Relevansi Ilmu dan Kurikulum

2. Relevansi Ilmu dan Kurikulum

Jika Ibn Khaldun membagi ilmu secara garis besar ke dalam dua bentuk, al- ‘ulum al-naqliyah dan al-ulum al-aqliyah, maka di Indonesia juga dibagi kepada dua bentuk, yaitu ilmu agama dan ilmu umum. Kedua bentuk ilmu ini menjadi bagian dalam kurikulum pendidikan Islam di Indonesia. Dalam pendidikan Islam yang diterapkan di Indonesia, dikenal adanya lima aspek materi pokok Pendidikan Agama Islam, yaitu: al- Qur’an, Aqidah, Akhlak, Syariah (Ibadah) dan Tarikh Islam. Pada sekolah umum, seperti SD, SMP, dan SMA materi itu digabungkan ke dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam. Sementara di Madrasah, lima aspek di atas dikelompokkan lagi menjadi lima bidang studi, yaitu Al- Qur’an-Hadis, Akidah-Akhlak, Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab (Muhaimin, 203: 187).

Klasifikasi ilmu-ilmu agama ke dalam bentuk bidang studi juga mengalami perbedaan antara lembaga pendidikan umum dengan lembaga pendidikan agama Islam. Akan tetapi, lima aspek materi pokok tetap terintegrasi dalam bidang studi pendidikan agama Islam yang diajarkan, hanya saja porsinya berbeda antara lembaga pendidikan Islam dengan lembaga pendidikan umum, terutama jumlah jam tatap muka dalam kegiatan intrakurikuler.

Pengklasifikasian ini bisa menimbulkan dilema baru, di mana umat Islam terjebak pada sistem pendidikan yang dikotomis. Jika pengelompokan itu hanya sekedar “pemilahan” spesifikasi ilmu pengetahuan—seperti yang dilakukan oleh Ibn Khaldun atau al-Ghazali —tidaklah menjadi persoalan. Akan tetapi yang menjadi persoalan adalah pengelompokan itu justru berimplikasi kepada adanya dikotomi ilmu pengetahuan dalam artian terjadinya pembagian atas dua konsep yang saling bertentangan (Mujamil Qamar, 2005: 74), sebagaimana yang terjadi di dunia Barat. Dikotomi ilmu yang terjadi di Barat mengakibatkan sains modern Barat sering menganggap rendah status keilmuan ilmu- ilmu keagamaan, yang dianggap tidak ilmiah karena objek-objeknya tidak empiris (Mulyadi Kartanegara, 2005: 20).

Menyikapi persoalan ini, perlu dilakukan beberapa upaya untuk mengintegrasikan kedua kelompok ilmu tersebut. Beberapa upaya tersebut telah mulai dirintis oleh pemegang kebijakan dan tokoh pendidikan Islam di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah dengan melakukan konversi IAIN atau STAIN menjadi UIN. Di antara alasan Menyikapi persoalan ini, perlu dilakukan beberapa upaya untuk mengintegrasikan kedua kelompok ilmu tersebut. Beberapa upaya tersebut telah mulai dirintis oleh pemegang kebijakan dan tokoh pendidikan Islam di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah dengan melakukan konversi IAIN atau STAIN menjadi UIN. Di antara alasan

Selain itu, perlu membangun kembali paradigma yang utuh tentang hakikat ilmu. Paradigma tersebut tentunya kembali kepada konsep dasar ajaran Islam yang memandang ilmu secara integral-holistik. Hakikat ilmu adalah kebenaran, dan sumber kebenaran adalah Allah SWT yang Mahabenar lagi Maha Mengetahui. Jadi ilmu di pandang melalui prinsip Tauhid, di mana segala sesuatu yang benar hanya berasal dari Allah ‘AzzĀ WĀ JĀllĀ semata. Selain memandang ilmu dengan prinsip tauhid, dapat juga dilihat isi atau kandungan al- Qur’an yang diyakini mutlak kebenarannya. Ternyata dalam al-Quran tidak hanya mengandung ajaran pada aspek ibadah saja, tetapi al-Quran juga banyak bercerita tentang sains dan teknologi mulai dari hakikat penciptaan manusia, penciptaan alam beserta isinya hingga kepada angkasa luar (Muhammad Kosim, 2012: 136-137).

Jika ditelusuri lebih jauh, Allah SWT memandang baik al-Quran dan alam semesta sebagai tanda-tanda (ayat) Tuhan. Dengan demikian, jelaslah bahwa baik ilmu-ilmu agama (yang bersifat Qauliyah/Quraniyah) maupun ilmu-ilmu umum (yang bersifat Kauniyah) sama-sama mengkaji ayat-ayat Allah. Karena sama-sama ayat Allah, maka keduanya merujuk pada realitas sejati, Allah SWT dan Dialah yang menjadi objek penelitian setiap ilmu baik yang bersifat naqliyah maupun aqliyah. Di sinilah letak basis integrasi mereka, di satu pihak berupa kitab, di pihak lain berupa alam semesta (Mulyadi Kartanegara, 2005: 20-44).

Jadi masing-masing ilmu ini tidaklah bersifat eksklusif, tetapi saling merasuk antara satu sama lain. Meskipun keduanya berasal dari satu sumber dan sebagai ayat- ayat Tuhan, keduanya juga memiliki perbedaan, ayat qauliyah dalam bentuk verbal (tertulis), sedangkan ayat kauniyah berupa realitas-realitas (fisik dan non fisik) yang tercipta, maka metode untuk mengetahui suatu ilmu antara keduanya tentu berbeda.

Kalau basis integrasi antara keduanya telah ditemukan, maka sistem pendidikan mestinya dirancang sedemikian rupa dalam konteks persatuan/integrasi ilmu, bukan justru dikotomi ilmu yang saling mengingkari kebenaran ilmu yang satu dengan ilmu Kalau basis integrasi antara keduanya telah ditemukan, maka sistem pendidikan mestinya dirancang sedemikian rupa dalam konteks persatuan/integrasi ilmu, bukan justru dikotomi ilmu yang saling mengingkari kebenaran ilmu yang satu dengan ilmu

Selain itu, perlu pula dibangun kesadaran bersama antar pengelola pendidikan, khususnya guru-guru beragama Islam. Terlepas ilmu apa yang mereka bimbing, tetapi memiliki tanggungjawab yang sama dalam membina akhlak Islami peserta didik. Bukan justru mengkambinghitamkan persoalan akhlak kepada guru agama an sich.

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN HAMKA TENTANG KONSEP ETIKA GURU DAN MURID

9 85 38

ANALISIS VALIDITAS BUTIR SOAL UJI PRESTASI BIDANG STUDI EKONOMI SMA TAHUN AJARAN 2011/2012 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN JEMBE

1 50 16

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

PERKEMBANGAN YAYASAN PERGURUAN ISLAM DARUL HIKMAH DI JATILUHUR BEKASI 1997.2010

0 50 151

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI TANJUNG KARANG PERKARA NO. 03/PID.SUS-TPK/2014/PT.TJK TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI DANA SERTIFIKASI PENDIDIKAN

6 67 59