Exogenous Factor
5.3 Exogenous Factor
Selain characteristic project dan characteristic host, Moran juga berpendapat bahwa terdapat faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi bargaining power ke dua aktor. Faktor exogeneous/eksternal tersebut adalah
keadaan investasi asing di dalam host dan saingan MNC di level global 166 . Keadaan investasi asing yang tidak stabil akan melemahkan bargain host dan
166 Theodore Moran, Op.Cit, hal 83 166 Theodore Moran, Op.Cit, hal 83
5.3.1 Keadaan investasi asing di Jakarta tahun 1997-2001
Sesuai dengan konsep bargain power yang dikemukakan oleh Moran, keadaan investasi asing di negara host menentukan bargain power dari host ketika hendak melakukan negosiasi. Dalam kasus privatisasi perusahaan air Jakarta, penulis ingin meneliti mengenai keadaan investasi asing di Indonesia pada kurun waktu 1997-2001 yang berkaitan dengan negoisasi kontrak privatisasi air tersebut. Keadaan investasi asing yang tidak pasti akan melemahkan bargain dari host.
1 Grafik 167 1: Trend FDI di Indonesia tahun 1970-2009
Sumber: er: OECD, Investment Policy Review Indonesia, H.4 H.46
Data diatas m menunjukkan trend pertumbuhan Foreign Di Direct Investment atau laju investasi asi asing di Indonesia semenjak tahun 1970. Terj erjadi peningkatan yang cukup signifikan kan sekitar tahun 1994 hingga tahun 1996. Pada ada tahun tersebut, untuk pertama kalin linya Indonesia membuka sektor-sektor stra strategis untuk di privatisasi oleh asin sing. Sektor tersebut adalah pelabuhan, r , rel kereta api,
telekomunikasi, pener 168 nerbangan, supply air, energi nuklir, dan med edia . Kebijakan liberal kemudian teru terus dijalankan Indonesia pada tahun 1990 90-an, bersamaan
dengan munculnya pr project mobil nasional. Hadirnya project in ini tidak hanya membuat perusahaan an publik menjadi dominasi dalam industri strat trategis, tetapi juga membuat negara men endominasi produksi semen, minyak, baja, a, pesawat, kimia,
167 OECD, Investment Pol olicy Review Indonesia, (OECD:2010), hal 46. Diakses es melalui http://browse.oecdbooksho shop.org/oecd/pdfs/product/2010041e.pdf (diakses 20 Ju Juli 2014)
168 Ibid, hal 41 168 Ibid, hal 41
sekaligus meningkatkan kegiatan ekspor-impor di Indonesia.
Keadaan investasi mulai berbalik pada tahun 1997. Iklim investasi yang sebelumnya harmonis, menjadi mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh krisis keuangan Asia yang melanda pada tahun itu. Krisis finansial Asia mempengaruhi mata uang, bursa saham, dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia termasuk di Indonesia. Di Indonesia sendiri, rupiah mengalami
devaluasi sebesar 50 persen 170 . Situasi tersebut menyebabkan Indonesia mengalami guncangan ekonomi yang cukup berat. Tetapi, nyatanya tidak hanya
guncangan ekonomi saja yang dialami Indonesia tahun itu. Krisis politik juga melanda Indonesia karena pemerintah Suharto dianggap melakukan tindakan korupsi dan nepotisme. Indonesia mengalami ketidakstabilan ekonomi sekaligus politik, hingga Suharto di paksa mundur pada tahun 1998. Krisis finansial Asia yang terjadi membuat keadaan di Indonesia menjadi tidak stabil. Indonesia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengembalikan keadaanya pasca krisis. Ketidakstabilan ini juga berpengaruh pada sektor investasi asing di Indonesia. Indonesia adalah negara yang mengalami tingkat penurunan yang paling tajam pada sektor investasi asing pada saat krisis dibanding negara-negara ASEAN lainnya. Bahkan, Thailand dan Korea masih memiliki kekuatan untuk
169 OECD, Loc.Cit, hal 41 170 Ibid, hal 42
172 menarik FDI 72 . Indo donesia kehilangan sekitar 5,1 miliar USD untuk investasi asing yang keluar saat aat periode krisis.
Grafik 2: P 173 2: Pertumbuhan FDI di ASEAN tahun 1990-200 2008
Sumber: er: OECD, Investment Policy Review Indonesia, H.5 H.50
Data dan grafi rafik yang tersaji diatas menunjukkan bahwa p a pada tahun 1997 hingga tahun 2001 In Indonesia mengalami krisis finansial yang cuk cukup parah. Nilai tukar rupiah di dev devaluasi hingga 50 persen dan keadaan n Foreign Direct Investment merosot t secara tajam. Bahkan jika dibandingkan n dengan negara ASEAN lainnya, Ind Indonesia merupakan negara yang tingkat inv investasi asingnya
171 OECD, Loc.Cit,, hal 49 l 49 172 Ibid 173 Ibid, hal 50 171 OECD, Loc.Cit,, hal 49 l 49 172 Ibid 173 Ibid, hal 50
Berdasarkan data yang telah didapat diatas, dapat dipastikan bahwa keadaan investasi Indonesia pada tahun 1997 hingga 2001 mengalami ketidak stabilan. Bahkan dari grafik yang telah penulis dapatkan, trend angka pertumbuhan imvestasi asing mengalami kemerosotan yang tajam hingga
berjumlah minus 6.000 174 . Padahal tingkat pertumbuhan investasi asing Indonesia sebelum tahun itu sangat baik bahkan meningkat hingga mencapai angka 8.000 di
tahun 1974. Angka yang berbanding terbalik tersebut nyatanya sangat berpengaruh terhadap ketidak stabilan investasi asing di Indonesia. Jika dibandingkan dengan trend FDI di negara ASEAN lainnya, Indonesia juga berada
di negara yang tingkat investasi asingnya paling anjlok 175 . Negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia, Fillipina, dan Singapura yang juga terkenda
dampak dari krisis Asia masih bisa menjaga FDI mereka hingga tidak sampai mencapai angka minus. Berbeda dengan Indonesia yang pada tahun itu benar- benar mengalami kemerosotan yang tajam hingga mencapai angka minus.
174 OECD, Loc.Cit, hal 46 175 Ibid, hal50
Ketidak pastian investasi asing ini kemudian menunjukkan bargain host yang lemah, ketika melakukan negoisasi dengan MNC. Menurut Moran, tingkat investasi asing yang baik akan menguatkan bargain host. Sebaliknya, tingkat investasi asing yang buruk dan tidak pasti akan melemahkan bargain host. Dalam kasus privatisasi air Jakarta, terlihat bahwa indikator keadaan tingkat investasi asing tahun 1997-2001 menunjukkan ketidakpastian sehingga menguatkan argumen bahwa bargain yang dimiliki host lebih lemah yaitu Pemprov DKI Jakarta daripada MNC yaitu Palyja.
5.3.2 Pesaing Suez Environment di level Global
Terdapat beberapa Perusahaan Multinasional lain yang bergerak di bidang air bersih, selain Suez. Perusahaan Multinasional ini juga sering melakukan privatisasi di berbagai negara. Berikut data Perusahaan Multinasional di seluruh dunia yang bergerak di bidang pengelolaan air bersih.
Tabel 7: Daftar Perusahaan Multinasional sektor air bersih di seluruh dunia 176
Parent company Sales (Euros Water division Water Sales Worldwide
m.)
(Euros m.) customers (millions)
10088 115 Vivendi Universal
Vivendi Water
10 Sumber: David Hall, The Water Multinationals 2002-Financial and Other Problems,
Dari data diatas dapat dilihat bahwa terdapat 6 Perusahaan Multinasional besar dari seluruh dunia yang bergerak di bidang pengelolaan air bersih. Diantaranya Vivendi water yang memiliki induk perusahaan Vivendi Universal yang berasal dari Perancis , Thames water yang berasal dari Inggris, SAUR yang berasal dari Perancis, Anglian yang berasal dari Inggris, Cascal yang berasal dari Belanda, dan IWL yang berasal dari Amerika Serikat.
Walaupun terdapat beberapa Perusahaan Multinasional yang tumbuh di bidang pengelolaan perairan, tetapi hanya beberapa perusahaan saja yang berhasil meluaskan perusahaannya ke berbagai negara di dunia. Perusahaan tersebut
adalah Suez dan Vivendi 177 . Dua perusahaan tersebut sama-sama berasal dari Perancis. 70 persen bisnis air di dunia, terutama bisnis privatisasi air di kuasai
176 David Hall, The Water Multinationals 2002-Financial and Other Problems (London: University Of Grenwich, Public Services International Research Unit (PSIRU), 2002), hal 3.
Melalui Melalui http://www.psiru.org/reports/2002-08-w-mncs.doc (diakses 18 September 2014) 177 David Hall, Op.Cit hal 4 Melalui Melalui http://www.psiru.org/reports/2002-08-w-mncs.doc (diakses 18 September 2014) 177 David Hall, Op.Cit hal 4
Grafik 3: Data Penjualan Volume Air oleh Perusahaan Multinasional air bersih di
Dunia 178
Water sales, 2001 (€millions)
Cascal IWL
Water
Sumber: David Hall, The Water Multinationals 2002-Financial and Other Problems,h.6
Data diatas menunjukkan kinerja Perusahaan Multinasional yang ada di seluruh dunia melalui besarnya penjualan air bersih. Dapat dilihat bahwa Vivendi
178 David Hall, Op. Cit hal 6 178 David Hall, Op. Cit hal 6
ketiga dengan penjualan air sebesar 2764 juta euro 179 . Perusahaan Multinasional yang paling banyak menjual air bersih adalah Vivendi Water dan Suez-Ondeo.
Walaupun sama-sama berhasil menjual air bersih dengan perolehan terbanyak, tetapi terdapat perbedaan strategi antara Vivendi water dan Suez. Jika Vivendi lebih menekankan pasar di wilayah Perancis, maka Suez lebih berfokus pada orientasi pasar diluar Perancis, terutama di wilayah negara-negara
berkembang 180 . Bahkan, Suez juga disebut sebagai perusahaan terbesar di dunia di luar Perancis itu sendiri 181 . Karena saingan terbesar Suez yaitu Vivendi memiliki
strategi untuk lebih berfokus pada pasar di dalam Perancis, maka dapat dipastikan bahwa Suez unggul dalam kompetisi MNC di bidang pelayanan air bersih di level global. Karena Vivendi water yang lebih berfokus di dalam Perancis, sedangkan Suez lebih berfokus di luar Perancis.
Berdasarkan perolehan data yang telah tersaji diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa Perusahaan Multinasional yang juga bergerak di bidang pengelolaan air bersih selain Suez. Namun, kinerja Suez dalam ekspansi pasar di luar Perancis tetap yang paling besar. Terbukti dari hasil penjualan air Suez yang menempati urutan kedua setelah Vivendi. Jika Vivendi berhasil melakukan strategi
179 David Hall, Loc.Cit, hal 6 180 David Hall, The Water Multinationals, (London: Public Services International Conference on
water industry Bulgaria, October 1999), hal 5. Melalui www.psiru.org/reports/9909-w-u-mnc.doc (diakses 18 September 2014) 181 Ibid water industry Bulgaria, October 1999), hal 5. Melalui www.psiru.org/reports/9909-w-u-mnc.doc (diakses 18 September 2014) 181 Ibid
Selain itu, dapat terlihat pula bahwa sebenarnya beberapa Perusahaan Multinasional yang bergerak dibidang air melakukan kerjasama dan berhubungan satu sama lain dalam beberapa projectnya. Hal ini membuktikan bahwa pengelolaan air di dunia hanya di monopoli oleh beberapa perusahaan tersebut. Data ini dapat dilihat melalui bagan dibawah ini.
Grafik 4: Joint Venture antara Perusahaan Multinasional di dunia 182
Sumber: David Hall, The Water Multinationals 2002-Financial and Other Problems,h.7
182 David Hall, Op. Cit. Hal 7
Gambar diatas menunjukkan bahwa beberapa Perusahaan Multinasional di dunia dalam beberapa project memiliki keterkaitan satu sama lain. Keterkaitan tersebut paling banyak dimiliki oleh Suez dan Vivendi. Dapat dilihat, bahwa ANGLIAN, SAUR, dan RWE memiliki keterkaitan langsung dengan Suez dan
Vivendi 183 . Seperti contohnya project Sidoarjo water (Indonesia), United Water (Adelaide), dan Papakura water (Selandia Baru) yang dipegang langsung oleh
RWE dan Vivendi. Kemudian project Arguas Argentinas dan SMVAK yang dipegang langsung oleh kemitraan ANGLIAN dan Suez, serta project-project lainnya di dunia. Hal ini membuktikan bahwa penguasaan terhadap pengelolaan air di dunia hanya dimonopoli oleh beberapa Perusahaan Multinasional. Sulit untuk perusahaan air lain dapat bersaing dengan MNC besar diatas, karena modal dan teknologi yang diperlukan dalam pengembangan air bersih telah dikuasai dan dimonopoli oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Moran dalam literaturnya yang berjudul Multinational Corporations and Dependency: A Dialogue for Dependentistas and Non-Dependensitas (1978), dimana banyak keahlian seperti modal, teknologi dan beberapa bahan yang dibutuhkan dalam proses produksi hanya dimiliki dan di monopoli oleh MNC-