Mobilisasi Dukungan Lokal, Nasional dan Internasional dalam Mendorong Pelonggaran Sanksi Amerika Serikat terhadap Kuba.

Mobilisasi Dukungan Lokal, Nasional dan Internasional dalam Mendorong Pelonggaran Sanksi Amerika Serikat terhadap Kuba.

Dukungan komunitas lokal di Amerika Serikat sangat tinggi selain USCCB yang sudah dijelaskan di subbab 5.1 yaitu keuskupan Agung Miami. OFAC telah menyetujui permintaan Keuskupan Agung Miami untuk melakukan perjalanan dari Miami ke Kuba menggunakan kapal pesiar dengan membawa seribu orang termasuk pengungsi Kuba untuk mengikuti proses kunjungan Paus. Namun, karena banyak ditentang, akhirnya jumlah rombongan tersebut

dipangkas dan memutuskan untuk naik pesawat terbang. 81 Mereka berpartisipasi dalam tur empat kota sesuai jadwal Paus di Kuba.

Dukungan tersebut dibangun dalam suatu proses keterikatan gereja Miami dan Kuba yang panjang. Adanya religious visas memungkinkan klerus Kuba dan Miami bertemu dan berdialog. Sejak tahun 1994, melalui program radio Katolik Miami yang bisa menjangkau bagian utara Kuba, gereja di Miami bersama warga Kuba-Amerika menjawab permintaan warga Kuba dengan mengirimkan obat-obatan yang diselipkan bersama dengan benda-benda rohani. 82 Pastur- pastur dari Kuba rutin mengunjungi Miami sebulan sekali. Pada tahun 1997, diadakan beberapa pertemuan tingkat tinggi di antara klerus kedua belah pihak berjudul “Reuniones para Conocerse Mejor (Meetings to Get to Know One Another Better)” yang dibarengi dengan kunjungan- kunjungan emigran ke Kuba. Dan di tahun 1998 ketika jalan bagi bantuan untuk Kuba terbuka, ikatan ini segera memainkan perannya.

Dalam kunjungannya, secara garis besar Paus Yohanes Paulus II mendorong pemerintah Kuba untuk memberikan kebebasan politik dan religius bagi rakyat Kuba. Upaya pengaplikasian pendekatan Gereja terhadap Kuba memang ditindak lanjuti oleh Gereja lokal di Kuba namun tidak semulus yang diharapkan, ternyata pemerintah Kuba di tahun 1998 masih bersikap resisten terhadap bentuk-bentuk pendidikan religius. Hal pertama yang dilakukan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam menghadapi hal tersebut adalah mengendalikan institusi lokalnya di Kuba

dengan mengundang 13 uskup Kuba di Roma. 83 Dalam pertemuan tersebut dipetakan masalah seluruh keuskupan di Kuba atas pembatasan-pembatasan yang masih dilakukan oleh rezim

Castro terhadap kegiatan gereja lokal. 84 Paus Yohanes Paulus II merespon permasalahan mengadakan pertemuan dengan menteri luar

negeri Kuba Felipe Peres Roque. Paus menilai belum ada permintaannya yang benar-benar terealisasikan yaitu seputar kebebasan politik dan kegiatan pendidikan, sosial, dan religius bagi Gereja di Kuba. Salah satu poin terbesar dampak kunjungan Paus ke Kuba yang relevan dengan

proses demokratisasi adalah kembalinya konsep masyarakat sipil. 85 Ernesto Betancourt melakukan penelitian mengenai opini publik dan potensi pembangunan masyarakat sipil di

Kuba, 86 dan menemukan fakta yang menarik bahwa dampak kunjungan Paus sekalipun berjalan kurang mulus di level rezim Castro tetapi berjalan sangat baik di level masyarakat Kuba,

sebagaimana tampak pada gambar 12. Jika sebelumnya sudah muncul ide tentang reformasi dan sikap oposisi masyarakat sebagai respon melemahnya karisma Castro akibat gagal mengatasi

81 US*Cuba Policy Report. Op Cit. Hal 119 82 Katrin Hansing & Sarah J. Mahler. 2003. God Knows No Borders: Transnational Religiuos Ties Linking Miami

and Cuba. Dalam Margaret E. Crahan(Ed.).2003. Religion, Culture, and Society: The Case of Cuba. Hal. 128 83 Ralph J. Galliano. US*Cuba Policy Report Vol. 5 No.5. Hal.8

84 Ibid 85 Silvia Pedraza. Impact of Pope John Paul II’s Visit to Cuba. Diakses dari

<http://www.ascecuba.org/publications/proceedings/volume8/pdfs/48pedraza.pdf> pada tanggal 25 September 2014

86 Ernesto Betancourt. 1998. Cuban Public Opinion Dynamics (1997-1998) and the Potential for Building a Civil Society. ASCE. Hal 1 86 Ernesto Betancourt. 1998. Cuban Public Opinion Dynamics (1997-1998) and the Potential for Building a Civil Society. ASCE. Hal 1

Komunitas Agama Lain

Paus Yohanes Paulus II mengadakan pertemuan ekumenis dengan kelompok keagamaan di Kuba pada tanggal 25 Januari 2014. 87 Pertemuan ini telah dijadwalkan pada hari kunjungan

Paus ke Kuba. Pertemuan ini melibatkan 30 komunitas/denominasi Kristen lain dan Yahudi. Dari transkrip pertemuan tersebut Paus menekankan beberapa hal yang ide besarnya adalah persatuan Umat Kristen di Kuba yang dibagi ke dalam empat poin. Pertama, Paus menghimbau kerjasama di antara keuskupan-keuskupan di Kuba dengan komunitas Kristen lainnya dalam membantu perkembangan rakyat Kuba yang meliputi fisik dan spiritual. Kedua, Paus menekankan pentingnya gerakan ekumenis yang mewujud pada kegiatan ekumenis yang konkret untuk mendukung perkembangan rakyat Kuba. Ketiga, paus menekankan pentingnya dedikasi yang intensif untuk mewujudkan persatuan ini, oleh karenanya dibutuhkan kompromi dan proyek bersama untuk membantu masyarakat Kuba. Keempat, Paus juga menginginkan kerjasama yang intensif dengan komunitas Yahudi yang didasari oleh semangat konsili Vatikan II.

Sebelumnya terdapat perbedaan sikap antara Gereja-Gereja Protestan dan Gereja Katolik Roma dalam menyikapi pemerintah Castro yang disebut Revolusi. Menurut Goldenziel, Gereja

Protestan fokus pada aspek internal sedangkan Gereja Katolik pada aspek eksternal. 88 Hal ini tampak dalam sikap Gereja Protestan yang tidak pernah terlihat oposisif terhadap Revolusi,

sehingga tidak ada ketegangan hubungan Gereja dan Negara di kubu Protestan seperti yang terjadi di Gereja Katolik yang telah dijelaskan di bab sebelumnya . Sehingga dalam konteks ini USCCB berani meyakinkan kongres Amerika Serikat bahwa Gereja Katolik di Kuba menentang Castro. Pertemuan ekumenis yang dipimpin Paus tersebut menjadi upaya dari Vatikan untuk menyatukan perbedaan sikap, yang berorientasi pada perkembangan masyarakat Kuba.

Hal tersebut terkonfirmasi dari munculnya perubahan sebagian besar pandangan Gereja Protestan. Gereja Episkopal menyebutkan bahwa kunjungan Paus membuat mereka ingin ikut memperjuangkan nasib rakyat Kuba dengan menentang embargo. 89 Gereja Reformasi mengakui

mulai mengadvokasi sikap menentang embargo Amerika Serikat terhadap mulai dari tahun 1998. 90 Gereja Methodis, Baptis, dan Prebysterian juga mengatakan bahwa efek dari kunjungan

Paus menguntungkan kaum Kristen di Kuba sehingga dimungkinkan kerjasama antara Protestan

87 Paus Yohanes Paulus II. 1998. Ecumenical meeting in the Apostolic Nunciature of Cuba (January 25, 1998): Meeting with Other Christian Communities. Diakses dari <http://www.fjp2.com/en/john-paul-ii/online-

library/speeches/14046-ecumenical-meeting-in-the-apostolic-nunciature-of-cuba-january-25-1998-> pada tanggal 25 September 2014

88 Goldenziel. Op Cit. Hal 189 89 Clark Groome. 2009. Religion thriving in Cuba, Episcopal bishop. Diakses dari

<http://chestnuthilllocal.com/issues/2009.04.16/news2.html> pada tanggal 25 September 2014 90 Christian Reformed Church. U.S. Embargo of Cuba Hurts CRC Ministry. Diakses dari

<http://www2.crcna.org/pages/osj_cubaoverview.cfm> pada tanggal 25 September 2014 <http://www2.crcna.org/pages/osj_cubaoverview.cfm> pada tanggal 25 September 2014

Di Amerika Serikat organisasi interdenomenisasi setara USCCB, yaitu National Council of Churches (NCC) , melakukan kunjungan ke Kuba pada bulan mei tahun 1998. Dan menurut mereka kunjungan Paus sangat bermanfaat dengan diangkatnya agama pada tingkat diskursus publik. NCC yang merupakan representasi sebagian besar Gereja Baptis, Methodis, dan Prebysterian, juga mengapresiasi inisiatif pertemuan ekumenis yang dilakukan Paus tersebut. NCC menilai sejak saat itu, Gereja Protestan Kuba yang diwakili oleh Cuban Council of Churches perlu memperdalam hubungan dengan Gereja Katolik dalam membantu perkembangan rakyat Kuba yang terpuruk akibat embargo.