Membangun Kelembagaan Diskursus Kependudukan

4. Membangun Kelembagaan Diskursus Kependudukan

Dari seluruh karya yang dilahirkan Masri sepanjang karir keilmuannya, karya terpenting dan terbesarnya adalah sebuah pusat studi dan tradisi riset yang dirintis dan terus dikembang- kanya di Pusat Studi Kebijakan dan Kependudukan (PSKK

37 Dalam sebuah surat yang ditulisnya untuk Peter Hagul, Masri menulis “Bulan depan saya ke Mexico…Kebetulan saya akan diangkat menjadi anggota

Board of Trustees of The Population Council, jadi akan ke New York 2 kali setahun…Lucu juga rasanya, seorang amatir kependudukan seperti saya ini, belajar di bawah pohon pisang, jadi anggota Board of Trustees. Kumpulan Surat Peter Hagul, 1 Juli 1977.

38 Chris Manning, “Seorang Pemimpin, Rekan dan Aktivis Sosial di Lingkungan Perguruan Tinggi,” dalam Robert Parangin-Angin & Irawati

Singarimbun (ed.), Op.cit., hlm. 186.

Pemikiran Masri Singarimbun

UGM) 39 . Masri berhasil membangun diskursus kependudukan di Indonesia menjadi diskursus dominan yang berpengaruh, dan tidak hanya beredar pada level bahasa atau gagasan. Terkait dengan hal ini, Irwan (2006) mengatakan bahwa dalam hal kelem- bagaan, sebuah diskursus akan beroperasi dalam dua tataran. Tataran pertama adalah operasi diskursus pada tingkat kelemba- gaan untuk menyebarkan sebuah gagasan. Kelembagaan tingkat pertama ini biasanya identik dengan organisasi, misalnya bagai- mana sebuah kelompok berhasil mendominasi kecenderungan pemikiran pada suatu organisasi, fakultas, universitas, pusat studi, dan media massa untuk meneguhkan dan menyebarkan gagasan- nya. Kelembagaan tingkat kedua bukan berbentuk organisasi tetapi lebih pada regulasi atau kebijakan negara atau lintas negara yang mempunyai kekuatan hukum mengarahkan suatu tindakan tertentu. Sebuah diskursus dapat pula beroperasi pada tingkat proses dan lembaga sosial bahkan pada tingkat subyektifitas. Salah satu indikator diskursus bekerja pada tingkat subyektifitas adalah ketika terus bermunculan individu yang diidentikkan

dengan diskursus tersebut. 40 Dalam soal Masri, studi kependu- dukan di Indonesia tentu saja tidak dapat dilepaskan dari nama

39 Pengalaman keberhasilan mendirikan sebuah pusat studi kependudukan ini direkamnya dalam sebuah tulisan khusus berjudul “Pembinaan Lembaga

Penelitian Dalam Lingkungan Universitas: Suatu Rekaman Pengalaman”, 25 Desember 1982, hlm. 2. Menurut Masri setidaknya ada lima aspek pokok yang sangat menentukan tercapainya tujuan sebuah lembaga penelitian, yaitu (1) pembinaan staf, (2) pembinaan lingkungan kerja, (3) pengelolaan dana, (4) aktivitas-aktivitas pokok, serta (5) hubungan dengan lembaga-lembaga lain.

40 Alexander Irwan, “Dalil Kelembagaan dalam Pengelolaan Sumber Daya” dalam Vedi R. Hadiz dan Daniel Dakidae (ed.), Ilmu Sosial dan Kekuasaan

di Indonesia (Jakarta: PT Equinox Publishing Indonesia, 2006), hlm. 31-32.

Pemikiran Agraria Bulaksumur Masri Singarimbun. Masri sudah menjadi identik atau tokoh yang

senantiasa dirujuk ketika orang berbicara tentang studi kepen- dudukan di Indonesia. Anggapan bahwa sebuah diskursus akan berhenti dan turun menjadi bahasa atau gagasan tampaknya tidak berlaku bagi Masri dan lembaga penelitian yang didirikannya. Meskipun sang pendiri sudah meninggal, studi kependudukan di Indonesia pasti akan merujuk kepada lembaga yang dirintis dan dikembangkan Masri, yaitu pusat studi kependudukan. Gagasan-gagasan Masri hingga saat ini masih terus hidup dan dikembangkan oleh lembaga ini.

Guru besar emiretus Fakultas Sastra UGM ini meninggal di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada hari Kamis tanggal

25 September 1997 di usia 66 tahun. Selain meninggalkan ilmu dan segudang gagasan, ia meninggalkan seorang istri Irawati Singarimbun, dan ketiga orang putrinya, Nima Sulina Singarim- bun, Riana Kerina Singarimbun, Marinta Serina Singarimbun. Jenazahnya dikebumikan di Pekuburan Keluarga UGM di Sawit- sari. Riwayat hidupnya dimuat dalam berbagai terbitan; Ensiklo- pedi Indonesia , Vol. 6 hal. 3193. Jakarta, Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1984., Ensiklopedi Nasional Indonesia, Vol. 15 hal. 67-68. Jakarta,Cipta Adi Pustaka, 1991., Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia, 1981- 1982. Jakarta, Graffiti Press, hal. 629. Dalam Edisi 1985-1986, terbit tahun 1986, dimuat pada hal. 854., Apa dan Siapa Sejumlah Orang Karo , hal. 64-65. Di susun Robert Paranginangin. TB. Monoranta, 1993., Apa dan Siapa Sejumlah Orang Yogyakarta, Edisi 1995, hal. 146-147. Penerbit Citra Almamater.