ANALISIS USAHATANI KETELA RAMBAT DI KABUPATEN KARANGANYAR

SKRIPSI

Guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

Satria Wyrandhana

H 0307025

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

yang dipersiapkan dan disusun oleh:

SATRIA WYRANDHANA H0307025

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal: Juli 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Ir. Sugiharti Mulya H. MP NIP. 19650626 199003 2 001

Anggota I

Mei Tri Sundari, SP. M.Si. NIP. 19780503 200501 2 002

Anggota II

R. Kunto Adi, SP. MP NIP. 197310172003121002

Surakarta, Juli 2012

Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 1001

ii

commit to user

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah begitu besar memberikan cinta-Nya kepada penulis hingga karya ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa terlimpah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa berjuang di jalannya.

Usaha dan upaya untuk senantiasa lakukan yang terbaik atas setiap kerja menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “Analisis Usahatani Ketela Rambat di Kabupaten Karanganyar ”. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Ibu Sugiharti Mulya H. MP. selaku pembimbing utama skripsi, atas arahan, bimbingan dan masukan untuk penulis sepanjang menempuh studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Ibu Mei Tri Sundari, SP, Msi selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing akademik atas arahan, bimbingan dan masukan untuk penulis sepanjang menempuh studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Bapak R. Kunto Adi, SP. MP selaku dosen penguji kedua saya, atas arahan, bimbingan dan masukan untuk penulis sepanjang menempuh studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

5. Jajaran pemerintah Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis di wilayahnya

iii

commit to user

langkah penulis.

8. Mas Heru Teguh Prayitno, Management yang senantiasa mendukung tiap langkah penulisan skripsi ini.

9. Sabilla, Clara, Titik, Siska dan teman-teman yang terus membantu dan mendukung untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Seluruh responden, teman-teman mahasiswa Agrobisnis 2007 serta semua pihak yanhg telah membantu penulis hingga menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Kesadaran penuh bagi penulis bahwa sesungguhnya karya ini hanya sedikit memberikan kontribusi bagi pihak pemerintah Kabupaten Karanganyar maupun bagi almamater tapi sesungguhnya begitu besar memberikan kemanfaatan bagi penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis berharap di balik kekurangsempurnaan karya ini masih ada kemanfaatan yang bisa diberikan baik bagi penulis sendiri, bagi pihak almamater dapat menjadi tambahan referensi, dan bagi pembaca semoga bisa dijadikan tambahan pengetahuan.

Alhamdulillahirobbil’alamiin.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

iv

commit to user

Tabel 1. Luas Panen Tanaman Ketela Rambat Di Tiap Kecamatan

Karanganyar ..........................................................................

3 Tabel 2. Produksi Tanaman Ketela di Kabupaten Karanganyar Tahun

2006-2010 ...............................................................................

4 Tabel 3. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan, Produksi Komoditi

Ketela Rambat di Provinsi Jawa Tengah ................................ 20

Tabel 4. Jenis Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar 25 Tabel 5. Penggunaan Wilayah di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009 26 Tabel 6. Perkembangan Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun

–2009............................................................................. 28 2005

Tabel 7. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar menurut Jenis

Kelamin Tahun 2009..............................................................

28 Tabel 8. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut

Kelompok Umur Tahun 2009 ................................................ 30

Tabel 9. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut

Tingkat Pendidikan Tahun 2009............................................... 31

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009.............................................................. 31 Tabel 11. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten

Karanganyar Tahun 2010 ........................................................... 32

Tabel 12. Industri Menurut Skala Usaha di Kabupaten Karanganyar

Tahun 2009 ............................................................................

33 Tabel 13. Karakteristik Petani Ketela Rambat di Kabupaten

Karanganyar ........................................................................... 34

Tabel 14. Rata-Rata Biaya Tetap Usahatani Ketela rambat Per Satu

Musim Tanam Per Usahatani Di Kabupaten Karanganyar ..... 40

Tabel 15. Rata-Rata Biaya Variabel Usahatani Ketela Rambat Per Satu

Musim Tanam Per Usahatani Di Kabupaten Karanganyar .... 41 vii

commit to user

Tabel 17. Rata-rata Efisiensi Usahatani Ketela Rambat di Kabupaten

Karanganyar ............................................................................ 44

viii

commit to user

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ………………....…………………..16

ix

commit to user

Halaman

Lampiran 1. Identitas Petani ...........................................................................

52 Lampiran 2. Penggunaan dan Biaya Saprodi .................................................

53 Lampiran 3. Penggunaan Tenaga Kerja ..........................................................

55 Lampiran 4. Biaya Tenaga Kerja ....................................................................

56 Lampiran 5. Perhitungan Biaya Penyusutan Alat ............................................ 57 Lampiran 6. Perhitungan Biaya Lain-Lain ..................................................... 59 Lampiran 7. Total Biaya Usahatani ................................................................. 60 Lampiran 8. Total Biaya dan Bunga Modal Usahatani ................................... 61 Lampiran 9. Peta Kabupaten Karanganyar ...................................................... 62 Lampiran 10. Kuisioner ..................................................................................

63 Lampiran 11. Foto Hasil Penelitian ................................................................ 70 Lampiran 12. Data Monografi.

commit to user

Satria Wyrandhana H0307025 RINGKASAN

SATRIA WYRANDHANA. H0307025 ”Analisis Usahatani Ketela Rambat di Kabupaten Karanganyar ”. Pembimbing Ir. Sugiharti Mulya H. MP, dan Mei Tri Sundari, SP. M.Si Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keuntungan usahatani ketela rambat, dan efisiensi dari usahatani ketela rambat. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan pelaksanaannya menggunakan metode survai. Metode pengambilan daerah penelitian dilakukan secara purposive menggunakan metode pengambilan sampel simple random sampling. Kabupaten Karanganyar dipilih karena merupakan salah satu sentra produksi ketela rambat. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil petani ketela rambat seluruhnya sebanyak 30 orang. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder dengan teknik wawancara, pencatatan, dan observasi.

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa biaya rata-rata per usahatani yang dikeluarkan untuk usahatani ketela rambat adalah sebesar Rp. 16.603.666,06 per hektar dan, penerimaan rata-rata Rp. 23.400.000,00 per hektar. Rata-rata keuntungan dalam satu masa tanam yang diperoleh ialah adalah Rp. 6.796.333,94.dan, Efisiensi sebesar 1,41.

Kesimpulannya bahwa petani memperoleh keuntungan dalam mengusahakan ketela rambat di Kabupaten Karanganyar dan efisiensi usahatani ketela rambat tersebut menunjukkan bahwa usahatani ketela rambat sudah efisien untuk diusahakan di Kabupaten Karanganyar.

Saran, Pihak bank mengadakan sistem kredit untuk petani dengan bunga modal yang rendah, agar petani bisa meningkatkan keuntungan dan Pemerintah hendaknya menambah pemberian subsidi pupuk agar usahatani ketela rambat tetap efisien, karena berdasarkan hasil wawancara sebagian besar petani mengeluhkan tingginya harga pupuk.

xi

commit to user

Satria Wyrandhana H0307025 SUMMARY

SATRIA WYRANDHANA. H0307025 "Creep Analysis of Farming Sweet Potatoes in Karanganyar District". Supervisor Ir. Sugiharti Mulya H. MP, and Mei Tri Sundari, SP. M.Si Faculty of Agriculture, University of Surakarta of March. This study aims to assess the advantages of farming sweet potatoes, and efficiency of farming sweet potatoes. The basic method used in this research is descriptive method and implement it using survey methods. Method of making the research conducted using the purposive sampling method simple random sampling. Karanganyar District was chosen because it is one of the centers of production of sweet potatoes. Sampling was done by taking all the farmers sweet potatoes as much as 30 people. The data taken in the form of primary data and secondary data with interview techniques, record keeping, and observation.

From the analysis shows that the average cost incurred per farm to farm sweet potatoes amounted to Rp. 16,603,666.06 per hectare and, receiving an average of Rp. 23,400,000.00 per hectare. The average gain in a single growing season is obtained is Rp. 6,796,333.94. And, efficiency of 1.41.

The conclusion that the farmers gain an advantage in seeking sweet potatoes in Karanganyar and efficiency of farming sweet potatoes showed that efficient farming sweet potatoes are cultivated in Karanganyar District.

Advice, the bank entered into a credit system for farmers with low-interest capital, so that farmers can increase profits and the government should increase the provision of fertilizer subsidies in order to remain efficient farming sweet potatoes, because it is based on interviews, most farmers complained about the high price of fertilizer.

xii

commit to user

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris tempat tumbuh berbagai jenis tanaman pangan. Walaupun saat ini banyak sekali tanaman budidaya pertanian yang diekspor namun dulunya Indonesia pernah dikenal sebagai negara swasembada pangan. Hampir seluruh rakyat Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya. pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun tidak diolah (Anonim, 2008).

Pangan diperuntukkan bagi konsumsi manusia sebagai makanan atau minuman, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan- bahan lain yang digunakan sebagai proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman. Komoditas pangan harus mengandung zat gizi yg terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan, mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Batasan untuk tanaman pangan ialah tanaman yang mengandung karbohidrat dan protein. Tanaman palawija juga dapat dikatakan masuk kedalam tanaman pangan yaitu ubi kayu, ketela rambat, dan talas (Purwono, 2007) Tanaman palawija merupakan tanaman yang potensial untuk dikembangkan sebagai pengganti padi. Meskipun beberapa jenis palawija bukan tanaman asli Indonesia, namun sudah beradaptasi dan dibudidayakan di Indonesia. Sampai saat ini, pembudidayaan palawija masih sebatas sebagai tanaman pendamping yang kurang pemeliharaannya (Siswadi, 2006).

Dalam pengertian sekarang, palawija berarti semua tanaman pertanian semusim yang ditanam pada lahan kering. Biasanya palawija berupa tanaman kacang-kacangan, serealia selain padi (seperti jagung), dan umbi-umbian semusim (ketela pohon dan ketela rambat). Palawija secara harfiah dapat diartikan sebagai tanaman kedua. Maksud dari tanaman kedua yaitu palawija merupakan tanaman-tanaman hasil pertanian yang kedua setelah tanaman pokok indonesia yaitu padi. Yang termasuk tanaman palawija yaitu kacang

commit to user

bahwa tanaman palawija ini merupakan hasil produksi sekunder dari petani yang mana hasil produksi primer mereka yaitu padi. Tanaman palawija ini juga bisa digunakan untuk menggantikan padi sebagai makanan pokok. Pada saat ini para petani biasanya memanfaatkan lahan pertanian mereka untuk menanam tanaman palawija untuk mendapatkan hasil tambahan. Kini banyak dijumpai ladang-ladang yang di tanami tanaman padi sekaligus juga ditanami tanaman jagung dan ketela pohon (Sujatmoko, 2012).

Selama ini masyarakat menganggap ketela rambat merupakan bahan pangan dalam situasi darurat, bahkan disebut sebagai makanan masyarakat kelas bawah. Padahal potensi ekonomi dan sosial ketela rambat cukup tinggi, antara lain sebagai bahan pangan yang efisien pada masa mendatang, bahan pakan ternak, dan bahan baku berbagai industri (Tardan, 1997:12).

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu bagian dari wilayah Provinsi Jawa Tengah yang sebagian besar berupa pegunungan masih menyimpan potensi sangat besar bagi usaha pertanian, khususnya di Kecamatan Tawangmangu, termasuk pertanian ketela rambat. Kabupaten Karanganyar adalah salah satu daerah yang cocok untuk mengembangkan tanaman ketela rambat karena Kabupaten Karanganyar merupakan daerah agraris dengan komoditas utama yang akan dikembangkan meliputi tanaman pangan hortikultura, perikanan, kehutanan dan perkebunan. kondisi geografis Kabupaten Karanganyar yang terletak pada ketinggian 511 m diatas permukaan laut dengan curah hujan 2.453 mm/tahun dan bersuhu antara 22-

31 0 C serta dengan tanah yang subur dan mengandung humus yang cukup, cocok untuk membudidayakan ketela rambat. Luas panen ketela rambat yang ada di wilayah Kabupaten Karanganyar ditunjukkan pada Tabel 1:

commit to user

Karanganyar tahun 2006-2010

No.

Kecamatan

Luas Panen (Ha)

2010 Rata-Rata Luas Panen

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar 2011 Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa kecamatan yang mempunyai

luas panen yang cukup luas dan setiap tahunnya membudidayakan ketela rambat adalah Kecamatan Ngargoyoso, Matesih dan Tawangmangu. Di setiap tahunnya luas panen yang digunakan untuk budidaya ketela rambat berubah. Hal ini dikarenakan kondisi cuaca yang tidak stabil dan adanya peningkatan permintaan komoditas lain seperti kubis, sawi, dan sebagainya.

Faktor-faktor produksi pada pertanian lebih berhubungan dengan sumber daya seperti tanah, tenaga kerja dan modal (bibit, pupuk, pestisida dan alat-alat produksi) mampu menunjang produksi. Kegiatan penyelenggaraan usahatani setiap petani berusaha agar jumlah produksinya besar, dengan penelitian yang lebih mendalam tampak bahwa petani

commit to user

secara tertulis. Petani harus menghadapi pilihan antara menggunakan bibit lokal yang sudah biasa digunakan dengan bibit unggul yang belum pernah digunakan, walaupun tanpa ditulis diatas kertas petani akan memperhitungkan untung ruginya (Mubyarto, 1979:67). Produksi ketela rambat di Kabupaten Karanganyar mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat dari tahun 2006 hingga 2008 dan mengalami penurunan pada tahun 2009 kemudian mengalami peningkatan kembali di tahun 2010 dan dapat dilihat pada Tabel 2 :

Tabel 2. Produksi Tanaman Ketela di Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2010

No.

Kecamatan

Produksi (Ton)

Rata-rata Produksi

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar 2011 Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa produksi tertinggi ketela

rambat pada data tahun 2006-2010 terdapat pada tahun 2008. Kecamatan yang memiliki produksi tertinggi yaitu di Kecamatan Ngargoyoso, diikuti

commit to user

salah satu penghasil ketela rambat di Kabupaten Karanganyar. Hal ini dapat dilihat dari data produksi ketela rambat di Kabupaten Karanganyar, selama lima tahun. Jumlah produksi ketela rambat pada tahun 2010 sebesar 1.299 ton (DISPERTAN Kabupaten Karanganyar, 2011). Tabel 2 menunjukan bahwa tingkat produksi ketela rambat di Kabupaten Karanganyar mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun. Fluktuatif yang terjadi akan berpengaruh terhadap keuntungan petani, oleh karena itu agar petani memperoleh keuntungan, petani harus meningkatkan produksi ketela rambat yang berfluktuatif dengan melakukan usahatani yang baik. Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin mengetahui tentang keuntungan yang berhubungan dengan produksi usahatani dan efisiensi dari usahatani ketela rambat di Kabupaten Karanganyar.

B. Perumusan Masalah

Usahatani ketela rambat di Kabupaten Karanganyar memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa terjadi peningkatan produksi ketela rambat di periode 2006-2008 dan 2009-2010. Besarnya luas panen di wilayah tersebut tidak diimbangi dengan pengetahuan petani dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi ketela rambat. Jika faktor-faktor produksi tersebut dapat dialokasikan dengan tepat, produksi ketela rambat dapat lebih meningkat kualitas dan kuantitasnya, yang pada akhirnya memberikan keuntungan yang lebih untuk petani.

Berdasarkan produksi ketela rambat tersebut, perlu adanya peningkatan terhadap ketela rambat. Ketela rambat memiliki prospek yang baik di masa depan. Untuk itu, perlu adanya usaha tani yang baik dalam aspek pertanian, kualitas produk dan, aspek ekonomi yang mampu meningkatkan efisiensi. Analisis usahatani untuk mengoptimalkan produk sehingga dapat dilihat efisiensi faktor produksi.

Kabupaten Karanganyar adalah salah satu sentra produksi ketela rambat. Dalam suatu proses produksi pertanian pasti memiliki beberapa kendala, termasuk dalam proses pertanian di Kabupaten Karanganyar.

commit to user

Karanganyar adalah fluktuasi produksi ketela rambat. Hal ini disebabkan karena perbedaan musim, penawaran harga tengkulak, pembayaran sewa lahan, tengkulak tidak melakukan pembayaran pada hasil produksi setelah mengambil produksi ketela rambat di Kabupaten Karanganyar tersebut. Penjualan produksi ketela rambat dilakukan petani kepada tengkulak sebelum produksi tersebut mengalami panen. Oleh karena itu, dalam melakukan usahataninya seorang petani harus maximal agar mencapai produksi optimal sehingga diperoleh keuntungan maksimal di Kabupaten Karanganyar dan diharapkan usahatani tersebut dapat mencapai efisiensi terhadap ketela rambat di Kabupaten Karanganyar.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah usahatani ketela rambat di Kabupaten Karanganyar menguntungkan?

2. Apakah usahatani Ketela Rambat di Kabupaten Karanganyar sudah efisien?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui usahatani ketela rambat di Kabupaten Karanganyar sudah mengalami keuntungan atau belum.

2. Mengetahui usahatani ketela rambat di Kabupaten Karanganyar sudah efisien atau belum.

C. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi petani ketela rambat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan keuntungan petani ketela rambat di masa yang akan datang.

commit to user

dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk menentukan kebijakan mengenai pengembangan ketela rambat tersebut agar dapat meningkatkan keuntungan petani ketela rambat

4. Bagi pihak lain hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam penelitian lain yang sejenis.

commit to user

A. Tinjauan Pustaka

a. Penelitian terdahulu

Menurut penelitian Nunuk Mardiyanti (2003) yang berjudul Studi Komparatif Usahatani Tumpangsari Jagung dan Kedelai dengan Usahatani Monokultur Jagung di Kabupaten Wonogiri bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan pendapatan usahatani serta efisiensi usahatani tumpangsari jagung dan kedelai dengan usahatani. Metode penarikan sampel petani dilakukan dengan survei yaitu 30 petani yang mengusahakan usahatani tumpangsari jagung dan kedelai dengan 30 petani usahatani monokultur jagung. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengambilan data dengan menggunakan wawancara, observasi dan, pencatatan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara biaya usahatani tumpangsari jagung dengan kedelai yang diperoleh sebesar (Rp. 1.460.329/Ha) dan biaya usahatani monokultur jagung yang memperoleh biaya sebesar (Rp. 1.704.867/Ha). Tetapi dapat dikatakan bahwa tingkat efisiensi usahatani tumpangsari jagung dengan kedelai lebih tinggi (2,6) dibandingkan usahatani monokultur jagung (2,2). Dari hasil penelitian disarankan bahwa petani palawija harus tetap memperhatikan pemeliharaan agar tidak terjadi kegagalan panen, penurunan pendapatan serta penurunan efisiensi.

Menurut penelitian Muthi’ah Setiyawati (2010) yang berjudul Penggunaan Varietas Macan Pada Usahatani Kacang Tanah Ditinjau Dari Peningkatan Pendapatan Petani Di Kabupaten Jepara bertujuan untuk mengetahui jumlah pendapatan dan efisiensi petani kacang tanah varietas macan di Kabupaten Jepara.

Menurut hasil penelitian ini, penggunaan varietas macan pada usahatani kacang tanah adalah usahatani yang dikelola selama satu musim saja. Rata-rata penerimaan Rp 7.827.222,23/Ha/MT, rata-rata biaya Rp

commit to user

798.018,93/Ha/MT dan, memiliki efisiensi (R/C Ratio = 1,23). Usahatani kacang tanah varietas macan ini sangat bermanfaat bagi petani di daerah ini, karena penerimaan usahatani dianggap tinggi dibandingkan dengan usahatani lain.

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan diatas memberikan sumbangan pemikiran terhadap usahatani palawija. Penelitian ini juga memberikan cara menghitung biaya, penerimaan, efisiensi usahatani beserta pengambilan data dan sampel. Dengan demikian, alat analisis dari kedua penelitian tersebut dapat diterapkan di penelitian ini dan hasil penelitiannya dapat dijadikan panduan dalam penelitian ini. Dilihat dari penelitian diatas, daerah Jawa Tengah adalah daerah yang cocok untuk usahatani palawija.

b. Budidaya Tanaman Ketela Rambat

1. Sistematika

Sistematika ketela rambat adalah sebagai berikut: Kingdom

: Plantae (Tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji) Sub Divisi

: Angiospremae (Berbiji tertutup) Kelas

: Ipomea Species : Ipomea batatas L. sin. Batatas edulis Choisy

(Tardan, 1997:17).

2. Syarat Tumbuh Tanaman ketela rambat dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh karena daerah penyebaran terletak pada 30 0 LU dan 30 0 LS. DI Indonesia yang beriklim tropic, tanaman ketela rambat cocok di dataran rendah hingga ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Di dataran tinggi berketinggian 1000 m dpl, ketela rambat masih

commit to user

hasilnya rendah (Tardan, 1997:24) Daerah yang cocok digunakan untuk membudidayakan ketela rambat adalah dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl., yang bersuhu 21 0 C – 27 0 C, berkelembaban 50 % - 60 %, mendapatkan panas matahari 11-12 jam/hari, dengan curah hujan 750 mm – 1.500 mm/tahun. Ketela rambat cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi, terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman membutuhkan tanah yang cukup lembab. Oleh karena itu, untuk penanaman di musim kemarau harus tersedia air yang memadai (Tardan, 1997:26).

Lahan tanam dipersiapkan dalam bentuk guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30 cm – 40cm, dan jarak antar guludan 70 cm – 100 cm. Jika penanaman dilakukan di lahan kering, maka saat yang paling tepat dilakukannya penanaman adalah pada awal musim hujan, sedangkan penanaman di lahan sawah, paling baik dilakukan pada awal musim kemarau. Bibit setek ditanam dalam larikan sedalam

10 cm dengan alternative jarak tanam yang dianjurkan adalah 75 cm x

30 cm atau 100 cm x 25 cm. Pada saat tanam, dilakukan pula pemupukan dengan pupuk Urea 34 kg – 67 kg, TSP 50 kg, dan KCL

34 kg/hektar. Pupuk diberikan di kanan kiri barisan bibit ubi jalar sejauh 10 cm -15 cm dalam larikan dangkal, yang kemudian ditutup dengan tanah ( Rukmana, 2001:14).

Perbanyakan tanaman ketela rambat dilakukan secara vegetatif dengan setek batang atau setek pucuk. Bibit setek yang baik berasal dari varietas atau klon unggul yang meliputi varietas Daya, Prambanan, Borobudur, Mendut, dan Kalasan, dengan umur minimal

2 bulan, berukuran panjang setek antara 20 cm- 25 cm, dan tumbuh sehat. Kebutuhan akan bibit setek berkisar antara 32000-35000 setek per hektar lahan. Pemeliharaan tanaman ketela rambat meliputi aktivitas-aktivitas pokok sebagai berikut.

commit to user

pertumbuhan.

2. Penyulaman yang dilakukan saat tanaman berumur maksimal 3 minggu setelah tanam.

3. Penyiangan dan pembumbunan yang dilakukan saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam, dan diulang saat tanaman berumur

2 bulan setelah tanam.

4. Pemupukan susulan yang dilakukan saat tanaman berumur 45 hari setelah tanam. Jenis pupuk yang diberikan adalah Urea 67 kg – 133 kg dan KCL 66 kg/hektar lahan. Pupuk tersebut diberikan dalam larikan di sepanjang guludan, sejauh 7 cm – 10 cm dari batang tanaman, dengan 5 cm – 7 cm.

5. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, dilakukan antara lain dengan penggunaan bibit yang sehat, perbaikan drainase tanah, pemotongan bagian tanaman yang terserang berat, pembumbunan ubi yang terbuka, pergiliran tanaman, dan penyemprotan tanaman dengan pestisida secara selektif ( Rukmana, 2001:16)

c. Usahatani

Usahatani merupakan suatu usaha yang sangat kompleks. Seorang juru tani ( Farm Operator ) bagaimanapun kecil usahataninya, dia sekaligus merupakan investor, pemimpin dan karyawan. Karena tujuan dari pada usahatani selalu beraneka cabang, maka selalu sukar pula untuk memperhitungkan keadaan keuangan dari suatu usahatani sebagai perusahaan, berhasil atau tidak. Supaya usahatani dapat dikatakan berhasil maka usahatani itu pada umumnya secara minimal harus dapat memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Usahatani harus dapat menghasilkan cukup pendapatan untuk membayar biaya semua alat-alat yang diperlukan.

b. Usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan yang dapat dipergunakan untuk membayar bunga modal yang dipergunakan di

commit to user

maupun modal yang dipinjam dari pihak lain.

c. Usahatani harus dapat membayar upah tenaga petani dengan keluarganya yang dipergunakan di dalam usahatani secara layak.

d. Usahatani yang bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan seperti semula. Jadi harus dapat memelihara diri sendiri.

e. Usahatani harus dapat pula membayar tenaga petani sebagai manager yang harus mengambil keputusan mengenai apa yang harus

dan bagaimana

( Hadisapoetra, 1973:1).

1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan

a. Biaya Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (a) Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang

relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Contohnya pajak. Biaya untuk pajak akan tetap dibayar walaupun hasil usahatani itu besar atau gagal sekalipun.

(b) Biaya tidak tetap adalah biaya biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah- ubah tergantung dari besar-kecilnya produksi yang diinginkan. (Soekartawi, 1995:56)

b. Penerimaan

Menurut Soekartawi (1995:54) penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga

commit to user

dituliskan sebagai berikut: TR = Y. Py TR = Total Penerimaan Usahatani Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani

Usahatani Py = Harga Produksi Usahatani Keuntungan Keuntungan adalah mengurangi pendapatan petani dengan upah tenaga kerja keluarga dan bunga modal sendiri. Ini dapat dinyatakan

modal sendiri

(Hadisapoetra, 1973:10)

2. Efisiensi Ekonomi Usahatani yang baik adalah usahatani yang produktif atau efisien. Usahatani produktif berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi yang dapat diperoleh dari satu ke satuan input. Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Jadi secara teknis produktivitas adalah merupakan perkalian antara efisiensi dan kapasitas (Mubyarto, 1979:57).

Kalau efisiensi fisik ini kemudian dinilai dengan uang maka efisiensi fisik ini akan sampai pada efisiensi ekonomi. Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu luas tanah dikalikan hasil per satuan luas. Dan ini semua kemudian dinilai dalam uang. Tetapi tidak semua hasil ini diterima oleh petani. Hasil itu harus dikurangi dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkannya yaitu harga pupuk dan bibit, biaya pengolahan tanah, upah menanam, upah membersihkan rumput dan biaya panen yang

commit to user

bagian hasil panen yang harus diberikan kepada pemilik tanah (yaitu kira-kira 50% dari hasil netto tergantung dari perjanjian) harus pula dikurangkan dan dimasukkan sebagai biaya (Mubyarto, 1979:59).

Setelah semua biaya-biaya tersebut dikurangkan barulah petani memperoleh apa yang disebut hasil bersih (netto). Apabila hasil bersih usahatani besar maka ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil dan biaya. Makin tinggi rasio ini berarti usahatani makin efisien. Tentu saja efisiensi ini berbeda antara usahatani yang satu dengan lain. Dan disinilah peranan manajemen mulai penting (Mubyarto, 1979:60). Efisiensi usahatani memberikan batas layak dan tidaknya suatu usahatani dilaksanakan. Perhitungan efisiensi penggunaan biaya dalam usahatani dianalisis melalui imbangan antara penerimaan total dengan biaya total, Disebut Revenue and Cost Ratio (R/C Ratio = Penerimaan/ Biaya).

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Usahatani pada dasarnya adalah bentuk pengorganisasian yang dilakukan oleh seseorang atau sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar bagi keluarganya. Salah satu jenis usahatani yang ada di Indonesia adalah usahatani ketela rambat. Usahatani ketela rambat yang dilaksanakan umumnya adalah usahatani yang bercorak transisi antara usahatani subsisten dan usahatani komersial, sehingga dalam kegiatannya akan selalu berhubungan dengan penerimaan, biaya, keuntungan dan, efisiensi. Hal ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus dibawah ini.

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dalam menghitung penerimaan usahatani, beberapa hal perlu diperhatikan :

1. Hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produksi pertanian itu dapat dipanen secara serentak.

commit to user

dijual bebrapa kali, sehingga diperlukan data frekuensi penjualan dan produksi mungkin dijual beberapa kali pada harga jual yang berbeda-beda

3. Bila penelitian usahatani ini menggunakan responden petani,maka diperlukan teknik wawancara yang baik untuk membantu petani mengingat kembali produksi dan hasil penjualan yang diperolehnya selama setahun terakhir (Soekartawi,1995:54).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (a) Biaya tetap seperti pajak, alat pertanian dan iuran irigasi. (b) Biaya tidak tetap seperti sarana produksi, tenaga kerja, dan pupuk (Soekartawi, 1995:56).

Keuntungan diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan petani dengan upah tenaga keluarga dan bunga modal sendiri. Ini dapat dinyatakan dalam persen dari modal sendiri dalam yang dinyatakan П = TR - TC (Hadisapoetra, 1973:10)

R/C adalah singkatan dari Revenue Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Secara teoritis dengan rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak pula rugi. Namun karena adanya biaya usahatani yang kadang-kadang tidak dihitung, maka kriterianya dapat diubah menurut keyakinan si peneliti ; misalnya R/C yang lebih dari satu, bila suatu usahatani itu dikatakan menguntungkan ( Soekartawi,1995:85).

Karena usahatani merupakan suatu perusahaan yang sangat kompleks, maka berbagai cara dapat dipergunakan untuk menentukan hubungan antara biaya dan pendapatan dari suatu usahatani. Cara mana yang akan dipergunakan sangat dipengaruhi oleh besarnya dan tipe usahatani, oleh besarnya peranan tenaga kerja jika dibandingkan dengan jumlah investasi modal dan oleh tujuan yang ingin dicapai oleh para petani masing masing.

Untuk memperhitungkan nilai, biaya dan pendapatan usahatani, pada umumnya dapat dibedakan tiga cara yaitu

a. Cara memperhitungkan keadaan usahatani dan petani pada suatu

periode waktu.

commit to user

usahatani selama satu tahun.

c. Cara memperhitungkan hubungan antara biaya dan pendapatan

usahatani pada akhir tahun (Hadisapoetra, 1973:3). Dalam usahatani, pada prosesnya meliputi input dan output yang akan menghasilkan biaya usahatani dan penerimaan usahatani, kemudian dari biaya usahatani dan penerimaan usahatani dapat disimpulkan keuntungan dan R/C rasio yang dapat menentukan efisensi usahatani yang diperoleh sesuai rumus yang telah ditentukan. Semua dapat dibentuk dalam sebuah bagan dibawah ini:

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

BIAYA USAHA TANI

- Biaya tetap - Biaya tidak tetap

PENERIMAAN USAHA TANI

- Jumlah produksi - Harga

KEUNTUNGAN USAHATANI KETELA RAMBAT

R/C rasio

Efisiensi usaha tani

Usahatani Ketela Rambat

commit to user

1. Diduga usahatani ketela rambat di Kabupaten Karanganyar sudah mengalami keuntungan.

2. Diduga usahatani ketela rambat di Kabupaten Karanganyar sudah efisien.

D. Pembatasan Masalah

a. Petani ketela rambat yang dimaksud adalah petani penyewa penggarap yang mengusahakan ketela rambat di Kabupaten Karanganyar.

b. Berdasarkan wawancara, varietas ketela rambat yg diteliti adalah varietas terbanyak atau secara umum yang dibudidayakan di Kabupaten Karanganyar yaitu varietas ketela rambat jenis korea.

c. Penelitian ini dilakukan pada masa tanam Januari sampai dengan Juni 2012.

d. Harga hasil ketela rambat diperhitungkan sesuai dengan harga jual yang berlaku saat penelitian, dan petani menjual ketela rambat kepada tengkulak sebelum masa panen.

E. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Usahatani ketela rambat adalah pembudidayaan ketela rambat yang dilakukan oleh petani secara monokultur di Kabupaten Karanganyar.

2. Petani ketela rambat adalah petani penyewa penggarap yang berusahatani ketela rambat di Kabupaten Karanganyar.

3. Biaya usahatani adalah nilai dari semua faktor produksi untuk kegiatan usahatani yang meliputi sewa lahan, biaya pupuk, pestisida, alat, tenaga kerja, bibit dan lain-lain, diukur atau dinyatakan dalam rupiah.

4. Biaya tetap adalah biaya yang tidak terpengaruh oleh perubahan volume produksi ketela rambat yang terdiri atas, penyusutan alat, bunga modal investasi, dan biaya sewa lahan, dinyatakan dalam rupiah.

5. Biaya variabel adalah biaya yang tergantung besar kecilnya produksi ketela rambat yang terdiri biaya tenaga kerja, biaya pupuk dan biaya pestisida yang dinyatakan dalam rupiah.

6. Biaya tenaga kerja adalah biaya tenaga kerja (per orang) dikali dengan jumlah tenaga kerja.

commit to user

dikalikan harga jual dan diukur dengan nilai uang (rupiah).

8. Keuntungan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya dengan satuan biaya.

9. Efisiensi adalah perbandingan antara total penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan petani ketela rambat (R/C < 1 = efisien, R/C = 1 = seimbang dan, R/C > 1 = tidak efisien).

10. Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit pada tanaman ketela rambat, diukur dalam satuan liter.

11. Tenaga kerja adalah orang yang melakukan pengerahan tenaga untuk mencapai tujuan usahatani ketela rambat, diukur dengan hari orang kerja (HKP), satu hari kerja orang setara dengan 6-8 jam.

12. Bibit ketela rambat adalah bagian tanaman ketela rambat yang dipergunakan untuk memperbanyak atau mengembangbiakkan dengan satuan kilogram.

13. Pupuk adalah bahan yang diberikan pada tanah dengan tujuan baik secara langsung atau tidak langsung dapat menambah unsur atau zat makanan yang ada dalam tanah, diukur dengan satuan kg.

commit to user

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang secara garis besar merupakan kegiatan penelitian yang hendak membuat gambaran atau mencoba mencandra suatu peristiwa atau gejala secara matematis, faktual dengan penyusunan akurat. Pada penelitian ini kegiatan yang harus dilakukan adalah mencari data untuk dapat menggambarkan atau mencandra secara faktual suatu peristiwa atau suatu gejala secara apa adanya (Supardi, 2005, 28)

Proses penelitian selanjutnya adalah menggunakan metode penelitian survai. Penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Dalam survai, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuisioner. Umumnya, pengertian survai dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Ini berbeda dengan sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi (Singarimbun dan Effendi, 1989:3).

B. Metode Pengambilan Data

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive, yang diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Purposive ini merupakan sesuatu hal yang harus dibuat kisi-kisi atau batas-batas berdasarkan subyek yang akan dijadikan sampel penelitian, jadi dalam hal ini peneliti harus menetapkan seseorang yang akan dijadikan sampel penelitian sebagai contoh petani, pria wanita, jenis pekerjaan, umur dan lain sebagainya ( Supardi, 2005:115). Kabupaten Karanganyar dapat dijadikan tempat penelitian. Tabel 3 di bawah ini menunjukkan bahwa Kabupaten Karanganyar memiliki potensi yang besar dalam pengembangan ketela rambat ditinjau dari luas panen, rata-rata produksi dan produksinya, yaitu:

commit to user

Rambat di Provinsi Jawa Tengah Kabupaten/Kota

Ketela Rambat

Luas Panen (Ha)

Rata-rata Produksi (Kw/Ha)

Produksi (Ton)

Kab.Wonosobo

695

174.55

12,132 Kab. Magelang

1400

174.71

24,459 Kab. Karanganyar

528

186.67

9,956 Kab. Semarang

703

153.39

10,783 Kab. Batang

542

158.03

8,565 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Kabupaten Karanganyar yang adalah salah satu sentra produksi ketela rambat memiliki luas lahan tertinggi, untuk itu Kabupaten Karanganyar cocok untuk dilakukannya penelitian tentang ketela rambat,. Dalam penelitian ini dipilih Kabupaten Karanganyar, dengan pertimbangan Karanganyar merupakan salah satu daerah penghasil ketela rambat. Selain itu peneliti tertarik untuk memilih Kabupaten Karanganyar karena lahan dan produksi ketela rambat di Kabupaten Karanganyar mengalami fluktuasi (tabel 1 dan 2) dan juga tanaman ketela rambat di Kabupaten Karanganyar belum pernah di teliti sebelumnya sehingga analisis usahatani ketela rambat di Kabupaten Karanganyar menarik untuk diteliti.

2. Metode Pengambilan Sampel Responden Metode pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Ciri utama sampling ini ialah setiap unsur dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Caranya ialah dengan menggunakan random. Keuntungannya ialah anggota sampel mudah dan cepat diperoleh. Kelemahannya ialah kadang- kadang tidak mendapatkan data yang lengkap dari populasinya (Usman, 1996:45). Penelitian dilakukan di Kecamatan Tawangmangu karena memiliki lahan, ketinggian tempat dan tingkat usahatani yang baik untuk tanaman palawija. Selain lahan yang cocok, usahatani ketela rambat monokultur juga diusahakan oleh 253 petani. Desa Nglebak bisa dijadikan

commit to user

produksi ketela rambat, karena produksi ketela rambat sebagian besar dihasilkan dari Desa Nglebak. Ketela rambat ialah komoditas utama pangan setelah padi, dan ketela rambat juga memiliki prospek yang jelas di waktu yang akan datang untuk tetap diusahakan di daerah ini, dilihat dari pengembangan usahatani, produksi, lahan dan industri ketela rambat itu sendiri. Selain produksi yang besar, usahatani ketela rambat monokulktur juga diusahakan 43 petani (lampiran monografi Desa Nglebak Kecamatan Tawangmangu), dari populasi tersebut diambil 30 responden petani.

Data jumlah dan nama petani diperoleh dari penyuluh pertanian di daerah Desa Nglebak, kemudian peneliti memilih petani secara random sesuai teori yang ada dan menetapkan para petani yang akan dijadikan sampel responden untuk dijadikan sebagai narasumber dari penelitian ilmu usahatani ketela rambat di Kabupaten Karanganyar

C. Jenis Data dan Sumber Data

1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data ini diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) terstruktur. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah para petani ketela rambat di Desa Ngebak Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.

2. Data Sekunder Data sekunder adalah data pendukung yang digunakan untuk memperkuat dan memperlengkap penjelasan tentang permasalahan dimana data diperoleh dari buku, catatan, laporan maupun dokumen resmi yang menjelaskan tentang hal-hal yang terkait dengan variabel penelitian. Data tersebut diperoleh dari instansi terkait dengan penelitian yang dilakukan, yakni BAPPEDA Kabupaten Karanganyar, Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar, BPS Kabupaten Karanganyar, Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

Karanganyar, Kantor

Desa Nglebak Kecamatan

commit to user

Tawangmangu.

D. Teknik Pengambilan Data

1. Wawancara Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan melakukan wawancara langsung kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan (kuisioner) terstruktur yang telah dipersiapkan sebelumnya.

2. Pencatatan Teknik ini digunakan untuk memperoleh data primer dan data sekunder yaitu dengan mencatat data yang telah ada pada instansi atau lembaga terkait yang diperlukan dalam penelitian.

3. Observasi Pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada obyek yang akan diteliti. Penggunakan metode angket yaitu metode pengumpulan data lapangan dengan mengajukan pertanyaan secara tertulis dengan media cetakan. Peneliti menemui subyek penelitian untuk menyampaikan angket untuk diisi atau dijawabnya. Jawaban dapat disampaikan secara langsung pada saat angket diberikan, atau dapat pula dilakukan tenggang waktu dengan cara angket ditinggalkan kepada responden untuk beberapa waktu kemudian angket akan di ambil oleh peneliti ( Supardi, 2005, 127)

E. Metode Analisis Data

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut:

TR = Y. Py TR = Total Penerimaan Usahatani Petani Ketela Rambat (Rp) Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Petani Ketela Rambat (Kg) Py = Harga Produksi Ketela Rambat (Rp)

commit to user

(a) Biaya tetap seperti sewa tanah dan penyusutan alat (b) Biaya tidak tetap seperti sarana produksi dan tenaga kerja. Ini dapat dihitung dengan:

TC = FC + VC TC = Total Biaya Usahatani Petani Ketela Rambat (Rp) FC = Biaya Tetap Usahatani Petani Ketela Rambat (Rp) VC = Biaya Tidak Tetap Usahatani Petani Ketela Rambat (Rp)

Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Metode perhitungan keuntungan usahatani ketela rambat di Kabupaten Karanganyar secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

П = TR – TC П = Keuntungan Usahatani Petani Ketela Rambat (Rp)

TR = Total Penerimaan Usahatani Petani Ketela Rambat (Rp) TC = Total Biaya Usahatani Petani Ketela Rambat (Rp)

R/C adalah singkatan dari Revenue Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut :

R/C Ratio = Penerimaan/ Biaya Keterangan : R : Besarnya penerimaan usahatani (Rp)

C : Besarnya biaya yang dikeluarkan dalam usahatani (Rp) Kriteria : R/C > 1, berarti usahatani efisien R/C = 1, berarti usahatani dalam kondisi break even point R/C < 1, berarti usahatani tidak efisien

commit to user

A. Kabupaten Karanganyar

1. Keadaan Alam

a. Letak Geografis

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak pada 110  40’-11070’ BT dan

7  28’-746’ LS, mempunyai ketinggian rata-rata 511 meter di atas permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur 22 o –31 o C. Kabupaten Karanganyar mempunyai batas-batas wilayah adalah sebagai berikut : Sebelah Utara

: Kabupaten Sragen

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri Sebelah Timur

: Provinsi Jawa Timur

Sebalah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali. Kabupaten Karanganyar memiliki 17 kecamatan yaitu Jatipuro, Jatiyoso, Jumapolo, Jumantono, Matesih, Tawangmangu, Ngargoyoso, Karangpandan, Karanganyar, Tasikmadu, Jaten, Colomadu, Gondangrejo, Kebakkramat, Mojogedang, Kerjo, dan Jenawi (Karanganyar Dalam Angka, 2011: 1).

b. Curah Hujan

Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang ada di Kabupaten Karanganyar yaitu di Kecamatan Colomadu, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Jumapolo, Kecamatan Karangpandan, dan Kecamatan Tawangmangu maka banyaknya hari hujan selama tahun 2010 adalah 97 hari dengan rata-rata curah hujan 2.601 mm, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Januari serta curah hujan terendah terjadi pada Bulan Juni dan Oktober (Karanganyar Dalam Angka, 2011: 1)..

commit to user

Berdasarkan data Karanganyar Dalam Angka Kabupaten Karanganyar memiliki jenis tanah seperti tanah litosol yang berwarna cokelat (dibagian tengah) dan dibagian timur terdiri dari tanah pegunungan yang berwarna cokelat tua sampai kehitam-hitaman. Dibagian barat terdiri dari tanah mediteran andosal yang berwarna hitam, dengan dasar tanah debu andesit sampai pasir bergeluh. Berikut ini rincian jenis tanah di 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar :

Tabel 4. Jenis Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar

No. Kecamatan

Jenis Tanah

1. Jatipuro

Litosol Cokelat Kemerahan

2. Jatiyoso

Litosol Cokelat Kemerahan, Kompleks Andosol

Cokelat,

Andosol Cokelat

Kekuningan Dan Litosol

3. Jumapolo

Litosol Cokelat Kemerahan

4. Jumantono

Litosol Cokelat Kemerahan