Characteristic of Project

5.1 Characteristic of Project

Menurut Moran, untuk mengukur bargaining power suatu aktor dapat dilakukan dengan melihat karakteristik project yang sedang dijalankan. Karakteristik project dapat di teliti dengan melihat indikator-indikator yang tertera pada project. Indikator tersebut meliputi tingkat investasi project, tingkat cost project, tingkat tekhnologi yang digunakan pada project, dan variasi pengganti Menurut Moran, untuk mengukur bargaining power suatu aktor dapat dilakukan dengan melihat karakteristik project yang sedang dijalankan. Karakteristik project dapat di teliti dengan melihat indikator-indikator yang tertera pada project. Indikator tersebut meliputi tingkat investasi project, tingkat cost project, tingkat tekhnologi yang digunakan pada project, dan variasi pengganti

5.1.1 Tingkat Investasi Palyja

Sebagian besar investasi dan saham Palyja di pegang penuh oleh Perusahaan Multinasional asal Perancis, Suez Environment. Dengan kata lain, investasi yang di dapatkan oleh Palyja sebagian besar berasal dari Suez Environment. Investasi yang ditanamkan Palyja bertujuan agar efisiensi dalam pengelolaan dan penyediaan air bersih tercapai sehingga pelayanan kepada

masyarakat Jakarta dapat terpenuhi 100 . Besarnya produksi dan distribusi air yang dihasilkan akan mempengaruhi cakupan pelayanan kepada pelanggan dan kualitas

air. Hal ini secara langsung akan berdampak pada meningkatnya jumlah pelanggan yang menggunakan jasa dari Palyja. Berikut adalah data jumlah investasi Palyja dalam perkembangan pengelolaan air PAM Jaya di Jakarta.

99 Theodore H. Moran, Multinational Corporations and Dependency: A Dialogue for Dependentistas and Non-Dependensitas,(1978), hal 82 100

Asri Fitrianti, Analisa Kinerja Privatisasi Pada PD PAM JAYA (Bandung:Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, 2009), hal 77. Melalui http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11235/H09afi1.pdf,jsessionid=AE91F3AE 805AF725C64ADA811E60DD5C?sequence=2 (diakses 14 Mei 2014)

Tabel 4: Investasi PT Thames PAM Jaya dan PT PAM Lyonnaise Jaya pada tahun 1998-2008 101

Sumber: Asri Fitrianti, Analisa Kinerja Privatisasi Pada PD PAM JAYA, hal 77

Data diatas, menunjukkan jumlah investasi Palyja dalam perkembangan pengelolaan Air PAM Jaya di Jakarta pada tahun 1998-2008. Suez Environment melalui Palyja pada tahun 1998-2008 berinvestasi hingga 1 triliun lebih atau rata- rata sebesar 123 miliar rupiah pertahunnya. Besarnya jumlah investasi ditetapkan pada saat Perjanjian Kerjasama tahun 1997, yang kemudian pada tahun-tahun

berikutnya terus dilakukan revisi dan evaluasi berdasarkan kinerja mitra swasta 102 . Investasi terbesar diberikan untuk pengembangan jaringan, penambahan jaringan,

dan perbaikan mesin produksi air, karena hal tersebut sangat penting dalam proses produksi dan distribusi air 103 . Total investasi Palyja dari tahun 1998-2008 adalah

101 Asri Fitrianti, Loc. Cit, hal 77

102 Ibid, hal 78

103 Ibid 103 Ibid

rupiah 104 . Sedangkan PT TPJ sendiri semenjak tahun 1998 hingga tahun 2008 berinvestasi sebesar 940.123 milliar rupiah dan tentunya jumlah ini lebih kecil

dari jumlah investasi Palyja.

Meskipun dalam literatur Tarzi yang berjudul Third World Goverments and Multinational Corporations: Dynamics of Host’s Bargaining Power berpendapat bahwa investasi dalam bidang sumber daya alam, pertanian, dan

utilities akan rentan terhadap ancaman nasionalisasi atau pun renegoisasi 105 , tetapi pada kenyataannya investasi yang dikeluarkan oleh Palyja mengalami

pengembalian modal dan keuntungan (break even point). Hal ini dibuktikan pada data keuangan Palyja dimana setiap tahun laba operasi (operating income), laba

sebelum bunga, dan laba bersih (net income) semakin meningkat 106 . Salah satu penyebab tren laba yang semakin meningkat tersebut adalah kenaikan pendapatan

melalui imbalan air yang dibayarkan PAM Jaya kepada mitra swasta termasuk Palyja yang terus diupayakan oleh manajemen perusahaan sesuai yang tertulis dalam kontrak Perjanjian Kerjasama. Selain itu, tren kenaikan ini juga disebabkan

104 Asri Fitrianti, Loc. Cit, hal 77 105 Shah M. Tarzi, Thirld World Goverments and Multinational Corporations: Dynamics of Host’s

Bargaining Power, Hal 161 106 Andreas Lako dan Nila Ardhianie, Privatisasi Air Jakarta: Akal-akalan Keuangan dan Dampaknya Bagi Pelanggan (Jakarta:AMRTA Institute for Water Leteracy, 2011) Hal 3. Melalui http://www.waterjustice.org/uploads/attachments/Financial%20Machinations-1.pdf (diakses 20 Mei 2014) Bargaining Power, Hal 161 106 Andreas Lako dan Nila Ardhianie, Privatisasi Air Jakarta: Akal-akalan Keuangan dan Dampaknya Bagi Pelanggan (Jakarta:AMRTA Institute for Water Leteracy, 2011) Hal 3. Melalui http://www.waterjustice.org/uploads/attachments/Financial%20Machinations-1.pdf (diakses 20 Mei 2014)

Palyja juga mengalami keuntungan jika dilihat dari perbandingan laba operasi. Pengertian laba operasi adalah keuntungan yang diperoleh dari kegiatan

utama perusahaan yaitu dalam memproduksi dan menjual air bersih 107 . Perhitungan laba operasi diperoleh dari selisih antara nilai penjualan dengan

seluruh biaya biaya dan beban operasi. Dari perolehan laba operasi Palyja yang semakin meningkat, maka dipastikan jika keberlangsungan laba/keuntungan bagi perusahaan adalah baik dan stabil. Dari tren laba operasi yang semakin meningkat pula setiap tahunnya, juga menunjukkan bahwa Palyja mengalami break even point. Dimana biaya yang dikeluarkan dapat kembali dalam bentuk laba operasi yang kemudian diakumulasikan kembali melalui laba bersih. Jumlah laba operasi dapat dilihat dari jumlah biaya dibanding pemasukan melalui kisaran tarif air

yaitu sebesar 25%-33,5% setiap tahunnya 108 . Artinya, pemasukan yang didapat Palyja lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan, yaitu sebesar 25% untuk

biaya operasinya dan 33,5% untuk pemasukannya. Sedangkan tren perbandingan penjualan dan laba bersihnya (Net Profit Margin) juga tergolong menguntungkan yaitu sebesar 9-17% setiap tahunnya.

107 Andreas Lako dan Nila Ardhianie,Loc. Cit, hal 3 108 Ibid, hal 5

Tren laba bersih Palyja yang selalu positif setiap tahunnya atau pengembalian modal dalam break even point menandakan bahwa perusahaan air Palyja adalah perusahaan air yang menguntungkan. Tetapi faktanya, kerjasama privatisasi yang seharusnya dapat mengakomodasi keuntungan dua belah pihak justru cenderung lebih menguntungkan Palyja selaku MNC. Dari segi keuangan, Palyja memiliki tren laba yang stabil. Sedangkan PAM Jaya justru mengalami defisit pada pendapatan keuangannya. Hal ini dibuktikan dari jumlah Return on Assets (ROA) PAM Jaya yang pada tahun 1998 hingga 2001 trennya cenderung negatif. Pengertian dari Return on Assets sendiri adalah cara untuk mengukur

seberapa efektifnya aset yang ada dalam menghasilkan keuntungan 109 . Semakin besar jumlahnya, maka semakin efektif penggunaan asetnya. Sedangkan Tren

Return of Assets yang dihasilkan PAM Jaya adalah sebesar -14,41% 110 . Padahal, tren ROA dapat dikatakan baik jika sudah mencapai 10%. Ini berarti jika dilihat

dari tren ROA, PAM Jaya bukanlah perusahaan yang cukup menguntungkan karena trennya negatif.

Selain itu PAM Jaya juga mengalami Shortfall. PAM Jaya mengalami shortfall/hutang sebesar 123 Milliar setiap tahunnya 111 . Dari sini dapat terlihat

adanya ketimpangan keuntungan antara PAM Jaya dan Palyja. Dimana keuntungan yang diperoleh Palyja lebih besar daripada keuntungan yang diperolah PAM Jaya.

109 Asri Fitrianti, Op. Cit, hal 80

111 Ibid

Wijanto Hadipuro dan Nila Ardhiane, Amandemen Kontrak Konsesi Jakarta (Jakarta:AMRTA

Institute for Water Leteracy) hal 11

Munculnya ketimpangan keuntungan antara PAM Jaya dan Palyja tersebut juga tidak terlepas dari adanya Perjanjian Kerjasama. Poin perjanjian kerjasama yang mengatur permasalahan kenaikan tarif setiap 6 bulan sekali maupun imbalan air yang harus dibayar PAM Jaya kepada pihak swasta nyatanya cenderung lebih menguntungkan Palyja selaku MNC daripada PAM Jaya. Dari adanya poin tersebut, maka keuntungan dan pendapatan yang diterima oleh mitra swasta lebih besar. Pendapatan yang diperoleh Palyja banyak didapat melalui poin Perjanjian Kerjasama yang menyebutkan kenaikan imbalan air dan kenaikan tarif air. Poin pada Perjanjian Kerjasama privatisasi air Jakarta faktanya cenderung lebih

melindungi keuntungan pihak swasta termasuk Palyja 112 . Dari data tersebut, maka terlihat bahwa keuntungan dan pendapatan Palyja tidak semata-mata didasarkan

pada kinerja Palyja pada tahun tersebut, tetapi juga dipengaruhi oleh Perjanjian Kerjasama awal diberlakukannya privatisasi air Jakarta yang ditentukan oleh bargaining power dari kedua belah pihak. Palyja menggunakan bargaining power-nya sebagai alat untuk mencapai kepentingan dan keuntungan, salah satunya adalah keuntungan dibidang keuangan.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa walaupun PT Palyja merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang Sumber Daya Alam, tetapi investasinya dalam project privatisasi air Jakarta terlihat menguntungkan dan bahkan mengalami break even point sehingga menghapuskan resiko kerugian dalam investasi yang tinggi bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang Sumber Daya Alam. PT Palyja juga mengalami keuntungan melalu tren

112 Wijanto Hadipuro dan Nila Ardhiane, Loc. Cit, hal 11 112 Wijanto Hadipuro dan Nila Ardhiane, Loc. Cit, hal 11

5.1.2 Ongkos Biaya Palyja

Ongkos biaya yang harus dikeluarkan Palyja dalam privatisasi air Jakarta meliputi variable cost dan fixed cost. Ongkos biaya sendiri memiliki arti sebagai

sumber daya ekonomis yang dikorbankan untuk mencapai suatu tujuan tertentu 113 . Tujuan dalam hal ini bisa berarti keuntungan. Dalam privatisasi air Jakarta, biaya

yang dikeluarkan Palyja adalah bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Biaya tetap masuk dalam kategori investasi. Biaya adalah salah satu faktor penting dalam meningkatkan perolehan keuntungan suatu usaha baik di bidang usaha barang maupun jasa. Sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi, maka harus ada pengendalian biaya tertentu yang efisien untuk dapat meningkatkan keuntungan

113 Cost, http://www.e-conomic.co.uk/accountingsystem/glossary/cost (diaskses 18 September 2014) 113 Cost, http://www.e-conomic.co.uk/accountingsystem/glossary/cost (diaskses 18 September 2014)

Sedangkan biaya tetap sendiri adalah biaya yang secara tetap konstan dan tidak berubah dalam suatu jangka waktu tertentu 114 . Biaya ini akan tetap

dikeluarkan meskipun tidak ada aktivitas usaha dalam suatu perusahaan. Contoh biaya tetap adalah pajak dan sewa bangunan. Walaupun sebuah perusahaan tidak menghasilkan apa-apa selama satu bulan, pembayaran sewa gedung dan pajak harus tetap dibayar. Hal inilah yang dimaksud dengan biaya tetap suatu perusahan. Sedangkan variable cost adalah biaya yang harus dibayar oleh

perusahaan yang berkaitan dengan output produksi 115 . Biaya variabel jumlahnya bervariasi dan tidak tetap, tergantung dari volume produksi perusahaan.

Dalam penelitian ini, kajian yang akan diteliti untuk mengetahui ukuran bargaining power dari aktor dalam project privatisasi air Jakarta adalah ongkos biaya dari Palyja. Biaya tetap Palyja meliputi beberapa kebutuhan pengeluaran operasional Palyja. Seperti gaji pegawai, pelatihan dan pendidikan bagi pegawai, kantor bangunan, telepon, transportasi, listrik, pemeilharaan dan perbaikan produksi, layanan profesional (auditor, pajak, hukum, penasehat, pemasaran, operasi dan pengadaan), asuransi, keamanan, pajak properti, dan bantuan

115 Fixed cost, http://www.investopedia.com/terms/f/fixedcost.asp (diakses 18 September 2014)

Variable Cost, http://www.investopedia.com/terms/v/variablecost.asp (diakses 18 September

Tabel 5: Ongkos Biaya PT Thames PAM Jaya dan PT PAM Lyonnaise Jaya 1998-2002 118

Sumber: Dr. Jing-Sen Chang & Dr Kusbiantoro, Jakarta Water Supply: How to Implement a Sustainable Process, hal 35

116 Nur Endah Sofhiani, Reconstruction of Indonesia’s Drinking Water Utilities (Sweden: Stockholm, Departement of Land and Water Resources Engineering Royal Institute of

Technology, 2003), hal 46. Melalui http://www2.lwr.kth.se/Publikationer/PDF_Files/LWR_EX_03_30.PDF pada 18 September 2014.

117 Ibid 118 Dr. Jing-Sen Chang & Dr Kusbiantoro, Jakarta Water Supply: How to Implement a Sustainable Process?, (Indonesia: Jakarta), hal 35. Melalui https://www.pecc.org/resources/1227-jakarta-water- supply-how-to- implement-a-sustainable-process-1?path= (diakses 24 Juli 2014

Data diatas menunjukkan ongkos biaya yang harus dikeluarkan oleh kedua belah pihak mitra swasta. Ongkos biaya yang termasuk dalam investasi tersebut terdiri dari berbagai macam kebutuhan yang dibutuhkan untuk melaksanakan project privatisasi air Jakarta. Mulai dari peralatan, gedung, jaringan, produksi, dan lain-lain. Pada tahun 1998, Palyja memiliki ongkos biaya sebesar 180.484 juta rupiah, yang kemudian naik pada tahun 1999 sebesar 215.839 juta rupiah, 103.571

rupiah di tahun 2000, 102.833 tahun 2001, dan 134.448 pada tahun 2002 119 . Total keseluruhan dari ongkos biaya tersebut adalah 737.175 juta rupiah. Sedangkan

total menurut jangkauan penelitian penulis yaitu dari tahun 1998 hingga 2001 adalah sebesar 602.727 juta rupiah. Ongkos biaya tersebut meliputi jaringan, meter, peralatan, gedung, pembelanjaan, dan biaya lain-lain. Ongkos biaya Palyja merupakan salah satu elemen penting dalam investasi project privatisasi air Jakarta.

Ongkos biaya merupakan salah satu variabel yang berkaitan dengan investasi. Seperti yang telah dijelaskan pada indikator selanjutnya, ongkos biaya yang dikeluarkan Palyja mengalami pengembalian modal bahkan keuntungan. Hal ini terbukti dari perbandingan jumlah ongkos biaya (biaya produksi dan biaya operasi) yang dikeluarkan oleh Palyja dengan pendapatan yang diperoleh dari tarif

air Palyja yaitu sebesar 25% banding 33,5% 120 . 25% untuk pengeluaran ongkos biaya Palyja yang meliputi biaya produksi dan biaya operasi dan 33,5% untuk

pendapatan Palyja yang didapat dari kenaikan tarif air. Poin kenaikan tarif air

120 Dr. Jing-Sen Chang & Dr Kusbiantoro, Loc. Cit, hal 35 Andreas Lako dan Nila Ardhianie, Op.Cit hal 5 120 Dr. Jing-Sen Chang & Dr Kusbiantoro, Loc. Cit, hal 35 Andreas Lako dan Nila Ardhianie, Op.Cit hal 5

Jadi, walaupun menurut Tarzi investasi di bidang pertanian, sumber daya alam, dan utilities akan memiliki tingkat investasi yang tinggi 121 , namun pada data

yang telah didapatkan ongkos biaya yang dikeluarkan Palyja dapat tertutupi oleh laba nya. Sehingga resiko tinggi terhadap ongkos biaya yang selama ini ditakutkan oleh perusahaan di bidang Sumber Daya Alam termasuk air tidak terbukti dalam ongkos biaya PT Palyja. Dari penjelasan diatas maka dapat diperoleh jika ongkos biaya yang dikeluarkan PT Palyja dalam privatisasi air Jakarta adalah tergolong rendah. Karena PT Palyja telah mengalami pengembalian ongkos biaya (biaya produksi maupun operasi) dan keuntungan.

Moran berpendapat bahwa ongkos biaya yang tinggi akan melemahkn bargain MNC dan menguatkan bargain host. Sebaliknya, ongkos biaya yang rendah akan menguatkan bargain MNC dan melemahkan bargain host. Berdasarkan data dan operasionalisasi yang telah penulis peroleh, maka dapat disimpulkan bahwa PT palyja memiliki ongkos biaya yang rendah sehingga menyebabkan bargain MNC menjadi kuat dan bargain host manjdai lemah.

5.1.3 Tingkat Teknologi yang di gunakan Palyja

Teknologi yang digunakan Palyja dalam mengolah sektor perairan di wilayah Jakarta Barat, di dukung dan di supply penuh oleh Perusahaan

121 Shah M. Tarzi, Op. Cit hal 161

Multinasional Suez Environment. Seluruh instalasi pengolahan air dan operasi harian yang digunakan oleh Palyja disesuaikan oleh standar Uni Eropa 122 . Suez

Environment juga selalu mengadakan Research and Innovation dalam seluruh project yang di jalankannya, termasuk project privatisasi air Jakarta. Research ini memuat 3 bidang yaitu penelitian eksplorasi, penelitian langsung, dan

pengembangan teknologi 123 . Penelitian eksplorasi adalah penelitian yang bersifat mengeksplor ke seluruh wilayah, atau meneliti kembali wilayah baru yang hendak

dioperasikan. Penelitian eksplor dijalankan oleh seluruh stakeholder yang terlibat di dalam project tersebut. Sedangkan penelitian langsung diawasi oleh satuan khusus yang berkaitan dengan project, dan pengembangan teknologi Suez

Environment dilaksanakan oleh unit-unit operasional. 124

Untuk PT Palyja sendiri, teknologi yang digunakan berkisar pada pendistribusian air tanah kedalam air bersih yang didapatkan pelanggan melalui pipa sambungan. Pipa sambungan lalu disebarkan melalui gardu pompa yang tersebar di beberapa wilayah di Jakarta Barat. Selanjutnya sumber air baku (raw water) yang berasal dari sungai ciliwung kemudian diolah melalui pre-klorinasi (pre chlorine) dan menjadi pre-sedimentasi. Pengertian dari klorinasi sendiri adalah proses penambahan bahan klorin kedalam air sebagai metode pemurnian

air untuk membuat air tersebut layak dikosumsi manusia 125 . Setelah menjadi Pre- sedimentasi, kemudian air memasuki tahap koagulasi. Tahapan koagulasi adalah

122 Philippe Pedrini, http://id.palyja.co.id/profil/tata-kelola-perusahaan/dewan- direksi/read/24/philippe-pedrini/ (diakses 18 Juli 2014)

123 Innovation, http://www.suez-environnement.com/group/innovation-banking-openess/ (diakses 18 Juli 2014)

125 Ibid

Klorinasi, http://kamuskesehatan.com/arti/klorinasi/ (diakses 20 Oktober 2014) Klorinasi, http://kamuskesehatan.com/arti/klorinasi/ (diakses 20 Oktober 2014)

dan kemudian di distribusikan ke pada pelanggan melalui pipa dan keluar melalui kran di rumah. Dari teknologi yang telah dijabarkan diatas, maka dapat dilihat jika teknologi yang digunakan Palyja tergolong sederhana. Yaitu cukup dengan mengolah air yang tadinya tidak layak digunakan oleh manusia menjadi layak dan kemudia di distribusikan melalui pipa yang di pompa oleh gardi pompa kepada pelanggan.

Walaupun PT Palyja merupakan anak cabang dari salah satu perusahaan air bersih terbesar di dunia yaitu Suez Environment, tetapi teknologi yang digunakan di Palyja sendiri nyatanya cukup sederhana. Padahal Suez Environment memiliki teknologi pengoloahan air yang cukup canggih. Seperti teknologi air dalam produksi air minum, desalinasi, pengelolaan air limbah, dan pengolahan

lumpur 127 . Faktanya, teknologi yang digunakan Palyja dalam privatisasi air tergolong teknologi sederhana. Yaitu pengolahan air sungai menjadi air bersih

yang dapat digunakan untuk kegiatan sehari-hari dan pendistribusian air kepada pelanggan. Bahkan air di Jakarta sendiri masih belum layak untuk diminum dan hanya dapat digunakan untuk kegiatan sehari-hari seperti memasak, mandi, mencuci, dan lain-lain. Dari data yang telah didapat maka dapat ditarik kesimpulan jika teknologi yang digunakan Palyja dalam privatisasi air Jakarta adalah tergolong sederhana.

126 Fasilitas Produksi dan Proses, http://id.palyja.co.id/bisnis-utama/fasilitas-dan- infrastruktur/fasilitas-produksi-wtp-dan-proses/ (diakses 20 Oktober 2014)

127 http://www.degremont.com/en/know-how/municipal-water-treatment/environmental-and- economic-performance/ (diakses 19 Juli 2014)

Berdasarkan konsep Bargaining Power milik Moran, semakin kompleks tingkat teknologi yang digunakan oleh MNC maka semakin tinggi pula bargaining power dari MNC. Dalam kasus privatisasi air Jakarta, dapat dilihat bahwa tingkat teknologi yang dimiliki oleh Suez melalui Palyja cukup sederhana. Hal ini membuktikan bahwa bargain MNC menjadi lemah dan bargain host menjadi kuat dalam privatisasi air Jakarta.

5.1.4 Variasi produk pengganti dari air bersih

Air merupakan salah satu Sumber Daya Alam yang tidak dapat digantikan oleh Sumber Daya lain. Setiap mahluk hidup di dunia membutuhkan air, begitu pula dengan manusia. Setiap manusia memerlukan air bersih untuk menjalankan aktivitasnya dan bertahan hidup. Faktanya, air bersih hanya dapat di peroleh melalui 2,5% dari total volume air yang ada di dunia atau setara dengan 35 juta

km3 128 . Karena 70% dari air tawar lainnya yang ada di dunia berbentuk es dan salju. Hal ini membuat akses manusia terhadap air semakin lama semakin sedikit.

Pada tahun 2025, diperkirakan 1,8 miliar manusia akan tinggal di wilayah krisis air bersih dengan kelangkaan air absolut 129 .

Air memiliki tingket diferensiasi yang sangat rendah, bahkan 0. Karena keberadaan air tidak dapat digantikan oleh apapun. Termasuk Sumber Daya Alam lainnya. Sumber Daya Air berbeda dengan Sumber Daya pertanian. Sumber Daya

128 The six natural resources most drained by our 7 billion people, http://www.theguardian.com/environment/blog/2011/oct/31/six-natural-resources-population

(diakses 3 September 2014) 129 Ibid

Alam di bidang pertanian seperti nasi, dapat digantikan bahan lainnya seperti singkong, talas, kentang ataupun jagung yang memiliki kadar gizi yang sama 130 .

Air adalah sumber pokok kehidupan yang dibutuhkan oleh semua manusia. Kehadiran air bersih bersifat mutlak dan tunggal. Bisnis utama dari Palyja sendiri adalah air bersih. Baik yang diolah dari air utama Penjompongan I dan Penjompongan II maupun yang diperoleh melalui air curah olahan yang dipasok

melalui pihak ke tiga 131 .

Dari penjelasan dan data yang telah dipaparkan diatas, dapat terlihat bahwa air memiliki tingkat diferensiasi yang sangat rendah. Palyja sendiri hanya memiliki bisnis utama di air bersih dan tidak memiliki produk lainnya. Menurut Moran, FDI yang memiliki tingkat diferensiasi produk yang rendah akan menguatkan bargain host dan melemahkan bargain MNC. Dalam kasus ini, produk utama dari Palyja adalah air bersih dan tidak memiliki produk diferensiasi lain yang berarti melemahkan bargain MNC. Berbeda dengan FDI di bidang manufatkur, dimana produk yang dihasilkan berbeda sehingga FDI dapat lebih

fleksibel dalam menghadapi permintaan dari negara host 132 . Sehingga ketika pemerintah negara host mulai mendesak, maka perusahaan di bidang manufatkur

dapat menambahkan variasi pada produknya atau merubah orientasi pasar menjadi ekspor.

130 Ada Banyak Pilihan Pengganti Nasi, http://www.tempo.co/read/news/2012/10/31/060438718/Ada-Banyak-Pilihan-Pengganti-Nasi (di

akses 11 September 2014) 131 Bisnis Utama, http://id.palyja.co.id/bisnis-utama/ (diakses 11 Septermber 2014)

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63