METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

Metode penelitian membahas mengenai keseluruhan cara suatu penelitian yang dilakukan di dalam penelitian yang mencakup prosedur dan teknik-teknik yang dilakukan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan untuk menguji teori-teori dengan memerinci kedalam hipotesis yang spesifik, lalu mengumpulkan data untuk mendukung atau menolak hipotesis tersebut. Salah satu pengertian penelitian kuantitatif menurut Cresswell adalah “... the research test a theory by specifying narrow hypothesis and the collection of data to support or refute the hypotheses.” (Creswell. 2003: 20).

Penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian untuk menguji teori- teori dengan cara meneliti hubungan, kekuatan, dan arah hubungan antarvariabel. Variabel ini diukur dengan instrumen-instrumen penelitian sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik. Pengujian teori dalam penelitian kuantitatif dilakukan dengan diawali suatu gagasan atau teori yang umum kemudian diuji ke dalam suatu wilayah atau konteks yang spesifik. Hal ini bertujuan untuk mencegah munculnya bias-bias, mengontrol penjelasan alternatif, dan mampu menggeneralisasi dan menerapkan kembali penemuan-penemuannya. Oleh karena itu, penelitian ini memilih menggunakan metode penelitian kuantitatif karena penelitian ini ingin melihat hubungan antar variabel yang didasari oleh landasan teori yang kuat.

3.1 PENDEKATAN PENELITIAN

Dalam penelitian mengenai pengaruh gaya hidup dan tingkat religiositas terhadap sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan logika deduktif. Pengujian teori dalam penelitian ini diawali dengan gagasan atau teori yang umum kemudian diuji ke dalam suatu wilayah atau konteks yang spesifik, atau biasa disebut dengan metode deduktif (KBBI, 2008). Penelitian ini berangkat dari teori-teori yang telah ada sebelumnya kemudian diturunkan dengan cara operasionalisasi Dalam penelitian mengenai pengaruh gaya hidup dan tingkat religiositas terhadap sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan logika deduktif. Pengujian teori dalam penelitian ini diawali dengan gagasan atau teori yang umum kemudian diuji ke dalam suatu wilayah atau konteks yang spesifik, atau biasa disebut dengan metode deduktif (KBBI, 2008). Penelitian ini berangkat dari teori-teori yang telah ada sebelumnya kemudian diturunkan dengan cara operasionalisasi

3.2 JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian di dalam ilmu sosial dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu berdasarkan orientasi penelitian, tujuan penelitian, waktu penelitian dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian.

3.2.1 Berdasarkan Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh gaya hidup dan tingkat religiositas terhadap sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS merupakan penelitian dasar atau basic research. Basic research bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dasar mengenai dunia sosial, menolak atau mendukung teori yang menjelaskan bagaimana kehidupan sosial berjalan, dan menjelaskan mengapa hubungan sosial terjadi dan mengapa masyarakat berubah. Basic research adalah sumber dari ide ilmiah baru dan cara berpikir mengenai kehidupan sosial (Neuman, 2006: 24). Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana kondisi gaya hidup, tingkat religiositas dan sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS. Dengan topik mengenai HIV dan AIDS, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi lembaga penanggulangan HIV dan AIDS. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi terkait seperti kantor desa dalam menanamkan gaya hidup remaja yang positif dan menanggulangi gaya hidup remaja yang negatif. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para tokoh agama setempat Penelitian mengenai pengaruh gaya hidup dan tingkat religiositas terhadap sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS merupakan penelitian dasar atau basic research. Basic research bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dasar mengenai dunia sosial, menolak atau mendukung teori yang menjelaskan bagaimana kehidupan sosial berjalan, dan menjelaskan mengapa hubungan sosial terjadi dan mengapa masyarakat berubah. Basic research adalah sumber dari ide ilmiah baru dan cara berpikir mengenai kehidupan sosial (Neuman, 2006: 24). Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana kondisi gaya hidup, tingkat religiositas dan sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS. Dengan topik mengenai HIV dan AIDS, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi lembaga penanggulangan HIV dan AIDS. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi terkait seperti kantor desa dalam menanamkan gaya hidup remaja yang positif dan menanggulangi gaya hidup remaja yang negatif. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para tokoh agama setempat

3.2.2 Berdasarkan Tujuan Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh gaya hidup dan tingkat religiositas terhadap sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS bertujuan untuk menjelaskan hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif adalah penelitian yang bertujuan menjelaskan mengapa suatu kejadian terjadi dan untuk membangun, mengelaborasi, memperluas, atau menguji teori (Neuman, 2006: 34). Penelitian ini memberikan beberapa penjelasan terkait dengan pengaruh variabel gaya hidup dan tingkat religiositas terhadap sikap yang dimiliki oleh remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS. Penjelasan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Menjelaskan pengaruh gaya hidup remaja terhadap sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS di Desa Lewo Baru, Kecamatan

Malangbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

b. Menjelaskan pengaruh tingkat religiositas remaja terhadap sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS di Desa Lewo Baru,

Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

3.2.3 Berdasarkan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh gaya hidup dan tingkat religiositas terhadap sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS merupakan penelitian yang bersifat cross-sectional, yaitu penelitian yang dilaksanakan hanya dalam rentang waktu tertentu. Penelitian ini dilaksanakan selama sepuluh hari di Desa

Lewo Baru, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Penelitian ini dimulai sejak tanggal 23 Juni sampai dengan 2 Juli tahun 2013.

3.2.4 Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Dalam penelitian mengenai pengaruh gaya hidup dan tingkat religiositas terhadap sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS terdapat dua jenis data yang digunakan untuk memberikan informasi terkait dengan penelitian. Pertama, data primer yang didapatkan melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan melakukan wawancara mendalam secara kualitatif terkait dengan informasi penting yang berkenaan dengan isu penelitian. Kedua, data sekunder berupa profil desa yang didapat dari kantor desa setempat.

3.3 UNIT ANALISIS

Sebelum peneliti menentukan populasi untuk menarik sampel, terlebih dahulu peneliti menentukan unit analisis. Unit analisis merupakan unit, kasus, atau bagian dari kehidupan sosial yang dapat disadari sebagai kunci dari konsep, perkembangan, pengukuran empiris atau mengamati konsep yang ada pada analisis data (Neuman, 2006). Unit analisis dalam penelitian ini terdapat pada tingkat individu, dengan unit pengamatan yaitu remaja berusia 15-19 tahun yang belum menikah di Desa Lewo baru, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Kriteria ini diambil mengingat prevalensi tertinggi kasus HIV dan AIDS di Indonesia berada di rentang usia remaja yaitu 15-24 tahun. Unit analisis dipilih berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai pengaruh gaya hidup dan tingkat religiositas terhadap sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS.

Tabel 3.1 Unit Analisis

Isi Seluruh remaja berusia 15-19 tahun yang belum menikah di Desa Lewo Baru, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada tanggal 23 Juni sampai dengan 2 Juli tahun 2013

Cakupan Desa Lewo Baru, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat

Waktu

23 Juni sampai dengan 2 Juli tahun 2013

3.4 POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian mengenai pengaruh gaya hidup dan tingkat religiositas terhadap sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS adalah seluruh remaja berusia 15-19 tahun yang belum menikah di Desa Lewo Baru, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada bulan Juni, tahun 2013. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 93 remaja berusia 15-

19 tahun yang belum menikah di Desa Lewo baru, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Besaran sampel yang diambil pada penelitian ini didadasarkan oleh beberapa pertimbangan.

Pertama, penelitian ini hanya dilakukan selama sepuluh hari yaitu pada tanggal 23 Juni sampai dengan 2 Juli tahun 2013 sehingga waktu yang dimiliki oleh peneliti untuk menyebarkan kuesioner sangat terbatas. Kedua, penelitian ini merupakan bagian dari mata kuliah Latihan Praktek Metode Penelitian Sosial Kuantitatif dengan jumlah peserta untuk kelas A sebanyak delapan belas mahasiswa Sosiologi Universitas Indonesia angkatan 2011. Supaya mahasiswa memiliki kemampuan yang sama, maka setiap mahasiswa diharuskan mendapatkan jumlah responden yang sama dalam melakukan wawancara ketika

turun lapangan 1 . Ketiga, kendala yang ditemukan saat turun lapangan

1 Mengingat jangka waktu penelitian yang terbatas, tim peneliti sepakat agar masing-masing peneliti harus mewawancarai enam responden. Sehingga, jumlah sampel yang ditargetkan untuk

tercapai adalah 104 responden. Namun, tidak semua peneliti dapat memenuhi target enam responden untuk dilakukan wawancara. Sehingga jumlah sampel yang tercapai adalah 93 responden.

menyebabkan tidak semua responden dapat ditemukan untuk dilakukan wawancara 2 , sehingga total sampel pada penelitian ini adalah 93 responden.

3.5 TEKNIK PENARIKAN SAMPEL

Penelitian mengenai pengaruh gaya hidup dan tingkat religiositas dalam mencegah penularan HIV dan AIDS ini menggunakan pendekatan probability sampling yaitu setiap unsur populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik multistage sampling (sampel bertahap). Multistage sampling (sampel bertahap) adalah penarikan sampel dengan proses pemilihan untuk setiap tahapannya dilakukan secara acak. Hal ini bertujuan untuk menjamin keterwakilan dari tiap sampel yang diambil dari populasi. Teknik sampling ini dilakukan berdasarkan tingkatan wilayah secara bertahap yang mana pengambilan teknik ini karena diasumsikan bahwa unit-unit populasi di Desa Lewo Baru, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat memiliki karakteristik yang homogen dan memiliki cakupan wilayah yang luas. Tahapan yang dilakukan dalam proses penarikan sampel dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tahap pertama, menentukan populasi penelitian yaitu Desa Lewo Baru. Desa Lewo Baru ini memiliki dua dusun, yaitu Dusun 1 dan Dusun 2. Dalam penelitian yang dilakukan, diambil semua populasi dari Dusun 1 dan Dusun 2 atau disebut juga total population. Sehingga semua dusun di Desa Lewo Baru merupakan unit sampling yang akan diambil.

2. Tahap kedua, menurunkan sampel penelitian ke dalam beberapa RW yang menjadi bagian dari Dusun 1 dan Dusun 2. Dalam penelitian yang dilakukan, diambil seluruh RW yang terdapat di dalam populasi dari Dusun

1 dan Dusun 2. Dusun 1 memiliki tiga RW yaitu RW 1, RW 2, RW 3 dan Dusun 2 memiliki tiga RW yaitu RW 4, RW 5, RW 6. Dari pemaparan tersebut dapat digambarkan bahwa pada tahap ini populasi yang diambil

2 Salah satu keterbatasan penelitian pada penelitian ini adalah waktu pelaksanaan peneliti yang bersamaan dengan masa liburan sekolah. Sehingga, terdapat sampel yang menjadi responden

utama maupun responden cadangan sedang berlibur atau bekerja di luar kota. Hal itu menyebabkan tidak semua peneliti pada tim peneliti MPS A dapat mewawancarai responden tersebut.

merupakan total population. Sehingga semua RW yang terdapat pada dusun di Desa Lewo Baru merupakan unit sampling yang akan diambil.

3. Tahap ketiga, menurunkan sampel penelitian kedalam beberapa RT yang menjadi bagian dari seluruh RW. Dalam penelitian yang dilakukan, diambil seluruh RT yang terdapat di dalam populasi. RW 1 memiliki 4 RT, RW 2 memiliki 3 RT, RW 3 memiliki 3 RT, RW 4 memiliki 4 RT, RW 5 memiliki

3 RT, RW 6 memiliki 2 RT. Dari pemaparan tersebut dapat digambarkan bahwa pada tahap ini populasi yang diambil merupakan total population. Sehingga semua RT yang menjadi bagian dari RW 1, RW 2, RW 3, RW 4, RW 5 dan RW 6 pada dusun di Desa Lewo Baru merupakan unit sampling yang akan diambil.

4. Tahap keempat, melakukan listing populasi dari setiap RT yang terpilih ke dalam sampel. Listing populasi dilakukan berdasarkan daftar seluruh remaja berusia 15-19 tahun yang belum menikah dari setiap RT yang dapat ditarik dari populasi. Setelah dilakukan listing populasi, selanjutnya dapat dilakukan teknik simple random sampling (sampel acak sederhana) untuk menentukan sampel unit pengamatan. Penarikan sampel ini dilakukan dengan prosedur undian di mana setiap unsur yang ada memiliki probabilitas yang sama untuk dapat diikutsertakan di dalam sampel. Prosedur undian juga digunakan untuk menentukan sampel pengamatan utama dan cadangan.

5. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 93 responden remaja yang bertempat tinggal di Desa Lewo Baru, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Jumlah sampel tersebut diambil dengan pertimbangan bahwa jumlah peneliti adalah sebanyak 18 mahasiswa. Sehingga setiap mahasiswa mendapatkan empat sampai dengan lima responden untuk diwawancarai. Dari teknik tersebut, didapatkan responden utama perempuan sebesar 65

orang dan responden utama laki-laki sebesar 42 orang. Selain itu didapatkan cadangan responden perempuan sebesar 12 orang dan cadangan laki-laki sebesar

42 orang.

Gambar 3.1 Skema Penarikan Sampel

Desa Lewo

Total Population

Remaja usia

Remaja usia

Remaja usia

15-19 tahun

Remaja usia 15-

15-19 tahun

Remaja usia

Remaja usia

Simple

15-19 tahun

yang belum

19 tahun yang

yang belum

15-19 tahun

15-19 tahun

yang belum

yang belum

Random

menikah di RT

belu menikah

menikah di RT

yang belum

menikah di RT

di RT 1 (6), RT 2

1 (9), RT 2 (4),

menikah di RT

menikah di RT

(3), dan RT 3 (5)

RT 3 (5), dan

1 (7), RT 2 (4),

RT 4 (5)

dan RT 3 (2)

dan RT 4 (5)

3.7 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

3.7.1 Data Primer

Terdapat dua jenis data primer atau data utama dalam penelitian ini. Pertama, data kuantitatif yang diperoleh melalui wawancara kepada responden menggunakan instrumen kuesioner dengan pertanyaan yang bersifat tertutup. Kedua, data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara mendalam menggunakan instrumen pedoman wawancara mendalam dengan pertanyaan yang bersifat terbuka dimana di dalamnya terdapat pertanyaan yang dapat menggali informasi lebih dalam aspek-aspek yang terkait dengan pengaruh gaya hidup dan tingkat religiositas terhadap sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini dijadikan sebagai dasar pemikiran. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi literatur yang didapat melalui jurnal, buku-buku, artikel, ataupun data-data penelitian dari institusi atau lembaga tertentu yang berkaitan dengan gaya hidup, tingkat religiositas dan sikap remaja terhadap pencegahan penularan HIV dan AIDS. Selain itu, peneliti juga menggunakan data sekunder dari Desa Lewo Baru untuk memperoleh informasi tambahan yang dapat menggambarkan Profil Desa Lewo Baru, Profil Kesehatan Lewo Baru, Peta Desa Lewo Baru, dan foto keadaan sekitar Desa Lewo Baru.

3.8 KONSTRUKSI SKALA PADA PENELITIAN

Indeks skala yang baik dalam sebuah penelitian menggunakan pengukuran yang sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan. Setiap indeks skala yang digunakan memiliki asumsi dan tujuan tertentu. Skala secara terstruktur dapat mengukur kekuatan dimensi-dimensi yang dimiliki variabel. Metode pengukuran skala yang digunakan dapat merepresentasikan variabel-variabel yang diuji pada penelitian sosial. (Babbie. 2004: 167).

Sikap sebagai variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal. Peneliti melihat bahwa sikap responden yang positif dalam mencegah Sikap sebagai variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal. Peneliti melihat bahwa sikap responden yang positif dalam mencegah

Gaya hidup dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai variabel independen dengan menggunakan skala ordinal. Peneliti melihat gaya hidup responden yang mendukung dalam mencegah penularan HIV dan AIDS lebih baik dibandingkan dengan gaya hidup tidak mendukung dalam mencegah penularan HIV dan AIDS. Instrumen penelitian mengenai variabel gaya hidup memiliki dua dimensi, yaitu aktivitas dan opini. Dimensi aktivitas tersebut menggunakan skala likert dengan tiga kategori skala, yaitu sering, jarang dan tidak pernah. Sedangkan untuk dimensi opini digunakan empat kategori yaitu, sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Hal ini disebabkan oleh kategori yang dapat merepresentasikan jawaban yang diberikan responden dari setiap dimensi. Peneliti tidak menggunakan dua kategori lain dari skala likert, yaitu ragu-ragu setuju dan ragu-ragu tidak setuju karena kemungkinan yang dimiliki oleh dua kategori tersebut kecil untuk dipilih oleh responden.

Tingkat religiositas sebagai variabel independen dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal. Peneliti melihat tingkat religiositas yang tinggi lebih baik dibandingkan dengan tingkat religiositas yang rendah. Instrumen penelitian mengenai variabel tingkat religiositas memiliki tiga dimensi, yaitu tingkat kepercayaan (religious belief), praktik dalam beragama (religious practice), dan tingkat perasaan atau pengalaman dalam beragama (religious feeling). Instrumen penelitian untuk dimensi tingkat kepercayaan (religious belief) dan perasaan atau pengalaman dalam beragama (religious feeling) menggunakan skala likert dengan Tingkat religiositas sebagai variabel independen dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal. Peneliti melihat tingkat religiositas yang tinggi lebih baik dibandingkan dengan tingkat religiositas yang rendah. Instrumen penelitian mengenai variabel tingkat religiositas memiliki tiga dimensi, yaitu tingkat kepercayaan (religious belief), praktik dalam beragama (religious practice), dan tingkat perasaan atau pengalaman dalam beragama (religious feeling). Instrumen penelitian untuk dimensi tingkat kepercayaan (religious belief) dan perasaan atau pengalaman dalam beragama (religious feeling) menggunakan skala likert dengan

3.9 TEKNIK PENGOLAHAN DATA

Setelah data diperoleh dan dikumpulkan dari penelitian, tahap selanjutnya adalah melakukan proses pengolahan data. Pengolahan data dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan berikut:

1. Editing Sebelum dilakukan pengolahan data, data yang diperoleh hendaknya

melalui proses pengeditan terlebih dahulu. Tujuan dari proses ini ialah untuk mempermudah peneliti dalam mengelola data. Proses editing ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan data seperti memeriksa kelengkapan jawaban pertanyaan di kuesioner, lalu melihat konsistensi jawaban responden. Proses editing ini dilakukan saat masih berada di lapangan. Hal ini dimaksudkan supaya apabila terjadi jawaban yang kurang lengkap atau tidak konsisten dapat diklarifikasi langsung terhadap responden terkait. Contoh konsistensi jawaban ketika responden menjawab aktivitas menggunakan warnet “tidak” namun pada keterangan aktivitas menggunakan warnet diisi “untuk mengerjakan tugas”. Hal terebut menunjukkan jawaban yang diberikan responden tidak konsisten sehingga peneliti harus menanyakan ulang kepada responden keesokan harinya. Proses editing juga memeriksa keseragaman satuan, seperti seberapa sering responden menonton iklan kondom dalam dua minggu terakhir. Tidak hanya itu, dalam proses editing peneliti juga harus memperhatikan apakah pertanyaan mudah dipahami atau tidak, agar terhindar dari kesalah pahaman dan keraguan dari responden.

2. Coding Proses pengkodean dilakukan dengan mengubah bentuk kategori jawaban

ke dalam bentuk kode (simbol) atau angka-angka (numerik) sehingga dibentuk seperangkat aturan yang menetapkan angka-angka menjadi kategori tertentu (Neuman, 2006). Pada tahapan pengkodean (coding), peneliti memberi kode pada setiap kategori di dalam kuesioner agar data yang diperoleh lebih sederhana dan mudah untuk dilakukan proses entering dan cleaning. Dalam penelitian ini, pengkodean yang dilakukan misalnya pemberian kode satu untuk jenis kelamin responden laki-laki dan kode dua untuk jenis kelamin responden perempuan. Pengkodean juga dilakukan berdasarkan hasil inventarisasi jawaban dari pertanyaan terbuka, misalnya aktivitas yang dilakukan dalam penggunaan waktu luang oleh remaja.

3. Entering Tahap berikutnya adalah memasukkan, membuat perhitungan, dan

menyimpan data ke dalam komputer dengan menggunakan program SPSS. Dalam proses ini, setiap peneliti memiliki tanggung jawab yang sama untuk melakukan input data. Tahap entering data ini dilakukan selama tiga hari pada tanggal 26 –

29 Agustus 2013.

4. Cleaning Data yang telah dimasukkan ke dalam komputer harus melalui proses

pengecekan. Proses ini bertujuan membersihkan data dari ketidaksesuaian atau kesalahan yang terjadi pada tahap sebelumnya. Teknik cleaning data yang digunakan adalah metode possible code cleaning dan contingency cleaning. Possible code cleaning merupakan teknik cleaning data dimana peneliti melihat kategori jawaban yang tidak sesuai (Neuman, 2006: 246). Dalam penelitian ini, possible code cleaning digunakan untuk melihat jawaban-jawaban yang memiliki kategori jawaban yang berbeda. Misalnya, variabel jenis kelamin dimana terdapat kode satu untuk laki-laki dan dua untuk perempuan, namun ketika tabel frekuensi dikeluarkan dengan menggunakan SPSS terdapat kategori jawaban yang tidak sesuai dengan ketentuan seperti tiga atau nol. Teknik cleaning lainnya adalah pengecekan. Proses ini bertujuan membersihkan data dari ketidaksesuaian atau kesalahan yang terjadi pada tahap sebelumnya. Teknik cleaning data yang digunakan adalah metode possible code cleaning dan contingency cleaning. Possible code cleaning merupakan teknik cleaning data dimana peneliti melihat kategori jawaban yang tidak sesuai (Neuman, 2006: 246). Dalam penelitian ini, possible code cleaning digunakan untuk melihat jawaban-jawaban yang memiliki kategori jawaban yang berbeda. Misalnya, variabel jenis kelamin dimana terdapat kode satu untuk laki-laki dan dua untuk perempuan, namun ketika tabel frekuensi dikeluarkan dengan menggunakan SPSS terdapat kategori jawaban yang tidak sesuai dengan ketentuan seperti tiga atau nol. Teknik cleaning lainnya adalah

3.10 TEKNIK ANALISIS DATA

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis univariat bertujuan mendeskripsikan variabel- variabel identitas responden, variabel dependen yaitu sikap remaja dalam mencegah penularan penyakit HIV dan AIDS, dan variabel independen yaitu gaya hidup dan tingkat religiositas remaja. Bentuk analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan ukuran pemusatan (central tendency) Modus. Ukuran pemusatan (central tendency) Modus digunakan untuk mengetahui data yang memiliki frekuensi terbesar dalam suatu kumpulan data dan biasa digunakan untuk data berskala nominal.

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan serta kekuatan hubungan antara variabel sikap dan tingkat religiositas serta sikap dan gaya hidup. Peneliti memutuskan untuk menggunakan uji Sommers’d karena ukuran ini digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antar variabel berskala pengukuran ordinal dengan arah hubungan asimetrik. Uji Sommers’d sesuai dengan peneltian ini yang melihat kekuatan hubungan antara gaya hidup dan tingkat religiositas remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS yang skala ordinal.

Dalam penelitian ini juga menggunakan analisis Regresi untuk melihat hubungan serta kekuatan pengaruh variabel dependen dengan independen. Pada penelitian ini diasumsikan terdapat dua variabel independen yang memengaruhi variabel dependen. Maka penelitian ini menggunakan teknik regresi berganda.

Tujuan dari regresi berganda adalah melihat pengaruh salah satu variabel independen yang paling signifikan (Babbie, 1990, 306-310).

Tabel 3.2 Teknik Analisis Data

Uji statistik

Karakteristik Tingkat variabel

Gaya hidup

Analisis data

Univariat

 Gaya hidup Tingkat

dan Sikap

Gaya hidup

Bivariat

X Religiositas Tingkat

dan Sikap

dan Sikap Religiositas dengan Sikap

Gaya

Gaya Gaya Hidup,

Hidup, Tingkat Multivariat

Hidup,

Tingkat Religiositas Religiositas Religiositas dan Sikap -

X Tingkat

dan Sikap

dan Sikap

3.11 PEMBATASAN DAN KETERBATASAN

Setiap penelitian tentunya memiliki pembatasan serta keterbatasan tertentu yang dimiliki dalam pelaksanaannya. Berikut akan dijelaskan pembatasan dan keterbatasan yang dimiliki oleh penelitian mengenai pengaruh gaya hidup dan tingkat religiositas terhadap sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS :

3.11.1 Pembatasan Penelitian

Untuk menghindari adanya ketidakfokusan dalam penelitian mengenai pengaruh gaya hidup dan tingkat religiositas terhadap sikap remaja dalam Untuk menghindari adanya ketidakfokusan dalam penelitian mengenai pengaruh gaya hidup dan tingkat religiositas terhadap sikap remaja dalam

Selain itu yang dimaksudkan remaja didalam penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan dengan usia 15 - 19 tahun yang belum menikah. Penelitian ini memiliki metode face-to-face dalam penyebaran kuesioner, maka yang menjadi subyek penelitian hanya remaja yang tinggal dan dapat ditemui di Desa Lewo Baru, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut.

3.11.2 Keterbatasan Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian mengenai pengaruh gaya hidup dan tingkat religiositas terhadap sikap remaja dalam mencegah penularan HIV dan AIDS memiliki beberapa keterbatasan yang dihadapi ketika berada dilapangan, antara lain :

1. Tidak banyak sosialisasi terkait dengan HIV dan AIDS yang masuk ke sekolah-sekolah dari pelbagai jenis sekolah yang ada, seperti sekolah formal, informal dan non formal di Desa Lewo Baru. Sehingga, masih banyak remaja. bahkan masyarakat yang tidak mengerti mengenai isu terkait dengan HIV dan AIDS.

2. Banyak remaja perempuan di desa ini yang berumur 15-19 tahun memilih untuk menikah dan tidak melanjutkan sekolah di usia dini sehingga mereka tidak dapat dimasukan sebagai sampel di dalam penelitian ini.

3. Banyak remaja di desa ini yang memilih untuk mencari pekerjaan ke luar desa atau melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi yang berada di luar desa. Sehingga, banyak dari mereka yang tidak dapat ditemui untuk melakukan wawancara face-to-face sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala desa Lewo Baru saat ditanya perihal remaja desa

“…kebanyakan merantau, ada yang ke Kalimantan, ke Sumatera..” 3

3 Berdasarkan Wawancara Mendalam oleh Deden Ramadani kepada Kepala Desa Lewo Baru berinisial “AS” (40 tahun) pada tanggal 28 Juni 2013