipun di dalam keluarga sosok tokoh Harini ini mempunyai rasa kasih sayang, dalam konteks gender itu dipatahkan dalam hal gender mengungkapkan bahwa wanita haruslah memiliki rasa sopan santun, wanita itu haruslah memiliki rasa lemah lembut dengan begitu seorang wanita akan menjadi sosok yang diperhitungkan dalam kalangan laki-laki, dikalangan atau di dalam keluarga meskipun Harini ada dikeluarga Di lingkungan keluarga tokoh yang ada di cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” sangatlah bersifat tidak sopan yang diperankan oleh tokoh Harini, dimana tokoh Harini ini berperilaku semena-mena meskipun di dalam keluarga sosok tokoh Harini ini mempunyai rasa kasih sayang, dalam konteks gender itu dipatahkan dalam hal gender mengungkapkan bahwa wanita haruslah memiliki rasa sopan santun, wanita itu haruslah memiliki rasa lemah lembut dengan begitu seorang wanita akan menjadi sosok yang diperhitungkan dalam kalangan laki-laki, dikalangan atau di dalam keluarga meskipun Harini ada dikeluarga

Seperti yang ada pada kutipan. ”Waah, apa tatakrama? Apa kuwi? Panggulawenthah? Uh, sapa sing ora tau mambu kabeh kuwi, dha bodho. Sing tumindak ora nganggo tatakrama sapa sing ora ngerti ungguh – ungguh sapa, kurang ajar” (Seri 4 hal 45). Terjemahan : ”Waah, apa tatakrama? Apa itu? Jangan menjadi orang pintar? Uh, siapa yang tidak tau semua itu berbau, pada bodoh. Yang berbuat tidak memakai tatakrama siapa, yang tidak tau sopan – santun, kurang ajar”(Seri 4 hal 45).

2. Lingkungan Masyarakat

Perjuangan gender di masyarakat, gender merupakan bentuk sosial yang bermanfaat bagi masyarakat terutama bagi wanita. Orang-orang beranggapan bahwa gender itu di wariskan melalui praktik pengasuhan anak sehingga hal tersebut bersifat sosial. Hal ini menyatakan bahwa konsep cerita ”Mburu Abure Kupu Kuning” dalam tokoh yang diperankan oleh Harini dikalangan masyarakat sangatlah cocok untuk masih dewasa tapi juga bisa dikatakan bisa menikah karena umurnya Harini ini masih belasan tahun, dia bisa menentukan kemauannya sendiri penggolongan itu bisa dijadikan pedoman dimasyarakat khususnya para wanita

sempurna, cantik itu menjadikan nilai gender bermanfaat bagi laki-laki khusus karena wanita mempunyai hak dan kewajiban seperti yang dikatakan gender. Pesona-pesona fisik yang dimiliki oleh tokoh Harini bisa memikat hati para laki-laki penilaian gender dengan perjuangannya haruslah bisa bermanfaat bagi laki-laki, meskipun laki-laki sereing menindas tetapi perempuan jangan pernah menyerah meskipun kecenderungan laki-laki dalam menempatkan dirinya sebagai kelompok dominan yang mengendalikan seksualaitas dan identitas gender perempuan. oleh karena kesetaraan gender bisa sama dengan kehidupan masyarakat dan berguna di kalangan perempuan. Seperti pada kutipan.

”Naliko iku deweke kelayu bocah wadon sing ngepit nurut tengah sawah mergo cewek ayu kinyis kuwi, nganggo rok mepet tur minim pisan, Tanjung saya mbilengi” (Seri 3 Hal 20). Terjemahan : ”Waktu itu dia ikut anak perempuan yang bersepeda lewat pematang tengah sawah karena gadis cantik mulus itu memakai rok mini dan pendek sekali, Tanjung semakin melihatnya” (Seri 3 Hal 20).

3. Lingkungan pendidikan

Lingkungan pendidikan haruslah memberikan sebuah pendidikan kepada orang lain tentang sesuatu yang mendidik untuk bisa membangun dirinya untuk maju dan bisa sejalan apa yang dia cita-citakan. Dalam tokoh Harini merupakan wanita yang sangat terburu-buru dan juga nekat untuk menambil tindakan, hal ini terjadi ketika meneror sebuah losmen, hal ini menyebabkan semua orang Lingkungan pendidikan haruslah memberikan sebuah pendidikan kepada orang lain tentang sesuatu yang mendidik untuk bisa membangun dirinya untuk maju dan bisa sejalan apa yang dia cita-citakan. Dalam tokoh Harini merupakan wanita yang sangat terburu-buru dan juga nekat untuk menambil tindakan, hal ini terjadi ketika meneror sebuah losmen, hal ini menyebabkan semua orang

”Wanita jeneng Harini iku kudu di kreceksisan. Iki mau ana kontak saka kapolres. Manut alat rekam super canggih, dheweke kuwi neror bom ing losmen menoreh asri, wis gawe rugine akeh”( Seri 17 hal 21). Terjemahan: ”Wanita yang bernama harini itu harus diborgol sekalian. Tadi ada berita dari kapolres. Menurut alat yang sangat canggih, bahwa dia sudah meneror bom di tempat losmen menoreh asri sudah membuat rugi orang banyak (Seri

17 hal 21).

E. Sikap Budaya Pengarang Dalam Memandang