Characteristic of Host
5.2 Characteristic of Host
Variabel characteristic of host dapat digunakan untuk menentukan bargaining power dari kedua aktor. Characteristic of host mencerminkan bagaimana keadaan dan situasi dari suatu host. Characteristic of host dapat diukur melalui kemampuan pemerintah host dalam bernegosiasi, tingkat mobilisasi populasi dari host, keadaan investasi asing host, dan industri pesaing dari MNC yang berada di dalam wilayah host. Dalam penelitian kasus privatisasi air Jakarta, yang menjadi objek penelitian dari host adalah kota Jakarta.
5.2.1 Kemampuan Pemerintah Provinsi Jakarta dalam Bernegosiasi
Seluruh kontrak antara pihak swasta dan Pemprov DKI Jakarta pada tahun 1997 ditandatangani oleh gubernur yang menjabat saat itu, yaitu Soerjadi Soedirdja. Gubernur Soerjadi turut melakukan negosiasi dengan dua konsorium
swasta termasuk Palyja 133 . Tetapi, awal perjanjian kerjasama yaitu sebelum tahun 1997 merupakan masa pemerintahan Soeharto. Dimana pada masa itu, status
gubernur adalah sebagai perpanjangan tangan dari presiden. Di tahun-tahun tersebut juga banyak dugaan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dilakukan oleh keluarga dan kerabat dari pemerintah Soeharto. Termasuk salah satunya adalah privatisasi air Jakarta. Hal ini berawal pada tahun 1991, dimana worldbank menawarkan pinjaman sebesar US$ 92 Juta kepada PAM Jaya untuk
133 Warga Miskin Jakarta Korban Mahalnya Air Bersih, http://citizendaily.net/warga-miskin- jakarta-korban-mahalnya-air-bersih-2/ (diakses 16 September 2014) 133 Warga Miskin Jakarta Korban Mahalnya Air Bersih, http://citizendaily.net/warga-miskin- jakarta-korban-mahalnya-air-bersih-2/ (diakses 16 September 2014)
worldbank ini kemudian di dukung oleh pinjaman dari Jepang melalui OECE untuk membangun project water purification plant di Pulogadung, Jakarta.
Setelah pinjaman diberikan, PAM Jaya menjadi salah satu perusahaan yang menarik bagi investor. Pada tahun 2005, Menteri pekerjaan umum yang berwenang langsung menunjuk dua konsorium swasta tanpa tender yang berujung pada pelibatan Sigit Harjojudanto dan Anthony Salim yang merupakan anak dan
kerabat dari Presiden Suharto 136 . Sigit Harjojudanto melalui PT Kekarpola Thames Airindo (KATI) bekerja sama dengan Thames Water MNC asal Inggris
untuk mengurusi pengelolaan air di bagian Timur Jakarta. Pembagian saham antara keduanya adalah 80% untuk Thames Water dan 20% untuk KATI milik
Sigit Harjojudanto 137 . Sedangkan Anthony Salim melalui PT Garuda Dipta Semesta bekerja sama dengan Suez Environment MNC asal Perancis untuk
mengelola air bersih di bagian Barat Jakarta dengan perolehan saham 40 persen bagi PT Garuda Semesta dan 60 persen Suez Environment. Dalam kontrak tersebut, tertulis bahwa seluruh sistem pelayanan air Jakarta diberikan kepada dua perusahaan tersebut, meliputi supply air bersih, treatment plants, sistem distribusi.
Pencatatan dan penagihan, serta bangunan-bangunan kantor milik PAM Jaya 138 .
134 Nadia Hadad, Privatisasi Air di Indonesia, (Indonesia, INFID Annual Lobby, 2003) hal 13 135 Ibid
136 Wijanto Hadipuro dan Nila Ardhiane, Op. Cit. hal 2 137 Ibid 138 Ibid
Praktek dugaan korupsi dan kolusi ini juga terlihat dari saham mitra lokal yang sempat berpindah beberapa kali. Pada tahun 1997, saham swasta lokal KATI sebesar 20% dan Thames Water 80%. Sedangkan saham GDS 40% dan Suez Environment 60%. Kemudian pada tahun 1998 GDS menjual seluruh sahamnya kepada Suez sehingga saham Suez Environment pada Palyja menjadi 100%. Sedangkan KATI memiliki saham 5% dan Thames Water sebesar 95%. Pada tahun 2001, dinyatakan bahwa pihak kedua untuk Palyja adalah Suez Environment dan berubah menjadi PT Bangun Tjipta Sarana. Sementara pihak
keduan untuk TPJ adalah Thames Water dan PT Tera Meta Phora 139 .
Terbukti pelibatan sektor swasta dalam pengelolaan air bersih di Jakarta dipenuhi dengan nuansa kolusi dan korupsi. Pengaruh politis sangat kental dalam pelibatan kedua mitra swasta PAM Jaya sebelum perjanjian di laksanakan. Pelibatan mitra swasta yang langsung ditunjuk dan tanpa tender menunjukkan bahwa pengelolaan air bersih di Jakarta dijadikan ajang untuk mengeruk keuntungan ekonomis melalui kekuatan politis. Apalagi dua perusahaan swasta lokal yang turut bekerja sama merupakan perusahaan anak dan kerabat presiden Indonesia Suharto saat itu. Faktanya, kedua perusahaan swasta lokal yang turut ikut ambil bagian dalam privatisasi PAM Jaya tersebut bukanlah perusahaan yang memang berfokus pada bidang fasilitas dan pengelolaan air. Selain itu, dapat terlihat bahwa saham mitra lokal dapat berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain dengan mudahnya. Hal ini dapat didasarkan karena pada tahun
Wijanto Hadipuro dan Nila Ardhiane, Loc. Cit., hal 2
2001, kepemimpinan Suharto jatuh dan sempat terjadi ketidak stabilan politik karena adanya demonstrasi anti-Suharto yang terjadi di Jakarta.
Dari data yang telah diperoleh, maka dapat diperoleh kesimpulan jika kemampuan Pemerintah Provinsi Jakarta dalam bernegosiasi tidak terlaluterbukti dalam kasus ini, karena pada saat itu pelaksanaan privatisasi banyak dipengaruhi oleh dugaan korupsi melalui keluarga dan kerabat presiden Soeharto. Sehingga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hanya menaungi kepentingan-kepentingan yang ingin dicapai oleh Presiden Soeharto. Maka dari sini dapat ditarik kesimpulan jika bargain host menjadi lemah dan bargain MNC menjadi kuat, karena pada tahun tersebut (1997-2001), negosiasi dari privatisasi air Jakarta banyak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi Presiden Soeharto yang berkuasa saat itu.
5.2.2 Jumlah Penduduk Jakarta yang menggunakan air Palyja
Untuk mengetahui jumlah penduduk Jakarta yang menggunakan jasa PAM Jaya, dapat dilihat pada tabel yang tertera di bawah ini
Tabel 6: Pel 140 Pelanggan Sambungan PAM Jaya tahun 1992-2 2009
Sumber: Asri Fitria itrianti, Analisa Kinerja Privatisasi Pada PD PAM J M JAYA, hal 71
Data diatas m menunjukkan jumlah pengguna air PAM di di wilayah Jakarta dari tahun 1992 hingg gga tahun 2009 melalui sambungan pipa yang ng telah terpasang. Semenjak ditandatan anganinya kontrak privatisasi air Jakarta yai yaitu tahun 1997, jumlah pengguna air air PAM di Jakarta berjumlah 460.641 sambun bungan, kemudian semakin meningkat d t di tahun 1998 yaitu sebesar 487.978 sambung ungan. Pada tahun 1999 pelanggan PAM M Jaya berjumlah 511.548, tahun 2000 sebes esar 534.090, dan
tahun 2001 sebesar 6 141 r 610.806 . Rata-rata jumlah pelanggan PA PAM Jaya adalah sebesar 563.236 sam ambungan dengan laju pertumbuhan pertamb bahan pelanggan
140 Asri Fitrianti, Op. Cit, it, hal 71 141 Asri Fitrianti, Op.cit ha t hal 71 140 Asri Fitrianti, Op. Cit, it, hal 71 141 Asri Fitrianti, Op.cit ha t hal 71
Jumlah pelanggan air yang menggunakan jasa PAM Jaya, menunjukkan pasar yang bisa di tawarkan PAM Jaya oleh Perusahaan Multinasional Palyja. Kota Jakarta sendiri merupakan ibu kota dari negara Indonesia dengan kategori kota yang padat penduduk. Jakarta memiliki cakupan luas wilayah sebesar 637,44 kilometer persegi dan merupakan wilayah khusus setingkat provinsi. Jakarta adalah pusat pemerintahan, perdagangan, dan industri sehingga menarik minat pendatang dari seluruh wilayah di Indonesia. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk kota Jakarta meningkat setiap tahunnya.
Tahun 1990, jumlah penduduk Jakarta sebesar 8,3 juta dan mengalami peningkatan selama 0,16 persen hingga tahun 2000 143 . Pada tahun 2000 jumlah
penduduk Jakarta berjumlah 8,3 juta dengan rasio 4,2 juta untuk laki-laki dan 4,1 juta untuk perempuan 144 . Hal ini menunjukkan bahwa wilayah DKI Jakarta
merupakan wilayah yang padat penduduk dan dapat menawarkan pasar pelanggan yang semakin lama semakin meningkat. Jakarta sebagai host disini dapat menawarkan pasar yang tinggi. Terbukti dari tahun ke tahun jumlah pelanggan sambungan PAM Jaya terus meningkat. Seperti pada tahun 1997, jumlah pelanggan PAM Jaya sebesar 460.641, kemudian meningkat kembali pada tahun
142 Ibid 143 Permukiman, http://bplhd.jakarta.go.id/slhd2012/Docs/Lap_SLHD/Lap_3B.htm (diakses 14
September 2014) 144 Provinsi DKI Jakarta per Kab/Kota tahun 2000,
http://jakarta.bps.go.id/index.php?bWVudT0yMzA0JnBhZ2U9ZGF0YSZzdWI9MDQmaWQ9MT E= (diakses 14 Septermber 2014)
1998 yaitu sebesar 487.978, pada tahun 1999 sebesar 511.548, tahun 2000 sebesar 534.090, dan tahun 2001 sebesar 610.806 145 .
Berdasarkan konsep bargaining power milik Moran, ketika host dapat menawarkan pasar yang tinggi maka bargain host akan menjadi kuat. Dalam kasus privatisasi air Jakarta, Pemprov DKI Jakarta memiliki jumlah penduduk yang cukup padat. Dibuktikan dengan bertambahnya jumlah penduduk kota Jakarta yang setiap tahun selalu meningkat. Hal ini tentunya dapat menunjukkan pasar yang besar bagi Palyja. Selain itu, berdasarkan data yang ditemukan oleh penulis dapat dilihat pula bahwa setiap tahun jumlah pelanggan dari Palyja juga ikut meningkat. Laju pertumbuhan pertambahan pelanggan yaitu sebesar 6,24
persen per tahunnya 146 . Data ini menunjukkan bahwa Pemprov DKI Jakarta dapat menunjukkan pasar yang besar kepada Palyja sehingga bargain host menjadi kuat
dan bargain Palyja menjadi lemah.
5.2.3 Tingkat mobilisasi masyarakat kota Jakarta
Kota Jakarta merupakan kota yang memiliki tingkat urbanisasi cukup tinggi 147 . Hal ini dikarenakan Jakarta merupakan daerah perkotaan yang dapat
memberikan akses seperti pendidikan, kesehatan, dan layanan lainnya yang lebih lengkap di banding pedesaan. Selain itu, kota Jakarta juga memiliki peluang kerja
145 Asri Fitrianti, Op.cit hal 71 146 Asri Fitrianti, Loc.cit hal 71
147 Latar Belakang: Krisis Moneter 1998, http://www.jakarta.go.id/web/news/2012/05/latar- belakang-krisis-moneter-1998- (diakses 16 September 2014) 147 Latar Belakang: Krisis Moneter 1998, http://www.jakarta.go.id/web/news/2012/05/latar- belakang-krisis-moneter-1998- (diakses 16 September 2014)
termasuk Jakarta di banding di pedesaan. Meningkatnya proses urbanisasi tidak terlepas dari bertambahnya jumlah penduduk di Jakarta. Jika pada tahun 1950, Jakarta telah masuk ke dalam 15 kota terpadat di dunia, maka pada tahun 2001
Jakarta menempai urutan ketiga dengan kota terpadat di dunia 149 .
Bahkan pada tahun 2000, jumlah orang Betawi/ warga Jakarta asli hanya
30 persen dari keseluruhan jumlah warga Jakarta 150 . Sebagian besar warga Jakarta lainnya adalah pendatang yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, dan dari pulau-pulau di luar jawa. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan kota Jakarta menjadi menarik di mata pendatang. Diantaranya adalah karena Jakarta adalah pusat administrasi pemerintahan, pusat perekonomian, pusat kebudayaan, dan tingkat upah bagi pekerja yang relatif tinggi. Selain itu, kota Jakarta juga didukung oleh fasilitas modern yang baik sehingga kota Jakarta menjadi lebih menarik di banding kota lainnya bagi para pendatang.
Tingkat urbanisasi yang tinggi pada perkotaan nyatanya sangat rawan terhadap guncangan ekonomi makro. Contohnya adalah seperti yang terjadi pada krisis 1998, dimana jumlah penduduk Jakarta yang berada di bawah garis
148 Ibid 149 Asep Ahmad Saefuloh, Urbanisasi, Kesempatan Kerja dan Kebijakan Ekonomi Terpadu, (Indonesia: Jakarta, 2011) hal 15
150 Ibid 150 Ibid
penganggurannya, yaitu sebesar 13,2 persen 152 . Perbandingan antara tingkat pengangguran di daerah perkotaan lebih tinggi dibanding daerah pedesaan, yaitu
sebesar 19,70 persen banding 11,71 persen. Tingginya tingkat urbanisasi yang ada di Jakarta justru menimbulkan dampak yang signifikan terhadap guncangan ekonomi, termasuk krisis 97’. Bertambahnya jumlah penduduk dan tingginya tingkat urbanisasi menyebabkan pengangguran yang ada di Jakarta semakin meningkat. Hal ini juga tidak terlepas dari kualitas angkatan kerja yang ada di Jakarta. Hanya tenaga kerja yang terampil saja yang mampu untuk masuk ke
dalam sektor industri 153 . Sedangkan tenaga kerja yang tidak terampil akan masuk ke dalam sektor informal atau bahkan menjadi pengangguran.
Kurangnya keterampilan dari angkatan kerja yang tidak siap terjun dan bersaing di Jakarta menyebabkan pengangguran dan tingkat kemiskinan di Jakarta menjadi semakin meningkat. Pengangguran yang ada sebagian besar adalah penduduk yang berusia muda. Tingkat pengangguran lulusan sekolah menengah dua kali lipat lebih besar dari pada yang berpendidikan rendah. Hal ini dikarenakan para pengangguran cenderung memilih untuk menganggur dengan waktu yang relatif lama, karena mereka tidak mau bekerja di sektor informal.
151 Latar Belakang: Krisis Moneter 1998, http://www.jakarta.go.id/web/news/2012/05/latar- belakang-krisis-moneter-1998- (diakses 16 September 2014)
Asep Ahmad Saefuloh, Op.cit, hal 19 153 Asep Ahmad Saefuloh, Loc.Cit, hal 19
Urbanisasi tidak hanya berdampak pada meningkatnya pengangguran, tetapi urbanisasi juga berdampak terhadap permasalahan kemiskinan 154 .
Pendatang yang di daerah asalnya berpendapatan rendah/miskin, setelah pindah ke kota tidak berhasil mendapat pekerjaan yang lebih baik sehingga para pendatang tersebut tetap miskin. Kemiskinan ini pada umumnya justru terjadi di daerah yang
pertumbuhan ekonominya tinggi 155 . Hal ini menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan kelas dimana akses terhadap sumberdaya ekonomi hanya dapat
dinikmati dan dikuasai oleh orang-orang kaya saja sehingga kaum miskin tidak dapat memobilisasi tingkat sosialnya dan tetap miskin walaupun telah melakukan urbanisasi.
Berdasarkan data yang telah penulis peroleh, meskipun tingkat urbanisasi di kota Jakarta tinggi, tetapi kualitas angkatan kerja masih buruk dan jumlah pengangguran di Jakarta tetap tinggi. Hal ini berdampak pada tingkat mobilitas sosial Jakarta bagi warga miskin yang sulit untuk naik dan bangkit dari kemiskinan. Kurangnya tenaga kerja yang terampil dari desa menyebabkan penduduk yang pindah ke kota menjadi menganggur dan tidak memiliki kualitas kerja yang baik. Kota Jakarta masih memiliki angka pengangguran yang tinggi dan kualitas angkatan kerja yang belum terampil. Jika dikaitkan dengan privatisasi air Jakarta berdasarkan jangkauan tahun penelitian yang penulis pilih, maka tahun tersebut adalah tahun yang rawan akan krisis. Kota Jakarta merupakan salah satu kota yang paling banyak mendapat dampak dari krisis tersebut. Maka dapat
154 Ibid, hal 21 155 Ibid 154 Ibid, hal 21 155 Ibid
Menurut Moran, tingkat mobilitas populasi yang baik akan menguatkan bargain host. Merujuk pada penelitian studi terdahulu yang penulis gunakan yaitu Trnik, dimana salah satu indikator dari characteristic host adalah mencakup host yang memiliki kualitas pekerja yang baik dan tingkat pengangguran yang rendah
akan menguatkan bargain dari host 156 , maka dapat disimpulkan bahwa kota Jakarta masih belum memiliki tingkat kualitas pekerja yang baik dan tingkat
pengangguran masih tinggi. Sehingga menyebabkan mobilitas sosial bagi kaum miskin sulit dan kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin masih tinggi. Hal ini tentunya akan melemahkan bargain host dan menguatkan bargain MNC.
5.2.4 Perusahaan selain Palyja yang mengelola sektor air bersih di Jakarta
Dalam pembagian sektor wilayahnya, Palyja memiliki tanggung jawab untuk mengolah air di seluruh bagian Jakarta Barat. Seluruh tanggung jawab pengelolaan air bersih di wilayah Jakarta Barat diserahkan kepada Palyja. Palyja merupakan satu-satunya perusahaan yang mengurus pasokan air bersih di wilayah Jakarta Barat. Sesuai dengan perjanjian kerjasama yang telah disepakati selama 25 tahun, PAM Jaya akan menyerahkan seluruh tanggung jawabnya kepada pihak
156 Michal Trnik, Local Goverments and Foreign Direct Investment Examining the Relationship between MNC’s and Local Goverments in Slovakia (Budapest: Central European University,
2005) hal 18. Melalui http://michal.trnik.com/prace/BELA_research_paper.pdf (diakses 15 April 2014) 2005) hal 18. Melalui http://michal.trnik.com/prace/BELA_research_paper.pdf (diakses 15 April 2014)
PAM Jaya juga melimpahkan pekerjaannya dalam bidang perbaikan, pengembangan air bersih, sistem distribusi, hingga jaringan-jaringan pipa kepada
mitra swasta termasuk Palyja 158 . Pada akhir kerjasama seluruh sistem dan aset akan dikembalikan lagi kepada PAM Jaya.
Industri air bersih di wilayah Jakarta merupakan industri tunggal yang hanya dikelola oleh satu perusahaan saja. Sumber air bersih masyarakat Jakarta Barat hanya dapat diperoleh melalui satu perusahaan yaitu Palyja. Tetapi, selain bisa didapatkan dari perusahaan Palyja, air bersih juga dapat diperoleh melalui
sumber lainnya yaitu air tanah baik sumur, kompa, pompa, maupun jetpam 159 . Bahkan 6 persen dari masyarakat Jakarta meminta air bersih dari tetangga ketika
hendak memenuhi kebutuhan air bersihnya.
Sedangkan pada bagian Jakarta Timur, pengolahan air dikelola oleh PT Thames PAM Jaya atau yang berada di bawah Perusahaan Multinasional dari
Inggris yang bernama Thames Water Overseas 160 .
157 Asri Fitrianti, Op.cit hal 69 158 Ibid 159 Asri Fitrianti, Loc. Cit, hal 64 160 Heni Kurniasih, Water Not For All: The Consequemces of Water Privatisation in Jakarta, Indonesia (Melbourne: The University of Melbourne), hal 4. Melalui http://artsonline.monash.edu.au/mai/files/2012/07/henikurniasih.pdf (diakses 20 Juli 2014)
Gambar 3: Pembagian wilayah antara Palyja dan TPJ 161
Sumber: Heni Kurniasih, Water Not For All: The Consequences of Water Privatisastion
in Jakarta, Indonesia, h.5
Thames Water Overseas adalah Perusahaan Multinasional air terbaik di Inggris. Pada tahun 1995, Thames Water Overseas di nobatkan menjadi
perusahaan air terbesar nomer tiga di dunia 162 . Konsumen dari luar Inggris memanfaatkan keahlian yang dimiliki oleh Thames Water Overseas untuk
mengolahan air bersih, termasuk wilayah Jakarta Timur. Thames Water Overseas juga memberikan layanan air yang baik dan terus meningkat di negara Inggris sendiri.
Selama tahun 1998, Thames Water Overseas telah menghabiskan investasi sebesar 471.000.000 Poundsterling untuk melebarkan pasarnya keseluruh
dunia 163 . Dalam pengembangan pasarnya, Thames Water Overseas telah
161 Ibid, hal 5 162 1995-2001 International Expansion, http://www.thameswater.co.uk/about-us/850_2614.htm (diakses 20 Juli 2014)
163 Ibid 163 Ibid
Thames Water Overseas sendiri, melalui PT Thames Pam Jaya (TPJ) menandatangani Perjanjian Kerjasama Privatisasi air Jakarta pada tahun 1997. Perjanjian kerjasama tersebut berisi mengenai konsesi penyediaan dan peningkatan layanan air bersih di wilayah timur sungai Ciliwung yang meliputi sebagian wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan seluruh wilayah Jakarta
Timur 164 . Tidak jauh berbeda dengan Palyja, Perjanjian Kerjasama PAM JAYA dengan TPJ berlaku selama 25 tahun yang bertujuan untuk mengelola,
mengoperasikan, memelihara, serta melakukan investasi untuk mengoptimalkan pelayanan air bersih di wilayah tersebut.
Terdapat satu Perusahaan Multinasional lain yang mengelola air bersih di wilayah Jakarta, yaitu PT Thames Pam Jaya (TPJ). Palyja mengelola air bersih di wilayah Jakarta Barat, sedangkan PT Thames Pam Jaya (TPJ) mengelola air
bersih di wilayah Jakarta Timur 165 . Tetapi, walaupun terdapat perusahaan lain yang mengelola air bersih di wilayah Jakarta Timur. Palyja adalah satu-satunya
perusahaan air yang berkuasa di wilayah Jakarta Barat. Pembagian wilayah antara
Rina Kartika Sari, Klausa Imbalan Dalam Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Dengan Swasta: Studi Kasus Perjanjian Kerjasama Antara PDAM DKI Jakarta dengan PT AETRA Air Jakarta (Jakarta: Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2011) hal 66. Melalui
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20252237-T%2028696-Klausula%20imbalan-full%20text.pdf (diakses 15 Juli 2014)
165 Heni Kurniasih, Op. Cit, hal 4
TPJ dan Palyja telah dibagi berdasarkan Perjanjian Kerjasama tahun 1997. Industri air lain yang berada di wilayah Jakarta lainnya memiliki pengelolaan dan infrastruktur masing-masing. Pasar Palyja yang merupakan seluruh masyarakat pengguna air bersih di wilayah Jakarta Barat. Tidak ada perusahaan lain selain Palyja yang berhak atas distribusi air bersih di wilayah Jakarta Barat. Kebutuhan masyarakat Jakarta Barat akan hadirnya air bersih hanya dapat terakomodasi oleh perusahaan Palyja.
Moran berpendapat bahwa semakin banyak industri yang bergerak dalam bidang yang sama maka bargain host semakin kuat dan bargain MNC semakin lemah. Dalam kasus privatisasi air Jakarta, Palyja adalah satu satunya perusahaan yang berkuasa atas pengelolaan air di wilayah Jakarta Barat. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada industri lain yang menjadi pesaing Palyja dalam penyelenggaraan air bersih di wilayah Jakarta Barat yang membuat bargain MNC menjadi kuat dan bargain host menjadi lemah.