ESENSI DAN LARANGAN TERHADAP … 201

BAB V: ESENSI DAN LARANGAN TERHADAP … 201

bersalawat kepada Muhammad) dan tidak bersalawat kepada keluarga Muhammad, tidak akan menghirup aroma surga; dan aroma surga itu terdapat di tempat jauh yang jaraknya adalah lima ratus tahun

perjalanan. 1 ″ Larangan yang tertera dalam hadis-hadis ini menunjukkan kenyataan

bahwa salawat yang terpenggal tidak pernah disyariatkan. Kesimpulan ini juga didukung fakta bahwa tatacara salawat yang disebutkan merupakan tatacara instruksional yang disampaikan dalam konteks menerangkan tugas yang diturunkan Allah Swt dalam kitab-Nya yang mulia. Seluruh hadis yang meriwayatkan tatacara salawat ini sepakat menyebutkan keluarga beliau di dalamnya. Ini merupakan bukti bahwa tidak absah hukumnya bila seseorang menanggalkan mereka dalam salawat. Seandainya perbuatan itu diperbolehkan, niscaya kesempurnaan suatu keterangan menuntut agar keluarga Nabi (âl) tidak pernah disebutkan walau hanya sekali dalam tatacara salawat itu. Sehingga, dengan demikian, khalayak mengetahui bahwa boleh hukumnya seseorang tidak menyebutkan mereka dalam bersalawat; dan sesuatu yang ″tidak harus″ tidak berubah menjadi ″harus″ di sisi mereka. Kesimpulan ini sebagaimana pula dikatakan banyak ulama yang berpegang teguh pada pemahaman bahwa semua tatacara salawat secara sepakat menyebutkan keluarga Nabi (âl) di dalamnya. Pernyataan mereka telah kami nukil sebelumnya untuk Anda.

Maka, pendapat ′harus menyebutkan keluarga Nabi yang disimpulkan dari kesepakatan seputar tatacara salawat yang menyebutkan mereka di dalamnya ′ bermakna bahwa syariat Islam melarang siapa pun menanggalkan mereka darinya; yakni, melarang salawat yang terpenggal (batrâ ′).

Dengan demikian, kesepakatan hadis-hadis tentang tatacara salawat dalam menyebutkan keluarga Nabi (âl) bersatu dengan hadis-hadis yang melarang salawat terpenggal. Semuanya sama-sama menolak pemberlakuan [secara syariat] salawat yang terpenggal.

1- Ibid., hlm. 203/ 9116. Ia meriwayatkannya dari Amâlî karya Syekh Shaduq.

202 SALAWAT YANG TERPENGGAL Sejarah Salawat Terpenggal

Diperlukan pembuktian sejarah seputar otentisitas suatu persoalan dari aspek kemunculannya. Jika tidak terdapat pembuktian dimaksud, maka seseorang dapat bersandar pada data-data analitis dan indikator- indikator demonstratif yang dapat ditarik dari ciri-ciri persoalan berikut kondisi-kondisinya.

Untuk membuktikan awal kemucnulan salawat yang terpenggal, kami akan bersandar pada keduanya. Data-data analitis dan indikator- indikator itu menjelma dalam poin-poin berikut:

1. Salawat kepada keluarga Nabi (âl) merupakan keutamaan yang adiluhung dan kedudukan agung yang khusus bagi mereka, Ahlul Bait as. Keistimewaan dimaksud memiliki kekhasan berupa dimensi praktis yang telah mengubahnya dari sekedar keutamaan menjadi akidah dinamis yang terwujud dalam ibadah yang setiap hari harus dipraktikkan kaum Muslim. Ini menguatkan posisi dan peran salawat tersebut dalam menanamkan hubungan antara kaum Muslim dengan keluarga Nabi (âl) atau Ahlul Bait as, menarik perhatiannya kepada mereka, serta mengobarkan kesadaran dalam jiwa kaum muslimin bahwa orang-orang yang mereka haturkan salawat itu memiliki kedudukan istimewa dan hakiki yang harus senantiasa mereka jaga dan cecap.

2. Seorang Muslim, dengan segenap prinsip dan keyakinannya dalam berhubungan dengan syariat, ingin sekali berkomitmen terhadap sunah apa adanya. Begitu pula, ia sangat ingin mencintai keluarga Nabi (âl), serta memuliakan dan mengagungkan mereka, sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt. Ia tahu, bentuk paling jelas dalam menunjukkan kecintaan terhadap keluarga Nabi (âl) adalah bersalawat kepada mereka beserta Nabi Saw. Lantas, mengapa salawat terpenggal yang kosong dari keluarga Nabi (âl) tersebar luas di antara mereka? Mengapa mereka membatasi penyebutan keluarga Nabi (âl) dan salawat yang lengkap hanya dalam tasyahud kedua shalat? Bahkan sebagian mereka sampai mengatakan ″makruh hukum″nya menyebutkan keluarga Nabi (âl) dalam salawat kepada Nabi Saw pada tasyahud pertama shalat! Dengan demikian, mereka telah menentang sunah yang telah terbukti dan diperintahkan dalam konteks mencintai keluarga Nabi (âl). Sudah sudah barang tentu mereka tidak menginginkan hal tersebut. Karena, mereka sangat ingin berkomitmen