Writer’s block

2. Writer’s block

  Semua penulis, terutama penulis disertasi, mengalami apa yang dinamakan dengan “writer‟s block” (Roberts, 2004:11, lihat juga Thomas, 2000; Hamilton Clare, 2003a,b; Johnson, 2003) dan dianggap sebagai “writer‟s worst fear” (Matthews, Bowen Matthews, 2000:72).

  Writer‟s block adalah “kondisi ketika kata atau gagasan tidak bisa keluar atau muncul” (Johnson, 2003:5) dan kita benar-benar tidak bisa menulis (Hamilton Clare, 2003a:24; 2003b:52). Tampaknya semakin berusaha, semakin sedikit kata atau gagasan yang bisa muncul. Writer‟s block, menurut Hamilton dan Clare (2003b:52) didefinisikan sebagai ketidakmampuan penulis untuk mengungkapkan untaian kata secara bermakna guna menyelesaikan sebuah tulisan. Hal ini, tambah Hamilton dan Clare (2003b) bersifat sementara dan bisa diatasi dengan membiarkan waktu berlalu.

  Ketika seorang penulis mengalami writer‟s block, dia tidak akan tahu apa yang harus dilakukan kemudian (Thomas, 2000:21-22, lihat juga Roberts, 2004) dan biasanya, menginginkan berada di tempat lain, tetapi dia berada di depan komputer (Roberts, 2004). Andaikata hal ini terjadi, menurut Roberts (2004:11), kegiatan apa saja, selain menulis, bisa dilakukan untuk menghindari keadaan writer‟s block yang berkepanjangan.

  Writer‟s block sebenarnya diakibatkan oleh adanya keinginan untuk mendapatkan tulisan kita bagus pada draft pertama (Thomas, 2000; Johnson, 2003; Hamilton Clare, 2003a,b; Roberts, 2004; Thody, 2006). Menurut salah seorang pelopor dari pendekatan proses dalam mengajar menulis, Donald Graves (1990:35), penyebab yang paling umum dari writer‟s block adalah ekspektasi penulis yang terlalu tinggi. Dengan ekspektasi yang tinggi ini, maka menulis, menurut Johnson (2003:5), akan menjadi sangat sulit dan kualitasnya akan kurang baik kalau kita berusaha untuk mengedit dan mengeluarkan gagasan pada saat yang bersamaan. Menulis, tambah Johnson, melibatkan dua proses mental yang berlawanan: mengeluarkan gagasan, dan mengevaluasinya (generating and evaluating). Johnson menegaskan:

  You need to generate in order to get an abundance of words and ideas, but you also need to evaluate in order to throw, put and reshape words and ideas you have generated. But you cannot do both of these operations at the same time (Johnson, 2003:5).

  Selain itu, writer‟s block juga mungkin disebabkan oleh perencanaan mengenai isi tesis atau disertasi yang kurang matang (Thomas, 2000). Karena itu, salah satu cara untuk mengatasi masalah ini, menurut Thomas adalah bahwa penulis berusaha untuk membuat content planning, atau chapter outline (lihat juga Kamler Thomson, 2006) ketika mulai menulis, kemudian meminta saran pembimbing untuk membuatnnya. Setelah itu, penulis tesis atau disertasi sebaiknya memilih bagian mana yang akan ditulis, tidak menjadi masalah apakah yang ditulis terlebih dahulu itu merupakan bagian yang paling mudah dari tesis atau disertasi yang akan dibuat. Thomas mengatakan: “Kalau anda menulis satu bagian tesis tanpa rencana, maka anda mempersiapkan diri anda sendiri untuk gagal” (2000:22). Selain itu, menurut Roberts (2004), keadaan writer‟s block ada kemungkinan disebabkan oleh adanya kekhawatiran, waktu yang terbatas, kurang percaya diri, tidak ada outline, frustrasi dengan topik, perfeksionisme, dan kelelahan.

  Tidak ada rumus atau formula jitu untuk mengatasi hal ini, namun menurut Roberts (2004:12, lihat juga saran dari Hamilton Clare, 2003a,b; Thody, 2006 tentang saran yang hampir sama) ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menangkal hambatan atau mempertahankan supaya kata terus mengalir. Strategi itu di antaranya adalah:

  (i) Mengubah cara menuliskan kata Kalau mandeg dengan komputer, maka kita sebaiknya mencoba menulis dengan tangan, atau mengganti tempat menulisnya, dengan pergi ke luar atau ke perpustakaan.

  (ii) Berolah raga sedikit Keluar dan berjalan-jalan terutama untuk mengatasi writer‟s block yang diakibatkan oleh kelelahan. Dalam hal ini, Roberts (2004:12) mengatakan “Physical activity of the pleasant and slightly mindless kind can precipitate creative thinking”. Selain itu, kita juga bisa mengerjakan hal-hal yang masih berkaitan dengan tesis atau disertasi, tetapi tidak terlalu banyak memerlukan tenaga dan pikiran, misalnya, merapikan apendiks, mengecek bibliografi, memformat setiap bab, sehingga tidak perlu lagi membuat Table of Contents atau Daftar Isi.

  (iii) Mengelompokkan gagasan Hal ini bisa dilakukan dengan cara kita menulis apa saja yang ada dalam pikiran kita, tidak usah dipikirkan apakah yang ditulis itu terlalu jauh melenceng dari apa yang seharusnya ditulis.

  (iv) Menulis “A crummy first draftt” (draft pertama yang tidak bagus) Seorang yang perfeksionis, menurut Roberts (2004), mungkin tidak setuju dengan gagasan ini, namun, tambah Roberts, tidak ada orang, bagaimanapun berbakat dan pandainya, yang dapat menulis draftt pertama yang langsung dapat diterima (lihat juga Thomas, 2000). Roberts mengatakan:

  No one however gifted, can write an acceptable first draftt. … First draftts are only first draftts and for your eyes only” let them be sketchy thoughts, rambling sentences, clumsy word patterns, poor grammar and so on. “Don‟t obsess and ponder ideas too long. Don‟t judge it, just write it” (2004:13).

  Berkenaan dengan menulis draft yang tidak bagus ini, Johnson (2003:5) juga memberikan saran yang sama untuk menghindari writer‟s block, yakni: menulis secepat mungkin bagaimanapun jeleknya tulisan itu. Johnson menulis, “Use a pencil and a legal pad and write as quickly and as badly as possible” (Johnson, 2003:5).

  Sementara itu, Thody (2006) menawarkan beberapa tips untuk menghentikan adanya “writer‟s block” seperti terlihat dalam Tabel 2.4 di bawah ini.

  Tabel 2.4. Beberapa cara menghilangkan writer’s block (dikutip dari Thody, 2006:62)

  1. Jangan panik lebih dari 1 kali dalam seminggu. 2. Beri diri kita hadiah kalau kita bisa berhasil melaksanakan target menulis tesis yang dilakukan setiap hari. Hadiah nya bisa hal-hal kecil, seperti minum coca cola, makan cokelat, nonton TV sebentar, tetapi kita harus ingat bahwa kita membakar kalori, bahkan ketika kita hanya menulis. 3. Mengubah menulis bagian lain dari proyek penulisan tesis atau disertasi kita, kalau yang sedang kita tulis tampaknya kurang menarik. 4. Menentukan batas waktu untuk relaksasi, sama halnya dengan menentukan waktu untuk menulis. 5. Jangan terlalu mengharapkan kesempurnaan. 6. Merefleksikan apa yang kita tulis ketika kita istirahat.

  7. Ketika berhenti menulis, sebaiknya membuat catatan mengenai kalimat selanjutnya.

  Saran terakhir yang juga bermanfaat untuk mengatasi masalah writer‟s blok ini diberikan oleh Hamilton dan Clare (2003a,b) bahwa ketika kita mengenali fase yang pada saat itu kita tidak bisa menulis, kita sebaiknya menjadikan kesempatan ini sebagai waktu untuk berpikir dan jangan menjadi stres dengan berpikir bahwa kita tidak melakukan apa-apa.