METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

A. Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal dengan unit analisis tingkat desa yang jumlahnya terdiri dari 26 desa yang tersebar dalam tujuh Kecamatan (Kecamatan Rowosari, Kangkung, Cepiring, Patebon, Kota Kendal, Brangsong dan Kaliwungu). Adapun ke-26 desa/kelurahan tersebut adalah Desa Gempolsewu, Sendang Sikucing, Jungsemi, Tanjungmojo, Kalirejo, Sidomulyo, Juwiring, Kaliayu, Kalirandugede, Korowelang Kulon, Korowelang Anyar, Margorejo, Pidodo Kulon, Pidodo Wetan, Kartika Jaya, Wonosari, Turunrejo, Purwokerto, Mororejo, Wonorejo, Kelurahan Kalibuntu Wetan, Balok, Bandengan, Karangsari, Banyutowo. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. Daerah penelitian mempunyai struktur sosial ekonomi yang relatif kompleks.

2. Kabupaten Kendal masih menghadapi permasalahan dalam pengembangan wilayah pesisir.

B. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai sejak persiapan sampai penulisan laporan hasil penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan yakni dari bulan Desember 2011 sampai bulan Agustus 2012. Berikut tabel rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian.

Tabel 3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Juni Juli Agt

1. Persiapan 2. Penulisan proposal 3. Penyusunan instrumen 4. Pengumpulan data 5. Analisis data 6. Penulisan laporan

commit to user

34

C. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan metode deskriptif kualitatif, dengan desa sebagai satuan analisis. Penelitian deskriptif yakni penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang memberikan interpretasi atau analisis (Tika, 1997 : 6). Dalam penelitian ini metode deskriptif dilakukan untuk mengungkapkan data mengenai faktor-faktor yang merupakan penyusun tipologi desa dan tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir yang kemudian dianalisis serta dicari hubungan antara keduanya. Penelitian ini juga mengungkapkan potensi serta masalah desa-desa pesisir Kabupaten Kendal.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah desa-desa yang berada di pesisir Kabupaten Kendal, terdiri dari 26 desa yang tersebar di tujuh kecamatan pesisir.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari objek atau individu –individu yang mewakili suatu populasi (Tika, 1997 : 33). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara area sampling (sampel daerah). Sampel daerah ini merupakan teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi. Dalam penelitian ini masing-masing wilayah berbeda keadaannya maka diambil sampel dari 26 desa. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 130 orang. Informan pada setiap desa di daerah penelitian adalah 5 orang dengan rincian satu orang perangkat desa, dan empat orang perwakilan warga yang diwakili oleh ketua RT.

commit to user

35

E. Sumber dan Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dari beberapa sumber dan dibedakan menjadi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau objek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti (Tika, 1997 : 67).

Data yang diperoleh dari pengamatan, pengukuran dan pengujian di lapangan dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Teknik Pengumpulan Data

No.

Teknik Pengumpulan Data

Data

1. Observasi Langsung 1. Fasilitas umum 2. Potensi desa 3. Masalah desa

2. Wawancara

1. Adat istiadat

2. Kelembagaan

3. Gotong royong

4. Potensi desa

5. Masalah desa

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri peneliti sendiri, walaupun data yang dikumpulkan itu sesungguhnya data yang asli (Tika, 1997 : 67). Data sekunder yang diperlukan antara lain :

a. Data monografi penduduk diperoleh dari monografi desa.

b. Data Kecamatan Dalam Angka didapat dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal.

c. Data potensi dan masalah desa dari RPJM Desa/Kelurahan.

d. Data iklim dari Dinas Pertanian Kabupaten Kendal.

e. Citra Ikonos, Google Earth Tahun 2008-2010.

f. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Weleri, Kendal, Bleder, dan Beji Skala 1 : 25.000 Tahun 2000, BAKOSURTANAL.

commit to user

36

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi Langsung

Observasi adalah cara atau teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang ada pada obyek penelitian (Tika, 1997 : 68). Kegiatan observasi dilakukan secara langsung terhadap obyek di tempat penelitian dengan cara sistematik atau berstruktur, yaitu menentukan unsur-unsur utama yang akan diobservasi secara sistematik. Unsur-unsur yang ditentukan tersebut disesuaikan dengan tujuan penelitian yang telah dibuat. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data primer. Observasi langsung dilakukan untuk memperoleh data mengenai fasilitas umum, potensi desa, dan masalah desa. Alat bantu yang digunakan dalam observasi langsung berupa kamera digital untuk dokumentasi foto lokasi penelitian.

2. Wawancara

Moleong (2001 : 135), menjelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (intervieweer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Dalam penelitian ini metode digunakan kombinasi wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara dilakukan dengan masyarakat di masing-masing daerah sampel berdasarkan atas pedoman wawancara seperti pada Tabel 5. Data yang dihasilkan dari wawancara berupa adat istiadat, kelembagaan, gotong royong, potensi desa, dan masalah desa. Tabel 5. Pedoman Wawancara

Variabel

Indikator

Jumlah Butir

Pertanyaan

Nomor Butir Pertanyaan A. Tingkat Perkembangan

Desa

Adat Istiadat

3 1, 2, 3

Gotong Royong

13, 14, 15, 16, 17 B. Pengembangan Desa

Masalah Desa

3 1, 2, 3

Potensi Desa

2 4, 5

commit to user

37

3. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data atau informasi secara tertulis atau dalam bentuk gambar atau peta yang didapat dari kantor atau instansi yang terkait, perpustakaan dan arsip yang menunjang penelitian. Dilaksanakan dengan mencatat, menyalin, mempelajari dan memilah data yang termuat baik berupa peta, diagram, maupun buku-buku sesuai kebutuhan penelitian. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mencari data penggunaan lahan, monografi penduduk, potensi desa, dan masalah desa.

G. Teknik Analisis Data

1. Menyusun Tipologi Desa-desa Pesisir di Kabupaten Kendal Berdasarkan

Aspek Ekonomi Sosial dan Budaya

Penyusunan tipologi desa-desa pesisir berdasarkan aspek ekonomi, sosial, dan budaya menggunakan teknik skoring. Teknik ini digunakan untuk menentukan tingkat perkembangan desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal. Dalam penelitian ini, perkembangan desa menurut Yunus (1987 : 12-18) disusun berdasarkan pada faktor-faktor sebagai berikut :

a. Mata pencaharian Penentuan mata pencaharian didasarkan pada persentase jumlah penduduk yang bekerja di sektor primer, sekunder maupun tersier seperti yang dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut. Tabel 6. Kriteria dan Skor Mata Pencaharian

1. E1 55% atau lebih penduduk desa bermata pencaharian pokok di sektor primer

1 2. E2 55% atau lebih penduduk desa bermata

pencaharian pokok di sektor sekunder

2 3. E3 55% atau lebih penduduk desa bermata

pencaharian pokok di sektor tersier

3 Sumber : Yunus, 1987 : 12

b. Produksi Desa Produksi desa adalah jumlah total produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi di wilayah desa tersebut satu tahun

commit to user

38

yang dinilai dalam rupiah. Adapun kriteria dan skor produksi desa dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kriteria dan Skor Produksi Desa

Kurang dari 50 juta rupiah dalam satu tahun, produksi desa termasuk rendah

2. Y2

Antara 50 juta sampai dengan 100 juta dalam satu tahun, produksi desa termasuk sedang

3. Y3

Lebih dari 100 juta dalam satu tahun, produksi desa termasuk tinggi

3 Sumber : Yunus, 1987 : 13

c. Adat Istiadat dan Kepercayaan Tabel 8. Klasifikasi Adat Istiadat dan Kepercayaan

1. A1 mempunyai 7-9 macam upacara/adat yang mengikat

1 2. A2 mempunyai 4-6 macam upacara/adat yang

mengikat

2 3. A3 mempunyai 1-3 macam upacara/adat yang

mengikat

3 Sumber : Yunus, 1987 : 14

d. Kelembagaan Penentuan kelas kelembagaan berdasarkan banyaknya jenis lembaga yang terdapat di desa tersebut. Adapun klasifikasi kelembagaan dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut. Tabel 9. Klasifikasi Kelembagaan

1. L1 (sederhana)

mempunyai 1-3 dengan syarat bahwa lembaga pemerintah harus ada

1 2. L2 (sedang) mempunyai 4-6 dengan syarat bahwa lembaga

pemerintah dan LSD ada

3. L3 (maju)

mempunyai 7-9 dengan syarat bahwa lembaga pemerintah, LKMD, KUD/BUUD ada

3 Sumber : Yunus, 1987 : 14

commit to user

39

e. Pendidikan Tingkat pendidikan diperhitungkan dari persentase jumlah penduduk yang tamat SD ke atas terhadap jumlah penduduk seluruhnya. Adapun klasifikasinya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kriteria Pendidikan

1. Pd1 (rendah)

penduduk yang tamat SD ke atas kurang dari 30%

2. Pd2 (sedang)

penduduk yang tamat SD ke atas kurang 30% - 60%

3. Pd3 (tinggi)

penduduk yang tamat SD ke atas lebih dari 60% 3 Sumber : Yunus, 1987 : 14

f. Gotong Royong Tingkat gotong royong masyarakat diperhitungkan berdasarkan kesadaran masyarakat terhadap suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Adapun tingkatan dalam gotong royong dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Tingkatan Gotong Royong

1. Gr1 (laten)

gotong royong masyarakat belum mengalami transisi dengan pengertian bahwa pelaksanaan dan cara kerja gotong royong belum didasari oleh rasa kesadaran dan tanggung jawab dari masyarakat. Gotong royong dilaksanakan apabila ada instruksi dari atasan

2. Gr2 (transisi)

gotong royong masyarakat mulai mengalami transisi dengan pengertian bahwa pelaksanaan dan cara kerja gotong royong mulai didasari oleh rasa kesadaran dan tanggung jawab dari masyarakat. Gotong royong dilakukan apabila ada imbalan

3. Gr3 (manifest)

gotong royong sudah terjiwai oleh penduduk sehingga pelaksanaan dan cara kerja gotong royong berdasarkan musyawarah antar warga masyarakat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab

Sumber : Yunus, 1987 : 15

commit to user

40

g. Prasarana Umum Prasarana umum dibagi menjadi empat sub prasarana yaitu prasarana perhubungan, prasarana produksi, prasarana pemasaran dan prasarana sosial.

1) Prasarana perhubungan Prasarana perhubungan mempunyai peranan penting bagi perekonomian desa, karena meskipun produksi tinggi tetapi perhubungannya tidak lancar maka pemasaran produksinya akan terhambat. Adapun cara penilaian prasarana perhubungan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Skor Prasarana Perhubungan

1. Jika desa mempunyai jalan tanah saja

10

2. Jika desa mempunyai jalan batu dan tanah

30

3. Jika desa mempunyai jalan aspal, batu, dan tanah

50 Sumber : Yunus, 1987 : 15

2) Prasarana produksi Tabel 13. Skor Prasarana Produksi

1. Jika desa mempunyai saluran irigasi sederhana/tadah hujan 5 2. Jika desa memiliki bangunan-bangunan air dengan saluran setengah teknis

15 3. Jika desa mempunyai dam sendiri dengan bangunan-

bangunan air dan salurannya teknis, sehingga pengaturan air dapat “autonom” dan baik

25

Sumber : Yunus, 1987 : 16 Desa-desa yang tidak mempunyai sistem irigasi/bukan desa pertanian tahunan, yang dinilai adalah sistem budidaya tanaman dengan kriteria penilaian pada Tabel 14.

commit to user

41

Tabel 14. Kriteria dan Skor Sistem Budidaya Tanaman

1. Jika tanaman di desa pada umumnya tidak dipelihara dan tidak diatur

5 2. Jika tanaman di desa pada umumnya kurang dipelihara dan

jarak tanamannya baik atau sebaliknya

15 3. Jika tanaman di desa pada umumnya dipelihara dengan baik

dan jarak tanamannya baik

25 Sumber : Yunus, 1987 : 16

3) Prasarana pemasaran Tabel 15. Skor Prasarana Pemasaran

1. Jika mempunyai 1 jenis kelompok

2. Jika mempunyai 2 jenis kelompok

15

3. Jika mempunyai 3 jenis kelompok

25 Sumber : Yunus, 1987 : 16

4) Prasarana sosial Tabel 16. Skor Prasarana Sosial

1. Jika desa mempunyai 1-2 prasarana

5 2. Jika desa mempunyai 3-4 prasarana dengan syarat ada gedung pemerintah dan gedung sekolah

15 3. Jika desa mempunyai 5-6 prasarana dengan syarat ada

gedung pemerintahan, gedung sekolah dan poliklinik

25 Sumber : Yunus, 1987 : 17

Penilaian prasarana keseluruhan (prasarana perhubungan, prasarana produksi, prasarana pemasaran dan prasarana sosial) yaitu dengan menjumlah semua skor dengan klasifikasi pada Tabel 17. Tabel 17. Klasifikasi Prasarana Umum

Jumlah skor seluruh prasarana kurang dari 60 1

2. P2

Jumlah skor seluruh prasarana antara 60 – 94 2

3. P3

Jumlah skor seluruh prasarana antara 95 – 125 3 Sumber : Yunus, 1987 : 17

commit to user

42

Setelah semua data yang diperlukan dalam rangka menilai tingkat perkembangan desa terkumpul, tahap selanjutnya adalah memasukkan tujuh faktor perkembangan tersebut ke dalam tabel sehingga tingkat perkembangan desa yang bersangkutan dapat diketahui. Berdasarkan tabel ini pula dapat terlihat mengenai masalah masalah utama yang menunjang atau menghambat laju perkembangan desa yang bersangkutan.

Tingkat perkembangan suatu desa merupakan gabungan penilaian dari ke tujuh faktor perkembangan. Masing-masing faktor perkembangan mempunyai kisaran penilaian antara 1 – 3. Adapun mengenai ketentuan nilai skor untuk tingkat perkembangan desa dalam Tabel 18.

Tabel 18. Ketentuan Nilai Skor Tingkat Perkembangan Desa

No.

Jumlah Nilai Skor

Tahap Perkembangan Desa

1. 7 – 11

Desa tradisional

2. 12 – 16

Desa transisi

3. 17 – 21

Desa maju Sumber : Yunus, 1987 : 18

2. Mengetahui Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir di Kabupaten Kendal Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir digunakan analisis

kuantitatif berdasarkan proporsi Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera I (KS I) pada masing-masing desa pesisir. Persentase Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I dapat dihitung dengan menggunakan fungsi sebagai berikut :

Berdasarkan hasil penghitungan persentase di atas, maka desa diurutkan dari persentase yang terendah sampai tertinggi, kemudian hasilnya akan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelas tingkat kesejahteraan desa yaitu tingkat kesejahteraan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam mencari interval kelas didasarkan pada persentase Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I dengan rumus :

commit to user

43

Keterangan :

C = Interval kelas Xn = Nilai tertinggi (persentase tertinggi) Xi = Nilai terendah (persentase terendah) k = Jumlah kelas yang dikehendaki

3. Mengetahui Hubungan antara Tipologi Desa dengan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Desa Pesisir Kabupaten Kendal Tujuan ketiga dijawab menggunakan teknik analisis overlay dan analisis deskriptif. Teknik analisis overlay dilakukan dengan menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis). Teknik ini dilakukan dengan cara menumpangsusunkan peta tipologi desa dengan peta tingkat kesejahteraan. Selanjutnya hasil overlay kedua peta tersebut dianalisis secara deskriptif. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif dilakukan untuk menjelaskan hubungan antara tipologi desa dengan tingkat kesejahteraan penduduknya. Analisis deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang berbagai kondisi lapang yang berupa uraian pengertian ataupun penjelasan-penjelasan baik terhadap analisis yang bersifat terukur maupun tidak terukur terhadap kondisi lingkungan sosial ekonomi dan daerah sampel. Hasil analisis kualitatif berupa kompilasi kondisi riil di lapang dengan kondisi yang diperoleh dari studi pustaka.

4. Menyusun Strategi Pengembangan Desa-desa Pesisir di Kabupaten Kendal Analisis SWOT adalah identifikasi secara sistematik atas kekuatan dan

kelemahan dari faktor internal serta kesempatan dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi suatu wilayah. Keterkaitan faktor internal dan eksternal tersebut digambarkan dalam bentuk matrik SWOT yang nantinya digunakan untuk menentukan alternatif strategi pengembangan pembangunan. Matrik SWOT merupakan suatu alat untuk meringkas faktor-faktor strategis suatu sektor yang menggambarkan bagaimana peluang-peluang dan ancaman-ancaman eksternal yang dihadapi dapat dipertemukan dengan kelemahan-kelemahan dan kekuatan-

commit to user

44

kekuatan internal untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategis.

Analisis SWOT digunakan untuk menyusun arahan strategi pengembangan desa-desa pesisir. Strategi pengembangan disusun melalui penelaahan tentang kondisi dan kenyataan di lapangan, untuk menggali unsur-unsur kekuatan, kelemahan, dan peluang serta ancaman yang ada. Dasar pengembangan desa adalah masalah dan potensi sehingga diperoleh gambaran ciri-ciri, potensi dan sumberdaya yang dimiliki suatu desa yang diperlukan dalam penyusunan strategi pengembangan desa.

Keterkaitan faktor internal dan eksternal dapat digambarkan dalam bentuk

matrik SWOT. Contoh tabel metode analisis SWOT dapat dilihat dalam Tabel 19. Tabel 19. Metode Analisis SWOT

Faktor Penentu

Faktor Eksternal Opportunities

(Peluang)

Threats (Ancaman)

Faktor Internal

Strength (Kekuatan)

SO

ST

Weakness (Kelemahan)

WO

WT

Sumber : Muta’ali, 2003 (12-3)

Berdasarkan hasil analisis SWOT akan dihasilkan beberapa strategi, antara lain :

a. Strategi SO, yang digunakan untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal.

b. Strategi WO, bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan eksternal.

c. Strategi ST, bertujuan untuk memperkecil dampak yang akan terjadi dari lingkungan eksternal.

d. Strategi WT, bertujuan untuk memperkuat dari dalam usaha untuk memperkecil kelemahan internal dan mengurangi tantangan eksternal.

commit to user

45

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dari awal sampai akhir penelitian. Penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi kegiatan studi pustaka guna memperoleh literatur dan hasil penelitian yang relevan serta melakukan kajian data awal untuk keperluan penyusunan proposal.

2. Tahap Penyusunan Proposal

Proposal merupakan rancangan penelitian yang disusun sebagai pengajuan untuk melakukan penelitian. Proposal kemudian digunakan untuk mengurus perijinan birokrasi penelitian. Melalui proposal dijelaskan latar belakang, permasalahan yang dikaji, tujuan, landasan teori dan metode yang digunakan.

3. Tahap Penyusunan Instrumen

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data yang memerlukan instrumen adalah wawancara. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara.

4. Tahap Pengumpulan Data

Pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan kegiatan studi dokumentasi dari dokumen, buku, serta arsip yang terdapat pada instansi terkait dengan masalah penelitian ini serta kerja ceking lapangan melalui observasi dan wawancara.

5. Tahap Analisis Data

Analisis data merupakan pemrosesan data yang diperoleh untuk diorganisasikan ke dalam bentuk yang lebih sederhana agar lebih mudah dibaca dan diintepretasikan. Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan

commit to user

46

adalah metode skoring untuk menyusun tipologi desa dan analisis SWOT untuk menyusun strategi pengembangan desa pesisir.

6. Tahap Penyusunan Laporan

Penulisan laporan penelitian merupakan hasil penelitian yang melibatkan keseluruhan tahapan kegiatan dari unsur-unsur penelitian. Tahap akhir penelitian berupa penyusunan laporan dalam bentuk hardcopy dan softcopy sebagai output kegiatan penelitian secara nyata.

commit to user

47

I. Diagram Alir Penelitian

Gambar 6. Diagram Alir Penelitian

Strategi Pengembangan Desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal

Desa-desa pesisir

Perlu strategi pengembangan desa-desa pesisir

Tingkat kesejahteraan yang

rendah di desa-desa pesisir

Perlunya pengelompokkan desa-desa pesisir

Peta Tipologi Desa-desa

Pesisir

Peta Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir

Tumpangsusun

Hubungan Tipologi dengan Tingkat

Kesejahteraan Desa-desa Pesisir

Skoring dan

Klasifikasi

Mata pencaharian, Adat istiadat dan kepercayaan, Kelembagaan dan pemerintah desa, Pendidikan, Gotong royong, Prasarana/fasilitas umum

Data Sekunder

Data Primer

Produksi Desa, Data Monografi Desa

Kesejahteraan Keluarga

Kerja Lapangan

Potensi dan Permasalahan

Desa-desa Pesisir

commit to user

48