HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Letak dan Luas

Kabupaten Kendal merupakan salah satu dari 35 Kabupaten / Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 109 o 40’-110 o 18’ Bujur Timur dan 6 o 32’-

7 o 24’ Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 0 - 2579 meter di atas permukaan laut. Wilayah Kabupaten Kendal dibatasi oleh : Sebelah Utara

: Laut Jawa

Sebelah Timur

: Kota Semarang

Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Temanggung Sebelah Barat

: Kabupaten Batang

Kabupaten Kendal secara administratif terbagi menjadi 20 kecamatan yang terdiri dari 285 desa/kelurahan. Ke-20 kecamatan di Kabupaten Kendal adalah Plantungan, Sukorejo, Pageruyung, Patean, Singorojo, Limbangan, Boja, Kaliwungu, Kaliwungu Selatan, Brangsong, Pegandon, Ngampel, Gemuh, Ringinarum, Weleri, Rowosari, Kangkung, Cepiring, Patebon, dan Kota Kendal.

Konsentrasi penelitian ini tepatnya di sepanjang pesisir Kabupaten Kendal yaitu tujuh kecamatan yang terdiri dari 26 desa yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Ke-26 desa yang dimaksud adalah Desa Gempolsewu, Sendang Sikucing, Jungsemi, Karangmalang Wetan, Tanjungmojo, Kalirejo, Sidomulyo, Juwiring, Kaliayu, Kalirandugede, Korowelang Kulon, Korowelang Anyar, Margorejo, Pidodo Kulon, Pidodo Wetan, Kartika Jaya, Wonosari, Turunrejo, Purwokerto, Mororejo, Wonorejo, Kelurahan Kalibuntu Wetan, Balok, Bandengan, Karangsari, dan Banyutowo.

Lebih jelasnya pembagian secara administratif desa-desa daerah penelitian dapat dilihat pada Peta 1 dan Tabel 20 berikut ini.

commit to user

49

Peta 1. Administrasi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

commit to user

50

Tabel 20. Pembagian Administratif Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal.

No.

Kecamatan

Desa / Kelurahan

Luas (km 2 )

Kalibuntu Wetan

Kartika Jaya

3,46

Pidodo Wetan

9,38

Pidodo Kulon

Korowelang Anyar

1,56

Korowelang Kulon

Karangmalang Wetan

Sendang Sikucing

Sumber : Peta RBI dan Hasil Pengolahan Citra Ikonos Tahun 2010

2. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan merupakan hasil antara aktivitas manusia dengan lingkungan alami. Berdasarkan jenis penggunaan lahan di Kabupaten Kendal dibedakan menjadi 7 jenis, seperti yang terlihat pada Tabel 21 dan Gambar 7.

commit to user

51

Tabel 21. Jenis Penggunaan Lahan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

No.

Bentuk Penggunaan Lahan

Luas Km 2 %

6 Lahan Terbangun

876,61

1,00

7 Tubuh Air

100,00 Sumber : Peta RBI dan Hasil Pengolahan Citra Ikonos Tahun 2010

Gambar 7. Grafik Persentase Perbandingan Penggunaan Lahan di Desa-desa

Pesisir Kabupaten Kendal Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 21 dan Gambar 7 dapat diketahui bahwa desa-desa pesisir Kabupaten Kendal didominasi oleh sawah dan tambak. Bentuk

penggunaan lahan terluas adalah sawah yaitu sebesar 53.681,56 km 2 atau 46 %

dari luas daerah penelitian. Hal tersebut menggambarkan bahwa struktur perekonomian masyarakat desa-desa pesisir sebagian besar bertumpu pada hasil

Penggunaan Lahan

Permukiman Sawah Tambak Tegalan Kebun Lahan Terbangun Tubuh Air

commit to user

52

pertanian dan hasil perikanan. Hal ini juga berkaitan dengan mata pencaharian masyarakatnya yang umumnya berada di sektor primer.

Penggunaan lahan di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal ditampilkan dalam Peta 2.

commit to user

53

Peta 2. Penggunaan Lahan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

commit to user

54

3. Iklim

Iklim adalah rata-rata cuaca di suatu tempat atau daerah yang luas serta berlangsung dalam waktu yang lama (sedikitnya sepuluh tahun). Cuaca adalah keadaan udara di suatu tempat yang sempit selalu berubah-ubah setiap waktu. Pengamatan cuaca dilakukan di stasiun-stasiun pengamatan meteorologi. Keadaan curah hujan di daerah penelitian dapat dilihat dari data curah hujan selama sepuluh tahunan yang diperoleh dari pengukuran pada stasiun-stasiun pengamatan meteorologi oleh Dinas Pertanian Kabupaten Kendal. Jumlah stasiun yang digunakan untuk penentuan tipe iklim daerah penelitian sebanyak 5 stasiun.

a. Suhu Desa-desa pesisir Kabupaten Kendal merupakan kawasan pesisir Pantai Utara Kabupaten Kendal, dengan kondisi iklim yang sama dengan kawasan pesisir Pantai Utara Jawa Tengah pada umumnya. Menurut Stasiun Klimatologi Kelas I

Semarang, suhu udara rata-rata 18,8 o C – 28,6 o

C. Daerah-daerah yang letaknya

berdekatan dengan pantai seperti halnya desa-desa pesisir Kabupaten Kendal mempunyai suhu udara rata-rata relatif lebih tinggi daripada di daerah dataran tinggi.

b. Tipe Iklim Penentuan tipe iklim di lokasi penelitian menggunakan metode Koppen. Metode Koppen adalah metode klasifikasi iklim yang berdasarkan rata-rata curah hujan dan temperaturnya, baik temperatur bulanan maupun temperatur tahunan. Metode ini membagi permukaan bumi menjadi lima ipe iklim yaitu :

1) Iklim hujan tropika (A)

2) Iklim kering (B)

3) Iklim sedang (C)

4) Iklim dingin (D)

5) Iklim kutub (E) Selanjutnya Koppen membagi iklim A lebih lanjut menjadi :

a) Tropika Basah (Af) Wilayah iklim ini memiliki ciri-ciri yaitu pada saat bulan terkering masih memiliki hujan rata-rata lebih besar dari 60 mm.

commit to user

55

b) Tropika Lembab (Am) Wilayah ini memiliki ciri-ciri yaitu pada bulan-bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan kering. Tipe ini memiliki bulan basah dan bulan kering, tetapi bulan-bulan kering masih dapat diimbangi oleh bulan-bulan basah, sehingga pada wilayah ini masih terdapat hutan yang cukup lebat.

c) Tropika Kering (Aw) Jumlah hujan pada bulan-bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering, sehingga vegetasi yang ada adalah padang rumput dengan pepohonan yang jarang (Wisnubroto, 1981 : 70).

Tabel 22. Curah Hujan Bulanan Kabupaten Kendal Tahun 2000-2010

No.

Bulan

Curah Hujan (mm)

Jml (mm)

Rata- rata (mm) 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1957 2006 1474 2802 2133 3251 25417 2542 Jml Bulan

Basah 9 9 7 8 7 8 7 6 8 8 11 88 8 Jml Bulan Lembab

0 2 0 0 1 2 0 2 0 1 1 9 0.9 Jml Bulan Kering

3 1 5 4 4 2 5 4 4 3 0 35 3.2

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Kendal Tahun 2000-2010

Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa rata-rata curah hujan bulan terkering adalah 30,2 mm yaitu pada bulan Agustus. Rata-rata jumlah hujan tahunan 2.542 mm. Data rata-rata curah hujan tahunan dan curah hujan bulanan

commit to user

terkering digunakan untuk menentukan tipe iklim Af, Am, atau Aw. Data ini dimasukkan dalam grafik Koppen yang menunjukkan garis batas Tipe iklim Af, Am dan Aw. Hasil sebagai analisis adalah sebagai berikut :

Curah Hujan Tahunan

Sumber : Wisnubroto (1981 : 78) Gambar 8. Tipe iklim Lokasi Penelitian Menurut Koppen

Setelah diplotkan terlihat bahwa lokasi penelitian termasuk ke dalam tipe Am (dipresentasikan dalam Gambar 8). Hal ini diperkuat dengan fenomena hujan yang banyak terjadi pada bulan November sampai April, namun hujan terjadi pula pada bulan Oktober dan Mei, yang berarti bahwa jumlah hujan pada bulan-bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering.

c. Tipe Curah Hujan Penentuan tipe curah hujan di lokasi penelitian berdasarkan metode Schmidt dan Ferguson. Klasifikasi tipe curah hujan berdasarkan metode ini adalah dengan berdasarkan pada perbandingan rat-rata jumlah bulan basah dan rata-rata jumlah bulan kering. Kriteria untuk menentukan bulan basah dan bulan kering berdasarkan klasifikasi dari Mohr yaitu :

1) Bulan basah yaitu suatu bulan yang curah hujannya lebih dari 100 mm. Pada bulan basah, curah hujan lebih besar dari penguapan yang terjadi.

1000

1500

2000

2500 3000

80

60

40

20

Rat

a-

ra

ta C

rah

Hu

jan

lan

er

er

in

commit to user

57

2) Bulan lembab yaitu suatu bulan yang curah hujannya lebih besar dari 60 mm tetapi kurang dari 100 mm. Pada bulan ini, curah hujan kurang lebih sama dengan penguapan yang terjadi.

3) Bulan kering yaitu suatu bulan dengan curah hujan kurang dari 60 mm. Pada bulan basah, curah hujan lebih kecil dari penguapan yang terjadi. (Wisnubroto, 1981 : 74)

Penggolongan tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson berdasarkan pada nilai Q yaitu :

Berdasarkan besarnya nilai Q, tipe curah hujan di Indonesia dibagi menjadi 8 golongan yaitu :

Tabel 23. Klasifikasi Tipe Curah Hujan menurut Schmidt dan Ferguson

No

Tipe Curah Hujan

Sifat Curah Hujan

Nilai Q (%)

1 A Sangat basah

0 ≤ Q < 14,3%

2 B Basah

14,3% ≤ Q < 33,3%

3 C Agak basah

33,3% ≤ Q < 60,0%

4 D Sedang

60,0% ≤ Q < 100%

5 E Agak kering

100% ≤ Q < 167%

6 F Kering

167% ≤ Q < 300%

7 G Sangat kering

300% ≤ Q < 700%

8 H Luar biasa kering

700% ≤ Q Sumber : Soekardi Wisnubroto (1986 : 75) Data curah hujan dari Dinas Pertanian Kabupaten Kendal dipakai untuk mewakili curah hujan di lokasi penelitian (dipresentasikan pada Tabel 22). Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui jumlah curah hujan tertinggi adalah pada tahun 2010 sebesar 3251 mm. Rata-rata curah hujan tertinggi adalah pada bulan Februari yaitu sebesar 461,5 mm. Rata-rata curah hujan terendah adalah pada bulan Agustus yaitu sebesar 30,2 mm. Jumlah bulan basah paling banyak berada

commit to user

58

pada tahun 2010 yaitu sebanyak 11 bulan. Adapun jumlah bulan kering paling banyak pada tahun 2002 dan 2006 yaitu sebanyak 5 bulan.

Penentuan tipe curah hujan menurut metode Schimdt-Ferguson dapat dihitung sebagai berikut :

3,2

4, ,4

Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan tipe curah hujan lokasi penelitian menurut Schimdt dan Ferguson termasuk curah hujan tipe C karena berada pada kisaran antara 0,333 ≤ Q < 0,600. Hasil perhitungan dipresentasikan pada Gambar 9.

Sumber : Wisnubroto

commit to user

59

Gambar 9. Diagram Tipe Curah Hujan Lokasi Penelitian Menurut Schmidt dan Ferguson

4. Kondisi Geologi

Keadaan geologi suatu daerah secara langsung berpengaruh terhadap keberadaan dan sifat sumberdaya air, yang selanjutnya berpengaruh terhadap sumberdaya alam. Secara geologi regional, Kabupaten Kendal masuk dalam fisiografi Dataran Alluvial Jawa Utara (Alluvial plains nothern Java). Batuan penyusun daerah Kabupaten Kendal terdiri dari batuan sedimen, batuan gunung api dan endapan permukaan.

Batuan sedimen di Kabupaten Kendal merupakan Formasi Damar, Formasi Kerek, Formasi Kaligetas dan Formasi Penyatan. Formasi Damar yang diduga berumur Plistosen terdiri dari batupasir tufan, konglomerat, dan breksi vulkanik. Formasi ini menempati sisi tepi bagian barat dan timur Kabupaten Kendal, yakni Plantungan, Pageruyung, Pegandon, Brangsong, Kaliwungu dan

Kaliwungu Selatan. Formasi ini menempati seluas 117.829.699,95 m 2 atau 11,62% dari luas Kabupaten Kendal. Formasi Kerek seluas 126.881.118,26 m 2

terdiri dari batulempung, napal, batupasir tufan, konglomerat, breksi vulkanik dan batugamping. Formasi ini diduga berumur Miosen yang berada pada bagian tengah Kabupaten Kendal yaitu sebagian Patean dan Singorojo. Selanjutnya Formasi Kaligetas yang berumur Plistosen terdiri dari breksi vulkanik, aliran lava, tuf, batupasir tufan dan batulempung. Formasi ini menempati 29,49 % luas Kabupaten Kendal yang tersebar di sisi tepi bagian selatan yakni Patean, Sukorejo, Pageruyung, Boja dan Singorojo. Formasi Penyatan terdiri dari batupasir, breksi, tuf, batulempung dan aliran-aliran lava. Formasi ini mempunyai ketebalan lebih dari 1000 meter dan menunjukkan umur Miosen Tengah- Plistosen. Formasi ini menempati sisi bagian selatan dan tenggara Kabupaten

Kendal yaitu Singorojo dan Limbangan dengan luas 32.108.760,05 m 2 . Batuan Gunungapi merupakan material batuan yang dihasilkan oleh Gunungapi Ungaran. Batuan Gunungapi di Kabupaten Kendal merupakan Batuan Gunungapi Gajahmungkur, Formasi Jongkong dan Batuan Gunungapi Kaligesik. Batuan Gunungapi Gajahmungkur terdiri dari andesit horenblenda augit yang

commit to user

60

umumnya merupakan aliran lava yang terdapat di Limbangan. Batuan Gunungapi ini menunjukkan umur Holosen awal. Formasi Jongkong terdiri dari breksi andesit hornblende-augit dan aliran, sebagian berongga. Formasi ini sebelumnya disebut sebagai batuan gunungapi Ungaran Lama yang menunjukkan umur Plistosen. Jenis batuan ini terdapat di sisi tenggara Kabupaten Kendal tepatnya sisi utara Gunung Ungaran. Jenis batuan ini dapat sebagai sumber bahan galian golongan C (pasir dan batu). Batuan Gunungapi Kaligesik terdiri dari aliran basal olivine augit. Batuan ini menunjukkan umur Plistosen akhir yang berada di sisi tenggara

Kabupaten Kendal yaitu Limbangan seluas 38.139.426,59 m 2 .

Di dalam Peta Geologi Lembar Magelang-Semarang skala 1:100.000 terlihat bahwa daerah penelitian ditutupi oleh endapan aluvium (Qa). Endapan Aluvium tersebar cukup luas dan menutupi lebih kurang 33,98 % Kabupaten

Kendal atau 344.630.855,28 m 2 yang berumur Holosen akhir. Endapan aluvium

ini menindih Formasi Damar secara tidak selaras. Endapan aluvium dibedakan menjadi endapan dataran pantai, dataran sungai, dan danau. Endapan dataran pantai umumnya terdiri dari lempung dan pasir mencapai ketebalan 50 meter atau lebih. Endapan pasir umunya membentuk endapan delta sebagai lapisan pembawa air dengan tebal 80 meter lebih. Endapan alur sungai dan danau terdiri atas kerikil, kerakal, pasir, dan lanau dengan tebal 1 – 3 m. Endapan aluvial ini sangat baik sebagai batuan akuifer (penyimpan air tanah) sekaligus sebagai penghasil pasir dan batu.

5. Gambaran Umum Penduduk

Gambaran umum mengenai keadaan penduduk di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal akan dikemukakan melalui data mengenai jumlah, kepadatan penduduk serta komposisi penduduk.

a. Jumlah Penduduk Gambaran umum mengenai keadaan penduduk di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal, berikut ini akan dikemukakan data mengenai jumlah penduduk dan kepadatan penduduk yang diperoleh dari monografi yang disajikan pada Tabel 24.

commit to user

61

Tabel 24. Jumlah Kepala Keluarga, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di

Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

No. Desa / Kelurahan

Jumlah KK

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk

9 Kalibuntu Wetan

11 Kartika Jaya

12 Pidodo Wetan

13 Pidodo Kulon

15 Korowelang Anyar

16 Korowelang Kulon

Karangmalang Wetan

25 Sendang Sikucing

2592 Sumber : Monografi Desa Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 24 jumlah penduduk di Kabupaten Kendal pada tahun 2010 sebesar 1.074.940 jiwa yang terdiri dari 535.279 jiwa penduduk laki-laki dan 539.661 jiwa penduduk laki-laki. Apabila dilihat di daerah penelitian, jumlah penduduknya sebesar 100.222 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi berada di Desa Gempolsewu yaitu 12.285 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah berada di

commit to user

62

Kelurahan Balok yaitu 1216 jiwa. Berdasarkan jumlah kepala keluarga (KK), desa dengan jumlah KK paling banyak terdapat di Desa Gempolsewu sebanyak 3804 KK, sedangkan yang paling sedikit berada di Kelurahan Balok yang hanya sebanyak 351 KK. Dilihat dari kepadatannya, desa yang mempunyai kepadatan

penduduk paling tinggi adalah Desa Gempolsewu yaitu 2592 jiwa/km 2 , sedangkan

kepadatan penduduk terendah berada di Desa Sendang Sikucing yaitu 288

jiwa/km 2 .

b. Komposisi Penduduk Komposisi penduduk adalah pengelompokkan penduduk berdasarkan kriteria tertentu. Penduduk dapat diklasifikasikan berdasarkan kondisi biologis, sosial, ekonomis dan geografis sesuai dengan kebutuhan penggolongan. Dalam kajian ini penduduk akan diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan.

1) Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Komposisi Penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa-desa pesisir

Kabupaten Kendal disajikan dalam Tabel 25. Berdasarkan Tabel 25, diketahui bahwa di desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal pada tahun 2010 total jumlah penduduk laki-laki sebesar 49.443 jiwa dan penduduk perempuan 20.779 jiwa dengan ratio perbandingan sebesar 97. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Desa Gempolsewu yaitu 12.285 jiwa sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Desa Balok yaitu 1216 jiwa. Ratio jenis kelamin terbesar berada di Desa Kartika Jaya sebesar 111 sedangkan ratio terkecil terdapat di Desa Korowelang Anyar. Perbandingan jumlah penduduk, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal dipresentasikan dalam Gambar 10.

commit to user

63

Tabel 25. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa-desa Pesisir

Kabupaten Kendal

No.

Desa / Kelurahan

Penduduk (Jiwa)

Laki-laki

Perempuan

Jumlah Sex Ratio

1216 108 9 Kalibuntu Wetan

5303 100 11 Kartika Jaya

670

603

1273 111 12 Pidodo Wetan

1739

1786

3525 97 13 Pidodo Kulon

1364 90 15 Korowelang Anyar

1729

2098

3827 82 16 Korowelang Kulon

5684 104 22 Karangmalang Wetan

47 101 25 Sendang Sikucing

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal Tahun 2010

commit to user

64

Gambar 10. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

2) Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah dapat dilihat dari tingkat

penyerapan tenaga kerja bagi penduduknya. Besarnya penyerapan tenaga kerja dapat meningkatkan pendapatan perkapita penduduk dan kesejahteraan hidup

Kalibuntu Wetan

Wonosari

Kartika Jaya

Pidodo Wetan

Pidodo Kulon

Margorejo

Korowelang Anyar

Korowelang Kulon

Karangmalang Wetan

Tanjungmojo

Jungsemi

Sendang Sikucing

Gempolsewu

Jumlah (Jiwa)

e sa

K e lu

rah

an

Perempuan

Laki-laki

commit to user

65

penduduk. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa-desa Pesisir

Kabupaten Kendal

No. Kecamatan

Desa / Kelurahan

Tamat SMA

3. Kota Kendal

Kartika Jaya

Pidodo Wetan

Pidodo Kulon

Korowelang Anyar

Korowelang Kulon

Karangmalang Wtn

Sendang Sikucing

Sumber : Monografi Desa Tahun 2011

6. Kondisi Sosial

Kondisi sosial desa-desa pesisir Kabupaten Kendal dapat dilihat dari jumlah keluarga menurut tahapan. Keluarga miskin adalah keluarga pada tahapan Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I. Pada Tahun 2010, jumlah keluarga yang termasuk kategori miskin di daerah penelitian sejumlah 10.387

commit to user

66

Keluarga Pra Sejahtera dan 4.886 Keluarga Sejahtera I. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Jumlah Keluarga Menurut Tahapan di Desa-desa Pesisir Kabupaten

Kendal

No. Desa / Kelurahan

Keluarga

Pra Jumlah Sejahtera

Sejahtera I

Sejahtera III Plus

31 6 2 335 9 Kalibuntu Wetan

5 1346 11 Kartika Jaya

71 103

41 167

10 392 12 Pidodo Wetan

4 904 13 Pidodo Kulon

27 427 15 Korowelang Anyar

72 1107 16 Korowelang Kulon

35 1287 25 Sendang Sikucing

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal Tahun 2010

7. Kondisi Fasilitas Umum

a. Fasilitas Pendidikan Pendidikan merupakan sarana penting dalam mencetak sumberdaya manusia yang berkualitas, untuk itu diperlukan prasarana pendidikan yang bagus

commit to user

67

dan representatif guna mendudukng wajib belajar 9 tahun. Pada tahun 2011 jumlah sekolah TK sebanyak 45 sekolah, SD/MI sebanyak 64 sekolah, SMP/MTs sebanyak 7 sekolah, SMA/SMK/MA sebanyak 4 sekolah yang tersebar di lokasi penelitian. Berikut ini rincian banyaknya sekolah yang ada di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal terdapat pada Tabel 28. Tabel 28. Banyaknya Sekolah di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

No. Desa / Kelurahan

Swsta Ngri Swsta

1 Mororejo 3 0 2 2 0 0 0 0 2 Wonorejo

1 0 1 0 0 0 0 0 9 Kalibuntu Wetan

2 0 1 1 0 0 0 0 10 Wonosari

2 0 2 1 1 0 0 0 11 Kartika Jaya

1 0 2 0 0 0 0 0 12 Pidodo Wetan

2 0 2 1 0 0 0 1 13 Pidodo Kulon

1 0 2 0 0 1 0 0 14 Margorejo

1 0 1 0 0 0 0 0 15 Korowelang Anyar

1 0 2 0 0 0 0 0 16 Korowelang Kulon

2 0 3 0 0 0 0 0 22 Karangmalang Wtn

2 0 2 1 0 1 0 2 23 Tanjungmojo

1 0 2 0 1 0 0 0 24 Jungsemi

3 0 3 0 0 0 0 0 25 Sendang Sikucing

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal Tahun 2010

b. Fasilitas Kesehatan Ketersediaan sarana kesehatan dan tenaga medis dalam suatu wilayah sangat diperlukan, terutama daerah yang jauh dari pusat kota. Betapa sulitnya ketika ada warga yang memerlukan tenaga medis, namun tidak seorangpun yang

commit to user

68

bertempat tinggal di wilayah tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut maka pemerintah sudah berusaha di setiap desa didirikan pos kesehatan desa dengan beberapa tenaga medis. Di lokasi penelitan sudah tersedia 2 unit puskesmas, 8 unit Pustu (Puskesmas Pembantu), 4 Pos Kesehatan Desa, 14 orang dokter, 41 orang bidan, dan 37 orang mantri kesehatan. Rincian fasilitas kesehatan per desa terdapat dalam Tabel 29. Tabel 29. Fasilitas Kesehatan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

No. Desa / Kelurahan

Tenaga Medis Dokter

Bidan

Mantri

1 Mororejo 0 0 0 1 3 2 2 Wonorejo

0 1 0 0 2 3 11 Kartika Jaya

0 1 0 0 1 2 12 Pidodo Wetan

0 0 0 1 3 2 13 Pidodo Kulon

1 0 0 0 1 1 14 Margorejo

0 0 0 0 1 0 15 Korowelang Anyar

0 1 0 0 2 4 16 Korowelang Kulon

0 0 1 0 1 2 22 Karangmalang Wtn

0 0 1 0 1 1 23 Tanjungmojo

0 0 0 0 2 3 24 Jungsemi

0 0 1 0 1 1 25 Sendang Sikucing

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal Tahun 2010

commit to user

69

c. Fasilitas Perekonomian Keberadaan fasilitas perekonomian di desa mutlak diperlukan untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan transaksi ekonomi. Fasilitas ekonomi yang terdapat di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal seperti terlihat dalam Tabel 30. Tabel 30. Fasilitas Perekonomian di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

No.

Desa / Kelurahan

Pasar

Bank/ Koperasi

Toko/Kios

1 Mororejo 1 2 48 2 Wonorejo

1 1 38 11 Kartika Jaya

0 0 12 12 Pidodo Wetan

0 0 33 13 Pidodo Kulon

2 2 39 14 Margorejo

0 1 12 15 Korowelang Anyar

0 0 16 16 Korowelang Kulon

1 4 68 22 Karangmalang Wetan

0 1 25 23 Tanjungmojo

0 0 19 24 Jungsemi

0 0 17 25 Sendang Sikucing

Sumber : Monografi Desa Tahun 2011

commit to user

70

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Tipologi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

a. Unsur-unsur Tipologi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Dalam penelitian ini, penentuan tipologi desa-desa pesisir Kabupaten Kendal didasarkan pada tujuh aspek meliputi aspek sosial ekonomi budaya yang terdiri dari adat istiadat, mata pencaharian, pendidikan, gotong royong, kelembagaan dan pemerintah desa, produksi desa dan ketersediaan prasarana desa. Lebih jelasnya, unsur-unsur tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

1) Mata Pencaharian Mata pencaharian merupakan salah satu indikator yang menggambarkan keadaan ekonomi. Mata pencaharian masyarakat dapat diidentifikasi ke dalam beberapa bidang mata pencaharian seperti petani, buruh, karyawan swasta, PNS, pedagang, wirausaha, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, mata pencaharian masyarakat pesisir dikelompokkan menjadi tiga yaitu sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier yang terangkum dalam Tabel 31.

Penentuan mata pencaharian untuk penilaian tipologi didasarkan pada persentase jumlah penduduk yang bekerja di sektor primer, sekunder maupun tersier dengan kriteria sebagai berikut.

a) Jika 55% atau lebih penduduk desa bermata pencaharian pokok di sektor primer maka mata pencaharian utama di sektor primer.

b) Jika 55% atau lebih penduduk desa bermata pencaharian pokok di sector sekunder maka mata pencaharian utama di sektor sekunder.

c) Jika 55% atau lebih penduduk desa bermata pencaharian pokok di sektor tersier maka mata pencaharian utama di sektor tersier. Berdasarkan klasifikasi tersebut di atas, diperoleh persentase mata pencaharian penduduk yang disajikan dalam lampiran 3. Hasil perhitungan persentase menunjukkan bahwa sebanyak 18 desa bermata pencaharian utama pada sektor primer dan 8 desa yang mata pencaharian utamanya pada sektor tersier. Perbandingan mata pencaharian penduduk desa-desa pesisir dipresentasikan pada Gambar 11 dan Tabel 31.

commit to user

71

Tabel 31. Mata Pencaharian Masyarakat Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

No. Desa / Kelurahan

Mata Pencaharian

Sektor Primer

Sektor Sekunder

Sektor Tersier

2414 11 Kartika Jaya

286

84 493

863 12 Pidodo Wetan

1439 13 Pidodo Kulon

7 59 202 15 Korowelang Anyar

1163

14 185

1362 16 Korowelang Kulon

2873 22 Karangmalang Wetan

2168 25 Sendang Sikucing

Sumber : Analisis Data Sekunder Tahun 2011

commit to user

72

Gambar 11. Prosentase Perbandingan Mata Pencaharian di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

Berdasarkan Tabel 31 dan Gambar 11 dapat dilihat bahwa masyarakat desa-desa pesisir Kabupaten Kendal mempunyai mata pencaharian yang paling banyak berada pada sektor primer, kemudian disusul pada sektor sekunder dan sisanya sektor tersier. Mata pencaharian yang berada pada sektor primer umumnya adalah petani, buruh tani, dan nelayan. Hal ini didukung oleh lahan pertanian dan perikanan yang terlihat mendominasi penggunaan lahan di daerah penelitian.

Mayoritas mata pencarian dari masing –masing desa tersebut disesuaikan dengan komoditas yang diusahakan kebanyakan masyarakat desa. Biasanya mata pencarian ini telah menjadi turun temurun sebagi sumber penghidupan masyarakat desa.

2) Produksi Desa Kondisi perekonomian suatu desa juga digambarkan dengan produksi desa. Nilai produksi desa yang dihitung adalah nilai tambah kotor dari sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, bahan galian, industri, dan kerajinan, perdagangan, komunikasi dan angkutan, jasa, bangunan, sewa rumah, listrik, bank, lembaga-lembaga lain, jasa-jasa pemerintah dalam satu tahun.

69%

31%

Mata Pencaharian Masyarakat Desa-desa Pesisir

Sektor Primer

Sektor Tersier

commit to user

73

Produksi desa dalam penelitian ini dinilai hanya dengan menghitung nilai tambah kotor dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan dengan menggunakan harga rata-rata komoditi di pasar lokal kecamatan karena keterbatasan data mengenai bahan galian, industri, dan kerajinan, perdagangan, komunikasi dan angkutan, jasa, bangunan, sewa rumah, listrik, bank, lembaga- lembaga lain, jasa-jasa pemerintah. Penghitungan nilai tambah kotor tiap komoditi disajikan dalam lampiran 4. Hasil penghitungan produksi desa di daerah penelitian disajikan dalam Tabel 32. Tabel 32. Produksi Desa dalam Rupiah di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

No.

Desa / Kelurahan

Produksi Desa

11 Kartika Jaya

3,729,981,385.00

12 Pidodo Wetan

16,331,480,945.00

13 Pidodo Kulon

15 Korowelang Anyar

10,348,059,530.00

16 Korowelang Kulon

22 Karangmalang Wetan

25 Sendang Sikucing

Sumber : Analisis Data Primer dan Data Sekunder Tahun 2011

commit to user

74

Berdasarkan Tabel 32 dapat dilihat bahwa produksi desa-desa pesisir tergolong tinggi dengan nilai di atas satu milyar per tahun. Desa yang paling tinggi produksinya yaitu Desa Sendang Sikucing dengan nilai produksinya sebesar Rp 47.451.538.395,-. Besarnya nilai produksi desa karena penggunaan lahannya yang sebagian besar berupa sawah yang menghasilkan padi 6.460,5 ton setahun pada tahun 2010. Nilai produksi desa paling kecil berada di Kelurahan Balok sejumlah Rp 2.523.905.120,-. Dibandingkan dengan Desa Sendang Sikucing, Kelurahan Balok memang lebih sempit luas wilayahnya sehingga penggunaan lahan sawahnya juga lebih sempit, namun untuk penggunaan lahan tambaknya lebih luas. Hal tersebut tidak berpengaruh banyak terhadap nilai produksi Kelurahan Balok.

3) Adat Istiadat Indikator adat istiadat menggambarkan kondisi kebudayaan masyarakat desa pesisir. Kebudayaan adalah cara hidup yang dibina oleh suatu masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok seperti untuk bertahan hidup, kelangsungan jenis manusia dan penertiban pengalaman sosial. Kebudayaan adalah penjumlahan atau akumulasi semua obyek materi, pola organisasi kemasyarakatan, tingkah laku, pengetahuan, kepercayaan dan lain-lain yang dikembangkan dalam pergaulan hidup manusia.

Kebudayaan tidaklah diwariskan secara biologis. Setiap angkatan mempelajari sendiri dan meneruskan pada generasi berikutnya dan ditambah dengan apa yang dirubah atau dikembangkan selama masa hidupnya dengan transmisi ini maka dimungkinkan adanya kelangsungan kebudayaan selama beberapa generasi. Kebudayaan yang diturunkan kepada generasi berikutnya itu dapat dilakukan dengan cara memperkenalkan :

a) Kebiasaan, yaitu cara yang sudah menetap dan umum untuk melakukan sesuatu, dan sudah diakui oleh masyarakat.

b) Adat, yaitu cara tingkah laku dalam masyarakat yang diberi sanksi dan dianggap sebagai cara yang tetap dan baik.

commit to user

75

c) Upacara peribadatan, yaitu suatu rangkaian gerak dan perkataan yang dilakukan oleh orang-orang tertentu dengan simbolik perkataan tertentu dan cara-cara yang mempunyai arti. Dalam penelitian ini, penilaian adat istiadat didasarkan atas data kuantitatif

dengan cara menjumlah banyaknya upacara yang masih berlaku dan dianut oleh sebagian besar penduduk desa. Upacara adat yang dinilai dibagi menjadi sembilan jenis yaitu upacara kelahiran bayi, peralihan anak ke dewasa, perkawinan, kematian, pergaulan antara pria dan wanita, upacara yang berhubungan dengan pertanian sawah, pembangunan irigasi dan lainnya, upacara pantangan-pantangan dan upacara sistem hubungan keluarga dan lain-lain.

Berdasarkan wawancara hanya terdapat 2 upacara adat yang masih dilakukan oleh masyarakat desa-desa pesisir Kabupaten Kendal. Upacara adat yang masih dilakukan di desa-desa pesisir tersebut adalah upacara yang berhubungan dengan pertanian sawah dan sejenisnya dan upacara mengantar anak menjadi dewasa. Upacara adat yang berhubungan dengan pertanian dan atau sejenisnya terbagi menjadi dua jenis yaitu upacara yang berkaitan dengan penanaman padi dan upacara sedekah laut. Upacara pertanian dilakukan pleh masyarakat pesisir setelah panen dengan mengadakan syukuran bersama di sawah. Tujuan diadakannya tradisi tersebut adalah mengharap berkah dari hasil panen.

Berbeda halnya dengan upacara pertanian, upacara sedekah laut atau masyarakat biasa menyebutnya dengan upacara nyadran dilakukan setahun sekali. Upacara ini berupa melarung sesaji ke laut sebagai tradisi turun temurun dari nenek moyang. Tradisi nyadran laut adalah pesta laut atau sedekah laut dengan melarung kepala, kaki, dan ekor sapi ke laut, jajan pasar,serta candu-kemenyan ke tengah laut. Tujuan diadakannya tradisi tersebut adalah mengharap berkah dan meminta doa pada yang kuasa agar para nelayan diberi keselamatan saat melaut. Selain itu juga bertujuan agar masyarakat diberi rezeki yang melimpah.

Upacara lain adalah upacara peralihan anak yang biasa disebut upacara tedhak sinten. Tedhak siten merupakan acara atau tradisi masyarakat jawa sebagai tanda bahwa bayi yang sudah mulai beranjak ketingkat belajar berjalan atau baru pertama kali menapak di tanah yaitu sekitar umur 8 bulanan.

commit to user

76

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk sehingga hubungan antar manusia bersifat rasional.

4) Kelembagaan Kelembagaan mempunyai peran yang penting dalam perkembangan desa. Pada umumnya lembaga-lembaga dibuat bertujuan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Lembaga mempunyai tugas membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa. Kegiatan lembaga ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan masyarakat, peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan, pengembangan kemitraan, pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. Lembaga-lembaga desa yang dimaksud dalam penelitian ini terbagi menjadi sembilan yaitu lembaga pemerintahan, lembaga perekonomian, lembaga sosial, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, lembaga kesenian, lembaga gotong royong, lembaga keamanan dan lembaga adat lainnya. Adapun lembaga- lembaga yang berada di daerah penelitian terangkum dalam Tabel 33.

Berdasarkan Tabel 33 hampir semua desa pesisir mempunyai kelembagaan yang lengkap. Lembaga pemerintahan, lembaga sosial, lembaga pendidikan dan lembaga gotong royong dimiliki semua desa, sedangkan lembaga yang tidak dimiliki semua desa adalah lembaga adat. Ada beberapa desa yang tidak memiliki lembaga ekonomi, lembaga kesehatan dan lembaga kesenian dan olahraga.

Beberapa lembaga mempunyai jumlah lebih dari satu antara lain lembaga pemerintahan yang terdiri dari Kepala desa serta pamong desa, BPD dan LKMD. Masing-masing desa pesisir mememiliki lembaga pemerintahan ini karena lembaga inilah yang menjadi pelaksana tugas pemerintahan dan tugas kemasyarakatan.

commit to user

77

Tabel 33. Jumlah Kelembagaan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

No Desa / Kelurahan

Lembaga

Peme- rintah

Kese- hatan

Seni &

OR

Gotong Royong

Ke- aman -an

Adat

1 Mororejo 3 3 2 7 0 1 2 2 0 2 Wonorejo

3 4 1 6 1 1 1 1 0 11 Kartika Jaya

3 5 0 3 1 1 1 2 0 12 Pidodo Wetan

3 4 0 10 0 1 2 1 0 13 Pidodo Kulon

3 3 2 5 1 5 2 2 0 14 Margorejo

15

Korowelang Anyar

16

Korowelang Kulon

Karangmalang Wetan

Sendang Sikucing

3 4 2 11 1 5 3 2 0 26 Gempolsewu

3 4 5 14 1 6 5 1 0

Sumber : Wawancara dan Observasi Tahun 2012 Lembaga sosial mempunyai jenis dan jumlah yang cukup banyak. Jenis lembaga sosial ini antara lain PKK, Karang Taruna, Majelis Keagamaan, dan lembaga sosial kampung. Masing-masing desa mempunyai satu perkumpulan PKK dan Karang Taruna, serta beberapa kelompok majelis keagamaan dan lembaga sosial kampung. Lembaga ini aktif menjalankan kegiatannya paling tidak satu bulan sekali mengadakan pertemuan rutin.

commit to user

78

Lain halnya dengan lembaga ekonomi karena tidak semua desa memilikinya. Beberapa desa yang mempunyai lembaga ekonomi adalah Desa Mororejo, Wonorejo, Turunrejo, Karangsari, Bandengan, Balok, Wonosari, Pidodo Kulon, Margorejo, Kaliayu, Juwiring, Sidomulyo, Kalirejo, Karangmalang Wetan, sendang Sikucing dan Gempolsewu. Gambar 12 berikut adalah salah satu contoh lembaga ekonomi yang terdapat di Desa Gempolsewu.

Gambar 12. Lembaga Ekonomi Berupa Bank yang Berada di Desa Gempolsewu

Lembaga ekonomi berupa Koperasi, Bank, lumbung desa dan BUUD/KUD. Lembaga ini berfungsi membantu pemerintah desa dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dari segi ekonomi.

Lembaga pendidikan berperan penting dalam meningkatkan tingkat pendidikan di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal karena pendidikan adalah salah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Seluruh desa pesisir mempunyai lembaga pendidikan baik lembaga pendidikan formal maupun non formal.

Lembaga kesehatan keadaannya hampir sama dengan lembaga perekonomian. Lembaga kesehatan hanya dimiliki oleh sebagian desa-desa pesisir. Jenis lembaga kesehatan yang ada umumnya berupa poliklinik dan

commit to user

79

puskesmas pembantu. Lembaga ini cukup membantu masyarakat kaitannya dengan menangani permasalahan kesehatan.

Lembaga kesenian dan olahraga merupakan wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan hobi serta menjadi hiburan di sela-sela kegiatan sehari-hari yang cukup melelahkan. Beberapa desa memiliki lembaga kesenian dan olahraga yang cukup aktif dalam kegiatannya, bahkan sampai mendapatkan prestasi yang cukup membanggakan baik di tingkat desa tersebut maupun tingkat kabupaten dan tingkat propinsi. Di beberapa desa lain juga terlihat terdapat lembaga kesenian dan olahraga namun tidak aktif dalam kegiatannya.

Bentuk lembaga gotong royong yang ada umumnya berupa kelompok arisan, kelompok tani dan kelompok nelayan. Masing-masing desa tidak hanya memiliki satu lembaga gotong royong, namun bisa setiap Rukun Tetangga (RT) mempunyai satu lembaga gotong royong. Kelompok-kelompok ini secara aktif mengadakan pertemuan-pertemuan paling tidak satu bulan sekali.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya kelembagaan yang terdapat di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal sudah mulai berkembang baik mengenai fungsi dan tugasnya namun masih diperlukan adanya peningkatan koordinasi yang baik antar masyarakatnya agar dapat memajukan kelembagaan tersebut.

5) Pendidikan Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi suatu bangsa dan merupakan sarana untuk meningkatkan sumberdaya manusia. Kesempatan memperoleh pendidikan adalah hak bagi setiap warga Negara Indonesia, oleh karena itu ketersediaan sarana pendidikan di setiap pendidikan haruslah ada, terutama untuk tingkat sekolah dasar. Dengan tersedianya sarana pendidikan dasar di setiap kelurahan diharapkan tingkat buta huruf akan semakin berkurang.

Untuk mengetahui tingkat pendidikan di desa-desa pesisir sebagai salah satu indikator tingkat perkembangan desa dapat dilihat dari persentase penduduk yang menamatkan pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar ke atas. Tingkat pendidikan di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal terangkum dalam Tabel 34.

commit to user

80

Tabel 34. Persentase Penduduk yang Tamat SD ke atas

No. Desa / Kelurahan

Jumlah Penduduk

Jumlah Tamat

SD Ke atas

76.1 Tinggi 2 Wonorejo

4258

3000

70.5 Tinggi 3 Purwokerto

4062

2398

59.0 Sedang 4 Turunrejo

4352

2599

59.7 Sedang 5 Banyutowo

3234

2009

62.1 Tinggi 6 Karangsari

4907

3184

64.9 Tinggi 7 Bandengan

3984

2601

65.3 Tinggi 8 Balok

1216

759

62.4 Tinggi 9 Kalibuntu

2325

1511

65.0 Tinggi 10 Wonosari

5303

3863

72.8 Tinggi 11 Kartika Jaya

1273

652

51.2 Sedang 12 Pidodo Wetan

3525

1189

33.7 Sedang 13 Pidodo Kulon

3238

2673

82.6 Tinggi 14 Margorejo

1364

371

27.2 Rendah 15 Korowelang Anyar

3827

860

22.5 Rendah 16 Korowelang Kulon

3150

2604

82.7 Tinggi 17 Kalirandugede

2210

1202

54.4 Sedang 18 Kaliayu

2264

1080

47.7 Sedang 19 Juwiring

3407

2066

60.6 Tinggi 20 Sidomulyo

3895

2527

64.9 Tinggi 21 Kalirejo

5684

3837

67.5 Tinggi 22 Tanjungmojo

3040

2399

78.9 Tinggi 23 Karangmalang Wetan

4128

2011

48.7 Sedang 24 Jungsemi

47

2671

59.7 Sedang 25 Sendang Sikucing

2398

923

38.5 Sedang 26 Gempolsewu

Sumber : Analisis data sekunder Tahun 2011

Dari Tabel 34 dapat dijelaskan bahwa sebanyak 14 desa (53.8 %) mempunyai tingkat pendidikan tinggi, sebanyak 11 desa (38.5 %) mempunyai tingkat pendidikan sedang dan sebanyak 2 desa (7.7 %) mempunyai tingkat pendidikan rendah. Tingkat pendidikan desa-desa pesisir dapat dipresentasikan dengan Gambar 13.

commit to user

81

Gambar 13. Perbandingan Tingkat Pendidikan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

Berdasarkan Gambar 13 tingkat pendidikan masyarakat di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal terkategori relatif tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada kecepatan penyerapan adopsi teknologi, kemampuan untuk menggali informasi dan daya kreatifitas serta inovasi. Kondisi ini bisa mempengaruhi perkembangan pertanian maupun perikanan khususnya pada proses perubahan dari sistem tradisional ke sistem yang lebih modern.

Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Tingkat pendidikan yang tinggi akan mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan ini dapat mendorong tumbuhnya keterampilan kewirausahaan dan pada gilirannya akan mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Hal ini dengan sendirinya akan membantu program pemerintah untuk membuka lapangan baru guna mengurangi pengangguran. Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam pola pikir individu. Selain itu individu juga akan mudah menerima informasi yang lebih maju. Oleh karena itu, pendidikan menjadi salah satu indikator perkembangan suatu desa.

8%

54% 38%

Tingkat Pendidikan di Desa-Desa Pesisir Kabupaten Kendal

Rendah Sedang Tinggi

commit to user

82

6) Gotong Royong Kondisi kegotong royongan di desa-desa pesisir sebagian besar berada pada tahap transisi. Tahap transisi mempunyai ciri-ciri antara lain terdapat perencanaan pembangunan yang riil baik jangka panjang maupun jangka pendek, proses pengambilan keputusan melalui musyawarah dan rapat-rapat atau pertemuan serta adanya usaha pembangunan sebagai kehendak bersama. Perencanaan pembangunan desa-desa pesisir Kabupaten Kendal baik jangka panjang maupun jangka pendek telah disusun berdasarkan musyawarah masyarakat yang biasa disebut Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdesa). Musyawarah ini merupakan forum agar masyarakat dapat terlibat aktif dalam menentukan kepentingan dan kemajuan desanya. Sebelum tahap Musrenbangdes dilakukan, memungkinkan dilakukan kajian desa secara partisipatif melalui musyawarah dusun ataupun musyawarah kelompok-kelompok khusus misalnya kelompok perempuan, kelompok tani dan lain-lain. Hasil musyawarah ini berupa rencana pembangunan desa yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa/Kelurahan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa swadaya dan gotong royong masyarakat masih mengalami transisi, pelaksanaan dan cara kerja telah tumbuh didasari oleh kesadaran dan tanggung jawab dari masyarakat itu sendiri.

7) Prasarana Desa Prasarana desa yang dinilai merupakan prasarana penunjang perekonomian desa yang meliputi prasarana perhubungan, prasarana produksi dan prasarana ekonomi serta prasarana sosial. Prasarana desa yang terdapat di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal disajikan dalam Tabel 35.

commit to user

83

Tabel 35. Prasarana Perekonomian yang Terdapat di Desa-desa Pesisir Kabupaten

Kendal

No. Desa / Kelurahan

Prasarana Pemasaran

Prasaranan Produksi

Pasar

Bank/ Koperasi dll

Toko/Kios/

Wr

Dam

Bangunan Air

Saluran Irigasi

1 Mororejo 1 2 48 0 0 ada 2 Wonorejo

0 1 21 0 0 ada 3 Purwokerto

0 0 14 0 0 ada 4 Turunrejo

0 1 24 0 0 ada 5 Banyutowo

0 0 27 0 0 ada 6 Karangsari

1 1 123

2 0 ada 7 Bandengan

2 4 57 0 0 ada 8 Balok

0 3 23 0 0 ada 9 Kalibuntu Wetan

0 0 8 0 0 ada 10 Wonosari

1 1 38 1 0 ada 11 Kartika Jaya

0 0 12 0 0 ada 12 Pidodo Wetan

0 0 33 0 0 ada 13 Pidodo Kulon

2 2 39 1 0 ada 14 Margorejo

0 1 12 2 0 ada 15 Korowelang Anyar

0 0 16 2 0 ada 16 Korowelang Kulon

1 0 8 0 0 ada 17 Kalirandugede

0 0 9 0 0 ada 18 Kaliayu

1 4 28 0 0 ada 19 Juwiring

0 1 36 0 0 ada 20 Sidomulyo

0 1 54 0 0 ada 21 Kalirejo

1 4 68 0 0 ada 22 Karangmalang Wtn

0 1 25 0 0 ada 23 Tanjungmojo

0 0 19 0 0 ada 24 Jungsemi

0 0 17 0 0 ada 25 Sendang Sikucing

1 2 22 1 0 ada 26 Gempolsewu

3 5 135

0 0 ada

Sumber : Analisis Data Primer dan Data Sekunder Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 35, sebagian besar desa-desa pesisir sudah mempunyai prasarana yang cukup lengkap. Semua desa-desa pesisir Kabupaten kendal memiliki prasarana perhubungan, namun terdapat perbedaan dalam kondisi prasarana perhubungan tersebut. Rata –rata infrastruktur jalan desa di desa-desa pesisir relatif baik dan dapat dilalui oleh kendaraan umum, seperti angkutan pedesaan dan ojek. Prasarana ekonomi lain seperti pasar dan perbankan tidak dipunyai oleh seluruh desa pesisir, sedangkan toko/kios/warung terdapat di setiap desa pesisir. Prasarana pemasaran di desa pesisir juga berupa Tempat Pelelangan

commit to user

84

Ikan (TPI). Terdapat empat TPI di pesisir Kabupaten Kendal yaitu di Kelurahan Bandengan, Desa Korowelang Kulon, Desa Sendang Sikucing dan Desa Gempolsewu. Lain halnya dengan prasarana produksi, hanya beberapa desa yang memiliki dam/bendungan untuk menampung air untuk pertanian itupun sebagian dalam kondisi yang kurang baik, bahkan tidak ada satupun desa yang mempunyai bangunan air, namun sebaliknya seluruh desa pesisir mempunyai saluran irigasi untuk pertanian. Di antara ketiga prasarana penunjang perekonomian tersebut, prasarana perhubungan yang memegang peranan penting bagi perekonomian desa karena tanpa adanya prasarana perhubungan yang baik, meskipun produksinya tinggi, tidak akan dapat didistribusikan ke luar daerah.

Gambar 14. Salah Satu Pasar yang Terdapat di Desa Kaliayu Keamatan Cepiring

commit to user

85

Tabel 36. Prasarana Sosial yang Terdapat di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

No Desa / Kelurahan

Prasarana Sosial

LSD/panti Asuh

Rekreasi

1 Mororejo 7 0 21 1 0 1 2 Wonorejo

2 0 6 1 0 0 9 Kalibuntu wetan

4 1 10 1 0 0 10 Wonosari

6 1 17 1 0 0 11 Kartika Jaya

3 1 10 1 0 0 12 Pidodo Wetan

6 0 12 1 0 0 13 Pidodo Kulon

5 1 13 1 0 0 14 Margorejo

2 1 5 1 0 0 15 Korowelang Anyar

5 1 10 1 0 0 16 Korowelang Kulon

5 0 23 1 0 1 22 Karangmalang Wtn

8 1 14 1 0 0 23 Tanjungmojo

4 0 15 1 0 0 24 Jungsemi

6 1 16 1 0 0 25 Sendang Sikucing

11 1 9 1 0 2 26 Gempolsewu

14 1 24 1 0 0

Sumber : Analisis Data Primer dan Data Sekunder Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 36 seluruh desa pesisir di Kabupaten Kendal mempunyai prasarana sosial seperti gedung sekolah, sarana peribadatan dan gedung pemerintah desa, namun tidak semua memiliki poliklinik/pos kesehatan desa. Walaupun tidak semua memiliki pos kesehatan, penduduk desa yang ingin mengakses fasilitas kesehatan dapat mengaksesnya ke ibukota kecamatan, desa tetangga ataupun dokter atau bidan desa setempat. Seluruh desa juga tidak memiliki gedung LSD karena lembaga-lembaga sosial desa biasanya menggunakan gedung milik pemerintah desa atau gedung lain apabila

commit to user

86

mengadakan kegiatan. Tempat rekreasi juga belum sepenuhnya tersedia di desa- desa pesisir, namun beberapa tempat rekreasi yang ada masih didominasi rekreasi pantai karena letaknya yang berbatasan dengan laut.

b. Tipologi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Tipologi desa-desa pesisir disusun berdasarkan aspek ekonomi, sosial dan budaya yang telah diuraikan sebelumnya. Dalam penelitian ini tipologi desa dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu desa tradisional, desa transisi dan desa berkembang. Desa tradisional ini memiliki kondisi yang relatif statis tradisional, dalam artian masyarakatnya sangat tergantung pada keterampilan dan kemampuan pimpinannya. Kehidupan masyarakat sangat tergantung pada alam yang belum diolah dan dimanfaatkan secara baik. Desa transisi merupakan desa yang sedang mengalami transisi, pengaruh dari luar mulai masuk ke desa yang akan mengakibatkan perubahan cara berpikir. Desa berkembang setingkat lebih tinggi dari desa transisi yang ditandai dengan semakin majunya berbagai aspek yang ada dalam desa.

Interval kelas didasarkan pada nilai total skoring dari perhitungan indikator tipologi desa. Tingkatan tipologi desa adalah sebagai berikut :

1) Total skoring 7 – 11 adalah tahap desa tradisional.

2) Total skoring 12 – 16 adalah tahap desa transisi.

3) Total skoring 17 – 21 adalah tahap desa berkembang. Berdasarkan klasifikasi tersebut di atas, didapatkan tipologi masing-

masing desa pesisir yang disajikan pada lampiran 9. Hasil perhitungan skor indikator yang menyusun tipologi desa menunjukkan bahwa terdapat variasi tipologi desa di pesisir Kabupaten Kendal. Variasi tipologi desa-desa pesisir Kabupaten Kendal disajikan Tabel 37 dan Peta 3.

commit to user

87

Peta 3. Tipologi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

commit to user

88

Tabel 37. Tipologi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

No. Desa / Kelurahan

Total Skor

Tipologi Desa

11 Kartika Jaya

17 Berkembang

12 Pidodo Wetan

15 Transisi

13 Pidodo Kulon

15 Korowelang Anyar

16 Transisi

16 Korowelang Kulon

Karangmalang Wetan

25 Sendang Sikucing

Sumber : Analisis data primer dan data sekunder Tahun 2012

Tabel 37 menunjukkan bahwa desa-desa yang diteliti memiliki tipologi yang berbeda. Desa yang termasuk tipologi desa transisi terdiri dari 9 desa yaitu Desa Wonorejo, Turunrejo, Pidodo Wetan, Margorejo, Korowelang Anyar, Kalirandugede, Tanjungmojo, Jungsemi Kelurahan Balok dan 17 desa yang termasuk tipologi desa berkembang yaitu Desa Mororejo, Purwokerto, Wonosari, Kartika Jaya, Pidodo Kulon, Korowelang Kulon, Kaliayu, Juwiring, Sidomulyo,

commit to user

89

Karangmalang Wetan, Kalirejo, Sendang Sikucing, Gempolsewu, Kelurahan Banyutowo, Karangsari, Bandengan, dan Kalibuntu Wetan. Variasi tipologi desa- desa pesisir Kabupaten Kendal disajikan dalam Peta 3.

Berdasarkan Peta Tipologi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal dapat dilihat bahwa terdapat dua tipologi desa yaitu 9 desa yang termasuk tipologi desa transisi dan 17 desa termasuk tipologi desa berkembang.

Berikut ini uraian desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal berdasarkan tipologi desa.

1) Tipologi desa transisi Desa-desa pesisir yang termasuk tipologi desa transisi adalah Desa Wonorejo, Turunrejo, Pidodo Wetan, Margorejo, Korowelang Anyar, Kalirandugede, Tanjungmojo dan Kelurahan Balok. Masing-masing desa/kelurahan tersebut memiliki faktor yang berbeda-beda yang menyebabkannya termasuk dalam tipologi desa transisi. Desa Wonorejo dan Kelurahan Balok termasuk dalam tipologi desa transisi karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor primer, namun produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat sedang, tingkat pendidikan tinggi, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang sedang. Desa Turunrejo, Kalirandugede, dan Jungsemi termasuk dalam tipologi desa transisi karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor primer, namun produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan sedang, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang sedang. Desa Pidodo Wetan dan Tanjungmojo termasuk dalam tipologi desa transisi karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor primer, namun produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat

commit to user

90

kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat sedang, tingkat pendidikan sedang, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang sedang. Desa Margorejo dan Korowelang Anyar termasuk dalam tipologi desa transisi karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor primer, namun produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan rendah, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang sedang.

2) Tipologi desa berkembang Desa pesisir Kabupaten Kendal yang termasuk tipologi desa berkembang yaitu Desa Mororejo, Purwokerto, Wonosari, Kartika Jaya, Pidodo Kulon, Korowelang Kulon, Kaliayu, Juwiring, Sidomulyo, Karangmalang Wetan, Kalirejo, Sendang Sikucing, Gempolsewu, Kelurahan Banyutowo, Karangsari, Bandengan dan Kalibuntu Wetan. Masing-masing desa/kelurahan tersebut memiliki faktor yang berbeda-beda yang menyebabkannya termasuk dalam tipologi desa berkembang. Desa Mororejo termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor primer dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan tinggi, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang cukup lengkap. Desa Puwokerto termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat sedang, tingkat pendidikan sedang, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang sedang. Kelurahan

commit to user

91

Banyutowo termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat sedang, tingkat pendidikan tinggi, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang cukup lengkap. Kelurahan Karangsari termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan tinggi, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang memadai. Desa Mororejo, Wonosari, Pidodo Kulon dan Kelurahan Bandengan termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor primer dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan tinggi, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang memadai. Kelurahan Kalibuntu Wetan termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat sedang, tingkat pendidikan tinggi, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang sedang. Desa Kartika Jaya termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada

commit to user

92

tingkat tinggi, tingkat pendidikan sedang, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang sedang walaupun letaknya yang paling jauh dari ibukota kecamatan di antara desa pesisir yang lain. Desa Korowelang Kulon termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan tinggi, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang sedang. Desa Kaliayu termasuk dalam tipologi desa berkembang karena walaupun mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor primer tetapi produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan sedang, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang memadai. Desa Juwiring, Sidomulyo dan Karangmalang Wetan termasuk dalam tipologi desa berkembang karena walaupun mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor primer tetapi produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan tinggi, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi sedang. Desa Sendang Sikucing dan Gempolsewu termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan sedang, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan

commit to user

93

prasarana desa berada pada kondisi yang memadai bahkan di kedua desa ini terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

2. Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Tujuan pembangunan pada dasarnya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Berbagai program pembangunan telah dilakukan oleh pemerintah, baik di bidang pendidikan, ekonomi, perumahan, lingkungan hidup, keamanan, politik dan sebagainya. Hasil pembangunan diharapkan dapat dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat, namun diakui bahwa keragaman budaya, adat istiadat, sumberdaya, luas wilayah serta potensi alam yang ada mengakibatkan beragam pula pencapaian pembangunan antar wilayah.

Pengembangan pedesaan selalu ada berbagai masalah, baik yang berhubungan dengan sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Semua masalah yang berhubungan dengan dengan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia mungkin dapat dihubungkan dengan modal, teknologi, pendidikan dan sebagainya. Penduduk pedesaan umumnya lebih miskin daripada penduduk perkotaan, terutama desa-desa pesisir. Desa pesisir merupakan salah satu bagian pesisir yang terbelakang. Kesulitan mengatasi masalah kemiskinan di desa-desa pesisir menjadikan wilayah pesisir termasuk wilayah yang rawan di bidang sosial ekonomi. Kerawanan di bidang sosial ekonomi dapat menimbulkan kerawanan- kerawanan di bidang kehidupan yang lain. Kenyataan ini pula yang seharusnya mendorong pemerintah terus mengupayakan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Dalam penelitian ini, tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir dianalisis dengan pendekatan tingkat kesejahteraan keluarga. Tingkat kesejahteraan dengan kategori keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera 1 adalah kategori keluarga yang dinyatakan sebagai keluarga miskin/belum sejahtera, atau dinyatakan dengan proporsi penduduk yang termasuk dalam kategori pra sejahtera dan Sejahtera I dari seluruh keluarga yang didata tingkat kesejahteraannya. Berikut ini proporsi keluarga miskin di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal yang disajikan dalam Tabel 38.

commit to user

94

Tabel 38. Proporsi Keluarga Miskin di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

No.

Desa / Kelurahan

Proporsi Keluarga Miskin (%)

9 Kalibuntu Wetan

11 Kartika Jaya

44.39

12 Pidodo Wetan

50.11

13 Pidodo Kulon

15 Korowelang Anyar

48.96

16 Korowelang Kulon

22 Karangmalang Wetan

25 Sendang Sikucing

Sumber : Analisis Data Sekunder Tahun 2011 Data pada Tabel 38 digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir. Dalam penelitian ini tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu tingkat kesejahteraan rendah, sedang dan tinggi. Tingkatan kesejahteraan ini dibuat berdasarkan angka proporsi keluarga miskin. Pembuatan interval kelas didasarkan pada angka proporsi keluarga miskin

commit to user

95

yaitu angka tertinggi 88.36 dan angka terendah 26.65, dengan angka tersebut didapatkan klasifikasi sebagai berikut :

88 36 26 65

3 2 57

Dengan nilai interval kelas sebesar 20.57 didapatkan tingkatan kesejahteraan sebagai berikut :

a. Angka proporsi keluarga miskin antara 26.65 – 47.22 merupakan tingkat kesejahteraan tinggi.

b. Angka proporsi keluarga miskin antara 47.23 – 67.79 merupakan tingkat kesejahteraan sedang.

c. Angka proporsi keluarga miskin > 67.79 merupakan tingkat kesejahteraan rendah. Berdasarkan klasifikasi tersebut, didapatkan tingkat kesejahteraan masing-

masing desa pesisir yang disajikan pada lampiran 10. Hasil perhitungan terhadap tingkat kesejahteraan menunjukkan bahwa sebanyak 7 desa (26.9 %) mempunyai tingkat kesejahteraan tinggi, sebanyak 18 desa (69.2 %) mempunyai tingkat kesejahteraan sedang dan sebanyak 1 desa (3.8%) mempunyai tingkat kesejahteraan rendah. Tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir dapat dipresentasikan dengan Gambar 15.

Gambar 15. Perbandingan Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir Kabupaten

Kendal

27%

69%

4%

Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir

Kabupaten Kendal

Tinggi Sedang Rendah

commit to user

96

Berdasarkan Gambar 15 dapat dikatakan bahwa rata –rata tingkat kesejahteraan keluarga pada masing –masing desa relatif sedang dengan persentase

69 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat desa-desa pesisir sudah dapat memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan ekonomi maupun kebutuhan non ekonomi. Tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir juga di presentasikan dalam Peta 4.

commit to user

97

Peta 4. Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

commit to user

98

Berdasarkan Peta 4 dapat dilihat bahwa terdapat tiga tingkat kesejahteraan yaitu tingkat kesejahteraan rendah, tingkat kesejahteraan sedang dan tingkat kesejahteraan tinggi. Sebanyak 7 desa mempunyai tingkat kesejahteraan tinggi, sebanyak 18 desa mempunyai tingkat kesejahteraan sedang dan sebanyak 1 desa mempunyai tingkat kesejahteraan rendah. Tingkat kesejahteraan dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan keluarga baik kebutuhan dasar, kebutuhan sosial, kebutuuhan psikologi maupun kebutuhan pengembangannya yang terbagi dalam

22 indikator oleh BKKBN. Berikut ini uraian desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal berdasarkan tingkat kesejahteraan.

1) Tingkat Kesejahteraan Rendah Desa pesisir yang mempunyai tingkat kesejahteraan rendah adalah Kelurahan Balok. Kelurahan ini menjadi desa satu-satunya yang mempunyai tingkat kesejahteraan rendah. Proporsi penduduk miskin di desa ini mencapai 88,36 %. Penduduk di desa ini sebagian besar keluarga- keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologis dan pengembangannya, seperti keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.

2) Tingkat Kesejahteraan Sedang Desa-desa pesisir yang mempunyai tingkat kesejahteraan sedang adalah Desa Mororejo, Wonorejo, Purwokerto, Turunrejo, Wonosari, Pidodo Wetan, Pidodo Kulon, Margorejo, Korowelang Anyar, Korowelang Kulon, Kalirandugede, Juwiring, Sidomulyo, Kalirejo, Karangmalang Wetan, Tanjungmojo, Jungsemi dan Gempolsewu. Sebagian besar penduduk di desa yang termasuk tingkat kesejahteraan sedang yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya, kebutuhan psikologisnya, namun belum semua kebutuhan pengembangannya

commit to user

99

terpenuhi dan belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat.

3) Tingkat Kesejahteraan Tinggi Desa-desa pesisir yang mempunyai tingkat kesejahteraan tinggi adalah Kelurahan Banyutowo, Karangsari, Bandengan, Kalibuntu Wetan, Desa Kartika Jaya, Kaliayu dan Sendang Sikucing. Sebagian besar penduduk di desa yang termasuk tingkat kesejahteraan tinggi yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya, kebutuhan psikologisnya, dan kebutuhan perkembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat, seperti acara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk material dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial; keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan sebagainya.

3. Hubungan Antara Tipologi Desa dengan Tingkat Kesejahteraan Desa-desa

Pesisir Kabupaten Kendal

Tipologi desa yang dikaji dalam penelitian ini adalah tipologi berdasarkan tingkat perkembangan desa. Tingkat perkembangan desa tidak lain merupakan suatu keadaan tertentu yang dicapai oleh penduduk desa yang bersangkutan dalam menyelenggarakan kehidupan serta mengelola sumberdaya-semberdaya yang terdapat di dalamnya. Tingkat perkembangan desa ini umumnya berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat karena tingkat kesejahteraan yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk meningkatkan potensi dan mengelola wilayah serta sumberdaya yang terdapat di dalamnya dengan baik. Lebih lanjut dalam lingkup pembangunan perdesaan akan dinilai apakah kemajuan pembangunan yang dialami di bidang ekonomi juga disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, sesuai dengan tujuan pembangunan secara menyeluruh.

commit to user

100

Dalam penelitian ini, hubungan antara tipologi desa dengan tingkat kesejahteraan dilakukan dengan cara tumpangsusun (overlay) peta tipologi desa dengan peta tingkat kesejahteraan. Hasil tumpangsusun kedua peta tersebut berupa peta 5 sebagai berikut.

Peta 5. Analisis Tipologi Desa dengan Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

commit to user

101

Tabel 39. Hasil Overlay Antara Tipologi Desa dengan Tingkat Kesejahteraan di

Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal

No .

Desa

Tipologi Desa

Tingkat Kesejahteraan

Hasil Overlay

11 Kartika Jaya

12 Pidodo Wetan

13 Pidodo Kulon

15 Korowelang Anyar

16 Korowelang Kulon

Karangmalang Wetan

25 Sendang Sikucing

Bk-Sd Sumber : Hasil Analisis Data Tahun 2012

Keterangan : Bk-Tg : Berkembang-Tinggi

Bk-Sd : Berkembang-Sedang Tr-Sd : Transisi Sedang

Tr-Rd : Transisi-Rendah

commit to user

102

Berdasarkan Peta 5 dan Tabel 39 menunjukkan daerah penelitian terbagi menjadi empat wilayah, yaitu:

a. Berkembang-Tinggi Berkembang Tinggi menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki tipologi desa berkembang dengan tingkat kesejahteraan tinggi. Pada wilayah ini terdapat enam desa yang termasuk di dalamnya yaitu Kelurahan Banyutowo, Karangsari, Bandengan, Kalibuntu Wetan, Desa Kartika Jaya, Kaliayu dan Sendang Sikucing.

Aspek-aspek yang mempengaruhi desa-desa tersebut termasuk dalam tipologi berkembang adalah lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah tidak mengikat kegiatan masyarakat. Desa telah mampu menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, administrasi desa sudah terselenggara dengan baik dan kelembagaan di desa telah berfungsi dalam mengorganisasikan dan menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan secara terpadu. Desa-desa ini berkecukupan dalam hal sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan juga dalam hal dana modal sehingga sudah dapat memanfaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan non fisik desa secara maksimal. Tingkat pendidikannya termasuk tinggi dengan prasarana desa yang cukup memadai.

Faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan tinggi adalah keluarga-keluarga yang berada di desa-desa tersebut telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan perkembangannya. Kebutuhan dasar berupa sandang, papan dan pangan. Kebutuhan sosial psikologis berupa kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi. Kebutuhan perkembangan seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

b. Berkembang-Sedang Berkembang-sedang menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki tipologi desa berkembang dengan tingkat kesejahteraan sedang. Desa yang

commit to user

103

termasuk dalam wilayah ini sebanyak 10 desa yaitu Desa Mororejo, Purwokerto, Wonosari, Pidodo Kulon, Korowelang Kulon, Juwiring, Sidomulyo, Kalirejo, Karangmalang Wetan dan Gempolsewu.

Aspek-aspek yang mempengaruhi desa-desa tersebut termasuk dalam tipologi berkembang adalah mata pencaharian penduduk umumnya berada pada sektor primer dan sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah tidak mengikat kegiatan masyarakat. Administrasi desa sudah terselenggara dengan baik dan kelembagaan di desa telah berfungsi dalam mengorganisasikan dan menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan secara terpadu. Desa-desa ini berkecukupan dalam hal sumberdaya manusia, sumberdaya alam serta modal sehingga sudah dapat memanfaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan non fisik desa secara maksimal. Tingkat pendidikannya termasuk tinggi dengan prasarana desa yang cukup memadai.

Faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan sedang adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya, kebutuhan psikologisnya, namun belum semua kebutuhan perkembangannya terpenuhi dan belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat.

c. Transisi-Sedang Transisi-Sedang menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki tipologi desa transisi dengan tingkat kesejahteraan sedang. Desa yang termasuk dalam satuan ini berjumlah 8 desa yaitu Desa Wonorejo, Turunrejo, Pidodo Wetan, Margorejo, Korowelang Anyar, Kalirandugede, Tanjungmojo dan Jungsemi.

Aspek-aspek yang mempengaruhi desa-desa tersebut termasuk dalam tipologi transisi adalah lebih 55 % penduduknya berada pada sektor primer dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah tidak mengikat kegiatan masyarakat. Administrasi desa mulai berkembang dan kelembagaan di desa mulai berfungsi dalam mengorganisasikan dan menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan. Desa-desa ini

commit to user

104

berkecukupan dalam hal sumberdaya manusia, sumberdaya alam serta modal sehingga sudah dapat memanfaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan non fisik desa. Tingkat pendidikannya termasuk sedang dengan prasarana desa yang berkecukupan walaupun masih terdapat kekurangan.

Faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan sedang adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya, kebutuhan psikologisnya, namun belum semua kebutuhan perkembangannya terpenuhi dan belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat.

d. Transisi-Rendah Transisi-Rendah menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki tipologi desa transisi dengan tingkat kesejahteraan rendah. Hanya terdapat satu desa yang termasuk dalam satuan ini yatu Kelurahan Balok.

Aspek-aspek yang mempengaruhi Kelurahan Balok termasuk dalam tipologi transisi adalah lebih 55 % penduduknya berada pada sektor primer, adat istiadat sudah tidak mengikat kegiatan masyarakat. Administrasi desa mulai berkembang dan kelembagaan di desa mulai berfungsi dalam mengorganisasikan dan menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan. Desa ini berkecukupan dalam hal sumberdaya manusia, sumberdaya alam serta modal sehingga sudah dapat memanfaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan non fisik desa. Tingkat pendidikannya termasuk sedang dengan prasarana desa yang berkecukupan walaupun masih terdapat kekurangan.

Faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan rendah adalah penduduk di desa ini sebagian besar keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, seperti kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.

commit to user

105

Berdasarkan aspek-aspek yang mempengaruhi tipologi desa dan tingkat kesejahteraan yang maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tipologi desa dengan tingkat kesejahteraan. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat maka akan semakin mendorong masyarakat untuk meningkatkan potensi wilayah yang dimiliki dan mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Hal ini akan menghasilkan suatu keadaan yang lebih baik sehingga desa dapat berkembang ke arah yang lebih maju. Sebaliknya apabila tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah, maka penyelenggaraan kehidupan dan pengelolaan sumberdaya-sumberdaya yang terdapat di dalam desa tersebut belum dilakukan secara maksimal sehingga desa belum berkembang ke arah yang lebih maju.

4. Strategi Pengembangan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Strategi pengembangan desa disusun melalui penelaahan tentang kondisi dan kenyataan di lapangan, untuk menggali unsur-unsur kekuatan, kelemahan, dan peluang serta ancaman yang ada. Dasar pengembangan desa adalah permasalahan dan potensi desa sehingga diperoleh gambaran ciri-ciri, potensi dan sumberdaya yang dimiliki suatu desa yang diperlukan dalam penyusunan strategi pengembangan desa.

Analisis SWOT merupakan pemilihan hubungan atau interaksi antar unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman. Hasil identifikasi kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O) dan tantangan (T) dalam pengembangan desa-desa pesisir adalah sebagai berikut.

a. Faktor-faktor Internal Faktor-faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam lingkungan masyarakat desa sendiri terdiri dari kekuatan dan kelemahan.

a. Kekuatan (Strength)

1. Lahan pertanian dan perikanan yang potensial Penggunaan lahan di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal terdiri dari 46% sawah, 34% tambak, 7% tegalan, 1% kebun dan sisanya adalah

commit to user

106

permukiman. Hal ini menggambarkan bahwa lahan pertanian dan perikanan sebagai tempat sebagian besar masyarakatnya mencari nafkah masih banyak tersedia. Lahan pertanian dan perikanan ini sangat potensial menghasilkan produk pertanian dan perikanan. Sebagian besar lahan pertanian ditanami padi, jagung, kacang tanah, bawang merah dan kedelai sedangkan lahan tambak digunakan sebagai tambak bandeng, udang dan ikan jenis lain.

2. Tersedianya hasil laut yang berkecukupan Desa-desa pesisir mempunyai keuntungan karena letaknya yang berbatasan dengan laut. Oleh karenanya maka masyarakat pesisir yang bermatapencaharian sebagai nelayan memanfaatkan laut dengan mengambil hasil laut yang berupa berbagai jenis ikan.

3. Tenaga kerja cukup tersedia Jumlah penduduk desa-desa pesisir berjumlah cukup besar. Jumlah penduduk yang besar dapat menyediakan tenaga kerja yang besar pula.

b. Kelemahan (Weakness)

1. Penataan lingkungan dan kualitas kesehatan masih rendah Tata lingkungan yang kurang memperhatikan aspek-aspek lingkungan sehingga menimbulkan berbagai permasalahan. Rendahnya kualitas kesehatan juga akan menjadi permasalahan bagi masyarakat.

2. Akses jalan menuju tambak masih sulit Infrastruktur jalan memegang peran penting dalam perekonomian. Kurangnya akses jalan menuju tambak menjadi kendala dalam pengangkutan hasil panen. Terkendalanya pengangkutan hasil panen akan mengakibatkan terhambatnya perolehan penghasilan petani tambak yang akan menimbulkan masalah ekonomi.

b. Faktor-faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar lingkungan masyarakat desa pesisir, terdiri dari peluang (O) dan ancaman (T).

a. Peluang (Opportunity)

1. Pengembangan pariwisata

commit to user

107

Wilayah pesisir merupakan daerah yang potensial untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata bahari. Desa-desa pesisir memiliki pantai yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai pendukung ekonomi masyarakat setempat. Selain itu wilayah pesisir yang terdapat tambak sangat potensial untuk dikembangkan wisata pemancingan di tambak ikan.

2. Banyak kebijakan pemerintah daerah, provinsi, pusat dan lembaga internasional yang mendukung pembangunan sosial dan ekonomi desa. Pembangunan sosial ekonomi desa tentu tidak terlepas dari adanya suatu kebijakan. Kebijakan baik dari pemerintah daerah, provinsi, pusat dan lembaga internasional dapat dijadikan acuan untuk melakukan suatu langkah atau tindakan untuk mewujudkan dan mendukung pembangunan sosial dan ekonomi desa yang terkontrol dan terencana sesuai kebijakan yang telah ditetapkan.

b. Ancaman (Threats)

1. Bencana alam Sebagain desa-desa pesisir Kabupaten Kendal merupakan daerah rawan banjir terutama desa yang dilewati sungai besar seperti sungai Bodri dan Kali Kutho.

2. Faktor cuaca Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan masih bergantung pada perubahan cuaca dalam mencari ikan di laut. Ketergantungan pada musim sangat besar pengaruhnya terhadap nelayan. Pada musim penangkapan mereka sangat sibuk, sementara pada musim paceklik mereka harus mencari kegiatan ekonomi lain. Faktor cuaca ini juga akan mempengaruhi budidaya bandeng dan udang milik masyarakat.

3. Pemanfaatan lahan tanpa memperhatikan aspek lingkungan Pemilik tambak melakukan pembukaan lahan baru di sepanjang pantai dengan membatasi hutan bakau untuk lahan budidaya tambak. Mereka merasa untung karena lahan tambak mereka bertambah luas, namun di pihak lain budidaya tambak tersebut ternyata telah menimbulkan

commit to user

108

bahaya yang lebih besar yang akibatnya terjadi abrasi di sepanjang pantai yang terbuka. Abrasi di sekitar pantai desa-desa pesisir Kabupaten Kendal menyebabkan sebagian tambak milik masyarakat setempat mengalami kerusakan. Hal ini juga akan berdampak pada perekonomian masyarakat mengingat bahwa masyarakat pesisir sebagian bekerja di sektor perikanan budidaya.

Tabel 40. Matrik SWOT Pengembangan Desa Pesisir Kabupaten Kendal

Faktor Penentu

Faktor Eksternal

Opportunities (Peluang)

1. Pengembangan Pariwisata 2. Kebijakan Pemerintah

Threats (Ancaman)

1. Bencana alam 2. Perubahan cuaca 3. Pemanfaatan lahan

tanpa memperhatikan aspek lingkungan

Strength (Kekuatan)

1. Lahan pertanian dan perikanan yang potensial

2. Tersedia hasil laut yang cukup banyak

3. Tersedia tenaga kerja

1. Memanfaatkan lahan yang

tersedia secara optimal 2. Mengolah berbagai hasil

laut menjadi produk olahan yang bernilai jual tinggi

3. Pengembangan pariwisata

bahari 4. Pemberdayaan masyarakat

dengan adanya pelatihan

1. Penanaman pohon bakau di sepanjang pantai

2. Penyuluhan mengenai pengelolaan lingkungan pesisir

3. Pemberdayaan masyarakat dengan adanya pelatihan

Weakness (Kelemahan)

1. Penataan lingkungan dan kualitas kesehatan masih kurang

2. Akses jalan menuju laut masih sulit

1. Meningkatkan peranan

lembaga-lembaga yang ada untuk meningkatkan kulitas SDM

2. Perbaikan infrastruktur

terutama infrastruktur jalan

3. Peningkatan pelayanan

kesehatan

1. Perbaikan infrastruktur 2. Penyuluhan mengenai pengelolaan lingkungan pesisir

Sumber : Analisis Data Primer dan Data Sekunder Tahun 2012

Berdasarkan hasil identifikasi SWOT, berbagai kemungkinan alternatif strategis dibuat dengan matrik SWOT seperti pada Tabel 40 sehingga strategi pengembangan desa-desa pesisir Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut :

commit to user

109

a. Memanfaatkan lahan pertanian dan perikanan yang tersedia secara optimal. Lahan di daerah penelitian terdiri dari 46% sawah, 34% tambak, 7% tegalan, 1% kebun dan sisanya adalah permukiman. Hal ini menggambarkan bahwa daerah penelitian didominasi oleh lahan pertanian dan perikanan. Lahan pertanian dan perikanan ini sangat potensial menghasilkan produk pertanian dan perikanan. Pemanfaatan lahan yang ada secara optimal akan meningkatkan produksi pertanian dan perikanan sehingga akan berpengaruh pada produksi desa. Produksi desa yang tinggi akan menjadikan desa menjadi lebih berkembang.

b. Mengolah berbagai hasil perikanan laut dan air payau menjadi produk olahan yang bernilai jual tinggi. Desa-desa pesisir menghasilkan banyak sumber protein yang berasal dari ikan. Masyarakat dapat mengolah ikan-ikan hasil perikanan tersebut menjadi produk olahan seperti bandeng presto, dendeng ikan, abon ikan dan sebagainya. Produk hasi olahan ini dapat memiliki nilai jual tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan akan berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan. Peningkatan kesejahteraan mendorong perkembangan desa ke arah lebih maju.

c. Pengembangan pariwisata bahari dengan menambah fasilitas yang menunjang pariwisata. Desa-desa pesisir memiliki pantai yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai tempat wisata. Selain itu wilayah pesisir yang terdapat tambak sangat potensial untuk dikembangkan wisata pemancingan di tambak ikan. Selain itu, fasilitas penunjang pariwisata tersebut juga harus dilengkapi. Hal ini akan menarik wisatawan sehingga akan membantu perekonomian masyarakat setempat.

d. Pemberdayaan masyarakat dengan adanya pelatihan oleh dinas terkait. Berkembangnya berbagai model pemberdayaan masyarakat adalah merupakan peluang positif dalam rangka peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan desa. Pelatihan yang dapat dilakukan misalnya pelatihan pembuatan abon ikan, pelatihan komputer dan sebagainya.

commit to user

110

e. Meningkatkan peranan lembaga-lembaga yang ada untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Lembaga yang paling berperan penting adalah lembaga pendidikan karena pendidikan adalah salah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Tingkat pendidikan ini akan berpengaruh pada kecepatan penyerapan adopsi teknologi, kemampuan untuk menggali informasi dan daya kreatifitas dan inovasi. Kondisi ini dapat mempengaruhi perkembangan pertanian maupun perikanan khususnya pada proses perubahan dari sistem tradisional ke sistem yang lebih modern. Kondisi ini juga nantinya akan berpengaruh pada perkembangan desa.

f. Perbaikan infrastruktur terutama infrastruktur jalan. Infrastruktur jalan memegang peranan penting bagi perekonomian desa karena tanpa adanya infrastruktur jalan yang baik, meskipun produksinya tinggi, tidak akan dapat didistribusikan ke luar daerah. Di desa pesisir, utamanya akses jalan menuju tambak harus diperbaiki dengan memperkeras jalan. Apabila transportasi menuju tambak lancar maka akan mengurangi biaya produksi sehingga masyarakat dapat memperoleh pendapatan yang lebih banyak.

g. Peningkatan sarana dan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas kesehatan. Masyarakat yang sehat dapat menggambarkan kesejahteraan masyarakat sehingga perlu adanya peningkatan sarana dan pelayanan kesehatan. Program penanganan kesehatan masyarakat yang dapat dilakukan dengan pembuatan jamban/MCK keluarga dan tempat sampah.

h. Penanaman pohon bakau di sepanjang pantai yang diharapkan dapat menjadi benteng alami dari abrasi.

commit to user

111

Penanaman tumbuhan bakau diharapkan dapat mengatasi masalah abrasi pantai yang kerap kali terjadi. Tumbuhan bakau akan menahan deburan ombak di pantai dengan harapan dapat meminimalkan kerusakan lahan tambak.

i. Penyuluhan mengenai pengelolaan lingkungan pesisir. Banjir dan abrasi yang kerap terjadi merupakan akibat dari kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengelola lingkungan dengan baik. Banjir yang terjadi umumnya disebabkan karena saluran air yang terhambat oleh sampah. Abrasi pantai juga umumnya disebabkan oleh ulah manusia dengan membuka lahan tambak tanpa memperhatikan lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan mengenai pengelolaan lingkungan pesisir. Penyuluhan ini diharapkan dapat menjadikan masyarakat sadar akan pentingnya memelihara dan mengelola lingkungan pesisir dengan baik.

commit to user

112