STRUKTUR ORGANISASI TESIS DAN DISERTASI

BAB 6: STRUKTUR ORGANISASI TESIS DAN DISERTASI

Pendahuluan

  Dalam Bab Lima telah dikatakan bahwa istilah tesis yang dipakai dalam buku ini mengacu pada laporan penelitian yang ditulis oleh mahasiswa untuk mencapai gelar magister, sementara disertasi untuk gelar doktor. Sintesis teori penulisan teks akademik, khususnya tesis dan disertasi (Swales Feak, 1994; Swetnam,2000; Thomas, 2000; Anderson Poole; 2001; Evans Gruba, 2002; Hinkel, 2002; Murray, 2002; Glatthorn Joyner, 2005; Pearce, 2005; Thody, 2006; Paltridge Stairfield, 2007) mengindikasikan bahwa karya tulis ilmiah, khususnya tesis dan disertasi dapat dinilai atau dianalisis berdasarkan struktur makro, yakni struktur organisasi secara keseluruhan dan struktur mikro, yakni ciri-ciri linguistik secara rinci dari masing-masing elemen itu.

  Bab ini akan menggambarkan struktur organisasi yang biasa dipakai dalam menulis tesis dan disertasi. Seperti dikatakan dalam beberapa bagian sebelumnya dari buku ini, struktur serta penulisan tesis yang dipakai dalam buku ini berdasarkan format konvensional, yang berakar dari laporan penelitian yang dibuat oleh para ilmuwan di bidang ilmu sains. Pembahasan akan dimulai dengan fungsi struktur makro atau organisasi tesis, diikuti dengan penjelasan struktur organisasi tesis, yang di dalamnya akan diperlihatkan bahwa dalam praktek penulisan tesis, masing-masing penulis akan menerapkan struktur atau elemen-elemen yang ada dalam tesis dengan cara yang berbeda, terutama dalam memaparkan kajian pustaka dan pemaparan serta pembahasan data. Tesis atau disertasi pada umumnya memaparkan kajian pustaka dalam satu Bab ini akan menggambarkan struktur organisasi yang biasa dipakai dalam menulis tesis dan disertasi. Seperti dikatakan dalam beberapa bagian sebelumnya dari buku ini, struktur serta penulisan tesis yang dipakai dalam buku ini berdasarkan format konvensional, yang berakar dari laporan penelitian yang dibuat oleh para ilmuwan di bidang ilmu sains. Pembahasan akan dimulai dengan fungsi struktur makro atau organisasi tesis, diikuti dengan penjelasan struktur organisasi tesis, yang di dalamnya akan diperlihatkan bahwa dalam praktek penulisan tesis, masing-masing penulis akan menerapkan struktur atau elemen-elemen yang ada dalam tesis dengan cara yang berbeda, terutama dalam memaparkan kajian pustaka dan pemaparan serta pembahasan data. Tesis atau disertasi pada umumnya memaparkan kajian pustaka dalam satu

Fungsi dan jenis struktur organisasi tesis dan disertasi

  Struktur makro, atau struktur generik, seperti dikatakan oleh Murray (2002:14) merupakan alat untuk menulis dan berpikir. Murray mengatakan “The generic structure is a tool for writing and thinking. As a template, it can help us answer the key questions for a thesis” (2002:14). Selain itu, struktur organisasi yang baik, seperti dikatakan oleh Christie dan Dreyfus (2007) dan telah disebutkan dalam pendahuluan dari buku ini, memberi kemudahan kepada pembaca untuk memahami ide yang dipaparkan oleh penulis.

  Tesis atau disertasi pada dasarnya harus mengandung kajian pustaka yang relevan, deskripsi mengenai apa yang telah dilakukan, apa hasilnya dan pembahasan hasil penelitian dan terakhir kesimpulan dan saran untuk penelitian yang akan datang (Phillips Pugh, 1994). Secara kasarnya, tesis atau disertasi, menurut Phillips dan Pugh, terdiri dari beberapa bagian, yakni: Introduction (pendahuluan), Literature Review (kajian pustaka), Method (metodologi), Result (hasil) dan Discussion (pembahasan dan interpretasi data), dan Conclusions (kesimpulan).

  Senada dengan Phillip dan Pugh, penulis lain seperti Swales dan Feak (1994), Berkenkotter dan Huckin (1995); Evans dan Gruba (2002); Hinkel (2002); Hyland (2002); Johnson (2003); Roberts (2004), Pearce (2005); Paltridge dan Stairfield (2007) mengatakan bahwa tesis dapat dinilai berdasarkan beberapa elemen utama seperti yang dikatakan oleh Phillips dan Pugh di atas serta satu elemen yang biasanya disimpan di bagian awal tesis atau disertasi, yakni abstrak.

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Paltridge (2005:98) dalam menganalisis tesis Masters dan Ph.D di Melbourne University, dilihat dari strukturnya, sebenarnya ada empat jenis tesis yang ditulis di Melbourne University. Keempat jenis itu adalah:

  Traditional: Simple (tradisional: Sederhana) Traditional: Complex (Tradisional: Kompleks) Compilation of Research Articles (Kompilasi artikel penelitian) Topic-Based (Berdasarkan topik).

  Tiga jenis tesis pertama, menurut Paltridge (2005) merupakan variasi dari jenis tesis yang mengandung bab pendahuluan dan seterusnya, seperti yang akan diterangkan di bawah ini, sementara tesis topic-based biasanya diawali dengan pendahuluan, yang diikuti dengan bab-bab yang diberi judul didasarkan pada sub topik yang diteliti.

  Buku ini didasari oleh asumsi bahwa struktur tesis dan disertasi yang ditulis oleh mahasiswa merupakan salah satu struktur dari variasi tiga jenis tesis pertama seperti yang dijelaskan oleh Paltridge (2005). Masing-masing komponen serta signifikansi dan kontribusinya terhadap tesis secara keseluruhan akan dibahas di bawah ini.

Komponen dalam tesis atau disertasi

  Berikut ini merupakan komponen tesis atau disertasi secara umum yang ditulis dalam bahasa Inggris, berdasarkan apa yang dipaparkan oleh beberapa penulis, seperti Swales dan Feak (1994); Berkenkotter dan Huckin (1995); Swetnam, 2000; Evans dan Gruba (2002); Hinkel (2002); Hyland (2002); Murray, 2002; Johnson (2003); Thomas, 2003; Roberts (2004), Pearce (2005); Paltridge dan Stairfield (2007). Komponen itu adalah sebagai berikut:

  1. Title page (Halaman Judul): terdiri dari judul, penulis, degree requirements (syarat untuk memenuhi gelar apa, harus disebut) tahun, dan universitas kemana tesis diserahkan.

  2. Declaration page (Halaman Deklarasi): halaman yang menyatakan bahwa tesis itu orsinil.

  3. Approval Page (Halaman pengesahan pembimbing): Tandatangan persetujuan pembimbing. Berkaitan dengan hal ini, di beberapa universitas halaman ini tidak diperlukan, bahkan pembimbing pun tidak perlu menandatangani tesis yang dibuat oleh mahasiswa bimbingannya.

  4. Abstract (Abstrak)

  5. Acknowledgement (Ucapan Terimakasih)

  6. Table of Contents (Daftar Isi)

  7. List of Figures, Tables (Daftar tabel dan gambar)

  8. Dedication page (Optional) (Halaman dedikasi): bersifat opsional, karena banyak tesis dan disertasi yang tidak membuat halaman khusus untuk menyatakan tesis itu didedikasikan kepada siapa, karena umumnya penulis mengatakan hal ini di ucapan terima kasih. Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan dalam cara menulis ucapan terima kasih di Bab Empat.

  9. Chapter One: Introduction (Pendahuluan)

  10. Chapter Two: Review of the Literature (Kajian Pustaka) (berkaitan dengan review of the literature, ada juga tesis yang memaparkan kajian pustaka dalam beberapa bab, tidak hanya dalam satu bab, yang disebut dengan ”topic-based literature review” (Evans Gruba, 2002; Paltridge Stairfield, 2007). Hal ini akan dijelaskan dalam Bab Tujuh yang membahas penulisan kajian pustaka.

  11. Chapter Three: Methodology (Metode Penelitian)

  12. Chapter Four: Results or Findings (Hasil dan Temuan Penelitian). Dalam beberapa tesis atau disertasi bab yang memaparkan data dan pembahasan atau analisis data dipisah. Tetapi dalam buku ini disarankan bahwa penulis memaparkan data dan sekaligus dianalisis (Swales Feak, 1994; 2004) untuk mempermudah pemahaman pembaca.

  13. Chapter Five: Conclusions, Limitations of the Thesis and Implication for Further Research: Kesimpulan, Kelemahan Penelitian dan Implikasi atau Rekomendasi Untuk Pnelitian Selanjutnya.

  14. Bibliography (Bibliografi) atau References (Referensi)

  15. Appendices (Lampiran) Isi dari tiap bab biasanya terdiri dari beberapa unsur, seperti terlihat dalam Tabel 6.1 berikut:

  Tabel 6.1 Contoh struktur organisasi tesis dan disertasi (dikutip dari Paltridge Stairfield, 2007:76)

  Chapter 1: Introduction

  General background information on the project (Informasi mengenai latar belakang secara umum dari proyek penelitian. Bagian ini hampir sama fungsinya dengan apa yang disebut “Introduction to the chapter” (Glatthorn and Joyner, 2005:164). The Research Problem (Masalah Penelitian) Purpose of the Study (Tujuan Penelitian) Hypothesis or Research Questions (Hipotesis atau pertanyaan penelitian) Scope of the Study (Cakupan penelitian). Significance of the Study (signifikansi penelitian) Definitions of Key Terms (Definisi istilah-istilah utama) Organisation of the Thesis (Organisasi tesis)

  Chapter 2: Literature Review

  General review of relevant literature: Review secara umum mengenai kajian pustaka yang mendasari penelitian. Specific topics directly relating to the issue under investigation (Topik spesifik yang langsung berkaitan dengan isu yang diteliti) How previous research suggests the study is important to do (bagaimana penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penelitian yang dilaporkan dalam tesis atu disertasi perlu dilakuakan) The gap in the research that the study will fill (Gap atau kekosongan dalam penelitian mengenai isu yang diteliti yang diisi oleh penelitian yang dilaporkan)

  Chapter 3: Conceptual framework andor methodology

  Research Design (Desain Penelitian) Methods used to collect data (Metode yang dipakai untuk mengambil data) Research instrument (Instrumen penelitian) Methods used to analyse data (Metode yang digunakan dalam menganalisis data) Details about who, how, when and why (Penjelasan mengenai siapa, bagaimana, kapan dan mengapa partisipan itu dipilih). For ethnography, description of setting and participants (Untuk etnografi, harus ada penjelasan mengenai partisipan dan tempat). Issues of ethics and consent: Isu berkaitan dengan masalah etika dan izin penelitian (Di

  Indonesia, masalah etika dalam penelitian belum menjadi isu yang serius, sehingga dalam laporan penelitian, penulis jarang mempermasalahkan etika, khususnya berkaitan dengan penelitian yang melibatkan orang dalam ilmu sosial).

  Chapter 4: Results

  The findings of the study, described under themes that emerged from the data, under the research questions or under the data collection techniques that were used. (Temuan penelitian yang dipaparkan berdasarkan tema yang muncul, atau berdasarkan pertanyaan penelitian, atau berdasarkan metode pengambilan data)

  Chapter 5:

  Discussion and conclusions (Pembahasan dan Kesimpulan)

  A restatement of the research problems (Pernyataan kembali masalah penelitian) A restatement of results (Pernyataan kembali hasil penelitian)

  Discussion of what was found in relation to previous research on the topic (Pembahasan apa yang ditemukan sekaitanan dengan penelitian sebelumnya tentang topik yang diteliti). Limitations of the study (Kelemahan penelitian) Im plications for future research (Implikasi Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya)

  Dari Tabel 6.1 di atas bisa dilihat bahwa struktur tesis yang diberikan berdasarkan format tradisional yang sederhana (Paltridge Stairfield, 2007) yang juga termasuk format konvensional (Thody, 2006). Namun demikian, seperti dikatakan Paltridge dan Stairfield (2007) ada pula tesis yang ditulis berdasarkan topik atau “‟topic-based” (Paltridge Sytairfield, 2007:73-75) dimana tesis itu biasanya menyimpan atau memaparkan kajian pustaka tidak dalam satu bab tetapi dalam beberapa bab dari tesis yang ada. Selain itu, tesis topic-based umumnya Dari Tabel 6.1 di atas bisa dilihat bahwa struktur tesis yang diberikan berdasarkan format tradisional yang sederhana (Paltridge Stairfield, 2007) yang juga termasuk format konvensional (Thody, 2006). Namun demikian, seperti dikatakan Paltridge dan Stairfield (2007) ada pula tesis yang ditulis berdasarkan topik atau “‟topic-based” (Paltridge Sytairfield, 2007:73-75) dimana tesis itu biasanya menyimpan atau memaparkan kajian pustaka tidak dalam satu bab tetapi dalam beberapa bab dari tesis yang ada. Selain itu, tesis topic-based umumnya

  Contoh struktur organisasi tesis atau disertasi topic-based dapat dilihat dalam Tabel 6.2 di bawah ini:

  Tabel 6.2 Contoh struktur organisasi tesis atau disertasi topic-based (dikutip dari Paltridge Stairfield, 2007: 71)

Tesis “Topic-Based”

  Degree: MA Study Area: Cultural studies Title: Unworldly Places: Myth, Memory and the Pink and White Terraces

  Chapter 1: Introduction

  Diappearing wonders

  Chapter 2: Plotting

  Travels of Colonial science

  Chapter 3: Sightseeing

  Tophilic tourism Site specifics Painting the place and myth Souveneering the site

  Chapter 4: Astral Travel

  Mnemonic tours in the new wonderland Memory tours The buried village: Embalmed history Living out the past Museumising the past: Sanctioned memory

  Chapter 5: Postcript (Sumber, Paltridge, 2002:140, dikutip dalam Paltridge Stairfield, 2007: 71) Selain itu, dengan komponen yang hampir sama, Evans dan Gruba (2002:12), berdasarkan

  pengalamannya membimbing di jurusan sains di Melbourne University, juga menekankan struktur tesis yang biasa dipakai di bidang sains, seperti biologi, fisika dan juga bidang sosial, pada empat bagian utama, yakni:

Bagian 1: Pendahuluan

  Dalam bab ini peneliti harus memperkenalkan penelitiannya, dimulai dengan mengatakan masalah peenlitian, tujuan penelitian, pembatasan cakupan penelitian dan uraian singkat Dalam bab ini peneliti harus memperkenalkan penelitiannya, dimulai dengan mengatakan masalah peenlitian, tujuan penelitian, pembatasan cakupan penelitian dan uraian singkat

Bagian 2: Latar belakang

  Bagian ini merupakan bagian yang diperlukan sebelum kita bisa mengatakan penelitian. Dalam bagian ini kita akan memposisikan penelitian kita dalam apa yang telah terjadi sebelumnya, penelitian apa yang sedang terjadi dan bagaimana penelitian dalam bidang yang kita kaji dilakukan. Bagian ini mungkin diawali dengan uraian sejarah singkat. Kalau penelitian ini dilakukan di lokasi khusus, kita akan perlu menulis sebuah bab yang menggambarkan karakterisktik daerah itu. Bagian ini biasanya juga berisi tentang bab yang membahas teori mutakhir atau praktek mutakhir. Kita mungkin memasukkan hasil penelitian atau survai yang dilakukan untuk membantu kita merasa di dalam perjalanan menuju pembahasan permasalahan.

Bagian 3: Proyek penelitian

  Bagian ini berisi tentang desain penelitian, survai atau tes atau uji hipotesa atau menjawab pertanyaan penelitian yang dikembangkan dari bab pendahuluan. Kemudian sampailah pada hasil penelitian atau data penelitian, dan analisis data itu.

Bagian 4: Sintesis

  Bagian sintesis mengembangkan kontribusi kita terhadap the state of knowledge dan pemahaman tentang topik yang diteliti. Bagian ini biasanya berisi tentang pembahasan dimana kita menguji data yang kita peroleh, dikaitkan dengan pernyataan sebelumnya mengenai subjek seperti yang Bagian sintesis mengembangkan kontribusi kita terhadap the state of knowledge dan pemahaman tentang topik yang diteliti. Bagian ini biasanya berisi tentang pembahasan dimana kita menguji data yang kita peroleh, dikaitkan dengan pernyataan sebelumnya mengenai subjek seperti yang

  Contoh-contoh struktur tesis atu disertasi di atas menunjukkan bahwa walaupun memakai format standar, atau apa yang disebut dengan standar konvensional (Thody, 2006), seperti yang dijelaskan di bagian sebelumnya dari buku ini, cara memaparkannya mungkin berbeda antara satu penulis dengan penulis lain atau antara satu jurusan dengan jurusan lain, walaupun dalam satu universitas. Dengan demikian, seperti juga dikatakan dalam

  bagian sebelumnya dari buku ini, menulis tesis atu disertasi, walaupun memakai standar dan mengutamakan rasionalitas dan ojektivitas, unsur kreativitas juga memainkan peranan sejak awal penelitian, seperti dikatakan oleh Evans dan Gruba (2002); Rhedding-Jones, (2005); Kamler dan Thomson (2006), dan Thody (2006).

  Introduction Problem Statement Aim and Scope Thesis Overview

  Background

  Own Work

  History, Geography

  Design of Own Work

  Current theory

  Results

  Current Practice

  Synthesis Discussion Conclusions

  Gambar 6.1 Struktur Tesis atau Disertasi dalam Ilmu Fisika, Biologi dan Sosial (dikutip dari Evans Gruba , 2002: 13)

  Ada beberapa perbedaan tentang penekanan apa yang harus ditulis dalam setiap bab dari tesis atau disertasi (lihat Johnson, 2003; Murray, 2002; Evans Gruba, 2002; Glatthorn Joyner, 2005).

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dalam menganailsa tesis yang dibuat oleh mahasiswa program pascasarjana, ada perbedaan dalam menyimpan tujuan dan pertanyaan penelitian dalam beberapa laporan penelitian atau tesis. Sebagian tesis menyimpan tujuan dan pertanayaan penelitian di bab satu seperti contoh di atas, tetapi ada juga yang di bab tiga, seperti yang ditulis oleh penulis dalam disertasinya (Emilia, 2005). Tetapi ada juga tesis yang menulis tujuan dan pertanyaan penelitian dua kali, di bab satu dan di bab tiga. Menurut Calabrese (2006) hal ini bagus dan sebaiknya dilakukan.

  Namun demikian, penulis buku mengenai penulisan tesis dan disertasi umumnya menyarankan agar penulis tesis atau disertasi memaparkan pertanyaan penelitian hanya satu kali saja. Mereka umumnya menyarankan bahwa pertanyaan penelitian itu dinyatakan di bab satu. Menurut penulis, research questions atau pertanyaan penelitian ditulis di satu bab saja, di bab satu atau bab tiga. Namun, berdasarkan pengalaman penulis, lebih baik pertanyaan penelitian ditulis di Namun demikian, penulis buku mengenai penulisan tesis dan disertasi umumnya menyarankan agar penulis tesis atau disertasi memaparkan pertanyaan penelitian hanya satu kali saja. Mereka umumnya menyarankan bahwa pertanyaan penelitian itu dinyatakan di bab satu. Menurut penulis, research questions atau pertanyaan penelitian ditulis di satu bab saja, di bab satu atau bab tiga. Namun, berdasarkan pengalaman penulis, lebih baik pertanyaan penelitian ditulis di

  Tujuan dan pertanyaan penelitian sebenarnya baik secara langsung maupun tidak langsung akan menjadi dasar dari setiap pembahasan yang dipaparkan dalam setiap bab yang ada dalam tesis atau disertasi. Selain itu, dalam bab tiga, biasanya partisipan dan seting penelitian ditulis di awal ketimbang ditulis di bagian akhir dari bab tiga untuk memberi informasi kepada pembaca secepat mungkin tentang aspek who, how, when dan why.

  Berkaitan dengan temuan penelitian, yang biasanya dipaparkan setelah Bab metodologi, dan biasanya ditempatkan di dalam Bab Empat dalam tesis atau disertasi, harus diperhatikan bahwa data biasanya dipaparkan berdasarkan research questions atau berdasarkan data collection technique yang dipakai (Rudestam Newton, 1992; Thomas, 2000; Paltridge Stairfield, 2007). Menurut penulis, lebih baik data dipaparkan berdasarkan data collection tehcnique (teknik pengumpulan data) yang dipakai, kemudian dalam setiap teknik pengumpulan data setiap pertanyaan penelitian dibahas atau dijawab dengan data yang ada (lihat penjelasan Moriarti, 1997 mengenai cara membahas data, seperti yang akan dipaparkan dalam Bab Sebelas dalam buku ini tentang pembahasan data). Dengan cara ini, nanti akan tampak jelas bagaimana triangulasi data menuntun peneliti kepada kesimpulan penelitian yang lebih akurat dan valid (Murray, 2002; Yin 2003).

  Berdasarkan observasi penulis dalam menguji tesis, dan berdasarkan temuan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dalam menganalisis tesis mahasiswa S2, banyak mahasiswa yang memaparkan data berdasarkan pertanyaan penelitian. Tetapi kemudian mereka hanya menjawab pertanyaan penelitian itu berdasarkan salah satu sumber data saja. Kita harus memahami bahwa pertanyaan penelitian yang dibuat dalam satu penelitian itu harus berkaitan satu dengan yang lain, dan kalau data dikumpulkan dengan menggunakan tiga teknik pengumpulan data, maka setiap pertanyaan penelitian dijawab dengan semua data yang diperoleh dari semua teknik pengumpulan data, mengingat semua pertanyaan yang mengenai satu topik penelitian pasti berhubungan.

  Dengan demikian, kita harus dapat menjelaskan apakah data yang diperoleh dari satu sumber mendukung data dari sumber lain. Kalau ada perbedaan berarti sebaiknya dikatakan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui atau meneliti lebih jelas tentang perbedaan itu. Kemudian ini merupakan salah satu rekomendasi yang bisa dipakai dalam bab kesimpulan dan rekomendasi atau implications for future research di bab terakhir. Perlu diingat bahwa: Rekomendasi, seperti dikatakan oleh Emerson, dkk (2007, lihat juga Evans Gruba, 2002) tidak bisa “out of the blue”. Dia harus muncul dalam bab-bab sebelumnya, khususnya bab pembahasan atau discussion of results. Selain itu, ketika kita menemukan gap antara data yang satu dengan data yang lain, mungkin kita bisa melihat apakah hal itu muncul karena kelemahan proses pengambilan data, dan hal ini harus disebutkan secara eksplisit dan dengan demikian, hal ini merupakan salah satu poin yang harus disebut dalam kelemahan penelitian di bab kesimpulan.

  Ketika membahas data berdasarkan teknik pengumpulan data, misalnya kalau data diambil dari observasi, wawancara dan analisis dokumen, dan pertanyaan penelitian ada 3, yakni pertanyaan penelitian 1,2.3, maka pembahasan data menurut teknik pengumpulan data bisa digambarkan dalam tabel berikut (lihat juha saran dari Sternberg, 1988, yang akan dipaparkan di Bab 11 mengenai pemaparan dan pembahasan data). Data dari observasi:

  Pertanyaan penelian 1 Pertanyaan penelitian 2 Pertanyaan penelitian 3

  Data dari wawancara

  Pertanyaan penelitian 1,

  Pertanyaan penelitian 2 Pertanyaan penelitian 3

  Data dari dokumen

  Pertanyaan penelitian 1

  Pertanyaan penelitian 2 Pertanyaan penelitian 3

  Ketika membahas data dari masing-masing sumber, kalau ada persamaan dengan data yang lain bisa dikatakan seperti ini: This, as the data from (interviews or text analysis or … ) … will reveal …atau

This is supported by the data from … that ... .

  Ungkapan seperti ini menunjukkan bahwa penulis melakukan apa yang dinamakan dengan triangulasi, yang dapat menuntun penulis pada kesimpulan yang lebih akurat dan valid.

Paragraf penghubung (linking sections)

  Salah satu ciri umum teks akademik yang panjang seperti tesis atau disertasi adalah adanya linking sections yang digunakan untuk menghubungkan satu bagian atau bab dengan bagian atau bab lainnya. Hal ini sering dilakukan dengan penggunaan “metatext” (Paltridge Stairfield, 2007:77; lihat juga saran dari Glatthorn Joyner, 2005) yakni “text that talks about texts” atau teks yang membicarakan teks. Dengan menggunakan sub-headings atau “verbal signals”

  (Glatthorn Joyner, 2005:140), organisasi tulisan menjadi jelas bagi pembaca. Penggunaan heading yang tepat akan membantu pembaca menelusuri pola organisasi tulisan kita.

  Linking device sangat bermanfaat bagi teks yang panjang seperti tesis atau disertasi mengingat pembaca akan sangat jarang dapat membacanya dalam satu waktu (Clare, 2003: 29). Linking text, tambah Clare, memungkinkan pembaca untuk browsing through tesis dan dengan demikian, paragraf yang bersifat informatif di awal dan di akhir tiap bab atau bagian tesis yang panjang merupakan satu keharusan (2003:29, lihat juga penjelasan Glatthorn Joyner, 2005).

  Berkaitan dengan panjang dari linking text, termasuk pendahuluan atau kesimpulan dari setiap bab, sebagain penulis, seperti Johnson (2003: 51) mengatakan bahwa paragraf pendahuluan ini biasanya cukup dua atau tiga kalimat saja, dan kalimat terakhir berisi seriation tentang apa yang akan dibicarakan. Berkenaan dengan paragraf pendahuluan, Johnson (2003) mengatakan:

  A short introductory paragraph at the beginning gives the reader a preview and provides a sense of structure. This introductory paragraph is usually no more that three sentences. The last sentence of this paragraph uses some form of seriation to indicate the sections of the paper. … Each of the ideas in the last sentence is used to create a heading for each section of the paper. The advantage of headings is that they create a visual sense of organization and help the reader transition from one section to another.

  Paragraf pendahuluan, seperti dikatakan oleh Johnson (2003:51), “should be just enough to give the reader a sense of what the paper is about and describe the specific points to be discussed”. Johnson memberikan contoh paragraf pendahuluan yang ditulis oleh para mahasiswa di atas menggunakan seriasi (seriation) untuk menjelaskan struktur teks yang akan dibahas. Menurut Johnson (2003, p. 51), ada beberapa manfaat dari penggunaan seriation seperti ini dalam paragraf pendahuluan, yakni:

  Having a sense of the structure, the reader is able to see how parts are related to the whole and thus, comprehension is increased. It helps to create a smooth transition between chapters or sections, and

  It forces you to find and use structure in your writing (Johnson, 2003 :51).

  Namun demikian, penulis lain seperti Evans dan Gruba (2002, lihat juga Murray, 2002:109) mengatakan bahwa paragraf pendahuluan yang paling baik adalah yang dikategorikan sebagai reviu (lihat penjelasan di bawah), yakni pendahuluan yang mengacu ke bagian tesis yang sudah dibahas, kemudian membahas apa yang akan dibahas dalam bagian atau bab itu. Evans dan Gruba (2002) menegaskan bahwa pendahuluan formal sebaiknya terdiri dari tiga paragraf, dengan masing-masing paragraf berfungsi sebagai berikut:

  Paragraf 1: Mencipkatan hubungan dengan bagian tesis yang sudah terlebih dahulu dibahas, khususnya bab

  sebelumnya, untuk membuat mengapa perlu bab itu, apakah bab yang akan kita tulis itu berkontribusi kepada alur logis dari tesis secara keseluruhan.

  Paragraf 2: Mengatakan tujuan dari bab yang akan ditulis, apa fungsinya dalam tesis. Pargarf 3: Menerangkan bagaimana anda mencapai tujuan ini. Paragraf ketiga ini sering mempunyai

  format „table of contents‟ (atau berbetuk “seriation”, kalau memakai istilah Johnson, 2003) yang dianggap oleh kebanyakan penulis sebagai pendahuluan. Tetapi, bagian ini hanya merupakan salah satu bagian dari pendahuluan, dan tanpa adanya bagian pertama dan kedua dari pendahuluan itu, pembaca akan bersusah payah untuk memahami arah tulisan kita (Evans Gruba, 2002:28).

  Tentang pendahuluan yang hanya berisi “table of contents” saja, Evans dan Gruba (2005:28) berpendapat bahwa paragraf pendahuluan seperti itu kurang membantu pembaca. Evans Gruba mengatakan:

  Incidentally, writers sometimes literally give it as a table of contents. This is far from helpful ,the reader needs to know not only what you will be dealing with in the chapter, but also the logical connection between the various sections (Evans Gruba, 2002:28).

  Untuk itu, paragraf pendahuluan bisa juga lebih panjang, tidak hanya berisi seriasi tentang apa yang akan dipaparkan dalam bagian atau bab itu. Berdasarkan pengalaman penulis dalam menulis tesis dan disertasi, di dalam bagian pendahuluan penulis sebaiknya menyebutkan argumen apa yang akan dipaparkannya dalam bagian itu, terutama dalam pendahuluan untuk setiap bab. Semakin panjang tesis, atau bab yang ditulis, bisa semakin panjang pula Untuk itu, paragraf pendahuluan bisa juga lebih panjang, tidak hanya berisi seriasi tentang apa yang akan dipaparkan dalam bagian atau bab itu. Berdasarkan pengalaman penulis dalam menulis tesis dan disertasi, di dalam bagian pendahuluan penulis sebaiknya menyebutkan argumen apa yang akan dipaparkannya dalam bagian itu, terutama dalam pendahuluan untuk setiap bab. Semakin panjang tesis, atau bab yang ditulis, bisa semakin panjang pula

  Berkenaan dengan manfaat menulis pendahuluan, Murray (2002:155) mengatakan bahwa menulis pendahuluan, dalam hal ini pargaraf pendahuluan, juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui apa yang ingin kita katakan dalam seksi atau bagian dari tulisan kita, apa isi yang ingin kita tulis. Dengan menulis beberapa kalimat, tambah Murray, kita bisa terdorong untuk membuat keputusan. Menulis paragraf pendahuluan, menurut Murray, juga dapat membantu memutuskan komitmen terhadap salah satu topik - untuk salah satu bagian dari tesis yang ditulis dan membantu penulis untuk fokus terhadap topik itu.

  Paragraf pendahuluan, menurut Murray (2002:156) terdiri dari tiga elemen utama, yakni, 1) Mengidentifikasi gagasan utama (main points); 2) mendefinisikan tujuan dari bagian yang akan ditulis, dan 3) mendefiniskan isi dari bagian itu. Berikut adalah contoh beberapa gaya cara penulisan kalimat pertama bagian pendahuluan bab atau sub-bab dalam tesis seperti yang disarankan oleh Murray. Introduction

  Write a sentence defning the main purpose of the chapter

  This chapter [verb]… This chapter is about… This chapter argues … In this chapter … will be described … The aim of this chapter is to … This chapter is really about … In this chapter I want to argueshowmake the case that … (Murray, 2002:156).

  Kalau kita belum bisa menulis pendahuluan, menurut Murray (2002:156), berarti kita belum tahu persis tentang isi dari bab atau bagian yang akan ditulis, dan kita belum menguasai isi dari apa Kalau kita belum bisa menulis pendahuluan, menurut Murray (2002:156), berarti kita belum tahu persis tentang isi dari bab atau bagian yang akan ditulis, dan kita belum menguasai isi dari apa

  Murray juga menyarankan beberapa prompts untuk memulai menulis sebuah section dalam tesis, seperti berikut: The next section is about ...

  The next section [reviewsevaluatesdefinesdescribes]… There are three main points in this section … This is covered in three sections …

  Pendahuluan yang mencakup hal-hal seperti ini tidak hanya berfungsi sebagai bantuan bagi pembaca, tetapi juga merupakan bantuan bagi kita sebagai penulis, seperti yang dikatakan oleh Murray (2002:157) bahwa “Writing the introduction helps you to work out exactly – and explicitly – what the purpose of your chapter is.”.

  Berikut adalah contoh metatext atau paragraf pendahuluan yang dibuat dalam bab pendahuluan sebuah tesis yang berupaya untuk menganalisis karya tulis ilmiah (scientific writing). Bisa dilihat bahwa setiap kalimat dari cuplikan ini berbicara tentang teks:

  This chapter has presented the background to the study which will be described in the chapters that follow.It has examined the concepts of genre and English for Specific Purposes as well as described and provided examples of a number of approaches to genre analysis. It has also provided arguments in support of the concepts of genre as an organizing principle for language program development. It has outlined the purpose and design of the study, including a brief discussion of the process of selection and analysis of the texts used. The chapter which follows will present the theoretical framework for the study (dikutip dari Paltridge and Stairfield, 2007:78).

  Contoh lain yang diambil dari Glatthorn dan Joyner (2005:140) bisa dilihat dalam cuplikan berikut dari bab dua tesis yang ditulis oleh salah seorang mahasiswanya.

  I: Types of student Questions A On task:

  1. Clarification 2. Solution Checking 3. Extension

  B. Requests

  C. Diversions

  II. Frequency

  A. By subject

  B. B. By Grade level 1. Elementary 2. Middle 3. High

  Contoh tulisannya:

  2. Review of the Literature

  This chapter will review the literature on student questions, as a means of providing an intellectual background for the present study. The chapter organises the review by examining the students relating to four aspects of student questions: types of student questions, frequency of questions, teacher strategies to elicit questions, and effects of student questions.

  Types of Student questions Researchers have categorised student questions in terms of three purposes: to acomplish the task, to

  make a request, and to divert the teacher from the task.

  Acomplising the task

  Students ask questions to enable them to accomplish the assigned task. Task-oriented questions tend to be of three types: Questions of clarification. Most of the task-related questions involve questions of clarification. Reeves (1987) found that elementraty students asked such questions more often than secondary students … (Dikutip dari Galtthorn dan Joyner, 2005:141).

  Dari contoh di atas kita bisa melihat bahwa setiap elemen atau bagian dari apa yang ditulis itu mempunyai apa yang disebut dengan “Macro Theme” dalam systemic functional grmmar (Martin, 1992; Martin Rose, 2003), yakni kalimat atau beberapa kalimat yang berfungsi untuk Dari contoh di atas kita bisa melihat bahwa setiap elemen atau bagian dari apa yang ditulis itu mempunyai apa yang disebut dengan “Macro Theme” dalam systemic functional grmmar (Martin, 1992; Martin Rose, 2003), yakni kalimat atau beberapa kalimat yang berfungsi untuk

  Contoh lain adalah metatext yang ada dalam tesis yang ditulis oleh penulis dalam menyelesaikan program S3 dan ditulis di akhir Bab 2, tentang kajian pustaka. Tesis yang ditulis berkenaan dengan aplikasi pendekatan genre-based linguistik sistemik fungsional (SFL genre-based approach) yang disintesis dengan classroom practices atau strategi mengajar seperti yang disarankan oleh critical thinking (CT), critical literacy (CL) dan critical pedagogy (CP)

  This chapter has provided a theoretical background of the study including a detail delineation of theories of CT, CP, CL and SFL. It has been demonstrated that despite the distinctiveness of each theory reviewed, aspects of these four theories emphasised in this study are interrelated and complementary. Aspects of the theories reviewed in this chapter are also relevant to the priorities of education in Indonesia, such as to fulfill the necessity of the development of critical capacity, the urgency of the implementation of interactive pedagogy, and the promotion of democracy in the classroom through the teaching of writing and reading skills in the EFL context in particular, and across the curriculum subjects in all levels of education in general.

  It has also been argued that there is a potential complementation across the four areas of theories reviewed and therefore a synthesis of the principles in each theory is possible and desirable. One important object of this study was to test the complementary nature of the four different areas of theory in designing and implementing an English academic writing program at a tertiary level in Indonesia.

  The forthcoming chapters will explain how the study was designed and implemented and the nature of the findings. Chapter 3 will thus outline aspects of the methodology used, while later chapters will develop analyses of the results (Emilia, 2005:72).

  Metatext juga mungkin dipakai untuk menghubungkan satu bagian atau sub-heading dengan sub- heading lainnya dalam satu bab. Berikut merupakan contoh metatext dari bab tiga dalam disertasi yang ditulis oleh penulis:

  This section has presented a brief discussion of methodology-related aspects of the study, including purpose of the study and research question, research design, setting, participants, data collections and analyses. Procedural details of data collections, and to some extent data analyses in particular, as mentioned above, will be provided in Chapter 4. The subsequent section will provide an account of SFG (Systemic Functional Grammar), which was a tool for students‟ texts analyses (Emilia, 2005: 86).

  Berkaitan dengan metatext, Bunton (1999), dalam Paltridge dan Stairfield (2007:78-79) mengelompokkan cara mengorganisasi teks dalam tiga cara, yakni: Previews, overviews dan Reviews.

  Preview: mengantisipasi apa yang akan dibahas dalam teks dan bisa meringkas atau mengacu pada tahap selanjutnya dari teks yang akan ditulis. Sebuah preview mungkin bisa mengacu pada tesis, pada bab, bagian atau paragraf atau kalimat secara keseluruhan. Contoh preview yang mengacu pada sebuah bab yang kan muncul dalam tesis adalah: “The chapter which follows will present the theoretical framework for the study”.

  Overview bisa melihat ke dua arah, ke belakang maupun ke depan dalam teks. Overview bisa juga mengacu pada apa yang sedang ditulis atau pada bab yang sedang ditulis, secara keseluruhan. Overview bisa mengacu pada keseluruhan bab, atau bagian dari teks. Contoh overview:

  The purpose of this chaper has been to test the findings of the first stage of the study as well as submit texts analysed in the first stage of the study to a contrasting analytic perspective. It has also presented an analysis of a number of specific purpose texts as a demonstration of how the framework described in Chapter 4 can be applied to provide an explanation of genre assignment. This chapter has also investigated the relationship between frames and language. Finally it has reached a number of conclusions based on this further stage of the study (Paltridge Stairfield, 2007:78).

  Selain itu, Review melihat ke belakang, mengulang, meringkas atau mengacu pada bagian yang sudah terlebih dahulu dibahas. Contoh review adalah sebagai berikut:

  The previous chapter of this study described the background to the study, including reference to other research in legal settings. It also described the aspects of conversation analysis which will be drawn on for this study. Those aspects of investigation, further, were placed within an ethnomethodological framework. The chapter also described the focus of the research and its conceptual framework. Finally, it defined the scope, design, and limitations of the study and the concepts and terminology employed.

  This chapter presents information relating to the method of data clollections and analysis of that data. It described the physical setting of the interactions, the participants in the interactions, and further,m the purpose of the interaction (Paltridge Stairfield, 2007:79).

  Berkaitan dengan paragraf pendahuluan ini, beberapa penulis mungkin menganggap ini terlalu formal dan banyak penulis yang mampu menulis pendahuluan dan kesimpulan tanpa menulis paragraf pendahuluan secara formal (Evans Gruba, 2002:28). Namun demikian, menurut Evans dan Gruba, hal ini tidak berarti kita bisa terlepas dari pendahuluan dan kesimpulan dari masing-masing bab, tetapi para penulis itu melakukannya dengan cara yang kurang formal dan kurang jelas. Kebanyakan dari kita, kata Evans dan Gruba, tidak mempunyai keterampilan itu, dan dengan demikian, sebaiknya kita menulis pendahuluan dan kesimpulan yang formal untuk setiap bab. Contoh pendahuluan dari bab Pendahuluan dari sebuah tesis dapat dilihat dalam Tabel 6.3.

  Tabel 6.3 Contoh pendahuluan Bab 3

  Chapter 3: A Different Approach: Privatisation, Judul Disertasi: An Approach to Improved Housing Delivery in large Cities of Less Developed Countries, oleh Alpana Sivam, dikutip dari Evans Gruba, 2002:29)

  One of the more important observationbs of Chapter 2 was that privatisation is spreading worldwide, both in developed and developing countries, as an alleged response to the problem of delivery of housing (including infrastructure in large cities. Therefore, it is likely to be prominent in any proposal for improving housing delivery in developing countries. For this reason it is important to understand what privatisation is, and why and how it is being applied to urban housing.

  Section 3.1 defines privatisation. It then discusses the reason why governments are turning to it, and examines how it is being used and what affects it has had. Section 3.2 reviews its application to the housing sector. Section 3.3 examines the implications of these applications for housing delivery in developing countries.

  Pendahuluan dari Bab empat yang berjudul “Government Intervention and Recycling” dari Tesis yang berjudul “Recycling Policy in Australia” oleh Gina Hanson.

  It was suggested in Chapter three that government intervention aimed at encouraging manufacturers to use more reprocessed material when manufacturing product „B‟ may be required to increase the quantity of material flowing through the recycling system[in Chapter three she has distinguished product A, which the consumenr knows contains recycles material, from product B where the consumer does not know this]. Governments have already significantly intervened in recycling markets, for example by imposing voluntary targets and waste pricing. However, as government intervention involves interference with normal market processes it should be undertaken with caution and with understanding of resultant economic outcomes.

  This chapter examines different types of government intervention that have been used to increase recycling levels in order to determine which types of intervention are likely to work, and which types might be justifiable. To assist in this, some relevant microeconomic theory relating to market failure will first be reviewed. This theory will then be used to examine existing and proposed policies. (Sumber: Evans Gruba, 2002:29-30).

  Pendahuluan dari bab metodologi penelitian

  This chapter describes the research methodology, methods, and materials for this study. It provides a comparison of the two research sites selected and rationale for their selection. The use of symbloc interaction to study leadership is included, as well as a description of the methods used to collect and analyse data. The application of backward mapping to this study is explained (Gohn, 2004:28, dikutip oleh Calabrese, 2006:38).

  Setelah pendahuluan maka muncul isi dari tiap bab atau sub-bab. Isi serta strukturnya akan tergantung pada jenis bab serta jenis penelitian yang dilaporkan. Namun demikian, isi bab atau sub-bab harus mengalir secara logis mulai dari tujuan, seperti yang disebutkan dalam pendahuluan, sampai pada kesimpulan.

  Selain dari pendahuluan, setiap bab dalam tesis atau disertasi harus pula mengandung kesimpulan (Evans Gruba, 2002:31). Pembaca perlu berbagi dengan penulis tentang pemahaman dari apa yang telah dicapai, apa yang dicapai sekarang dan apa yang belum dikatakan dalam pendahuluan. Kesimpulan harus relevan dengan tujuan dari bab yang dikatakan di pendahuluan. Bab yang terutama harus mempunyai kesimpulan yang kuat adalah bab mengenai teori, mengenai metodologi, laporan tentang hasil penelitian, dan pembahasan data

  (dan kesimpulan dari pembahasan mungkin merupakan kesimpulan dari tesis secara keseluruhan).

  Mahasiswa, seperti dikatakan oleh Evans dan Gruba (2002) sering mengalami kesulitan dalam menulis kesimpulan dari bab yang sudah ditulisnya. Mereka cenderung menulis summary atau ringkasan dari apa yang ada dalam bab itu. Ringkasan mengatakan apa yang ditemukan, sedangkan kesimpulan mengatakan signifikansi dan implikasi dari apa yang ditemukan” (Evans Gruba, 2002:31). Kesimpulan harus relevan dengan tujuan dari bab yang dikatakan dalam pendahuluan, sementara ringkasan hanya potted version dari apa yang ada dalam bab itu. Tabel

  6.4 memuat contoh kesimpulan dari Bab 4 tesis yang ditulis oleh Gina Hanson, yang pendahuluannya telah ditulis di Tabel 6.3 di atas.

  Tabel 6.4. Contoh kesimpulan bab

  Kesimpulan dari Bab Empat yang berjudul “Government Intervention and Recycling” dari Tesis yang berjudul “Recycling Policy in Australia” oleh Gina Hanson.

  The economic theory considered here can in principle demonstrate that it is possible to determne a level of recycling which is most efficient for product B [the consumer is not aware that type B products contain recycled material]. There are also different types of government intervention which can assist in achieving this level when the market fails to do so. Howver, a review of government intervention practices indicates that governments are presently implementing intervention policies to achieve levels of recycling that may not be economically or commercially optimal. The application of intervention policy to various recycling cases indicates that governments have not recognised the important difference between type A and type B products and the different types of policy required to increase the recycling levels for these two types of product.

  Economics such as Pearce and Tietenberg appear to have failed to recognise that their economic models and theories apply only to the situation of manufacturing products from substitutable reprocessed (type B) material. Confusion has resulted when these findings have been applied to community collection programs and the manufactur of products from unsubstitutable reprocessed [type A] materials.

  Therefore, it would seem that Australian governments have so far not pursued the achievement of a socially optimal level of recycling as defined in microeconomic theory. Since government policy is not driven by financial or economic considerations, evidently it must be driven by other forces. (Sumber: Evans Gruba, 2002:32).

  Contoh lain dari kesimpulan sebuah bab bisa dilihat dalam Tabel 6.5, diambil dari Bab Dua yang merupakan kajian pustaka dari disertasi yang ditulis oleh penulis (Emilia, 2005) mengenai Contoh lain dari kesimpulan sebuah bab bisa dilihat dalam Tabel 6.5, diambil dari Bab Dua yang merupakan kajian pustaka dari disertasi yang ditulis oleh penulis (Emilia, 2005) mengenai

  Tabel 6.5. Contoh kesimpulan bab

  This chapter has provided a theoretical background of the study including a detail delineation of theories of CT, CP, CL and SFL. It has been demonstrated that despite the distinctiveness of each theory reviewed, aspects of these four theories emphasised in this study are interrelated and complementary. Aspects of the theories reviewed in this chapter are also relevant to the priorities of education in Indonesia, such as to fulfill the necessity of the development of critical capacity, the urgency of the implementation of interactive pedagogy, and the promotion of democracy in the classroom through the teaching of writing and reading skills in the EFL context in particular, and across the curriculum subjects in all levels of education in general.

  It has also been argued that there is a potential complementation across the four areas of theories reviewed and therefore a synthesis of the principles in each theory is possible and desirable. One important object of this study was to test the complementary nature of the four different areas of theory in designing and implementing an English academic writing program at a tertiary level in Indonesia.

  The forthcoming chapters will explain how the study was designed and implemented and the nature of the findings. Chapter 3 will thus outline aspects of the methodology used, while later chapters will develop analyses of the results (Emilia, 2005).

  Contoh lain kesimpulan bab bisa dilihat dalam Tabel 6.6 yang diambil dari kesimpulan Bab 4, yang merupakan bagian dari pembahasan data yang diperoleh dalam penelitian dari tesis yang sama seperti dalam Tabel 6.5 di atas.

  Tabel 6.6 memuat contoh kesimpulan dari Bab 4 yang membahas data dari salah satu teknik pengumpulan data yakni program pengajaran yang dilakukan penulis. Mengingat bab itu memaparkan tentang program pengajaran dilakukan, maka penulis juga memberikan ringkasan mengenai apa yang dilakukan dalam program itu, termasuk tahapan-tahapan pengajaran seperti yang telah disarankan oleh teori yang melatarbelakangi penelitian.

  Tabel 6.6. Contoh kesimpulan dari Bab 4 tesis yang membahas data dari salah satu teknik pengumpulan data

  (Emilia, 2005)

  .4. Conclusion

  This chapter has presented the teaching program conducted in this study. It has illustrated activities prior to and throughout the teaching program, in which attempts were made to promote students‟ argumentative writing skills and critical capacities. These, as mentioned earlier, are of essential importance in the current EFL teaching in particular and across the curriculum in Indonesian education in general. The teaching program can be summarized in Table 4.1 below, from which it can be noted that the stages involved in teaching cycles one and two are not the same. This suggests that the GBA is not a lockstep (Callaghan and Rothery, 1988) and its application in the classroom is not linear. The GBA can start from any stage, depending on the students‟ need and capacity. There is not one way of doing

  it.

  Furthermore, from the description in the previous sections, it can also be seen that the students seemed to have gained some development in writing skills and critical capacities concerned with in this study, as evidenced in the findings in this chapter, Chapters 5 and 6 (text analysis and interview data respectively). From a CT perspective, this supports the findings from previous research conducted by Excley (2002) about Indonesian students‟ CT (see also Canagarajah, 2002 and Kumaradivelu, 2003 about Asian students‟ CT) and this gives hope that CT can be taught to Indonesian students. The findings in this chapter also show the necessity of cultural background knowledge about a text to help students think and read critically about the text.

  Table 4. 1 Summary of the Teaching Program

  The teaching of CT – Introduction to CL:

  Explicit teaching on CT-related features; Application of CT in social context; Dealing with texts on arguments – Introduction to CL; Comparing different texts on the same topic.

  Teaching the Discussion genre – Implementation of the GBA and consolidation of critical capacities

  Introduction to the GBA and SFL; Implementation of the teaching cycle: Teaching cycles 1 and 2.

  Teaching cycle 1:

  Teaching cycle 2:

  Stage 1:Building Knowledge of the Field – the

  Stage 1: Building Knowledge of the Field – the

  teaching of CL.

  teaching of CL.

  Stage 2: Modelling (Deconstruction):

  Stage 2: Independent Construction.

  Familiarising the students with the function and social context of the Discussion genre; Presenting the schematic structure of the Discussion genre; Presenting a model text of a Discussion genre; Presenting other model texts in the Discussion genre.

  Stage 3: Joint Construction:

  Grouping students into threes and familiarizing them with the task they would do in the stage; Approaching each group at the start of the Joint Construction; Observing students‟ development in CT and control of the Discussion genre; Observing students‟ perceptions of the Joint Construction; Consultation with each group on their draftt.

  Stage 4: Independent Construction

  Building Knowledge of the Field –

  Consolidation of CT and CL; Independent Construction.

  There were indeed some problems which deserve to be followed up, especially regarding the students‟ resistance to the Joint Construction of the GBA (despite their awareness of the merit of the stage). As this was affected by their previous There were indeed some problems which deserve to be followed up, especially regarding the students‟ resistance to the Joint Construction of the GBA (despite their awareness of the merit of the stage). As this was affected by their previous

  Selain dari kesimpulan yang harus ditulis untuk setiap bab, tiap sub-bagian dari setiap bab mungkin juga sangat panjang dan dengan demikian, penulis juga sebaiknya memberikan ringkasan yang pendek. Berikut adalah contoh ringkasan dari setiap bagian yang ada dalam setiap bab, juga diambil dari disertasi yang ditulis oleh penulis (Emilia, 2005), khususnya bagian mengenai salah satu tahap dalam program pengajaran yang diaplikasikan dalam penelitian.

  This section has described various activities prior to the teaching program. It has been argued that two key principles of CP adopted in this study (the classroom as a democratic public sphere and dialogic education), which are deemed relevant to the development of the current Indonesian education, as discussed in Chapter 1, Section 1.5, had been applied prior to the teaching program. These were reflected, among others, in the nature of students‟ participation in this study, which was voluntary-based, and the joint decision on the topic discussed. Finally, the diagnostic writing and questionnaire constituted the basis for assessment of students‟ needs in their learning in the teaching program which will be illustrated below (Emilia, 2005:).

Kesimpulan

  Bab ini telah memaparkan struktur organisasi tesis atau disertasi, termasuk fungsi struktur organisasi serta elemen-elemen yang ada biasanya ada dalam tesis atau disertasi. Bab ini telah menekankan bahwa struktur organisasi merupakan alat berpikir, tidak hanya mempermudah pembaca membaca tulisan kita, tetapi juga mempermudah penulis mengungkapkan pikirannya. Selain dari elemen utama tesis dan disertasi, untuk membuat tesis atau disertasi itu mudah dibaca dan gagasan yang dikemukakan mengalir dengan lancar, maka diperlukan satu bagian tesis yang disebut dengan metatext atau linking texts. Linking text ini tidak perlu banyak tetapi berperan penting dalam menghubungkan satu bab atau bagian dengan bagian lain. Linking text bisa pendahuluan dalam awal bab seperti yang dipakai dalam setiap bab dari buku ini, bisa juga Bab ini telah memaparkan struktur organisasi tesis atau disertasi, termasuk fungsi struktur organisasi serta elemen-elemen yang ada biasanya ada dalam tesis atau disertasi. Bab ini telah menekankan bahwa struktur organisasi merupakan alat berpikir, tidak hanya mempermudah pembaca membaca tulisan kita, tetapi juga mempermudah penulis mengungkapkan pikirannya. Selain dari elemen utama tesis dan disertasi, untuk membuat tesis atau disertasi itu mudah dibaca dan gagasan yang dikemukakan mengalir dengan lancar, maka diperlukan satu bagian tesis yang disebut dengan metatext atau linking texts. Linking text ini tidak perlu banyak tetapi berperan penting dalam menghubungkan satu bab atau bagian dengan bagian lain. Linking text bisa pendahuluan dalam awal bab seperti yang dipakai dalam setiap bab dari buku ini, bisa juga

  Bab ini juga telah memperlihatkan bahwa walaupun sebagian penulis menganggap pendahuluan atau linking text untuk setiap bab atau bagian bab cukup dalam seriasi atau jenis table of content, ada baiknya kalau linking text membahas apa yang telah dibahas sebelumnya dan yang dibahas dalam bab atau bagian itu. Dalam linking teks yang ditulis di akhir pembahasan, selain mengatakan apa yang telah dibahas, penulis sebaiknya menyebutkan apa yang akan dibahas dalam bagian atau bab selanjutnya untuk memudahkan pembaca memahami teks yang ditulis secara keseluruhan.

  Setelah bab ini membahas struktur organisasi tesis dan disertasi, maka bab-bab selanjutnya dari buku ini akan memaparkan cara penulisan dari isi utama tesis atau disertasi, termasuk penulisan abstrak, pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, data dan pembahasan data serta kesimpulan.

BAB 7: MENULIS ABSTRAK, UCAPAN TERIMAKASIH DAN DAFTAR ISI

Pendahuluan

  Bab Enam telah membahas struktur organisasi tesis atau disertasi yang biasanya dipakai oleh penulis tesis atau disertasi, terutama mereka yang menggunakan format konvensional, yakni format yang didasarkan pada format penulisan laporan penelitian di bidang sains.

  Bab ini akan membahas beberapa bagian pendahuluan tesis, yakni abtrak, ucapan terima kasih dan daftar isi. Ketiga bagian ini biasanya ditulis terakhir oleh penulis, tetapi seperti disebutkan di bagian pendahuluan buku ini bahwa petunjuk penulisan tesis atau disertasi dalam buku ini bukan didasarkan pada proses penulisannya tetapi pada keberadaan masing-masing bagian itu dalam tesis. Untuk itu, walaupun abstrak, daftar isi dan ucapan terima kasih dibuat terakhir, petunjuk penulisannya dibahas lebih awal dari bagian lain, mengingat bagian ini merupakan bagian awal tesis dan memegang peranan penting dalam menentukan kesan pembaca terhadap tesis atau disertasi yang dibacanya.

Menulis abstrak

  Abstrak memainkan peranan yang sangat penting dalam tesis. Abstrak merupakan bagian pertama yang dibaca oleh penguji (Pearce, 2005; Paltridge Stairfield, 2007:155) dan merupakan elemen yang sangat penting peranannya dalam mendorong pembaca untuk membaca lebih jauh isi tesis atau karya tulis ilmiah lain. Fungsi abstrak adalah memberikan ringkasan isi Abstrak memainkan peranan yang sangat penting dalam tesis. Abstrak merupakan bagian pertama yang dibaca oleh penguji (Pearce, 2005; Paltridge Stairfield, 2007:155) dan merupakan elemen yang sangat penting peranannya dalam mendorong pembaca untuk membaca lebih jauh isi tesis atau karya tulis ilmiah lain. Fungsi abstrak adalah memberikan ringkasan isi

  34) mengatakan bahwa abstrak memainkan peranan yang sangat penting karena beberapa alasan:

  1. Mengedepankan informasi atau pernyataan-pernyataan penting untuk dapat diakses dengan mudah;

  2. Berfungsi sebagai alat screening, yang dapat membantu pembaca memutuskan apakah dia akan membaca seluruh bagian artikel selanjutnya atau tidak;

  3. Memberi kerangka pembacaan artikel secara keseluruhan;

  4. Menyajikan ringkasan poin-poin utama dalam karya ilmiah untuk dijadikan referensi kemudian.

  Sejalan dengan pernyataan Berkenkotter dan Huckin (1995), Pearce (2005: 51) menegaskan bahwa dalam sebuah tesis atau disertasi, “abstrak merupakan halaman yang paling penting dari tesis secara keseluruhan”. Pearce menulis, “it (abstract) is not only the means by which the thesis will make itself known to the world; it is the set of expectations by which it will be judged” (2005:51).

  Berkaitan dengan apa saja yang harus dijelaskan dalam abstrak, atau struktur skema dari abstrak, Hyland (2000), berdasarkan analisis tulisan akademik dalam berbagai disiplin ilmu, menemukan bahwa abstrak karya tulis ilmiah setiap disiplin ilmu berbeda. Namun, Hyland menemukan dua pola rhetorical move yang paling sering ditemukan dari berbagai artikel yang dianalisisnya, Berkaitan dengan apa saja yang harus dijelaskan dalam abstrak, atau struktur skema dari abstrak, Hyland (2000), berdasarkan analisis tulisan akademik dalam berbagai disiplin ilmu, menemukan bahwa abstrak karya tulis ilmiah setiap disiplin ilmu berbeda. Namun, Hyland menemukan dua pola rhetorical move yang paling sering ditemukan dari berbagai artikel yang dianalisisnya,

  Sejalan dengan Hyland, Evans dan Gruba (2002) juga menegaskan bahwa abstrak harus mengandung tiga komponen utama, yakni:

  Mengapa penelitian dilakukan dan apa yang ingin dicapai. Metode penelitian apa yang dipakai dan apa hasilnya Apa kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian itu (Evans Gruba, 2002:128, lihat

  juga Sternberg, 1988 untuk penjelasan yang sama mengenai apa saja yang harus dipaparkan dalam abstrak).

  Namun demikian, dengan mengacu pada hasil penelitian lain seperti yang telah dilakukan oleh Swales (1990) dan Bhatia (1993), Hyland juga menyajikan satu pola umum struktur skema abstrak karya tulis ilmiah atau tahap-tahap generik abstrak karya tulis ilmiah seperti terlihat pada Tabel 7.1 sebagai berikut:

  Table 7.1 Klasifikasi rhetorical moves dalam abstrak karya tulis ilmiah (Sumber: Hyland, 2000b: 67)

  Establishes context of paper and motivates the research or discussion.

  Purpose

  Indicates purpose, thesis or hypothesis, outlines the intention behind the paper.

  Method

  Provides information on design, procedures, assumptions, approach, data, etc.

  Product

  States main findings or results, the argument, or what was accomplished.

  Conclusion

  Interprets or extends results beyond scope of paper, draws inferences, points to applications or wider applications.

  Selain itu, menurut Paltridge dan Stairfield (2007:156), struktur abstrak sesuai dengan tujuan dari penulisan abstrak itu sendiri, yakni menjawab pertanyaan berikut:

  What was the general purpose of the study?

  What was the particular aim of the study? Why was the study carried out? How was the study carried out? What did the study reveal?

  Dengan demikian, struktur umum dari asbtrak, menurut Paltridge dan Stairfield adalah:

  Overview of the study (gambaran umum tentang penelitian); Aim of the study (Tujuan penelitian); Reason for the study (Alasan dilakukannya penelitian); Methodology used in the study (Metodologi penelitian yang dipakai); Findings of the study (Temuan penelitian).

  Namun demikian, struktur ini tidak selamanya dipakai oleh para penulis tesis, dan kalau tidak memakai struktur ini belum tentu juga salah, seperti yang dicontohkan oleh Paltridge dan Stairfield tentang abstrak yang ditulis oleh Wang (2006) berikut ini dengan judul tesis “Newspaper commentaries on terrorism: A contrastive genre study”

  Tabel 7.2. Contoh abstrak (Sumber: Paltridge Stairfield, 2007: 157)

  Abstract

  Overview of the study

  This thesis is a contrastive genre study which explores newspaper commentaries on terrorism in Chinese and Australian newspapers. The study examines the textual patterning of the Australian and Chinese commentaries,

  interpersonal and intertextual features as well as considers possible contextual factors which contribute to the formationof the newspaper commentaries in the two different languages and cultures.

  Methodology used in the For its framework for analysis, the study draws on systemic functional study

  linguistics, English for specific purposes and new rhetoric genre studies, critical discourse analysis, discussions of the role of the mass media in the two different cultures.

  Findings of the study

  The study reveals that Chinese writers often use explanatory rather than argumentative expositions in their newspaper commentaries. They seem to distance themselves from outside sources and seldom indicate endorsement to these sources. Australian writers, on the other hand, predominantly use The study reveals that Chinese writers often use explanatory rather than argumentative expositions in their newspaper commentaries. They seem to distance themselves from outside sources and seldom indicate endorsement to these sources. Australian writers, on the other hand, predominantly use

  Aim of the study

  The study thus aims to provide both textual and contextual view of the genre under investigation in these two languages and cultures.

  Reason for the study

  In doing so, it aims to establish a framework for contrastive rhetoric research which moves beyond the text into context as a way of explorting reasons for linguistic and rhetorical choices made in the two sets of texts.

  Dari contoh di atas bisa dilihat bahwa penulis tesis ini mengemukakan tujuan dan alasan melakukan penelitiannya di akhir dari abtrak. Berikut adalah contoh lain dari abstrak tesis yang ditulis oleh Ao, Man-Chih dari Australian Catholic University.

  Tabel 7.3. Contoh abstrak (Sumber: Elektroresource, Australian Catholic University: Theses)

  Judul:

  The Effect of the Use of Self-Regulated Learning Strategies on College Students' Performance and Satisfaction in Physical Education

  Penulis:

  Ao, Man-Chih

  Institusi:

  Australian Catholic University

  The purpose of this study was to investigate whether using self-regulated learning strategies could promote college students‟ learning and satisfaction in Physical Education.

  A quasi-experimental design, experimental group (N =49) and control group (N=51), was used to examine the effectiveness of a teaching intervention in achieving the goals of learning and satisfaction. Students undertaking the self-regulated learning intervention were compared with a group participating in standard curriculum instructional conditions. Three questionnaires were administered to identify 1) students‟ entry characteristics, 2) their perceptions of their learning experiences, and 3) satisfaction. Students completed a students‟ characteristics questionnaire in week 2. During the module, students responded to a learning experience questionnaire. At the conclusion of the module, students completed

  a tennis skills test and responded to a satisfaction questionnaire. The conceptual framework for this study included the independent variables of teaching strategy, mediating variables (students‟ characteristics), and dependent variables (satisfaction and performance). The experimental study was conducted within this framework by use of an ANCOVA design. The main results were: 1. The experimental group scored significantly higher on measures reflecting self regulated learning processes in their learning experience than the control group (p=0.000).2. There was no difference between the groups on scores for global satisfaction (p=0.059).3. There was no difference between the groups on satisfaction through valuing (p=0.401). 4. The experimental group demonstrated significantly higher students' satisfaction through enjoyment than the control group (p=0.013).5. The experimental group had significantly higher performance in the tennis skills test than the control group (p=0.000). Several effects of self-regulated learning were indicated in this study. Analysis of the monitoring sheets provided evidence that students gained more interest and confidence in their involvement in the tennis class by the use of self-regulated learning strategies. However, it was expected that the self-regulated learning group would experience the greater satisfaction. As this did not occur, more research is needed to further examine the relationship of learning experiences to satisfaction and particularly the dimension of valuing. The importance of utilizing a conceptual framework that accounted for differences in student entry characteristics in a teaching intervention of a tennis skills test and responded to a satisfaction questionnaire. The conceptual framework for this study included the independent variables of teaching strategy, mediating variables (students‟ characteristics), and dependent variables (satisfaction and performance). The experimental study was conducted within this framework by use of an ANCOVA design. The main results were: 1. The experimental group scored significantly higher on measures reflecting self regulated learning processes in their learning experience than the control group (p=0.000).2. There was no difference between the groups on scores for global satisfaction (p=0.059).3. There was no difference between the groups on satisfaction through valuing (p=0.401). 4. The experimental group demonstrated significantly higher students' satisfaction through enjoyment than the control group (p=0.013).5. The experimental group had significantly higher performance in the tennis skills test than the control group (p=0.000). Several effects of self-regulated learning were indicated in this study. Analysis of the monitoring sheets provided evidence that students gained more interest and confidence in their involvement in the tennis class by the use of self-regulated learning strategies. However, it was expected that the self-regulated learning group would experience the greater satisfaction. As this did not occur, more research is needed to further examine the relationship of learning experiences to satisfaction and particularly the dimension of valuing. The importance of utilizing a conceptual framework that accounted for differences in student entry characteristics in a teaching intervention of

  Abstrak, seperti contoh yang diberikan dalam Tabel 7.3 di atas, ditulis dalam satu paragraf, dan itu bisa diterima. Namun demikian, seperti diterangkan dalam Bab 4 mengenai penulisan paragraf, mungkin akan lebih baik kalau paragraf ditulis tidak terlalu panjang. Dengan demikian, untuk memudahkan pembaca, abstrak tampaknya akan lebih baik kalau ditulis dalam beberapa paragraf sesuai dengan bagian-bagian yang ada di dalamnya. Misalnya, informasi umum tentang penelitian dalam satu paragraf, tujuan dan pertanyaan penelitian paragraf berikutnya, dan seterusnya.

  Dalam beberapa tesis, yang dibaca penulis di Melbourne University dan yang ditulis oleh penulis sendiri dalam disertasi, serta abstrak yang ada dalam beberapa tesis yang dianalisis dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai kesulitan menulis tesis, selain dari move yang dipaparkan di atas, ada juga move tambahan, yakni rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Berikut adalah bagian dari abstrak yang diambil dari dua orang mahasiswa yang tesisnya dianalisis, yang ditulis oleh Rida Mardiani (2004) dan Gingin Gustine (2007) dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, SPs UPI.

  ….. After conducting this research, I recommend that Seelye‟s principles be explored more to meet the specific needs of teaching CCU in an EFL context. English teachers who are interested in innovating their technique in teaching CCU are encouraged to do further research on this topic. Despite the need for further research these principles can be used as an alternative in teaching Cross-Cultural Understanding to EFL learners (Mardiani, 2004:i).

  …

  It is thus recommended that further study in this field should be able to minimize the challenges and problems posed in the present study and investigate the infusion approach in teaching critical thinking in various disciplines and in all levels of education (Gustine, 2007:i).

  Berikut adalah contoh rencana yang dapat digunakan ketika menulis abstrak, berdasarkan saran dari Thomas (2000) dan Johnson (2003).

  Tabel 7.4 Contoh rencana menulis abstrak (Sumber: Johnson, 2003; Thomson, 2000)

  Kalimat pertama abstrak harus membimbing This thesis …. , atau The study …. atau The research pembaca kepada pengetahuan tentang ”what reported in this thesis centred around the issues … the research was about”

  Atau The thesis investigated…

  Ringkasan tentang “the nature of the study” Analysis of the research literature in ... revealed that …. . It diikuti dengan Kajian Literature (cukup satu was argued that the use of … would provide important …. atau dua kalimat)

  (penulis bisa juga menginformasikan kepada pembaca tentang mengapa penelitian ini perlu dilakukan.

  Kalimat selanjutnya mengandung unsur This study usedemployed... and data were obtained through metodologi penelitian

  the use of ... … (bisa dibuat dengan kalimat pasif, seperti … a case study methodology was used in this study, and ….data were collected through …)

  Setelah itu, penulis mengatakan bagaimana The data from … were subjected first to simple descriptive cara data yang diperoleh dari masing-masing statistical analysis. These analyses revealed … teknik pengumpulan data dianalisis, (Pernyataan yang mengandung informasi The interview data were then subjected to the thematic coding seperti ini bisa ditulis dalam paragraf yang procedures described by ….in their qualitative analysis text. sama dengan metodologi penelitian) Kemudian,

  pernyataan

  berikutnya The results of the study were consistent with previous work

  menerangkan bagaimana penelitian ini performed by ... (conducted by … ) relevan atau berintegrasi dengan penelitian sebelumnya atau kalau ada unsur yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, mungkin bisa dipakai sebagai salah satu poin untuk rekomendasi penelitian selanjutnya atau yang akan datang dalam topik yang sama.

  Tahap selanjutnya menerangkan tentang In the concluding chapter, it was noted that the study kelemahan dalam penelitian yang dilaporkan, reported in this thesis has shortcomings. Apa kelemahannya misalnya

  … disebutkan.

  dengan mengatakan: (mengingat abstrak yang pendek, kadang- kadang

  disebutkan, seperti dalam contoh abstrak yang akan diberikan di bawah ini)

  Bagian terakhir dari abstrak biasanya berisi The thesis concludes with a discussion of future research tentang

  arah

  penelitian

  selanjutnya avenues. It is suggested that a study should be conducted with

  (Berberapa abstrak yang diteliti dianalisis … dala pelenlitian penulis (Emilia, 2007) tidak (Berberapa abstrak yang diteliti dianalisis … dala pelenlitian penulis (Emilia, 2007) tidak

  The thesis concludes with the proposition that it would be most useful to conduct a …

  Mengingat abstrak yang sangat pendek, mungkin penulis tesis atau disertasi tidak bisa memaparkan semua unsur ini dengan rinci, terutama berkaitan dengan kajian pustaka. Mungkin kita hanya menyentuh kajian pustaka dalam beberapa kalimat saja, tidak usah dalam paragraf terpisah, seperti dalam contoh abstrak dari disertasi yang dibuat oleh penulis (lihat Tabel 7.5 di bawah).

  Dalam bidang sains, misalnya dalam bidang matematika, abstrak tesis atau disertasi kadang- kadang hanya memaparkan hasil penelitian saja (Crasswell, 2005: 196). Crasswell memberikan contoh abstrak yang diambil dari salah satu disertasi di jurusan Matematika seperti di bawah ini.

  There are two main results contained in this dissertation. The first result is a description of an algorithm for the computation of polycyclic presentations for nilpotent factor groups of a given finitely presented group. This algorithm is a generalization of the methods employed in the p-quetient algorithm [reference] to possibly infinite nilpotent groups. The second is a method for the computation of the Schur multiplicator of a group given by polycyclic presentation and a method for the classification of the isomorphism types of Schur covering groups for finite soluble groups. Both algorithms can be treated in a similar context, namely forming central downward extentions of polycyclic groups (Crasswell, 2005:196).

  Tabel 7.5 Contoh abstrak (Sumber: Emilia, 2005)

  Move Dalam Abstrak

  Judul Disertasi: A Critical Genre-Based Approach to Teaching Academic

  Writing in A Tertiary EFL Context in Indonesia

  ABSTRACT

  This thesis reports on the effectiveness of using a critical genre-based

  Review tentang “what research was about” dan sedikit approach (GBA) in teaching academic English writing to student teachers who

  were learning English as a foreign language in a state university, West Java,

  literature review.

  Indonesia. The model of the GBA (as adapted from Rothery, 1996 and others relevant to the study) was distinctive in that it sought to synthesise principles

  from other theories, to do with critical thinking (e.g. Paul, 1992, 1993), critical pedagogy (e.g. Freire, 1971, 1993, 1997) and critical literacy (e.g. Wallace, 1992a, b, 2001). The approach was also distinctive in that it sought to use a genre-based pedagogy with a community of English as a foreign language (EFL) students, whereas hitherto most uses of this pedagogy have been with native speakers or English as a second language (ESL) students.

  The study employed a qualitative research design, embracing characteristics of

  a case study and to some extent a program evaluation. The data were obtained from several sources, including a questionnaire prior to an 11 week teaching

  Pernyataan tentang metodologi penelitian, teknik

  program; classroom observations by the researcher and her colleague,

  pengumpiulan data

  collection of samples of students‟ texts in various stages of the teaching

  (Penulis tidak menyebutkan data interview dianalisis

  program, which were then analysed using systemic functional grammar (SFG)

  dengan cara apa dan karena tempat yang kurang dan data

  as developed by Halliday (1985b, 1994a); Halliday and Mathiessen (2004);

  interview merupakan data sekunder. Sebaiknya semua

  students‟ journals written after each teaching session; and two stages of

  data kalau memungkinkan disebutkan bagaimana

  interviews with the student participants, immediately after the program and

  dianalisisnya.

  eight months after the program.

  The findings revealed that despite some limitations, the teaching program was successful in many ways in the Indonesian EFL tertiary teaching context. Most significantly, the students‟ argumentative writing skills in English improved in

  Pernyataan tentang temuan peenlitian yang juga

  that they achieved enhanced control of the target argumentative genre, at

  merupakan kesimpulan peenlitian

  greater length, with clear schematic structure and improved use of evidence and information in support of their arguments, using various linguistic

  resources, which also indicates their development in critical thinking and critical literacy. Moreover, data from classroom observations, students‟ journals and interviews showed that the students were aware of having made progress in terms of metalanguage for discussing critical reading and writing;

  a good grasp of those critical thinking dispositions, abilities and skills taught in the program; and enhanced awareness of the values of class dialogue, a democratic atmosphere, and the different roles of the teacher which allowed them to actively participate in their learning.

  Based on these findings, it is recommended that a critical GBA be gradually adopted in Indonesia, as part of the centralized curriculum to enhance the teaching of English in Indonesia, of English writing in particular. The Indonesian government‟s implementation of the 2004 curriculum, and the GBA

  Rekomendasi in particular, should be conducted more intensively to provide English teachers with a sound understanding of the background to and practical guidance on the

  application of the approach in their classes. Teacher education should also provide student teachers with sound knowledge about English language and literacy and pedagogical principles for their teaching. In addition, given the urgency of the need for critical thinking and the calls for the implementation of interactive curriculum, it is now the right time to infuse critical thinking and critical pedagogy across the subjects of the school curriculum.

  Contoh abstrak dalam laporan penelitian yang ditulis dalam bahasa Indonesia dapat dilihat dalam Tabel 7.6 di bawah ini. Abstrak ini diambil dari laporan penelitian mengenai aplikasi pendekatan Contoh abstrak dalam laporan penelitian yang ditulis dalam bahasa Indonesia dapat dilihat dalam Tabel 7.6 di bawah ini. Abstrak ini diambil dari laporan penelitian mengenai aplikasi pendekatan

  Tabel 7.6. Contoh abstrak dalam laporan penelitian dalam bahasa Indonesia (Sumber: Emilia dkk, 2008)

  Abstrak

  Penelitian ini berusaha untuk mengkaji aplikasi pendekatan genre-based (selanjutnya disingkat GBA) sebagai salah satu alternatif pendekatan pengajaran yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pengajaran bahasa Inggris dan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dalam belajar bahasa Inggris, khususnya di tingkat SMP berdasarkan kurikulum bahasa Inggris tahun 2006.

  Penelitian dilakukan di salah satu SMP Negeri di Bandung dengan melibatkan satu orang guru bahasa Inggris dan satu kelas murid sebagai partisipan. Penelitian berusaha untuk mengkaji beberapa hal berkaitan dengan GBA, khususnya mengenai: aplikasi GBA di kelas, termasuk model GBA yang digunakan, alasan guru menggunakan GBA, kelebihan dan kelemahan GBA, berdasarkan perspektif guru dan murid, keberhasilan belajar murid dalam mencapai tujuan pembelajaran, dilihat dari berbagai keterampilan berbahasa, khususnya membaca dan menulis, serta tantangan atau kesulitan yang dihadapi oleh guru dan murid berkaitan dengan aplikasi GBA di kelas.

  Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif, khususnya metode studi kasus (Freebody, 2003; Nunan, 1992; Stake, 1985; Yin, 1993, 2003; Travers, 2002) dan akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, di antaranya observasi kelas selama kurang lebih 3 bulan, analisis dokumen, terutama dokumen yang berkaitan dengan kurikulum 2006 dan yang mengandung informasi mengenai pencapaian mahasiswa dan tulisan siswa yang dikumpulkan selama observasi dilaksanakan, kuesioner dan wawancara dengan guru dan beberapa orang murid, baik wawancara secara individu (Kvale, 1996) maupun focus group (Frey and Fontana, 1993; Krueger, 1993, 1998).

  Data yang berupa dokumen akan dijadikan sebagai bahan acuan dalam melaksanakan observasi dan pengambilan data dari sumber lain, seperti kuesioner dan interviu. Data dari observasi akan dianalisi dengan mengikuti petunjuk aplikasi pendekatan genre-based (Derewianka, 1990; Feez and Joyce, 1998; Feez, 2002; Rothery, 1996; Calaghan, 1989; Gibbons, 2002). Data dari observasi juga akan dipakai untuk meneliti kesulitan atau tantangan yang dihadapi oleh guru dan murid dalam penerapan GBA di kelas. Selain itu, data berupa tulisan siswa akan dianalisis dengan mengikuti petunjuk analisis teks, khususnya teori linguistic sistemik fungsional (Christie, 1991, 2002, 1993, 2005; Martin, 1992; 1997, 2001; Halliday, 1985; 1994; 2002; Eggins, 1994; Coffin, 1997; Veel, 1997; Martin and Rose, 2003), yang dalam beberapa hal berkaitan dengan teoris analisis wacana kristis (Fairclough, 1992, 1995; 2003), serta teori berpikir kritis (de Bono, 1976; Ennis, 1992; Lipman, 2003; Norris and Ennis, 1989; Paul, 1990; 1992; 1993; 2002) yang juga akan dipakai dalam penelitian ini. Tulisan siswa akan dianalisis dengan menggunakan tata bahasa sistemik fungsional (systemic functional grammar, SFG), bersadarkan tiga system tata bahasa (Theme, Transitivity dan Mood) yang relevan dengan tiga metafungsi bahasa (metafungsi textual, experiencial dan interpersonal) seperti yang telah ditegaskan dalam linguistik sistemik fungsional (Halliday, 1976; 1985a,b; 1994, 2002). Tulisan siswa akan pertama-tama dianalisis berdasarkan struktur organisasinya dan kemudian ciri-ciri linguistiknya. Setelah itu, berdasarkan analisis struktur organisasi dan ciri linguistiknya, tulisan siswa akan dianalisis berdasarkan beberapa disposisi berpikir kritis (seperti yang ditawarkan oleh Ennis, 1992; Lipman, 2003; Diestler, 2001; Chaffee dkk, 2002) yang paling berkaitan dan dapat dilihat dalam tulisan siswa. Terakhir, data dari kuesioner dan wawancara akan dianalisis dengan menggunakan analisis tema (Kvale, 1996; Merriam, 1998), yang diformulasikan konsisten dengan pertanyaan penelitian yang akan berusaha untuk dijawab dalam penelitian ini.

  Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dalam hal bahwa temuan peneltian akan dapat dijadikan sebagai landasan kebijakan dalam penerapan GBA serta pengembangan pengajaran bahasa Inggris di sekolah tempat penelitian khususnya dan di SMP lain umumnya. Hasil penelitian juga diharapkan dapat memperkaya literatur dan menjadi model dalam penerapan GBA di kelas, terutama bagi Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dalam hal bahwa temuan peneltian akan dapat dijadikan sebagai landasan kebijakan dalam penerapan GBA serta pengembangan pengajaran bahasa Inggris di sekolah tempat penelitian khususnya dan di SMP lain umumnya. Hasil penelitian juga diharapkan dapat memperkaya literatur dan menjadi model dalam penerapan GBA di kelas, terutama bagi

  Contoh lain dari abstrak dapat dilihat dalam Tabel 7.7 yang diambil dari abstrak proposal penelitian mengenai kesulitan mahasiswa dalam menulis tesis di program studi pendidikan bahasa Inggris SPs UPI.

  Tabel 7.7 Contoh Abstrak Proposal Penelitian (Emilia, 2008:2-3)

  Abstrak

  Penelitian ini akan berusaha untuk mengkaji kesulitan mahasiswa dalam menulis tesis dan tugas dalam bahasa Inggris di program studi Pendidikan Bahasa Inggris SPs UPI, penyebab kesulitan itu, dilihat dari perspektif mahasiswa dan dosen sebagai pengajar dan pembimbing, serta apa yang sebaiknya dilakukan untuk membantu mahasiswa meminimalisasi kesulitannya dalam menulis tesis, juga berdasarkan perspektif mahasiswa dan dosen di program studi pendidikan bahasa Inggris serta pimpinan SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

  Penelitian ini akan menggunakan desain penelitian kualitatif, khususnya metode studi kasus (Freebody, 2003; Nunan, 1992; Stake, 1985; Yin, 1993, 2003; Travers, 2002). Penelitian akan melibatkan beberapa kelompok partisipan, yakni mahasiswa yang sedang menulis tesis dan mereka yang sudah menjadi alumni program studi pendidikan bahasa Inggris SPs UPI, dosen program studi yang berperan sebagai pengajar dan pembimbing tesis dari para mahasiswa yang menjadi partisipan, serta pimpinan SPs UPI. Partisipan dari mahasiswa, baik yang sudah maupun belum lulus diharapkan dapat mewakili kelompok mahasiswa yang tergolong low achiever (IPK <3), mid achiever (IPK 3-3.5) dan high achiever (IPK >3.5). Penelitian akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, di antaranya analisis dokumen, terutama dokumen yang mengandung informasi mengenai pencapaian mahasiswa dan tesis serta tugas yang dikumpulkan oleh mahasiswa, kuesioner dan wawancara dengan partisipan, baik wawancara secara individu (Kvale, 1996) maupun focus group (Frey and Fontana, 1993; Krueger, 1993, 1998).

  Data yang berupa tesis dan tugas mahasiswa akan dianalisis dengan mengikuti teori analisis teks akademik (Swales and Feak, 1994; Hinkel, 2002), yang juga relevan dengan analisis teks yang menggunakan teori linguistik sistemik fungsional (Christie, 2002, 1991, 1993, 2005; Martin, 1992; 1997, 2001; Martin and Rose, 2003; Eggins, 1994; Halliday, 1985; 1994; 2002; Fairclough, 1992, 1995; 2003), serta teori berpikir kritis (de Bono, 1976; Ennis, 1992; Lipman, 2003; Norris and Ennis, 1989; Paul, 1990; 1992; 1993; 2002). Dengan menggunakan tata bahasa sistemik fungsional (systemic functional grammar, SFG), bersadarkan tiga system tata bahasa (Theme, Transitivity dan Mood) tesis dan tugas akan dianalisis berdasarkan struktur organisasi dan ciri-ciri linguistiknya. Kemudian, karena kemampuan menulis argumentatif teks seperti tesis dan tugas atau makalah sangat erat kaitannya dengan kemampuan berpikir kritis (BK) (Chaffee, dkk, 2002), yang pengembangannya juga bersifat mendesak di Indonesia, di era reformasi seperti sekarang ini, tesis dan tugas mahasiswa akan dianalisis berdasarkan ada tidaknya beberapa aspek BK, terutama standar dan disposisi BK (seperti yang ditawarkan oleh Ennis, 1992; Lipman, 2003; Diestler, 2001; Chaffee dkk, 2002) yang paling relevan dalam tulisan argumentative serta ada tidaknya kesalahan dalam (fallacies) dalam BK. Sementara itu, data dari kuesioner dan wawancara akan dianalisis dengan menggunakan analisis tema (Kvale, 1996; Merriam, 1998) yang relevan dengan pertanyaan penelitian.

  Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pengembangan Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pengembangan

  Berkaitan dengan ciri linguistik dari abstrak dalam bahasa Inggris khususnya, berdasarkan pengamatan penulis dalam membimbing atau menguji tesis, banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan menggunakan tense dalam abstrak. Sebagian ada yang menggunakan past tense, sebagian simple present. Berkenaan dengan hal ini, Cooley dan Lewkowicz (2003, lihat juga Paltridge Stairfield, 2007) mengatakan bahwa ada dua cara mahasiswa bisa memandang abstrak dalam tesisnya: sebagai ringkasan dari tesis atau disertasinya, atau sebagai ringkasan dari penelitian yang telah dilakukan. Kalau abstrak dipandang sebagai ringkasan dari tesis atau disertasinya, maka abstrak menggunakan present tense. Contoh: This thesis examines, this thesis reports …. Kalau abstrak dipandang sebagai ringkasan dari penelitian yang telah dilakukannya, maka simple past tense biasanya digunakan. Contoh: The study revealed that … Present perfect tense digunakan untuk memperlihatkan hubungan antara penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya. Contoh: Previous studies have shown … .

Menulis ucapan terimakasih

  Dalam menulis ucapan terima kasih, ada beberapa moves atau elemen utama yang biasanya ditulis (Hyland, 2004). Berdasarkan temuan penelitiannya dalam menganalisis ucapan terima kasih dalam tesis mahasiswa yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (ESL), Hyland menyimpulkan bahwa ucapan terima kasih terdiri dari tiga elemen utama sebagai berikut:

  A reflecting move, yang memberikan komentar tentang pengalaman penulis dalam melakukan penelitian atau menulis tesis. Contohnya:

  1. The writing of the the MA thesis is not an easy task;

  2. The most rewarding achievement in my life, as I approach middle age, is the completion of my doctoral dissertation (Paltridge Stairfield, 2007:161).

  Thanking move yang memberikan kredit kepada individu atau institusi. Berkaitan dengan

  thanking move ini, Evans dan Gruba (2002) menyarankan bahwa penulis hendaknya menyebut bantuan yang didapat dalam pelaksanaan penelitian dan dalam persiapan penulisan laporan atau tesis atau disertasi. Evans dan Gruba juga menyarankan untuk menyebut badan atau institusi yang memberi dana beasiswa atau sumber dana lainnya, kalau memungkinkan.

  Announcing move yang menunjukkan pernyataan menerima tanggung jawab atas segala

  kekurangan dan kesalahan dalam tesis dan mendedikasikan tesis kepada individu atau sekelompok orang.

  Namun demikian, menurut Hyland (2004) dari sekian move yang biasanya ada dalam tesis, hanya thanking move yang bersifat obligatory atau yang keberadaannya bersifat wajib.

  Dalam menulis ucapan terima kasih ada hal yang tricky. Ucapan terima kasih ini bersifat pribadi, dan kadang-kadang ada orang yang ingin menulis ucapan terima kasih sebanyak banyaknya dan menyebut orang sebanyak-banyaknya. Namun demikian, pembimbing penulis dalam menulis disertasi (Prof. Frances Christie) menyarankan bahwa ucapan terima kasih dalam tesis atau disertasi hendaknya cukup satu halaman saja. Sebut saja orang-orang yang paling berperan dalam proses penyelesaian tesis atau disertasinya, tidak perlu semua orang disebut. Hal ini sejalan dengan apa yang disarankan oleh Glatthorn dan Joyner (2005:162) bahwa ucapan terima kasih harus ditulis secara singkat, dan jangan terlalu effusive (mengungkapkan rasa terima kasih dengan cara yang terlalu menyolok). Contoh ucapan terima kasih (Acknowledgements) yang dikutip dari Paltridge dan Stairfield (2007: 161) dapat dilihat dalam Tabel 7.8 di bawah ini.

  Tabel 7.8. Elemen ucapan terima kasih (Sumber: Paltridge and Stairfield, 2007:161)

  Move

  Examples

  Reflecting Move

  The most rewarding achievement in my life, as I approach middle age, is the completion of my doctoral dissertation.

  Thanking move

  I would like to take this opportunity to express my immense gratitude to all

  Presenting participants

  those persons who have given their valuable support and assistance.

  Thanking

  for

  academic In particular, I am profoundly indebted to my supervisor, Dr James Fung

  assistance,

  intellectual who was very generous with his time and knowledge and assisted mein each

  support, ideas, analysis and step to complete the thesis. feedback, etc.

  Thanking for resources, data

  The research for this thesis was financially supported by a postgraduate

  access and clerical, technical, studentship from the University of Hongkong, … , … and financial support, etc.

  Thanking for moral support,

  I would include those who helped includinmg my supervisor, friends, and

  friendship, encouragement,

  colleagues. It is also appropriate to thank for spiritual support, so, I would

  symphaty, patience, etc.

  also include my friends in mosque, church and family members.

  Dari contoh di atas, kita bisa melihat bahwa peneliti mengucapkan terimakasihnya dengan singkat. Penulis tesis atau disertasi juga sering mengucapkan terima kasihnya pertama-tama kepada partisipan, kemudian kepada pembimbing. Hal ini tidak menjadi masalah sebenarnya. Namun demikian, hal ini jarang ditemukan di dalam skripsi, tesis atau disertasi di Indonesia.

  Mahasiswa biasanya menyebut dosen lebih dahulu dari pada partisipan karena menganggap dosen pembimbing yang memberikan kontribusi paling banyak dalam penyelesaian tesis atau disertasinya. Di Vietnam, berdasarkan pembicaraan informal dengan kolega penulis ketika menulis disertasi, dikatakan bahwa mahasiswa harus menempatkan pembimbing sebagai orang yang pertama kali disebut. Kalau tidak, bisa tidak lulus.

  Berikut adalah contoh ucapan terima kasih yang ditulis oleh penulis dalam disertasi, dan dalam ucapan terima kasih itu, bisa dilihat bahwa penulis menyebut dosen pembimbing sebagai orang yang dianggap berkontribusi paling banyak dalam penyelesaian tesis dan disertasinya.

  ACKNOWLEDGEMENTS

  Many people have helped me throughout this study. My first and foremost thanks go to my supervisors, Prof Frances Christie and Dr. Kristina Love. Prof. Frances Christie has been a constant source of knowledge, strong encouragement and sustained critical support for the whole course of the study. Dr. Kristina Love has been the main supervisor and also a constant source of knowledge, strong encouragement as well as critical support after Prof. Frances Christie‟s resignation from the University of Melbourne. Without Dr. Kristina‟s guidance and supervision, I can hardly imagine the completion of the research project. It has indeed been a great privilege and joy to work under the guidance and scaffolding of both the supervisors, which made every step on the road to the completion of the research project as easy as possible.

  My special thanks are also due to the students, who have given me an opportunity to learn together. Some colleagues in the research site also deserve a special mention, especially Pak Bukhori and Ibu Safrina, for help so generously given to me and Dr. Bachrudin Musthafa, who acted as an external supervisor under the University of Melbourne Post Graduate Overseas Research Experience Scheme (PORES) grant, for his guidance during the data collections.

  I also thank many lecturers and students in the Department of Language, Literacy and Arts Education, the University of Melbourne, for their share and support as well as feedback to my study in various department presentations.

  My heartfelt thanks go to my parents, sisters, in laws who in different, but equal ways, have contributed to my study immeasurably, for their sincere love and prayers

  Finally, I want to acknowledge a special debt of gratitude to my family: to my husband, Akhmad Tizani, and to my children, Mizan and Najmi, for their support to a wife and a mother whose mind was not always free to give the attention they needed. It is with pleasure that to them all I dedicate this thesis (Emilia, 2005)

Menulis daftar isi

  Daftar isi atau table of contents atau apa yang disebut oleh Glatthorn dan Joyner, (2005:162) sebagai Contents, berfungsi sebagai “peta dari tesis” (Evans Gruba, 2002:48) − apa yang ada di dalam tesis, bagaimana berbagai bagian dari tesis berkaitan satu dengan yang lainnya, dan bagaimana kita dapat menemukan jalan menuju ke bagian yang diinginkan.

  Daftar isi, seperti dikatakan oleh Paltridge dan Stairfield (2007:80) merupakan bagian akhir yang ditulis oleh mahasiswa ketika menulis tesis atau disertasinya, tetapi table of contents merupakan salah satu bagian pertama yang dilihat oleh penguji dan pembaca lainnya.

  Paltridge dan Stairfield (2007:80; lihat juga Evans Gruba, 2002: Pearce, 2005), dengan mengutip Stairfield dan Ravelli (2006:226) mengatakan: “The table of contents along with the thesis title are important sites of identity negosiation where the writer begins to align him or herself with a research tradition.” Paltridge dan Stairfield (2007) menambahkan:

  Halaman daftar isi menunjukkan gambaran tesis, dan dengan demikian, berperan sebagai penuntun awal dari pembaca tesis. Halaman daftar isi juga menujukkan bagaimana mahasiswa itu telah menempatkan hasil karyanya dalam disiplin dan budaya penelitian tertentu (Paltridge dan Stairfield, 2007:80; lihat juga Emerson, 2007:31).

  Banyak mahasiswa menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk membuat daftar isi, padahal daftar isi sebenarnya bisa dibuat sejalan dengan penulisan tesis, dengan cara memformat setiap bab yang ditulis. Pelabelan untuk setiap bab dan sub-bab sebaiknya konsisten. Di program Microsoft Word ada kolom yang berisi heading 1 sampai tak terhingga tergantung kita mau berapa level. Kalau kita konsisten dalam penulisan, misalnya, setiap judul bab diberi heading1, sub-heading 1.1, heading 2, sub-heading 1.1.1 heading 3 dan seterusnya, maka di akhir penulisan tesis kita bisa tinggal mengklik Insert -------------- Reference --------------Index and Tables --------- Table of Content (lihat juga penjelasan Evans dan Gruba, 2002:129).

  Dalam komputer nanti ada beberapa pilihan tentang berapa level yang mau dimunculkan, dan style yang dipakai.

  Dengan cara seperti ini, kita bisa menghemat waktu untuk membuat daftar isi, dan kalau ada perubahan halaman, kita tidak usah secara manual mengubah semua halaman yang ada di tesis atau disertasi, karena kita tinggal memperbarui daftar isinya dengan mengklik up date table of contents. Selain lain itu, manfaat dari memformat daftar isi adalah daftar isi itu kelihatan rapi dan bagus karena masing-masing level heading atau sub-heading sudah mempunyai tempat tersendiri.

  Hal ini juga disarankan oleh Paltridge dan Stairfield (2007:141), Moriarti (1997); Evans dan Gruba (2002) dan Hamilton (2003) bahwa penggunaan heading, sub-heading dan penomoran sangat membantu mengorganisasikan tulisan yang panjang. Paltridge dan Stairfield (2007:141) menyarankan kepada mahasiswa yang berbahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau asing sebagai berikut:

  The second language student in particular may be unaware of how useful adopting such a system can be in helping to organize large amounts of text. This is facilitated by word-processing software which enables the writer to set up a template with headings and sub-heading sformatted in their chosenstyle from the outset. These headings can then easily generate a table of contents. … we find that encouraging students to use headings and sub-headings is a valuable tool in helping them organize information in the text and develop the logic of their argument (Paltridge dan Stairfield, 2007:141).

  Penggunaan heading dan sub-heading dalam teks yang panjang seperti tesis atau disertasi, merupakan petunjuk visual yang sangat penting untuk menandai perubahan arah (Moriarti, 1997:72; Hamilton, 2003: 41-42;). Dengan menggunakan sub-heading atau “verbal signals” (Glatthorn Joyner, 2005:140), seperti telah dikatakan sebelumnya dalam buku ini, organisasi tulisan menjadi jelas bagi pembaca dan penggunaan heading yang tepat akan membantu pembaca menelusuri pola organisasi tulisan kita. Hamilton menambahkan:

  Informative headings that reflect the themes of the argument or the issues arising from the topic are helpful to both readers and writers. The use of headings break the text up into managable sections either to write them or read them. The section headings and sub-headings can form part of planning the content of the document and be listed in a formal outline (2003:42) .

  Selain itu, Moriarti (1997:72) mengatakan bahwa penggunaan heading tidak hanya mengorganisasikan tugas menulis untuk penulis, tetapi juga mengorganisasikan bahan bacaan untuk pembaca. Moriarti mengatakan bahwa peneliti dan ilmuwan harus mempunyai pengetahuan yang mutakhir dalam bidangnya. Karena mereka menghabiskan waktunya untuk banyak membaca, maka mereka tidak punya waktu untuk membaca secara intensif. “Heading memberi petunjuk kepada pembaca tentang tempat dimana bahan yang paling diminati oleh mereka” (Moriarti, 1997:72).

  Dalam hal heading, Moriarti (1997: 73-74) memberikan penjelasan yang cukup lengkap dan dapat dijadikan rujukan dalam membuat atau memformat tesis atau disertasi. Moriarti (1997) menjelaskan bahwa heading ada beberapa tahap: Tahap 1, tahap 2, dan seterusnya. Moriarti mencontohkan:

  Heading level 1 membagi tesis atau disertasi ke dalam bagian utama tesis atau disertasi, seperti : Abstract, Acknowledgements, Table of Contents, List of Figures, dan judul bab, seperti Introduction, Literature Review dan seterusnya. Heading tahap satu ditulis dalam huruf kapital semuanya. Heading tahap satu ditulis di tengah halaman. Heading pertama ini biasanya ditempatkan dua spasi di atas text yang mengikutinya dan tiga spasi setelah teks yang mendahuluinya.

  Heading level 2 menunjukkan subdivisi dalam bagian utama dari disertasi. Misalnya, dalam bab pendahuluan, ada bagian latar belakang (background) , cakupan penelitian (scope of the study) , tujuan (aim of the study) dan seterusnya. Ini semua ditulis dalam heading level 2, ditulis dengan campuran huruf besar dan huruf kecil. Heading ini ditempatkan dua spasi di bawah teks sebelumnya dan dua spasi di atas teks yang mengikutinya.

  Heading Level 3 merupakan subdivisi dari subdivisi. Misalnya, dalam bab tiga, tentang metodologi (heading satu) ada data collection (heading dua), kemudian ada interview (heading 3). Heading level 3 sama dengan heading level 2, dan ditulis menjorok (Moriarti, 1997:73-74).

  Penulisan heading sebaiknya konsisten dengan cara menulis heading dan dalam menggunakan divisi dan subdivisi. Kita juga sebaiknya tidak mencampuradukkan tanda baca. Berikut adalah contoh bagian dari Table of Contents dari disertasi yang dibuat oleh penulis (Emilia, 2005) dan diformat.

  Contoh Table of Contents (dikutip dari Emilia, 2005:ix)

  Dari daftar isi di atas bisa dilihat bahwa judul Table of Contents biasanya dalam huruf kapital, bisa ditulis di pinggir atau di tengah. Setelah itu ke bawah sedikit, di margin kanan muncul Page, atau “Halaman” kemudian ke bawah lagi, di margin kiri muncul Abstract, Acknowledgement dan seterusnya. Judul bab biasanya ditulis dengan huruf kapital (huruf awal dari nama bab, nama tabel, atau gambar ditulis dalam huruf kapital juga ketika nama itu disebut di dalam tesis atau disertasi, misalnya, … in Chapter 3 (Bab 3)… as can be seen in Table 3 (seperti dapat dilihat di Bab 3, dan sebagainya). Namun demikian, judul sub-bab biasanya ditulis dengan huruf kecil, dan hanya huruf awalnya saja dari setiap Content Words atau “Key Words” (Anderson Poole, 2001:91) yang ditulis huruf besar. Atau, kalau mengikuti petunjuk APA, maka judul sub-bab ditulis huruf kecil, kecuali huruf pertama dalam kata pertama dari judul itu yang ditulis dengan Dari daftar isi di atas bisa dilihat bahwa judul Table of Contents biasanya dalam huruf kapital, bisa ditulis di pinggir atau di tengah. Setelah itu ke bawah sedikit, di margin kanan muncul Page, atau “Halaman” kemudian ke bawah lagi, di margin kiri muncul Abstract, Acknowledgement dan seterusnya. Judul bab biasanya ditulis dengan huruf kapital (huruf awal dari nama bab, nama tabel, atau gambar ditulis dalam huruf kapital juga ketika nama itu disebut di dalam tesis atau disertasi, misalnya, … in Chapter 3 (Bab 3)… as can be seen in Table 3 (seperti dapat dilihat di Bab 3, dan sebagainya). Namun demikian, judul sub-bab biasanya ditulis dengan huruf kecil, dan hanya huruf awalnya saja dari setiap Content Words atau “Key Words” (Anderson Poole, 2001:91) yang ditulis huruf besar. Atau, kalau mengikuti petunjuk APA, maka judul sub-bab ditulis huruf kecil, kecuali huruf pertama dalam kata pertama dari judul itu yang ditulis dengan

  Selain itu, dari daftar isi di atas juga bisa dilihat bahwa halaman bagian pendahuluan atau apa yang disebut Evans dan Gruba (2002) sebagai preliminary pages seperti abstract, acknolwedgement dan table of contents atau list of tables dan list of figures ditulis dengan nomor Romawi sedangkan bab dan sub-bab dalam huruf Latin (lihat Anderson Poole, 2001:91-92 untuk contoh yang lebih rinci mengenai menulis Table of Contents atau daftar isi).

  Dari table of contents di atas, kita juga bisa melihat bahwa, semua bagian pendahuluan tesis dan nama bab diformat sebagai heading satu, karena itu semuanya sama, fontnya juga sama, posisinya di daftar isi sama. Selain itu, tergantung pada style atau gaya yang di pilih, heading dua ditulis dengan cetak miring dan mempunyai posisi yang tidak sama dengan heading satu atau heading tiga. Hal ini membuat daftar isi tampak bagus dan rapi (Lihat juga manfaat memformat Table of Contens seperti yang ditekankan oleh Emerson, 2007: 31-32). Heading dari setiap bagian dan sub-bab juga harus sama dengan atau berkorelasi dengan apa yang muncul di tubuh tesis (Emerson dkk, 2007; Evans Gruba, 2002). Dengan memormat judul bab, heading dan sub-heading dalam setiap bab, maka daftar isi akan mudah dibuat dan akan muncul secara otomatis, dan yang paling penting, daftar isi dapat disajikan dengan rapi (Emerson dkk, 2007).