Tesis Dan Disertasi

PRAKATA

  Pertama-tama penulis mengucapkan selamat kepada para pembaca yang telah menempuh studi di program pascasarjana atau sekolah pascasarjana dan telah mencapai tahap penulisan tesis atau disertasi. Penyelesaian tesis atau disertasi merupakan syarat kelulusan dalam program pascasarjana, program yang diikuti oleh hanya sebagian kecil masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat dunia.

  Buku ini ditulis khususnya untuk mahasiswa yang akan atau sedang menulis laporan penelitian dalam bentuk tesis atau disertasi dalam bahasa Inggris. Namun demikian, pembahasan yang ada dalam buku ini masih relevan untuk mahasiswa tingkat S1 bahasa Inggris dan mahasiswa program studi lain baik tingkat S1 maupun tingkat pascasarjana yang menulis tesis atau disertasi dalam bahasa Indonesia. Unsur-unsur yang harus ada dalam semua laporan penelitian dalam bentuk skripsi, tesis dan disertasi sebenarnya sama, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Yang membedakan skripsi, tesis dan disertasi hanyalah kedalaman serta kompleksitasnya saja (Evans Gruba, 2002; Murray, 2002; Paltridge Stairfield, 2007).

  Mengingat buku ini ditulis sebagai bagian dari program pengembangan program studi pendidikan bahasa Inggris Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan khususnya ditujukan untuk para penulis tesis dan disertasi dalam bahasa Inggris, contoh-contoh penulisan berbagai bagian dalam tesis dan disertasi sengaja diberikan dalam bahasa Inggris. Selain itu, beberapa uraian, pernyataan atau istilah dalam bahasa Inggris tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan bahasa Inggris mahasiswa program magister atau doktor di program studi lain seharusnya cukup bagus, Mengingat buku ini ditulis sebagai bagian dari program pengembangan program studi pendidikan bahasa Inggris Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan khususnya ditujukan untuk para penulis tesis dan disertasi dalam bahasa Inggris, contoh-contoh penulisan berbagai bagian dalam tesis dan disertasi sengaja diberikan dalam bahasa Inggris. Selain itu, beberapa uraian, pernyataan atau istilah dalam bahasa Inggris tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan bahasa Inggris mahasiswa program magister atau doktor di program studi lain seharusnya cukup bagus,

  Pembahasan di dalam buku ini mengacu pada penulisan karya ilmiah dalam berbagai bidang dan berkaitan dengan masalah umum yang dihadapi oleh penulis tesis atau disertasi, khususnya mereka yang menulis berdasarkan cara menulis teks akademik dengan “format konvensional” (Thody, 2006), yang sumbernya berasal dari penulisan laporan penelitian di bidang sains (Matthews, Bowen Matthews, 2000) dan bukan dengan “format posmodernisme”, yang akhir- akhir ini juga banyak dipakai oleh para penulis tesis atau teks akademik (Macmillan, 2001; Rhedding-Jones, 2005).

  Buku ini merupakan bagian dari pengalaman penulis menulis tesis dan disertasi, membimbing mahasiswa menulis skripsi, tesis dan disertasi, dan hasil kajian pustaka mengenai penulisan teks akademik. Buku ini juga merupakan bagian dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dalam menelusuri kesulitan mahasiswa dalam menulis tesis dalam bahasa Inggris di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Sekolah Pascasarjana UPI, selama tahun 2007, dengan melibatkan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Sekolah Pascasarjana UPI, baik yang sudah lulus, yang sedang maupun yang akan menulis tesis. Selain itu, buku ini merupakan bagian dari hasil penelitian penulis dalam menyelesaikan program Ph.D di Melbourne University dan program posdoktoral di Australian Catholic University yang berkaitan dengan pengajaran menulis. Terakhir, buku ini merupakan bagian dari pengalaman penulis bertahun-tahun mengajar, berdiskusi dan memikirkan tentang penulisan skripsi, tesis dan disertasi dengan para dosen lainnya, khususnya di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Pendidikan Bahasa dan

  Seni (S1) dan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Sekolah Pascasarjana (S2 dan S3) Universitas Pendidikan Indonesia.

  Sementara itu, inspirasi dan motivasi untuk menulis buku ini dipacu oleh keprihatinan penulis terhadap kenyataan bahwa banyak mahasiswa, khususnya mahasiswa pascasarjana, yang menghasibskan waktu yang terlalu lama untuk menyelesaikan tesis atau disertasinya. Hal ini sebenarnya tidak aneh, karena menulis laporan penelitian dirasakan sulit bahkan oleh para ilmuwan yang berhasil sekalipun. Charles Darwin, misalnya, mengatakan “A naturalist‟s life would be a happy one if he had only to observe and never to write” (dikutip oleh Matthews, Bowen Matthews, 2000:1).

  Kesulitan mahasiswa, dalam menulis disertasi khususnya, tercermin dari fakta yang dirilis oleh National Center for Educational Statistics di Amerika Serikat tahun 1991, dan banyak dikutip oleh para penulis buku mengenai petunjuk penulisan tesis atau disertasi (lihat Cantor, 1993; Ogden, 1993; Roberts, 2004). Fakta itu adalah bahwa pada tahun 1989 terdapat 194.137 mahasiswa doktor di Amerika Serikat. Dari jumlah itu, hanya 35. 759 yang mendapat gelar Doktor, dengan rata-tara waktu penyelesaian studi 7,2 tahun. Dari jumlah yang lulus, 45 menghabiskan waktu antara 8-16 tahun. Selain itu, hampir setengah dari mahasiswa yang mengambil program doktor drop out (Cantor, 1993:3; Roberts, 2004). Mereka bisa menyelesaikan semua mata kuliah, tetapi tidak dapat menyelesaikan persyaratan terakhir program Doktor, yakni disertasi. Berdasarkan kenyataan ini, maka muncullah gelar atau istilah ABD (All But Dissertation) untuk mereka yang tidak dapat menyelesaikan disertasinya (Ogden, 1993; Brause, 2000; Roberts, 2004).

  Kesulitan utama mahasiswa dalam menulis juga digambarkan oleh Eamon Murphy (2007) dalam bukunya yang berjudul Essay Writing Made Simple. Murphy menulis:

  My main problem with writing was that nobody at school or university told me how to write. Many other students like me are never told about the basics of good writing and may in fact have been given well meaning but incorrect advice. (One well-meaning lecturer told me that I needed to have all my ideas very clear in my head before I started to write. This was the worst advice possible. Like many writers I think as I write not before I write) (2007:3).

  Pengalaman Murphy di atas mungkin juga dialami oleh sebagian besar mahasiswa sehingga banyak mahasiswa yang merasa kurang percaya diri untuk menulis karena menganggap ide yang dipirkannya belum jelas. Mereka belum menyadari bahwa ide atau gagasan itu akan jelas kalau ditulis. Untuk itu, di dalam beberapa bab yang ada dalam buku ini akan dijelaskan mengenai pentingnya menulis sejak awal proses penelitian. Buku ini menekankan prinsip bahwa meneliti berarti menulis (Bolker, 1998; Rhedding-Jones, 2005; Kamler Thomson, 2006) – menulis beberapa kali draft untuk setiap bagian atau bab yang ada dalam tesis atau disertasi.

  Kesulitan menulis tesis atau disertasi dalam bahasa Inggris, terutama bagi mahasiswa Indonesia, yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing, menjadi ganda. Kesulitan yang dihadapi tidak hanya berkaitan dengan cara menulis, struktur organisasi dan isi (Brown, 2006; Paltridge Stairfield, 2007), tetapi juga berkaitan dengan kemampuan berbahasa Inggris, seperti menggunakan tata bahasa, ekspresi, serta pilihan kata yang tepat .

  Namun demikian, buku ini didasari keyakinan bahwa walaupun menulis tesis atau disertasi itu sulit, khususnya tesis dan disertasi dalam bahasa Inggris, mahasiswa bisa menyelesaikannya tepat waktu, sesuai ketentuan universitas, asal mahasiswa mempunyai komitmen yang tinggi, Namun demikian, buku ini didasari keyakinan bahwa walaupun menulis tesis atau disertasi itu sulit, khususnya tesis dan disertasi dalam bahasa Inggris, mahasiswa bisa menyelesaikannya tepat waktu, sesuai ketentuan universitas, asal mahasiswa mempunyai komitmen yang tinggi,

  Penulis berharap buku ini dapat menjadi salah satu sumber yang dapat digunakan oleh mahasiswa yang akan atau sedang menulis tesis atau disertasi, terutama ketika mereka mengalami kebingungan dalam setiap tahap penulisan tesis dan disertasi, mulai dari merencanakan, mengumpulkan bahan, dan menulis setiap bab dalam tesis atau disertasinya, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia.

  Satu hal yang mungkin perlu diperhatikan oleh mahasiswa yang membaca buku ini adalah bahwa petunjuk penulisan tesis dan disertasi ini bukan resep serta dogma yang harus dilakukan. Mahasiswa bisa membaca sumber lain yang tentu banyak tersedia di toko buku atau perpustakaan tentang penulisan tesis dan disertasi dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, termasuk pedoman penulisan tesis dan disertasi UPI atau pedoman penulisan teks akademik yang ada di masing-masing universitas.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Buku ini tidak akan bisa terwujud tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Pertama- tama penulis mengucapkan terima kasih kepada mantan pimpinan Sekolah Pascasarjana UPI (Prof. Dr. Asmawi Zainul, Prof. Dr. Jam‟an Satori) yang telah memberi dukungan dana penelitian untuk menelusuri kesulitan mahasiswa dalam menulis tesis di program studi pendidikan bahasa Inggris selama tahun 2007 dan sebagian dari hasil penelitian itu dituangkan dalam buku ini. Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih yang setinggi-tingginya kepada pimpinan Sekolah Pascasarjana sekarang (Prof. Dr. Furqon, Dr. Bachrudin Musthafa; Prof. Dr. Nuryani) atas dukungan moril maupun materil sehingga buku ini bisa terbit.

  Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Endeavour Program, Departemen Pendidikan Australia, yang telah memberi beasiswa posdoktoral kepada penulis selama enam bulan pada tahun 2007 dan kepada pimpinan UPI (mulai dari pimpinan jurusan: Dr. Iwa Lukmana dkk; pimpinan fakultas: Prof. Dr. Nenden S.L., dkk; dan rektorat: Prof. Dr. Sunaryo, dkk) yang telah memberi izin kepada penulis untuk belajar lebih banyak mengenai penulisan teks akademik, melalui program posdoktoral di Australian Catholic University, Australia. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Professor Marie Emmitt di Australian Catholic University yang telah berperan sebagai pembimbing dalam pelaksanaan penelitian postdoktoral yang dilakukan penulis serta Professor Frances Christie sebagai pembimbing disertasi dan pemberi semangat untuk menulis dan yang memberi rekomendasi beberapa referensi yang sebaiknya dibaca dalam rangka penulisan buku ini.

  Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Prof. Dr. Fuad Abdul Hamied (Universitas Pendidikan Indonesia) yang telah memberi rekomendasi kepada penulis dalam rangka pelaksanaan program posdoktoral di Australia dan telah bersedia untuk menelaah buku ini. Selain itu, ucapan terima kasih ditujukan kepada Profesor Dr. Bambang Yudi Cahyono (Universitas Malang) yang telah bersedia berperan sebagai penelaah akhir dari buku ini.

  Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada para dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Sekolah Pascasarjana UPI yang telah memberi kepercayaan kepada penulis untuk mengajar dan menjadi Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di Sekolah Pascasarjana UPI untuk periode 2007-2010. Dengan kesempatan itulah penulis bisa melihat lebih dekat permasalahan mahasiswa dalam menulis tesis dan disertasi, sehingga inspirasi untuk menulis buku ini pun muncul.

  Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada para mahasiswa yang tesis serta tugasnya telah menjadi salah satu data yang dipakai dalam penelitian mengenai kesulitan mahasiswa dalam menulis tesis bahasa Inggris. Beberapa bagian dari tesis yang dianalisis dalam penelitian itu dijadikan contoh dalam buku ini. Berbagai isu dan permasalahan mengenai penulisan tesis dan disertasi yang dihadapi oleh mahasiswa, baik yang tersurat maupun yang tersirat, merupakan informasi yang sangat berharga dalam menyadarkan penulis akan urgensi keberadaan sebuah sumber yang dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam menulis tesis dan disertasi, khususnya menulis tesis dan disertasi dalam bahasa Inggris.

  Penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada orang tua dan kerabat – ayah, ibu, ibu mertua dan saudara-saudara semua, atas do‟a dan kasih sayang mereka selama ini.

  Terakhir, ucapan terima kasih ditujukan kepada teman hidup penulis, yakni Mizan dan Najmi yang telah menemani penulis selama proses penulisan buku ini di Australia dan Akhmad Tizani atas segala dukungan moril dan material serta kesetiaan dan kesabarannya selama ini. Kepada merekalah penulis mempersembahkan buku ini.

BAB 1: PENDAHULUAN

  Menulis tesis dan terutama disertasi, sebagaimana akan dibahas dalam bab-bab selanjutnya dari buku ini, digambarkan sebagai proses yang sulit, dan sebagian penulis mengibaratkannya sebagai “perjalanan roller coaster” (Roberts, 2004), dengan turun naik yang pasti, dalam setiap fase dari proses penulisan itu. Menulis tesis atau disertasi dalam bahasa Inggris, terutama bagi mahasiswa Indonesia, yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing, kesulitannya menjadi ganda, tidak hanya berkaitan dengan kesulitan dalam cara menulis, seperti struktur organisasi dan isi (Brown, 2006; Paltridge Stairfield, 2007), tetapi juga kesulitan dengan kemampuan berbahasa Inggris, menggunakan tata bahasa, ekspresi, serta pilihan kata yang tepat.

  Kesulitan menulis tesis dan disertasi dalam bahasa Inggris untuk mahasiswa Indonesia yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing juga bisa disebabkan oleh perbedaan budaya menulis dalam bahasa Inggris yang menekankan prinsip “writer responsible” (Hyland, 2003: 47- 48; Paltridge Stairfield, 2007:12). Artinya, penulis dianggap bertanggung jawab atau berperan penting untuk membantu pembaca memahami tulisannya. “Because you are the writer, the burden of intelligibility rests with you,” seperti ditegaskan oleh Moriarti (1997:45).

  Sementara itu dalam bahasa lain, seperti bahasa Jepang (Hyland, 2000b; Paltridge Stairfield, 2007) atau bahasa Cina (Hyland, 2003) dan mungkin juga bahasa Indonesia, teks tertulis sering digambarkan sebagai “reader responsible,” yang berarti bahwa pembacalah yang berperan dalam memahami teks yang dibacanya. Karena itu, seperti dilaporkan oleh Paltridge dan Stairfield (2007:12), mahasiswa ESL (English as a second language) atau EFL (English as a Sementara itu dalam bahasa lain, seperti bahasa Jepang (Hyland, 2000b; Paltridge Stairfield, 2007) atau bahasa Cina (Hyland, 2003) dan mungkin juga bahasa Indonesia, teks tertulis sering digambarkan sebagai “reader responsible,” yang berarti bahwa pembacalah yang berperan dalam memahami teks yang dibacanya. Karena itu, seperti dilaporkan oleh Paltridge dan Stairfield (2007:12), mahasiswa ESL (English as a second language) atau EFL (English as a

  Ilustrasi di atas mengindikasikan keniscayaan bahwa mahasiswa yang menulis tesis atau disertasinya dalam bahasa Inggris sebagai bahasa asing memerlukan bimbingan yang lebih banyak. Namun demikian, sayangnya kadang-kadang pembimbing juga tidak mempunyai banyak waktu untuk membantu mahasiswa memperbaiki tulisannya. Buku yang ditulis dalam bahasa Indonesia mengenai penulisan tesis dan disertasi bahasa Inggris pun masih sangat jarang ditemukan di Indonesia. Sementara itu, mahasiswa yang menulis tesis dan disertasi dalam bahasa Inggris semakin hari semakin banyak. Hal ini ditunjukkan dengan salah satu fakta bahwa mahasiswa pascasarjana yang mengambil program studi pendidikan bahasa Inggris, di tempat penulis mengajar misalnya, di Universitas Pendidikan Indonesia, dari tahun ke tahun semakin banyak, dan salah satu syarat kelulusan mereka adalah menulis tesis atau disertasi dalam bahasa Inggris.

  Buku ini, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya dalam Prakata, khususnya ditujukan untuk memberi gambaran, petunjuk dan informasi mengenai penulisan setiap bagian dalam tesis dan disertasi. Salah satu usaha yang diberikan oleh buku ini adalah memberi penjelasan yang terperinci, memberikan contoh dan cara, serta menggambarkan proses yang dilalui dalam penulisan setiap bagian tesis dan disertasi itu. Pembahasan yang diberikan dalam bahasa Indonesia diharapkan dapat mempermudah mahasiswa memahami secara komprehensif apa yang harus dilakukan dan ditulis untuk tiap-tiap bagian tesis atau disertasi untuk mencapai tujuan Buku ini, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya dalam Prakata, khususnya ditujukan untuk memberi gambaran, petunjuk dan informasi mengenai penulisan setiap bagian dalam tesis dan disertasi. Salah satu usaha yang diberikan oleh buku ini adalah memberi penjelasan yang terperinci, memberikan contoh dan cara, serta menggambarkan proses yang dilalui dalam penulisan setiap bagian tesis dan disertasi itu. Pembahasan yang diberikan dalam bahasa Indonesia diharapkan dapat mempermudah mahasiswa memahami secara komprehensif apa yang harus dilakukan dan ditulis untuk tiap-tiap bagian tesis atau disertasi untuk mencapai tujuan

  Standar yang ditetapkan mengenai penulisan tesis dan disertasi sebenarnya tidak akan jauh berbeda antara satu universitas dengan universitas lain, selama tesis dan disertasi itu ditulis dalam format konvensional (Thody, 2006). Format konvensional ini, menurut Thody, bisa diibaratkan seperti logo “McDonald” yang mempunyai bentuk dan warna yang sama di manapun logo itu ditemukan, dan orang yang melihatnya akan mempunyai perasaan dan harapan yang hampir sama terhadap apa yang dihidangkannya.

  Tetapi, walaupun buku ini menekankan manfaat penulisan konvensional, dengan mengikuti standar laporan penelitian ilmu sains yang mempunyai elemen-elemen yang baku, buku ini juga didasari oleh keyakinan bahwa menulis − jenis teks apa pun, termasuk teks akademik − melibatkan unsur kreativitas dari penulis (Thomas Brubakar, 2000; Evans Gruba, 2002; Roberts, 2004; Glatthorn Joyner, 2005; Kamler Thomson, 2006; Thody, 2006). Evans dan Gruba mengatakan bahwa “The creative part of our brain has been working on this problem [the problem investigated] since the research project began” (2002:111).

  Selain itu, walaupun buku ini menekankan prinsip objektivitas dan netralitas dalam penulisan tesis dan disertasi, seperti yang ditekankan dalam format konvensional, buku ini juga didasari keyakinan bahwa penulisan tesis dan disertasi dipengaruhi oleh faktor subjektif dari penulis, mulai dari pemilihan topik yang mungkin berkaitan dengan kepentingan penulis, pemilihan partisipan, pemilihan data yang dipaparkan serta interpretasi data (Kamler Thomson, 2006).

  Untuk itu, pembahasan setiap bab selanjutnya dari buku ini, terutama bab pemaparan dan pembahasan data, akan memperlihatkan bahwa unsur kreativitas penulis berperan penting dalam setiap tahap penulisan tesis. Dalam menganalisis dan menginterpretasi data, unsur kreativitas penulis sangat menentukan (Evans Gruba, 2002), khususnya ketika penulis mengevaluasi data dan mengintegrasikannya dengan temuan-temuan sebelumnya (Thomas, 2000), dan ketika itulah penulis bisa “agak subjektif” (Glatthorn Joyner, 2005:210).

  Kata “menulis” yang dipakai dalam buku ini tidak hanya menggambarkan proses menuangkan gagasan atau ide dalam tulisan, tetapi menggambarkan “the entire event” (Bolker, 1998:xiv) dari proses penelitian yang dilakukan, mulai dari memikirkan topik, dan menulis “zero draftt” (Bolker, 1998: xiv). Untuk itu, buku ini juga memberikan perhatian yang cukup besar kepada aspek non-akademik yang tampaknya kurang penting, tetapi memegang peranan kunci untuk membantu kelancaran mahasiswa menulis tesis dan disertasi, seperti langkah-langkah yang harus ditempuh sebelum mulai melakukan penelitian, bahkan sebelum memutuskan untuk kuliah di program pascasarjana. Buku ini juga menawarkan beberapa tips dalam menangkal beberapa tantangan yang bisa menghambat produktivitas menulis, seperti asumsi mengenai mahasiswa pascasarjana (khususnya mahasiswa doktor), dan asumsi mengenai penulisan tesis atau disertasi, kebiasaan menunda menulis tesis dan disertasi (prokrastinasi), serta kondisi writer‟s block atau kondisi ketika penulis tidak bisa mengeluarkan gagasan atau ide.

  Buku ini tidak memaparkan penulisan proposal dalam satu bab khusus, walaupun penulisan proposal merupakan bagian yang sangat menentukan dari proses atau perjalanan penulisan tesis Buku ini tidak memaparkan penulisan proposal dalam satu bab khusus, walaupun penulisan proposal merupakan bagian yang sangat menentukan dari proses atau perjalanan penulisan tesis

  

  Untuk itu, buku ini menganggap bahwa cara penulisan bab pendahuluan, kajian pustaka dan metode penelitian yang ada dalam buku ini dapat dipakai untuk penulisan proposal. Ada hal yang mungkin berbeda antara proposal dan tesis (yang ditulis dalam bahasa Inggris maupun dalam bahasa Indonesia), terutama terkait dengan penggunaan bahasa dalam memaparkan metodologi penelitian. Dalam bahasa Inggris bagian metode penelitian dalam proposal menggunakan future tense (menggunakan kata “akan” dalam bahasa Indonesia) mengingat peneliti memaparkan kegiatan yang akan dilakukan, sementara dalam tesis atau disertasi peneliti menggunakan past tense, karena melaporkan kegiatan di masa lampau.

  Buku ini didasari oleh teori pendekatan proses dalam mengajar menulis (Graves, 1983, 1990, 1996; Walshe, 1981, 1986a,b; Murray, 1982, 1985, 1989; Hornsby Sukarna, 2007), dalam hal bahwa buku ini menekankan bahwa menulis merupakan satu proses, mulai dari proses pra menulis sampai mengedit. Buku ini juga menekankan bahwa menulis merupakan proses recursive dan bukan linear.

  Buku ini juga didasari oleh teori atau hasil karya mereka yang berkecimpung dalam analisis teks, khususnya mereka yang bekerja di bawah payung linguistik sistemik fungsional (Halliday, 1985a,b;1994a,b,c; Halliday Hasan, 1976) atau English for specific purposes (Swales, 1990; Swales Feak, 1994; 2004; Berkenkotter Huckin, 1995). Selain itu, buku ini juga didasari oleh salah satu prinsip dasar pendekatan genre-based dalam mengajar menulis, berkaitan dengan manfaat guru menerangkan struktur organisasi atau generic structure dan elemen-elemen atau “move” dari teks yang akan ditulis oleh siswanya (Christie, 1990; 1997; 2002a,b; 2005; Derewianka, 1990, 1998, 2003; Feez Joyce, 1998a,b; 2000; Feez, 2002; Macken-Horarik, 2002; Martin, 1992; 1997; Martin Rose, 2003; 2007; Rose, 2003, 2006a,b,c, 2007a,b,c,d). Dengan demikian, dalam pembahasan setiap bagian dari buku ini, penulis menekankan elemen- elemen (generic structure) yang sebaiknya ada dalam setiap bagian tesis. Hal ini konsisten dengan keyakinan bahwa generic structure merupakan alat untuk menulis dan berpikir, atau “a tool for writing and thinking” (Murray, 2002:14). Organisasi teks yang bagus tidak hanya mempermudah penulis tetapi juga pembaca, seperti dikatakan oleh Christie dan Dreyfus (2007) berikut ini:

  A strong sense of overall organisation … of a successful text ensures the reader has a clear understanding both of the points made and of the manner in which these are introduced and related to the text‟s overall

  purposes (2007:236).

  Selain itu, buku ini juga didasari keyakinan bahwa kemampuan berbahasa, khususnya bahasa Inggris dalam memaparkan atau menulis setiap bagian tesis itu bukan sesuatu yang “given” (Rothery, 1996; Christie Dreyfus, 2007) atau anugerah, tetapi sesuatu yang harus diterangkan dan diajarkan secara eksplisit. Oleh karena itu, pembahasan penulisan setiap bagian dari tesis dan disertasi meliputi pembahasan ciri-ciri linguistik dari setiap bagian tesis itu. Penjelasan seperti ini, seperti dikatakan oleh salah seorang pelopor pendekatan genre-based, Professor Frances

  Christie dalam konsultasi pribadi dengan penulis (lihat juga Christie Dreyfus, 2007), sangat diperlukan tidak hanya oleh penulis yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing, tetapi juga oleh penutur asli bahasa Inggris.

  Untuk itu, dengan didasari prinsip “explicit teaching” (Christie, 1990; Martin, Christie Rothery, 1994), “direct telling” (Callaghan Rothery, 1989), “scaffolding” (Wood, Bruner, Ross, 1976) dan the zone of proximal development (Vygotsky, 1962; 1978) yang memungkinkan pembelajar mencapai sesuatu yang lebih tinggi ketimbang kalau mereka belajar atau menemukan sendiri, seperti yang ditekankan oleh pendekatan genre-based, buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan yang dapat dipakai oleh mahasiswa untuk membantu mereka memperoleh prestasi yang lebih baik, dan melalui proses penulisan tesis dan disertasi dengan lebih baik dan lebih cepat. Setiap bab selanjutnya dari buku ini akan memaparkan cara praktis melalui setiap tahap dari “journey” (Roberts, 2004) penulisan atau penyelesaian tesis dan disertasi, mulai dari merencanakan, mengumpulkan bahan dan menulis laporan penelitian dalam bentuk tesis dan disertasi, terutama dalam bahasa Inggris.

  Organisasi buku

  Buku ini disusun dengan organisasi sebagai berikut. Bab Dua akan membahas beberapa isu yang berkaitan dengan faktor non-akademik yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa pascasarjana sebelum mulai menulis tesis atau disertasi. Kemudian dilanjutkan dengan Bab Tiga yang akan membahas beberapa isu yang berkaitan dengan faktor akademik yang juga harus diperhatikan sebelum menulis tesis atau disertasi.

  Bab Empat akan membahas peran feedback atau masukan dari pembimbing khususnya dalam menulis tesis atau disertasi. Tidak seperti bab-bab lain dari buku ini, Bab Empat ini tidak hanya relevan untuk mahasiswa yang sedang menulis tesis atau disertasi, tetapi juga untuk para dosen yang membimbing tesis atau disertasi, mengingat bab ini juga akan membahas cara-cara serta jenis feedback yang diperlukan oleh mahasiswa, tergantung pada tahapan penulisan tesis atau disertasinya. Bab Lima akan membahas berbagai aspek yang berkaitan dengan tesis dan disertasi, mulai dari definisi serta beberapa strategi serta tips tentang cara penulisan tesis atau disertasi, terutama dalam bahasa Inggris. Kemudian Bab Enam akan membahas generic structure atau struktur organisasi tesis dan disertasi. Dalam bab ini akan dibahas kemungkinan adanya perbedaan struktur organisasi tesis dan disertasi, tergantung konteks penulisan tesis atau disertasi itu sendiri.

  Bab-bab selanjutnya dari buku ini disusun dengan struktur yang sesuai dengan struktur tesis atau disertasi pada umumnya, jadi bukan berdasarkan proses penulisan tesis atau disertasi. Misalnya dari segi proses, abstrak biasanya ditulis terakhir dan bibliografi biasanya dibuat sejalan dengan proses penulisan tesis. Akan tetapi, dalam buku ini cara penulisan abstrak akan dipaparkan sebelum cara penulisan bagian lain dari tesis dan disertasi mengingat abstrak berada di bagian awal tesis, dan sebaliknya cara penulisan bibliografi akan dipaparkan di bagian paling akhir dari buku ini, yakni di Bab 13, mengingat bagian itu berada di bagian paling akhir dari tesis atau disertasi. Untuk itu, Bab Tujuh akan difokuskan pada cara serta contoh penulisan bagian awal tesis, yang tidak merupakan bagian substantif dari tesis, tetapi keberadaannya sangat penting, yakni penulisan halaman judul (Title Page), abstrak (abstract), ucapan terima kasih

  (acknowledgement) serta contents (isi dari sebuah tesis atau disertasi). Contoh penulisan untuk tiap-tiap bagian pendahuluan tesis atau disertasi ini akan diberikan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai kesulitan mahasiswa dalam menulis tesis dalam bahasa Inggris di Sekolah Pascasarjana UPI selama tahun 2007 dan dari sintesis kajian pustaka tentang penulisan tesis dan disertasi, terutama dalam bahasa Inggris, yang dipakai dalam buku ini.

  Bab Delapan akan membahas unsur-unsur dan cara penulisan bab pendahuluan serta ciri linguistiknya. Karena pendahuluan biasanya singkat dan pendek, maka dalam bab ini tidak akan begitu banyak yang dipaparkan. Penjelasan mengenai menulis pendahuluan akan diikuti dengan penjelasan penulisan literature review atau kajian pustaka, yang akan dibahas di Bab Sembilan. Kajian pustaka merupakan salah satu bab yang paling panjang dan paling penting di dalam tesis atau disertasi. Bab ini juga akan membahas beberapa masalah dan kesalahan umum dalam penulisan kajian pustaka. Kemudian Bab Sepuluh akan memaparkan cara menulis bab metodologi penelitian, termasuk beberapa langkah atau elemen yang biasanya ada dalam bagian metodologi.

  Bab Sebelas akan berisi tentang pemaparan dan pembahasan data, termasuk elemen-elemennya, baik berdasarkan topik penelitian ataupun teknik pengumpulan data. Mengingat interpretasi penulis akan sangat jelas terlihat dalam bab pembahasan data ini, bab ini juga akan berusaha membahas cara mengungkapkan interpretasi data supaya pernyataan–pernyataan yang dibuat penulis tentang data yang ditemukan dalam penelitian tidak terlalu bombastis tetapi juga tidak terlalu lemah sehingga akurasi dan validitas pernyataan atau kesimpulan penelitian tidak dipertanyakan oleh pembaca. Oleh karena itu, dalam Bab Sebelas ini, pembaca akan disuguhi Bab Sebelas akan berisi tentang pemaparan dan pembahasan data, termasuk elemen-elemennya, baik berdasarkan topik penelitian ataupun teknik pengumpulan data. Mengingat interpretasi penulis akan sangat jelas terlihat dalam bab pembahasan data ini, bab ini juga akan berusaha membahas cara mengungkapkan interpretasi data supaya pernyataan–pernyataan yang dibuat penulis tentang data yang ditemukan dalam penelitian tidak terlalu bombastis tetapi juga tidak terlalu lemah sehingga akurasi dan validitas pernyataan atau kesimpulan penelitian tidak dipertanyakan oleh pembaca. Oleh karena itu, dalam Bab Sebelas ini, pembaca akan disuguhi

  

  Bab selanjutnya, yakni Bab Dua Belas akan menjelaskan penulisan kesimpulan, kelemahan penelitian dan saran, yang biasanya merupakan bab terakhir dalam tesis atau disertasi. Kemudian buku ini akan diakhiri dengan Bab Tiga Belas yang akan membahas beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum tesis atau disertasi diserahkan untuk diuji.

BAB 2: PERSIAPAN: FAKTOR PRIBADI ATAU NONAKADEMIK

Pendahuluan

  Bab satu telah memaparkan tujuan serta gambaran umum mengenai isi buku secara keseluruhan. Bab ini akan membahas beberapa hal dalam tahap persiapan yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh mahasiswa yang akan menulis tesis atau disertasi, bahkan sebelum memutuskan untuk mengambil program pascasarjana. Beberapa hal yang akan dibahas mungkin tidak berkaitan langsung dengan masalah akademik, tetapi memainkan peranan yang sangat penting bagi keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan tesis atau disertasinya dan menyelesaikan studi di program pascasarjana. Beberapa hal yang perlu dilakukan itu adalah evaluasi diri (self-assessment), membangun rasa percaya diri, dan siap menghadapi beberapa tantangan yang dapat menghambat produktivitas menulis tesis atau disertasi. Setiap aspek di atas akan dibahas berikut ini.

Evaluasi diri (Self-assessment)

  Mahasiswa yang mengambil program pascasarjana, terutama mereka yang mengambil program doktor, pada umumnya sudah bekerja dan berkeluarga, dan “sudah tidak muda lagi” (Wellington dkk, 2005:4). Keputusan untuk mengambil program pascasarjana, baik program magister maupun doktor tentu merupakan keputusan yang dibuat secara matang, melibatkan pertimbangan berbagai pihak yang dekat dengan mereka, terutama keluarga, instansi tempat bekerja, dan sebagainya.

  Dengan kondisi mahasiswa yang umumnya sudah bekerja, maka sebelum mengambil program pascasarjana, mahasiswa seyogianya memikirkan dengan matang bahwa “belajar sambil bekerja itu bukan hal yang mudah, karena berarti harus bekerja ekstra” (Wellington dkk, 2005:16). Dengan demikian, alasan yang dimiliki mahasiswa untuk mengambil program pascasarjana, terutama program doktor, sangat berpengaruh terhadap apa yang dicari dan dihasilkan dari program itu, dari pengalaman belajar sebagai mahasiswa magister atau doktoral. Khusus untuk mahasiswa doktor, Wellington dkk (2005:17) menegaskan:

  Enrolling for a doctorate is rarely a snap decision and, given the amount of time, effort, energy and commitment that will be required on the part of the student and, often their family and friends, nor should it

  be. This is not something to take up on a whim, since most doctorate take a minimum of three or four years study to complete (depending on whether they are full or part-time programmes) and a substantial number of people are finishing off into subsequent years.

  Although it might sound something of a truism, in order to be successful on a doctoral programme, you have really got to want to do it (Wellington, dkk, 2005:17).

  Salah satu hal yang perlu dilakukan sebelum memulai menulis tesis atau disertasi, menurut beberapa penulis (seperti Swetnam, 2000; Johnson, 2003; Roberts, 2004; Wellington, dkk, 2005), adalah self-assessment atau evaluasi diri. Dalam evaluasi diri ini, Swetnam (2000) menyarankan kepada mahasiswa doktor, yang menurut penulis relevan juga untuk mahasiswa magister, beberapa hal seperti yang ada dalam Tabel 2.1 di bawah ini.

  Tabel 2.1 Pertanyaan Evaluasi Diri 1

  1. Apakah kita mempunyai komitmen dan motivasi? 2. Apakah kita bisa mengatasi tuntutan pekerjaan dan juga keluarga? 3. Apakah kita mempunyai keterampilan membaca dan menulis? 4. Apakah kita bisa melakukan perjalanan dan kerja malam hari? 5. Apakah kita bisa membayar uang kuliah atau mendapatkan bantuan dana untuk kuliah? 6. Apakah kita bisa bekerja mandiri? 7. Apakah kita bisa merespon atau menanggapai tekanan dan deadline (batas waktu) untuk menyelesaikan

  sesuatu)? (Swetnam, 2000:14)

  Kalau pertanyaan di atas tampak terlalu “suram”, Swetnam (2000) menambahkan, bahwa kita bisa mencoba pertanyaan seperti dalam Tabel 2.2 di bawah ini.

  Tabel 2.2 Pertanyaan Evaluasi Diri 2

  1. Apakah kita menantikan pengalaman yang menyenangkan dan menguntungkan? 2. Apakah kita ingin memperluas kemampuan berpikir kita? 3. Apakah kita ingin bertemu dengan orang-orang yang memberi semangat? 4. Apakah kita siap untuk meningkatkan kesempatan berkarir kita? 5. Apakah kita ingin merasa bangga dengan pencapaian atau prestasi kita?

  (Swetnam, 2000:15).

  Selain itu, dengan nada yang sama, yang ditujukan kepada mahasiswa doktor, yang sebenarnya juga relevan untuk mahasiswa magister di Indonesia, Roberts (2004, lihat juga Lawton, 1997) menyarankan bahwa sebelum mengambil program magister atau doktor, sebaiknya kita bertanya tentang beberapa hal seperti di bawah ini:

  1. Apa yang mau kita korbankan atau pengorbanan apa yang mau kita lakukan? Hal ini sangat penting karena tidak ada keberhasilan, termasuk keberhasilan mencapai gelar magister atau doktor, tanpa ada pengorbanan.

  2. Apakah kita mau mengorbankan kesenangan sebentar untuk tujuan jangka panjang? Menurut Roberts, menulis tesis, apalagi disertasi, seperti yang akan dipaparkan dalam bab- bab selanjutnya dari buku ini, merupakan tugas yang demanding, banyak persyaratan, memerlukan waktu yang lama, menghabiskan uang dan energi yang bisa mempengaruhi segala aspek kehidupan kita. Roberts juga menegaskan bahwa menulis disertasi (dan juga tesis) bisa menimbulkan ketegangan dalam hubungan antara kita dengan suami atau istri, anak, kolega, atau teman, dan bisa mempengaruhi pelaksanaan tugas sehingga dapat menimbulkan konflik antara kita dengan atasan kita.

  Oleh karena itu, mahasiswa yang sedang menulis tesis atau disertasi seyogianyalah meminta dukungan dan pengertian kepada orang-orang di sekelilingnya. Dalam hal ini, salah satu saran yang diberikan oleh Bolker (1998) untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul selama penulisan tesis dan disertasi tampaknya perlu diikuti. Yakni, kepada instansi tempat Oleh karena itu, mahasiswa yang sedang menulis tesis atau disertasi seyogianyalah meminta dukungan dan pengertian kepada orang-orang di sekelilingnya. Dalam hal ini, salah satu saran yang diberikan oleh Bolker (1998) untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul selama penulisan tesis dan disertasi tampaknya perlu diikuti. Yakni, kepada instansi tempat

  3. Seberapa lama kita bisa bertahan? Dalam hal ini, Roberts (2004) menyarankan bahwa kita bertanya apakah kita bisa siap dengan stres yang biasanya mendampingi kemunduran dan tuntutan ekstra dalam waktu kita.

  Mengenai deadline, seperti yang diungkapkan oleh Swetnam di atas, Roberts (2004), berdasarkan pengalamannya dalam membimbing mahasiswa doktor, mengatakan bahwa sebagian mahasiswa memerlukan “deadlines” atau batas waktu untuk bekerja secara efektif. Namun demikian, menurut Roberts, mahasiswa harus berkata kepada diri sendiri bahwa menunggu sampai batas waktu untuk memulai menulis hasil penelitian akan menimbulkan stres yang semestinya tidak dialami, dan membuat mereka lelah dan tidak kreatif. Hal ini juga bisa berdampak terhadap kualitas tesis yang ditulis. Pentingnya menulis sejak dini akan dipaparkan dalam beberapa bagian kemudian dari bab ini dan beberapa bab selanjutnya dari buku ini.

  Selain dari memikirkan hal di atas, ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi diri, yakni gaya belajar atau learning styles (Smith, 2002:30). Menurut Smith ada empat macam gaya belajar, yakni:

  Activists: belajar dengan baik dimana mereka melibatkan diri dalam tugas yang diberikan

  (melalui permainan dan simulasi, olah raga dalam tim, dan sebagainya). Gaya belajar seperti ini biasanya belajar dengan praktek melakukan.

  Reflectors: Belajar dengan baik dari aktivitas yang di dalamnya mereka mempunyai

  kesempatan yang banyak untuk mereviu dan merefleksikan apa yang terjadi. Theorists: Belajar dengan baik kalau apa yang dipelajari merupakan sebuah sistem,

  model, konsep atau teori. Pragmatists: Belajar dengan baik kalau ada hubungan yang jelas antara apa yang

  dipelajari dengan masalah atau kesempatan dalam pekerjaan.

  Setelah kita berusaha untuk menilai gaya belajar, kita bisa memikirkan kegiatan atau cara belajar yang paling efektif untuk kita sehingga kita bisa menyelesaikan tesis dan disertasi dengan baik dan tepat waktu.

  Setelah kita mengevaluasi diri dengan cara bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan di astas, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah membangun rasa percaya diri, yang akan dipaparkan di bawah ini.

Membangun rasa percaya diri

  Rasa percaya diri sangat besar peranannya dalam membantu mahasiswa menyelesaikan tugas belajarnya di tingkat magister, apalagi doktor. Hal ini dikatakan dalam bahasa Inggris bahwa “a great preventor of progress is lack of confidence and the insecurity that results” (Swetnam, 2000:15, lihat juga Murray, 2002; Paltridge Stairfield, 2007 untuk uraian yang hampir sama). Untuk membangun rasa percaya diri, menurut Swetnam sebaiknya kita bertanya tentang beberapa hal berikut:

  1. Kapan tesis atau disertasi harus diserahkan untuk diuji?

  2. Berapa kata yang harus ditulis?

  3. Apakah ada tanggal khusus yang lebih cepat untuk mengumpulkan bagian dari tesis, seperti kajian pustaka?

  4. Bagaimana tesis atau disertasi itu harus dipresentasikan?

  5. Format apa yang harus dipakai, adakah peraturan tentang format tesis atau disertasi?

  6. Dukungan tutorial apa yang tersedia? (Swetnam, 2000:15).

  Berkaitan dengan tutorial khususnya, Swetnam (2000) dan penulis lain, seperti Hamilton dan Clare (2003a) dan Paltridge dan Stairfield (2007) menegaskan bahwa kegagalan atau non- submissions atau tidak berhasilnya mahasiswa menyelesaikan tesis atau disertasi didominasi oleh mereka yang enggan bertemu dengan tutor atu pembimbing. Swetnam mengatakan, “A top secret piece of advice: if you fail and appeal, the fact that you have not accepted tutorials will count against you” (2000:15). Masalah peran masukan atau saran dari pembimbing akan dijelaskan lebih rinci di dalam Bab Empat mengenai manfaat feedback bagi mahasiswa dalam menulis tesis atau disertasi.

  Selain itu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, mahasiswa juga perlu menumbuhkan keyakinan atau sikap positif tentang menulis. Menurut Johnson (2003, lihat juga Thomas, 2000; Murray, 2002; Roberts, 2004; Paltridge Stairfield, 2007), keyakinan itu berkenaan dengan beberapa hal sebagai berikut.

  Setiap orang bisa menulis

  Menulis, menurut Johnson (2003) bukanlah kegiatan yang hanya bisa dilakukan oleh profesor, guru bahasa Inggris, atau ahli tata bahasa saja. Menulis berkaitan dengan menemukan gagasan atau pikiran, mengorganisasikan gagasan atau pikiran itu, dan menuliskannya dengan kata yang tepat untuk mengkomunikasikan gagasan itu.

  Keyakinan bahwa setiap orang bisa menulis sangat penting dimiliki sejak awal menulis karena sikap ini berperan lebih besar dari faktor lain. Dalam hal ini, Roberts (2004:4) menyatakan:

  If you believe you will be able to succeed at a particular undertaking and you approach the endeavour with

  a sense of excitement and joyful expectation, your chances of achieving success are much higher than if you face the task with dread and apprehension (2004:4).

  Sebaliknya, kalau mahasiswa berpikiran negatif, maka hukum Murphy (Swetnam, 2000) atau hukum Finagle pertama dalam penelitian (Rudestam Newton, 1992:10) pun akan berlaku, yakni: “If something can go wrong, it will go wrong.”

  Berbicara mengenai sikap positif, Crasswell (2005:11) menegaskan bahwa sikap positif merupakan isu yang sering muncul dalam masalah penulisan tesis atau disertasi. Crasswell berpendapat bahwa motivasi memang fluktuatif, tetapi motivasi di dalam diri sendiri mungkin perlu sering dicharged sampai penuh. Crasswell menambahkan bahwa ketika menulis tesis atau Berbicara mengenai sikap positif, Crasswell (2005:11) menegaskan bahwa sikap positif merupakan isu yang sering muncul dalam masalah penulisan tesis atau disertasi. Crasswell berpendapat bahwa motivasi memang fluktuatif, tetapi motivasi di dalam diri sendiri mungkin perlu sering dicharged sampai penuh. Crasswell menambahkan bahwa ketika menulis tesis atau

  Setiap orang bisa menulis dengan baik

  Keyakinan bahwa setiap orang bisa menulis dengan baik dapat mendorong mahasiswa menjadi penulis yang lebih baik, yakni dengan cara berlatih. Kalau tidak menulis, tulisannya tidak akan menjadi baik (Johnson, 2003). Menurut Zerubavel (1999), yang dikutip oleh Paltridge dan Stairfield (2007:45), “Menulis perlu dijadikan sebagai kebiasaan, melalui menulis seraca teratur, setiap hari, ilham, inspirasi akan muncul”. Penulis tesis dan disertasi, seperti yang disarankan oleh Bolker (1998) dan Rodrigues dan Rodrigues (2003:119), perlu menyisihkan waktu setiap hari untuk menulis tesis atau disertasinya atau menentukan batas waktu yang spesifik untuk mengetahui jumlah waktu yang dimiliki. Menulis setiap hari, walaupun hanya 15 menit, seperti yang disarankan Bolker (1998), bisa membantu penyelesaian tesis atau disertasi. Menulis tesis atau disertasi secara teratur juga dapat mempertahankan motivasi serta pemahaman terhadap tujuan dan bentuk tesis atau disertasi secara keseluruhan (Swetnam, 2000:23).

  Salah satu cara untuk memotivasi kegiatan menulis secara teratur adalah dengan menghitung jumlah kata yang ada dalam tesis atau disertasi yang sedang ditulis (Murray, 2002:7). Misalnya, tambah Murray, kalau hari ini jumlah kata yang sudah ditulis 1000, besoknya menjadi 1.100, itu Salah satu cara untuk memotivasi kegiatan menulis secara teratur adalah dengan menghitung jumlah kata yang ada dalam tesis atau disertasi yang sedang ditulis (Murray, 2002:7). Misalnya, tambah Murray, kalau hari ini jumlah kata yang sudah ditulis 1000, besoknya menjadi 1.100, itu

  Bagi penulis dalam bahasa Inggris sebagai bahasa asing, seperti mahasiswa yang mengambil program studi bahasa Inggris di kebanyakan universitas di Indonesia, Paltridge dan Stairfield (2007) menegaskan bahwa menulis sejak dini dan sering sangat penting, karena “Text production leads to more text production” (2007:45).

Membaca meningkatkan kemampuan menulis

  Membaca dapat menambah perbendaharaan kata dan memperluas pengetahuan (Johnson, 2003). Membaca buku yang berbahasa Inggris khususnya akan sangat membantu meningkatkan perbendaharaan kata yang dimiliki. Sebagai bahasa Internasional pertama, bahasa Inggris memiliki kosa kata lebih dari satu juta kata, jauh lebih banyak dari pada bahasa internasional lainnya, seperti bahasa Perancis yang hanya memilki sekitar 75.000 kata saja (Matthews, Bowen Matthews, 2000:158). Dengan mengutip McNeil (1995), Matthehws, Bowen dan Matthews menambahkan bahwa apa yang disebut dengan “the glorious messiness of English” menyebabkan banyaknya perbendaharaan kata yang dimiliki oleh orang yang banyak membaca buku-buku berbahasa Inggris dan juga membuat orang sulit memahami teks bahasa Inggris kalau mereka tidak sering membaca bahasa Inggris mengingat begitu banyaknya perbendaharaan kata yang mungkin muncul dalam buku itu.

  Dalam proses penelitian, membaca akan membuat peneliti mengetahui apa yang terjadi dalam disiplin ilmu yang ditelitinya (Rhedding-Jones, 2005:35). Dalam kaitannya dengan hal ini, Rhedding-Jones menulis:

  If you are going to know about what is currently happening in the disciplines, then you will have to not only go out and see and hear what is happening but read about it. Reading is a crucial part of research and one that some beginning researchers know very little about. It is very important then, if you want to do research that will publish well, to find out what is being done (2005-35).

  Hal ini juga dikukuhkan oleh Krathwell dan Smith (2005:8) yang mengatakan bahwa membaca secara selektif dan kritis bisa mendapatkan pemahaman dan ide, sedangkan menulis bisa dijadikan alat untuk memperjelas dan membuat gagasan yang ada dalam pikiran kita menjadi eksplisit, sehingga kita bisa mengkomunikasikannya kepada orang lain. Selain membaca dan menulis, menurut Krathwell and Smith, penelaahan ulang dan diskusi juga penting untuk mengetahui kelebihan serta kekurangan gagasan yang kita miliki.

Semua penulis tidak menulis draft pertama dengan baik

  Selama ini, belum ada orang yang menulis teks akademik seperti Mozart, satu kali jadi (Roberts, 2000; Thomas, 2000). Penulis perlu menghargai apa yang disebut dengan slop, yakni tahap pertama dalam menghasilkan karya tulis yang baik (Johnson, 2003). Salah satu paradoks dalam hidup, menurut Johnson adalah bahwa kita (penulis) tidak bisa menulis dengan baik kalau belum menulis draft pertama yang tidak bagus.

  Banyak mahasiswa mengalami kesulitan dalam menulis karena mereka memegang teguh “a romantic belief” (Paltridge Stairfield, 2007:45) bahwa menulis merupakan proses kreatif dan kegiatan inspirasi yang spontan, bahwa mereka bisa menulis hanya kalau ”ilham” turun.

  Penulis yang menunda sampai mempunyai ide atau gagasan yang jelas seperti ini, menurut Wolcott (2001:22), berisiko untuk tidak pernah mulai menulis. Wolcott mengungkapkan: