Bobot Brangkasan Kering
4. Bobot Brangkasan Kering
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan tidak ada interaksi antara jarak tanam dan varietas yang digunakan terhadap bobot brangkasan kering tanaman. Pada Tabel 4 (dihalaman selanjutnya) menunjukkan bahwa semakin lebar jarak tanam dapat meningkatkan bobot brangkasan kering secara nyata. Hal ini diduga karena pada jarak tanam yang semakin sempit terjadi kompetisi antara tanaman untuk mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari sehingga brangkasan kering tanaman rendah.
Tabel 4. Pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap bobot brangkasan kering tanaman kentang per tanaman
Perlakuan
Variabel Pengamatan
Jarak Tanam
Bobot Brangkasan Kering per Tanaman (g)
Variabel yang mendukung berat brangkasan tanaman sebagian diamati yaitu tinggi tanaman (Tabel 2) dan lebar kanopi (Tabel 3), meskipun tanaman lebih tinggi namun terjadi etiolasi. Hasil penelitian Yulisma (2011) menunjukkan bahwa semakin lebar jarak tanam dapat meningkatkan bobot brangkasan kering tanaman jagung secara nyata.
Dari keempat varietas kentang yang digunakan dalam penelitian ini, berat brangkasan kering tertinggi diamati pada varietas Kastanum yang diikuti oleh Cingkariang dan Amabile, sedangkan varietas Medians lebih rendah. Hal ini diduga setiap varietas memiliki respon yang berbeda dalam pemanfaatan cahaya matahari, air dan unsur hara. Sitompul dan Guritno (1995), menyatakan bahwa perbedaan susunan genetik merupakan faktor keragaman tanaman dalam memperoleh unsur hara, air dan cahaya, sehingga mengakibatkan brangkasan yang dihasilkan tanaman juga berbeda.
5. Jumlah Umbi Benih Kentang G 1
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan tidak ada interaksi antara jarak tanam dan varietas yang digunakan terhadap jumlah umbi benih kentang.
Tabel 5. Pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap jumlahumbibenihkentang G 1 per tanaman.
Perlakuan
Variabel Pengamatan
Jarak Tanam
Jumlah Umbi Benih per Tanaman
Pada Tabel 5. menunjukkan bahwa semakin lebar jarak tanam jumlah umbi benih kentang menurun secara nyata. Hal ini diduga karena jarak tanam yang terlalu sempit mengakibatkan terjadinya kompetisi antar tanaman dalam memperoleh unsur hara dan cahaya matahari sehingga hasil asimilat dan fotosintat yang dibutuhkan tanaman dalam pengisian ukuran umbi benih menjadi berkurang. Rubatzky (1998) menyatakan tanaman kentang yang ditanam dengan jarak tanam yang rapat cenderung menghasilkan umbi yang lebih banyak tetapi berukuran kecil sedangkan pada jarak tanam yang lebar akan menghasilkan umbi dengan jumlah yang sedikit tetapi berukuran lebih besar.
Dari keempat varietas yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa varietas Kastanum menghasilkan jumlah umbi benih terendah. Hal ini diduga hasil asimilat tanaman kentang Dari keempat varietas yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa varietas Kastanum menghasilkan jumlah umbi benih terendah. Hal ini diduga hasil asimilat tanaman kentang
6. Berat Umbi Benih Kentang G 1
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan tidak ada interaksi antara jarak tanam dan varietas yang digunakan terhadap bobot umbi benih kentang.
Tabel 6. Pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap bobot umbi benih kentang G 1 per tanaman.
Perlakuan
Variabel Pengamatan
Jarak Tanam
Bobot Umbi Benih per Tanaman
Pada Tabel 5. menunjukkan bahwa semakin lebar jarak tanam bobot umbi benih kentang meningkat secara nyata. Hal ini disebabkan karena dengan perlakuan jarak tanam yang semakin longgar kompetisi antar tanaman lebih rendah, sehingga hasil asimilat dan fotosintat yang diperoleh lebih kepengisian umbi berukuran lebih besar. Cortbaoui (1997) menyatakan bahwa tanaman kentang yang ditanam dengan jarak tanam yang lebar akan menghasilkan umbi dengan ukuran besar dan dapat meningkatkan bobot umbi per tanaman. Sebaliknya, tanaman kentang yang ditanam dengan jarak tanam yang sempit akan menghasilkan umbi berukuran kecil.
Pengaruh perlakuan varietas Amabile, Medians, Kastanum, dan Cingkariang menunjukkan bobot umbi benih kentang berbeda antar varietas. Varietas Kastanum menunjukkan bobot umbi benih kentang terendah dan Medians tertinggi. Hal ini diduga pada varietas Kastanum hasil fotosintat dan asimilat lebih diberikan pada pertumbuhan batang dan daun tanaman, kecenderungan dilihat pada pengamatan bobot brangkasan (Tabel 4), sedangkan asimilat pada varietas Medians lebih diberikan untuk pembesaran umbi kentang. Hasil penelitian Sujitno dan Dianawati (2015) menunjukkan bahwa hasil produksi tanaman cabai per hektar dari empat varietas tanaman yang digunakan berbeda secara nyata.