TINJAUAN PUSTAKA

2. Pemerintahan Desa

Pemerintahan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan memerintah. Arti yang lain adalah segala urusan yang dilakukan oleh Pemerintahan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan memerintah. Arti yang lain adalah segala urusan yang dilakukan oleh

Pasal 200 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengatur mengenai desa yang dimana dalam pemerintahan daerah kabupaten atau kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa.

Hal ini merupakan bentuk desentralisasi seperti pendapat Philip Mawhod menyatakan desentralisasi adalah pembagian dari sebuah kekuasaan pemerintah oleh kelompok yang berkuasa di pusat terhadap kelompok-kelompok lain yang masing-masing memiliki otoritas di dalam wilayah tertentu di suatu negara. (Siswanto Sunarno, 2006:13)

Susunan organisasi dan pemerintahan desa tidak lagi sekedar cermin sejarah pemerintahan masa lalu dengan segala keaslian tradisionalnya. Pemerintahan desa harus menjadi bagian integral pemerintahan negara Republik Indonesia yang menjalankan fungsi- fungsi pemerintahan. (I Gde Pantja Astawa. 2008:327)

Desa berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yuridiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan atau dibentuk dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di kabupaten atau kota. Landasan pemikiran di dalam pengaturan mengenai desa ini adalah keanekaragaman, partisipasi, ekonomi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat. (Siswanto Sunarno, 2006:19)

1. Landasan keanekaragaman adalah memiliki makna bahwa istilah desa dapat disesuaikan dengan asal usul dan kondisi sosial budaya setempat, seperti nagari, negeri, kampung, pekon, lembanga, pamusungan, huta, hori, atau marga kesemuanya berarti pola penyelenggaraan pemerintahan desa akan menghormati sistem nilai yang berlaku dalam adat istiadat dan budaya masyarakat setempat, namun tetap mengindahkan sistem nilai bersama di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Partisipasi adalah penyelenggaraan pemerintah desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga desa.

3. Otonomi asli yaitu kewenangan pemerintah desa di dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dimana didassrkan kepada hak asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang pada masyarakat setempat namun harus diselenggarakan dalam prospektif administrasi modern.

4. Demokratisasi yaitu memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan desa harus mengakomodasi aspirasi masyarakat yang diartikulasi dan diagresi melalui Badan Perwakilan Desa (sekarang disebut sebagai Badan Pemusyawaratan Desa) dan Lembaga Kemasyarakatan sebagai mitra pemerintah desa.

5. Pemberdayaan masyarakat yaitu bermakna penyelenggaraan pemerintahan desa diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan, program, dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat. (HAW Widjaja, 2004:36-37)

Desa yang dimaksud termasuk juga antara lain Nagari di Sumatera Barat, Gampong di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Lembang di Sulawesi Selatan, Kampung di Kalimantan Selatan, dan Negeri di Maluku. Undang-undang Nomor Desa yang dimaksud termasuk juga antara lain Nagari di Sumatera Barat, Gampong di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Lembang di Sulawesi Selatan, Kampung di Kalimantan Selatan, dan Negeri di Maluku. Undang-undang Nomor

Desa menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tentang Desa bahwa desa atau yang disebut nama dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa harus memenuhi syarat:

1. Jumlah penduduk

2. Luas wilayah

3. Bagian wilayah kerja

4. Perangkat

5. Sarana dan prasarana pemerintahan Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa atau bagian desa yang bersandingan atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada. Pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih dapat dilakukan setelah mencapai paling tidak lima tahun penyelenggaraan pemerintahan desa. Desa yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan maka dapat dihapus atau digabung.

Syarat pembentukan desa yaitu sebagai berikut:

a. Jumlah penduduk, yaitu: a. Jumlah penduduk, yaitu:

2) Wilayah Sumatera dan Sulawesi paling sedikit 1.000 jiwa atau 200 kepala keluarga

3) Wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua paling sedikit 750 jiwa atau 75 kepala keluarga.

b. Luas wilayah yang dapat dijangkauu dalam meningkatkan pelayanan dan pembinaan masyarakat;

c. Wilayah kerja memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun;

d. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama dan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat setempat;

e. Potensi desa yang meliputi sumber daya alam dan sumber daya manusia;

f. Batas desa yang dinyatakan dalam bentuk peta desa yang ditetapkan dengan peraturan daerah;

g. Sarana dan prasarana yaitu tersedianya potensi infrastruktur pemerintahan desa dan perhubungan. (Sadu Wasistiono, Ismail Nurdin, M. Fahrurozi, 2009:208)

Desa yang tidak lagi memenuhi persyaratan dapat dihapus atau digabung. Desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan dengan memperhatikan:

1. Jumlah penduduk

2. Luas wilayah

3. Prasarana dan sarana pemerintahan

4. Potensi ekonomi

5. Kondisi sosial budaya masyarakat Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala desa bertanggung 5. Kondisi sosial budaya masyarakat Penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala desa bertanggung

Badan pemusyawaratan adalah sebagai perwujudan demokrasi di dalam penyelenggaraan pemerintahan desa yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan serta pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa, anggaran pendapatan dan belanja desa dan keputusan kepala desa di dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, seperti pembuatan dan pelaksanaan peraturan desa, anggaran pendapatan dan belanja desa, keputusan kepala desa. Serta dibentuk lembaga kemasyarakatan desa dalam memberdayakan masyarakat desa. Lembaga kemasyarakatan sesa merupakan mitra pemerintah desa dalam rangka pemberdayaan masyarakat desa.

Anggaran pendapatan dan belanja desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa yang ditetapkan dengan peraturan desa.

Indikasi perubahan yang memperlihatkan desa di dalam masa transisi, yaitu:

1) Desa mempunyai sumber keuangan yang berasal dari bagian dana perimbangan yang diterima oleh kabupaten atau kota setelah dikurangi belanja aparatur, bagian dari hasil pajak daerah dan hasil retribusi daerah kabupaten atau kota.

2) Sebagian sekretaris desa diisi oleh Pegawai Negeri Sipil atau diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.

3) Adanya urusan pemerintahan kabupaten atau kota yang pengaturannya yang diserahkan kepada desa.

undangan.

5) Desa menerima tugas pembantuan baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi maupun pemerintah kabupaten atau kota. (Sadu Wasistiono, Ismail Nurdin, M. Fahrurozi, 2009:213)

Kepala desa dan perangkatnya diisi oleh Pegawai Negeri sipil. Kekayaan desa merupakan kekayaan daerah yang dikelola oleh desa. Pendanaan akibat perubahan tersebut dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Kepala desa dipilih langsing oleh dan dari penduduk desa warga negara Republik Indonesia. Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat. Jabatan kepala desa adalah enam tahun dan dapat dipilih kembali hanya satu kali masa jabatan.

Desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan harta benda dan bangunan serta dapat dituntut dan menuntut di pengadilan. Untuk itu, kepala desa dengan persetujuan Badan Perwakilan Desa mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian yang saling menguntungkan.

Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik uang atau barang yang dapat dijadikan milik desaberhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Sumber pembiayaan atau keuangan desa yaitu diperoleh dari sumber pendapatan desa, yaitu:

1. Pendapatan asli desa

2. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten atau kota

3. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten atau kota

4. Hibah

5. Sumbangan dari pihak ketiga. (Jimly Asshiddiqie, 2006:328) 5. Sumbangan dari pihak ketiga. (Jimly Asshiddiqie, 2006:328)

Belanja desa digunakan untuk mandanai penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Pengelolaan keuangan desa dilakukan oleh kepala desa dan dituangkan di dalam peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja desa.

Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa serta dapat melakukan hubungan kerja sama untuk kepentingann desa serta bila kerjasama dengan pihak ketika maka dapat dibentuk badan kerja sama desa yang kesemuanya mengikutsertakan pemerintah desa dan badan pemusyawaratan desa dengan memperhatikan kepentingan masyarakat desa, kewenangan desa, kelancaran pelaksanaan investasi, kelestarian lingkungan hidup, keserasian kepentingan antarkawasan dan kepentingan umum. (Siswanto Sunarno, 2006:20)

Desa memiliki sumber pembiayaan berupa pendapatan desa, bantuan pemerintah dan pemerintah daerah, pendapatan lain-lain yang sah, sumbangan pihak ketiga dan pinjaman desa.

Berdasarkan hak asal usul desa yang bersangkutan, kepala desa memiliki wewenang untuk mendamaikan perkara atau sengketa dari para warganya.

Upaya meningkatkan dan mempercepat pelayanan kepada masyarakat yang bercirikan perkotaan, dibentuk kelurahan sebagai unit pemerintahan kelurahan yang berada di dalam daerah kabupaten dan atau kota. (HAW. Widjaja.2004:3)

Pasal 200 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintahan desa di bentuk dalam lingkup pemerintahan daerah kabupaten atau kota yang mana pemerintahan desa terdiri dari pemerintah desa dan badan pemusyawaratan desa. Ayat (2) bahwa pembentukan, penghapusan, dan penggabungan desa, dilakukan dengan memperhatikan asal usul atas prakarsa masyarakat. Desa di kabupaten atau kota secara bertahap dapat diubah statusnya menjadi kelurahan atas usul dan prakarsa pemerintah desa dan

Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat.

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa adalah:

1. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa.

2. Urusan pemerintahan yang menjadi kewajiban kabupaten atau kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa.

3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan atau kabupaten atau kota yang disertai pembiayaan, sarana, dan prasarana serta sumber daya manusia.

4. Urusan pemerintah lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan ke desa. (J Kaloh, 2007: 185)

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merumuskan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten.

Otonomi desa merupakan otonomi yang berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat adalah otonomi yang telah dimiliki sejak dahulu dan telah menjadi adat istiadat yang melekat dalam masyarakat desa yang bersangkutan.

Otonomi yang dimiliki pemerintah kabupaten atau kota adalah otonomi formal atau resmi. Sedangkan otonomi yang dimiliki pemerintah desa adalah otonomi berdasarkan asal-usul dan adat istiadat. Artinya jika desa memang memiliki urusan-urusan yang secara adat diatur dan diurus, maka urusan-urusan tersebut diakui oleh undang-undang.

Contoh urusan-urusan yang dimiliki pemerintah kabupaten atau kota:

1. Urusan pendidikan dan kebudayaan

2. Urusan kesehatan

3. Urusan pertanian

4. Urusan ketenagakerjaan. Contoh urusan-urusan yang dimiliki oleh pemerintah desa:

2. Urusan lumbung desa

3. Urusan pengairan desa

4. Urusan pengelolaan makam keramat

5. Urusan penyelenggaraan upacara adat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, desa tidak lagi di bawah kecamatan tetapi desa di bawah kabupaten atau kota. Dengan demikian kepala desa langsung di bawah pembinaan bupati atau wali kota. Kecamatan bukan lagi sebagai suatu wilayah yang membawahi desa-desa tetapi hanya merupakan wilayah kerja camat. Camat sendiri bukan kepala wilayah dan penguasa tunggal di wilayahnya. Tetapi, hanya sebagai perangkat daerah kabupaten. Jadi, camat itu hanyalah staf daerah kabupaten yang mengurusi desa- desa.

Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Pemerintah desa adalah unsur penyelenggara pemerintahan desa. Pemerintah desa memiliki tugas pokok, sebagai berikut:

1. Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum, pembangunan, dan pembinaan masyarakat,

2. Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten.

Fungsi pemerintah desa untuk menjalankan tugas pokok tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan urusan rumah tangga desa,

2. Pelaksanaan tugas di bidang pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan yang menjadi tanggung jawabnya,

3. Pelaksanaan pembinaan perekonomian desa,

4. Pelaksanaan pembinaan partisipasi dan swadaya gotong-royong masyarakat,

5. Pelaksanaan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat,

6. Pelaksanaan musyawarah penyelesaian perselisihan masyarakat desa,

7. Penyusunan, pengajuan rancangan peraturan desa,

Pemerintah desa dipimpin oleh kepala desa. Kepala desa dibantu oleh sekretaris desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri atas kepala-kepala urusan, pelaksana urusan, dan kepala dusun. Kepala-kepala urusan membantu sekretaris desa menyediakan data dan informasi serta memberi pelayanan. Pelaksana urusan adalah pejabat yang melaksanakan urusan rumah tangga desa di lapangan. Kepala dusun adalah wakil kepala desa di wilayahnya.

Sekretaris desa adalah staf yang memimpin sekretariat desa. Sekretaris desa bertugas membantu kepala desa di bidang pembinaan administrasi dan memberikan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh perangkat pemerintah desa. Sekretaris desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan.

Kepala urusan adalah staf yang membantu sekretaris desa sesuai dengan bidangnya. Kepala urusan bertanggung jawab kepada sekretaris desa. Kepala urusan terdiri atas:

1. Kepala Urusan Pemerintahan;

2. Kepala Urusan Pembangunan;

3. Kepala Urusan Administrasi. Untuk desa yang besar dan urusannya banyak bisa ditambah dengan:

1. Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat;

2. Kepala Urusan Keuangan;

3. Kepala Urusan Umum. Pelaksana urusan adalah staf yang melaksanakan urusan teknis di lapangan seperti urusan air (ulu-ulu), urusan agama Islam (modin), dan lain-lain. Pelaksana urusan bertanggung jawab kepada kepala desa.

Kepala Dusun berkedudukan sebagai unsur pelaksana tugas kepala desa di wilayah kerjanya. Tugas kepala dusun menjalankan tugas kepala desa di wilayah kerjanya. (Hanif Nurcholis, 2005: 139-140)

Urusan rumah tangga desa adalah urusan yang berhak diatur dan diurus oleh pemerintah desa sendiri. untuk mengatur dan mengurus urusannya pemerintah desa membuat Peraturan Desa. Peraturan desa dibuat oleh kepala desa bersama dengan badan permusyawaratan daerah. Peraturan desa dilaksanakan

Pemusyawaratan Desa. (Hanif Nurcholis, 2005: 138)

3. Organisasi Pemerintahan Desa

Organisasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian dalam perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu atau kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa dalam pemerintahan daerah kabupaten atau kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa. Badan permusyawaratan desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Suatu desa dalam pembentukan, penghapusan, dan atau penggabungan desa dengan memperhatikan asal usulnya atas prakarsa masyarakat.

Desa di kabupaten atau kota secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa bersama badan permusyawaratan desa yang ditetapkan dengan Peraturan daerah. Pendanaan sebagai akibat perubahan status desa menjadi kelurahan dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten atau kota dan apabila desa berubah statusnya menjadi kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan.

Organisasi pemerintahan desa menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa tersebut diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:

a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal- usul desa; a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal- usul desa;

c. tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan atau pemerintah kabupaten atau kota;

d. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang- perundangan diserahkan kepada desa. Tugas pembantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan atau pemerintah kabupaten atau kota kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia. Tugas dan kewajiban kepala desa dalam memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah berdasarkan peraturan pemerintah. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten atau Kota yang diserahkan pengaturannya kepada Desa adalah urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa bahwa pemerintahan desa terdiri dari pemerintahan desa dan badan permusyawaratan desa. Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa. perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Perangkat Desa lainnya tersebut terdiri atas:

a. sekretariat desa;

b. pelaksana teknis lapangan;

c. unsur kewilayahan. Perangkat desa bertugas membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Kemudian dalam melaksanakan tugasnya, perangkat desa bertanggungjawab kepada kepala desa.

Badan permusyawaratan desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Badan permusyawaratan desa bersama kepala desa menetapkan peraturan desa. Jumlah perangkat desa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa ditetapkan dengan peraturan desa. Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan organisasi dan tata kerja Badan permusyawaratan desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Badan permusyawaratan desa bersama kepala desa menetapkan peraturan desa. Jumlah perangkat desa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa ditetapkan dengan peraturan desa. Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan organisasi dan tata kerja

a. tata cara penyusunan struktur organisasi;

b. perangkat;

c. tugas dan fungsi;

d. hubungan kerja. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa mencakup:

a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;

b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

kabupaten atau kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa;

c. tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten atau Kota; dan

d. urusan pemerintahan lainnya yang oleh

peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.

4. Tinjauan Kepala Desa

Kepala desa adalah kepala pemerintahan desa. Kepala desa mempunyai tugas pokok memimpin dan mengkoordinasikan pemerintah desa dalam melaksanakan sebagian urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum, pembinaan dan pembangunan masyarakat serta menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah di atasnya. Sebelumnya kepala desa bertanggung jawab kepada bupati melalui camat. Sekarang kepala desa bertanggung jawab kepada rakyat melalui badan permusyawaratan desa. Sedangkan kepada bupati, kepala desa hanya menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya.

Tugas dan kewajiban Kepala Desa:

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa;

2. Membina kehidupan masyarakat desa;

3. Membina perekonomian desa;

4. Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa;

6. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukumnya. (Hanif Nurcholis, 2005:139)

Hak, wewenang, dan kewajiban kepala desa adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan segala usaha dan kegiatan di bidang penghayatan dan pengamalan Pancasila, pembinaan politik dalam negeri dan pembinaan kesatuan bangsa sesuai dengan garis kebijakan pemerintah,

2. Membina ketentraman dan ketertiban wilayah sesuai dengan garis kejaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah,

3. Meningkatkan koordinasi terhadap segala kegiatan masyarakat, baik di dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan pembangunan, untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya,

4. Memimpin pemerintahan desa dan melaksanakan segala hal yang dibebankan oleh pemerintah yang lebih atas,

5. Mengusahakan terus-menerus agar segala peraturan yang dikeluarkan ditaati oleh penduduk desanya,

6. Membimbing dan mengawasi segala usaha dan kegiatan masyarakat dan

kemasyarakatan. (Taliziduhu Ndraha, 1991:76) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa:

1. Kepala desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia;

2. Calon kepala desa memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan sebagai kepala desa;

3. Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat yang ditetapkan dengan peraturan daerah dengan berpedoman pada peraturan pemerintah;

30 hari setelah pemilihan;

5. Masa jabatan kepala desa adalah enam tahun dan dapat dipilih kembali hanya satu kali masa jabatan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa bahwa kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Kepala desa dalam melaksanakan tugas mempunyai wewenang :

1. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa;

2. mengajukan rancangan peraturan desa;

3. menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama Badan Permusyawaratan Desa;

4. menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa;

5. membina kehidupan masyarakat desa;

6. membina perekonomian desa;

7. mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

8. mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

9. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya mempunyai kewajiban:

a. memegang

teguh

dan

mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat; b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

d. melaksanakan kehidupan demokrasi;

e. melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa

yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme;

f. menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa;

g. menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundangundangan;

h. menyelenggarakan

administrasi pemerintahan desa yang baik; i.

melaksanakan

dan

mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa;

yang menjadi kewenangan desa; k.

mendamaikan perselisihan masyarakat di desa; l.

mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa; m.

membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat; n.

memberdayakan

masyarakat dan kelembagaan di desa; dan o.

mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup; Selain kewajiban tersebut di atas kepala desa mempunyai kewajiban untuk

memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada bupati atau walikota, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada badan permusyawaratan desa, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa yang disampaikan kepada bupati atau walikota disampaikan melalui camat memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada bupati atau walikota, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada badan permusyawaratan desa, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa yang disampaikan kepada bupati atau walikota disampaikan melalui camat

Laporan tersebut digunakan oleh bupati atau walikota sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan sebagai bahan pembinaan lebih lanjut. Sedangkan laporan akhir masa jabatan kepala desa disampaikan kepada bupati atau walikota melalui camat dan kepada badan permusyawaratan desa.

5. Sumber Pendapatan Desa

Sumber pendapatan desa terdiri atas :

1. Pendapatan asli desa yang meliputi:

a. Hasil usaha desa

b. Hasil kekayaan desa

c. Hasil swadaya dan pertisipasi

d. Lain-lain pendapatan asli desa yang sah

2. Bantuan dari pemerintah Kabupaten yang meliputi:

a. Bagian perolehan pajak dan retribusi daerah

b. Bagian dari dana dan perimbangan keuangan pusat dan daerah

3. Bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Provinsi

4. Sumbangan dari pihak ketiga

5. Pinjaman desa. (HAW .Widjaja,2004:131) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan 5. Pinjaman desa. (HAW .Widjaja,2004:131) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik desa berhubung dengan pelaksanaan

Sumber pendapatan desa terdiri atas:

1. pendapatan asli desa;

2. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten atau kota;

3. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten atau kota;

4. bantuan dari Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota;

5. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga. Belanja desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Kemudian mengenai pengelolaan keuangan desa dilakukan oleh kepala desa yang dituangkan dalam peraturan desa tentang anggaran pendapatan dan belanja desa. Pedoman pengelolaan keuangan desa ditetapkan oleh bupati atau walikota dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Badan usaha milik desa tersebut dapat melakukan pinjaman sesuai peraturan perundang- undangan.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa pada pasal 213 ayat (1) menyebutkan desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa, ayat (2) badan usaha milik desa berpedoman pada peraturan perundang-undangan, ayat (3) badan usaha milik desa dapat melakukan pinjaman sesuai peraturan perundang-undangan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dalam pasal 78 bahwa dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan Desa, Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Kemudian pembentukan Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa berpedoman pada peraturan perundang- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dalam pasal 78 bahwa dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan Desa, Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Kemudian pembentukan Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa berpedoman pada peraturan perundang-

a Pemerintah Desa;

b Tabungan masyarakat;

c Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten atau Kota;

d Pinjaman; dan atau

e Penyertaan modal pihak lain atau kerja sama bagi hasil atas dasar

saling menguntungkan. Kepengurusan Badan Usaha Milik Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Masyarakat. Pasal 80 bahwa Badan Usaha Milik Desa dapat melakukan pinjaman sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pinjaman dilakukan setelah mendapat persetujuan Badan Permusyawaratan Desa. Pasal 81 bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten atau Kota yang sekurang- kurangnya memuat:

a Bentuk badan hukum;

b Kepengurusan;

c Hak dan kewajiban;

d Permodalan;

e Bagi hasil usaha;

f Kerja sama dengan pihak ketiga;

g Mekanisme pengelolaan dan pertanggungjawaban. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa badan usaha milik desa adalah usaha desa yang dibentuk atau didirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat. Usaha desa adalah jenis usaha yang berupa pelayanan ekonomi desa seperti usaha jasa, penyaluran sembilan bahan pokok, perdagangan hasil pertamina, serta industri dan kerajinan rakyat.

desa berpedoman pada peraturan daerah. Syarat pembentukannya adalah:

a Atas inisiatif pemerintah desa dan atau masyarakat berdasarkan

musyawarah warga desa

b Adanya potensi usaha ekonomi masyarakat

c Sesuai dengan kebutuhan masyarakat, terutama dalam pemenuhan

kebutuhan pokok

d Tersedianya sumber daya desa yang belum dimanfaatkan secara

optimal, terutama kekayaan desa

e Tersedianya sumber daya manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai aset penggerak perekonomian masyarakat desa

f Adanya unit-unit usaha masyarakat yang merupakan kegiatan ekonomi warga masyarakat yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi

g Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli

desa Mekanisme pembentukannya yaitu dilakukan melalui tahap:

a Rembug desa atau musyawarah untuk menghasilkan kesepakatan

b Kesepakatan dituangkan dalam anggaran dasar atau anggaran rumah tangga yang sekurang-kurangnya berisi organisasi dan tata kerja, penetapan penetapan personil, sistem pertanggungjawaban, dan pelaporan, bagi hasil, dan kepailitan.

c Pengusulan materi kesepakatan sebagai draft peraturan desa dan

d Penerbitan peraturan desa. Organisasi badan usaha milik desa terpisah dari organisasi pemerintahan desa. organisasi tersebut minimal terdiri dari penasihat atau komisaris dan pelaksana operasional atau direksi. Penasihat atau komisaris dijabat oleh Kepala Desa. Pelaksana operasional terdiri dari direktur atau manajer dan kepala unit usaha. Penasihat atau komisaris mempunyai tugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada pelaksana operasional atau direksi dalam menjalankan kegiatan pengelolaan usaha desa. Penasihat atau komisaris dalam d Penerbitan peraturan desa. Organisasi badan usaha milik desa terpisah dari organisasi pemerintahan desa. organisasi tersebut minimal terdiri dari penasihat atau komisaris dan pelaksana operasional atau direksi. Penasihat atau komisaris dijabat oleh Kepala Desa. Pelaksana operasional terdiri dari direktur atau manajer dan kepala unit usaha. Penasihat atau komisaris mempunyai tugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada pelaksana operasional atau direksi dalam menjalankan kegiatan pengelolaan usaha desa. Penasihat atau komisaris dalam

a Jasa

1) Jasa keuangan mikro

2) Jasa transportasi

3) Jasa komunikasi

4) Jasa konstruksi

5) Jasa energi

b Penyaluran sembilan bahan pokok

4) Minyak goreng

5) Kacang kedelai

6) Bahan pangan lainnya yang dikelola melalui warung desa atau lumbung desa

c Perdagangan hasil pertanian dan atau

d Industri kecil dan rumah tangga

1) Makanan

2) Minuman,

3) Kerajinan rakyat

4) Bahan bakar alternatif

5) Bahan bangunan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa pembangunan kawasan perdesaan yang dilakukan oleh kabupaten atau kota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan badan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa pembangunan kawasan perdesaan yang dilakukan oleh kabupaten atau kota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan badan

a. kepentingan masyarakat desa;

b. kewenangan desa;

c. kelancaran pelaksanaan investasi;

d. kelestarian lingkungan hidup;

e. keserasian kepentingan antar kawasan dan kepentingan umum. Pengaturan lebih lanjut mengenai desa ditetapkan dalam Peraturan daerah dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah serta wajib mengakui dan menghormati hak, asal-usul, dan adat istiadat desa.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa menyebutkan bahwa: (1)

Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi keweriangan desa didanai dari anggaran pendapatan dan belanja desa, bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah.

(2) Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari anggaran pendapatan dan belanja daerah.

(3) Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari anggaran pendapatan dan belanja negara.

Sumber pendapatan desa menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa bahwa: (1) Sumber pendapatan desa terdiri atas:

a. pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah;

b. bagi hasil pajak daerah kabupaten atau kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa dan dari retribusi kabupaten atau kota sebagian diperuntukkan bagi desa;

c. bagian dari dana perimbangan keuangan c. bagian dari dana perimbangan keuangan

d. bantuan

keuangan

dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;

e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang

tidak mengikat. (2) Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota disalurkan melalui kas desa. (3) Sumber pendapatan desa yang telah dimiliki dan dikelola oleh desa tidak dibenarkan diambil alih oleh pemerintah atau pemerintah daerah. Kekayaan desa terdiri atas :

a. tanah kas desa;

b. pasar desa;

c. pasar hewan;

d. tambatan perahu;

e. bangunan desa;

f. pelelangan ikan yang dikelola oleh desa; dan

g. lain -lain kekayaan milik desa. Sumber pendapatan daerah yang berada di desa baik pajak maupun retribusi yang sudah dipungut oleh provinsi atau kabupaten atau kota tidak dibenarkan adanya pungutan tambahan oleh pemerintah desa. sedangkan pungutan retribusi dan pajak lainnya yang telah dipungut oleh desa tidak dibenarkan dipungut atau diambil alih oleh pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten atau kota. Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber pendapatan desa diatur dengan peraturan daerah kabupaten atau kota.

Peraturan daerah kabupaten atau kota sekurang-kurangnya memuat :

a. sumber pendapatan;

b. jenis pendapatan;

c. rincian bagi hasil c. rincian bagi hasil

e. persentase dana alokasi desa;

f. hibah;

g. sumbangan;

h. kekayaan. Pasal 73 bahwa anggaran pendapatan dan belanja desa terdiri atas bagian pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan. Rancangan anggaran pendapatan dan belanja desa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala desa bersama badan permusyawaratan desa menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa setiap tahun dengan peraturan desa.

Pasal 74 bahwa pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja desa, perubahan anggaran pendapatan dan belanja desa, perhitungan anggaran pendapatan dan belanja desa, dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja desa ditetapkan dengan Peraturan Bupati atau Walikota.

Pasal 75 bahwa kepala desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa. Kepala desa dalam melaksanakan kekuasaannya, kepala desa dapat melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan kepada perangkat desa. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan desa diatur dengan peraturan desa. Pedoman pengelolaan keuangan desa diatur dengan peraturan bupati atau walikota.

6. Otonomi Desa

Secara substantif, otonomi desa adalah kemandirian desa di hadapan pemerintah supradesa, yaitu kemandirian mengelola pemerintahan sendiri yang berbasis masyarakat (self-governing community), mengambil keputusan sendiri dan mengelola sumber daya lokal berbasis masyarakat (community based recourses management ). Dari segi substansi (Content), kebijakan regional dan Secara substantif, otonomi desa adalah kemandirian desa di hadapan pemerintah supradesa, yaitu kemandirian mengelola pemerintahan sendiri yang berbasis masyarakat (self-governing community), mengambil keputusan sendiri dan mengelola sumber daya lokal berbasis masyarakat (community based recourses management ). Dari segi substansi (Content), kebijakan regional dan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga dapat dikatakan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten.

Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri berarti kesatuan masyarakat hukum tersebut mempunyai otonomi. Dengan demikian, desa mempunyai otonomi. Hanya otonomi desa bukan merupakan otonomi formal seperti yang dimiliki pemerintah provinsi, kota, dan kabupaten, tapi otonomi berdasar asal usul dan adat istiadat. Otonomi berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat adalah otonomi yang telah dimiliki sejak dahulu dan telah menjadi adat istiadat yang melekat dalam masyarakat desa yang bersangkutan. Otonomi desa berbeda dengan otonomi daerah, otonomi daerah, sebagai berikut:

1. Sebagai pendistribusian kewenangan dari pemerintah pusat

2. Diperoleh secara formal (dengan Undang-undang)

3. Pelaksanaannya dengan peralihan perundang-undagan

4. Berasal dari pemerintah pusat dalam rangka kebijakan urusan pemerintah didaerah

Ciri otonomi desa:

1. Tumbuh dan berkembang didalam masyarakat

2. Diperoleh secara tradisional

3. Bersumber dari hukum adat

5. Desa bukan merupakan daerah otonom

6. Merupakan bagian wilayah dari kabupaten atau kota

Sumber: Teori dan Praktek Pemerintahan Daerah. Hanif Nurcholis.2005

Bagan 2.1 Otonomi Desa

Otonomi yang dimiliki pemerintah kabupaten atau kota adalah otonomi formal atau resmi. Artinya urusan-urusan yang dimiliki atau menjadi kewenangannya ditentukan undang-undang. Sedangkan otonomi yang dimiliki pemerintah desa adalah otonomi berdasarkan asal-usul dan adat istiadat. Artinya jika desa memang memiliki urusan-urusan yang secara adat diatur dan diurus, maka urusan-urusan tersebut diakui oleh undang-undang. (Hanif Nurcholis, 2005:136)

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Desa

PEMERINTAH KABUPATEN OTONOMI FORMAL

OTONOMI ADAT

Desa

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Daerah Kabupaten Peraturan Daerah Kabupaten

Desa

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa

Desa

Bagan 2.2 Kerangka Pemikiran

Keterangan: Kepala Desa di dalam mengelola usaha desa berdasar pada Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dilaksanakan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa yang dilaksanakan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 09 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa dan dengan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2006 tentang Sumber Pendapatan dan Kekayaan Desa. Kepala desa melakukan pengelolaan terhadap usaha desa agar dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk penyelenggaraan pemerintahan desa kemudian dapat digunakan untuk menunjang pembangunan di desa sehingga dapat mensejahterakan masyarakat.

Kepala Desa

Pengelolaan Usaha Desa