SPK Sebagai Mesin Pengawas dan Komentator
SPK Sebagai Mesin Pengawas dan Komentator
Penelitian ini berusaha melihat fenomena peran divisi kepatuhan yang ada di perbankan syariah dengan fokus perhatiannya pada proses pembiayaan mudharabah . Dipilihnya proses pembiayaan mudharabah ini berdasarkan pertimbangan bahwa di antara produk perbankan syariah, pembiayaan mudharabah lah yang secara teknis menyediakan 100% modal untuk dikelola oleh nasabah sebagai mudharib (pengelola dana). Hal ini mengindikasikan adanya tingkat kepercayaan yang tinggi dari pihak bank syariah kepada nasabahnya sehingga disebut dengan terminologi trust financing/investment. (Antonio, 2001: 95). Selain itu, skema pembiayaan ini juga menggambarkan pelaksanaan prinsip Penelitian ini berusaha melihat fenomena peran divisi kepatuhan yang ada di perbankan syariah dengan fokus perhatiannya pada proses pembiayaan mudharabah . Dipilihnya proses pembiayaan mudharabah ini berdasarkan pertimbangan bahwa di antara produk perbankan syariah, pembiayaan mudharabah lah yang secara teknis menyediakan 100% modal untuk dikelola oleh nasabah sebagai mudharib (pengelola dana). Hal ini mengindikasikan adanya tingkat kepercayaan yang tinggi dari pihak bank syariah kepada nasabahnya sehingga disebut dengan terminologi trust financing/investment. (Antonio, 2001: 95). Selain itu, skema pembiayaan ini juga menggambarkan pelaksanaan prinsip
Peran-peran yang dihadirkan dengan memetaforakan pelaksanaan tugas SPK dalam proses pembiayaan mudharabah ternyataberbuntut dengan kehadiran beberapa sikap yang menyertai masing-masing peran tersebut.
a. Sikap kewaspadaan dan kecurigaan peran watchdog dalam sebuah organisasi, sejatinya menggambarkan rasa ketidakpercayaan atau kecurigaan atas ketidak-amanan terhadap siapa saja orang yang ada dan masuk ke dalam organisasi tersebut. Ketika mendapatkan penjelasan terkait uraian tugas SPK, ada noema yang tertangkap di dalamnya yakni secara basic, mereka harus mewaspadai setiap orang atau calon nasabah yang mengajukan pembiayaan kepada mereka. Hal ini persis seperti yang dilakukan seekor anjing penjaga malam yang akan menggonggong terhadap siapa saja yang mendekati halaman majikannya, dan tidak jarang mereka akan tetap menggonggong kepada majikannya sendiri. Sikap kewaspadaan (yang berlebihan) tersebut akan bertransformasi menjadi sikap kecurigaan. Disebut bertransformasinya sikap kewaspadaan ini menjadi kecurigaan dikarenakan adanya pemeriksaan yang ekstra ketat (dan berulang kali) oleh SPK di setiap tahapan pembiayaan. Sikap ini bisa dilacak dari intensitas aktivitas review yang dilakukan SPK setelah tahapan verifikasi pembiayaan mudharabah dilewati.
b. Sikap Kepatuhan Di balik sikap kewaspadaan yang mengarah pada kecurigaan yang selama ini dijalankan SPK, hadir pula sebuah sikap kepatuhan yang mencerminkan betapa SPK berupaya menjalankan semua prosedur dalam pengawasannya, demikian juga dalam proses pembiayaan mudharabah. Sikap ini terlihat dari dilaksanakannya setiap prosedur terkait dengan pengawasan kepatuhan yang menjadi tanggungjawab SPK. Ini bisa dilacak dari adanya pembuatan laporan b. Sikap Kepatuhan Di balik sikap kewaspadaan yang mengarah pada kecurigaan yang selama ini dijalankan SPK, hadir pula sebuah sikap kepatuhan yang mencerminkan betapa SPK berupaya menjalankan semua prosedur dalam pengawasannya, demikian juga dalam proses pembiayaan mudharabah. Sikap ini terlihat dari dilaksanakannya setiap prosedur terkait dengan pengawasan kepatuhan yang menjadi tanggungjawab SPK. Ini bisa dilacak dari adanya pembuatan laporan
“SOP untuk SPK ada buku panduannya, tebel. [Panduan] khusus operasional ada, [panduan] khusus pembiayaan juga ada. Intinya kayak audit kebanyakan, ada schedulenya”.
Panduan dalam menjalankan prosedur yang dijalankan SPK ternyata dibedakan antara panduan yang berisi manual procedure untuk operasional perbankan dan manual procedure untuk pembiayaan. Hal tersebut mengindikasikan adanya rincian tanggungjawab dan pemisahan perlakuan pengawasan kepatuhan yang harus ditempuh SPK. Dalam panduan tersebut juga terdapat beberapa laporan yang harus dibuat SPK sebagai bukti bahwa ia telah menjalankan prosedur pengawasannya termasuk review atas pencairan dalam pembiayaan mudharabahyang terkumpul dalam laporan bulanan SPK. Selain itu, sikap kepatuhan yang dijalankan SPK juga terlihat ketika ia melakukan screening terhadap kegiatan atau usaha calon nasabahnya yang mereka sebut dengan terminologi syariah compliance.
c. Sikap Ketidakpedulian Sikap yang hadir selanjutnya adalah adanya sebuah ketidakpedulian dengan dampak dari disampaikannnya temuan SPK selama mengikuti/mereview proses pembiayaan mudharabah BSX. Sikap ini muncul dari tidak bertanduknya warning atau memo yang diberikan atau disampaikan SPK terkait kelengkapan secara dokumen pada tahapan persetujuan pembiayaan. Ini bisa dilihat dari fenomena berikut:
“Setelah semua dokumentasi dan persetujuan itu keluar, mereka [semua berkas kelengkapan/data tersebut] harusnya masuk ke SPK dulu, termasuk persetujuannya, di persetujuannya itu ada saran atau apa lah sekiranya yang menjadi concernnya kepala cabang secara komite, ... itu ada notenya, dan itu harus masuk di SPK. Kalo memang itu masih ada yang kurang dari yang commentnya komite itu, SPK berhak melakukan teguran, artinya dalam bentuk memo. [Memo tersebut] pada prinsipnya “Setelah semua dokumentasi dan persetujuan itu keluar, mereka [semua berkas kelengkapan/data tersebut] harusnya masuk ke SPK dulu, termasuk persetujuannya, di persetujuannya itu ada saran atau apa lah sekiranya yang menjadi concernnya kepala cabang secara komite, ... itu ada notenya, dan itu harus masuk di SPK. Kalo memang itu masih ada yang kurang dari yang commentnya komite itu, SPK berhak melakukan teguran, artinya dalam bentuk memo. [Memo tersebut] pada prinsipnya
Secara sekilas seolah terlihat adanya penindaklanjutan atas kekurangan yang disebutkan oleh SPK dalam memonya, namun sekali lagi keputusan disetujui atau tidaknya permohonan pembiayaan mudharabah tersebut ada di tangan komite yang terdiri dari MM, KC, AO dan PMS. Artinya warning atau peringatan yang disampaikan SPK dalam bentuk memo tersebut tidak mengikat, dan membuka peluang tetap dijalankannya pembiayaan yang diajukan calon nasabah tersebut ke tahapan selanjutnya oleh komite pembiayaan mudharabah BSX. Warning SPK sebagai pengawas tersebut hanyalah sebatas berita acara sehingga ia bisa saja diacuhkan para petugas atau komite pembiayaan. Noema tersebut memunculkan sebuah sikap ketidakpedulian pihak lain (baik komite pembiayaan maupun KC) dengan memo yang dikeluarkan SPK dalam perannya yang ia sudah jalan dengan totalitas. Walaupun demikian keadaannya, SPK tetap menjalankan perannya karena ia sadar walaupun memonya tidak dipedulikan, secara prosedural ia telah menjalankan apa yang menjadi tanggungjawabnya untuk mengawasi kesesuaian dan kepatuhan proses pembiayaan mudharabah yang ia pantau dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh kantor pusat.
d. Sikap Kejujuran Sikap kejujuran ini hadir tatkala SPK dengan begitu ketatnya dan polosnya menyampaikan temuan-temuannya dalam mengawasi proses pembiayaan mudharabah BSX kepada pihak-pihak yang secara prosedural harus menerima memo dari SPK. Ini sejalan dengan yang diungkapkan SPK berikut:
“Atau kondisi yang lain memang nasabahnya itu memang ndaworthygitu , makanya saya sendiri menganalisanya juga nda bagus. Itu bisa aja dilanggar, dan itu risikonya masih akan tetap di marketing, bukan di manajer operasional”
Sikap kejujuran ini sangat terlihat dalam tahapan persetujuan pembiayaan mudharabah di mana semua anggota komite pembiayaan akan melakukan rapat ringan terkait dengan permohonan pembiayaan dari calon nasabah. Di tahapan inilah kejujuran SPK dalam mereview data yang sudah dikumpulkan PMS dan AO terlihat di mana ia tetap memberikan opini tersendiri berdasarkan analisis yang ia lakukan sendiri (yang tentunya merujuk pada SOPnya selaku bawahan kantor pusat BSX).
e. Sikap Ketidakpercayaan Ketidakpercayaan dalam proses pembiayaan mudharabah ini ternyata masih ada dan seolah terus dipertahankan demi menjaga organisasi agar tidak mengalami kerugian. Salah satu tugas SPK dalam hal ini adalah memastikan bahwa risiko yang akan diperoleh bank syariah selaku pemberi pembiayaan tidak akan mengalami kegagalan dalam pembiayaannya, baik macet total maupun adanya tingkat kolektibiltas yang tinggi. Selain itu, keterlibatan SPK dalam tahapan proses pembiayaan mudharabah seolah menjadi trigger ketidakpercayaan tersebut kepada calon nasabah dengan dilakukannya review yang ketat dan berulang terhadap informasi dan data keuangan calon nasabah. Sikap ini terlihat dari penjelasan SPK berikut:
“Kalo [pembiayaan] di bawah itu [5 Milyar] masih boleh ditaksasi oleh cabang sendiri, tapi kan kembali walaupun itu [taksasinya dari pihak BSX sendiri] masih rentan, artinya, marketing bisa saja main- main di situ, makanya kepatuhan [SPK] harus tetap melihat lagi taksasinya marketing.”
Pernyataan tersebut menyampaikan sebuah sikap sekaligus nilai ketidakpercayaan dan kecurigaan SPK selaku pengawas kepatuhan dalam bank syariah dengan rekan kerjanya yang ada di kantor cabang. Sikap ketidakpercayaan ini sudah muncul sejak tahapan awal proses pembiayaan Pernyataan tersebut menyampaikan sebuah sikap sekaligus nilai ketidakpercayaan dan kecurigaan SPK selaku pengawas kepatuhan dalam bank syariah dengan rekan kerjanya yang ada di kantor cabang. Sikap ketidakpercayaan ini sudah muncul sejak tahapan awal proses pembiayaan
Walaupun unit analisis penelitian ini adalah organisasi yang (mengklaim) menjalankan kegiatannya berdasarkan prinsip dan nilai-nilai Islam, namun temuan atas penelitian ini menambah lagi temuan yang menyatakan bahwa masih adanya perilaku dan sikap yang tidak Islami (konvensional) dalam industri keuangan syariah (lihat Putriandini; 2011, Dwiyana; 2011, Suprayogi; 2006). Hal mengindikasikan adanya sebuah celah dan kebablasan arah perkembangan perekonomian Islam (yang diwakili industri keuangan syariah) menjadi terbawa arus pragmatisme dunia bisnis. Dari sinilah diperlukannya peran para ilmuwan muslim yang peduli dengan kondisi tersebut untuk menghidupkan kembali aturan Islam sebagai rujukan dalam berekonomi (termasuk akuntansinya), tanpa tercemari godaan pragmatisme kemapanan ekonomi konvensional sekarang.
Secara rutin para SPK BSX yang tersebar di seluruh nusantara melakukan pertemuan rutin di kantor pusat dan terkadang mereka melakukan penyamaan persepsi terkait fungsi mereka dan melakukan refreshment agar kinerja mereka (SPK) tetap asperfect as they can. Hal tersebut seperti proses dilakukannya proses overhaul dalam dunia mekanik agar kinerja mesin tetap dalam kondisi prima. Keprimaan kinerja para SPK tersebut dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya semakin mengental dan mengkristal ke arah sebuah peran hakiki dari divisi kepatuhan BSX yakni mesin pengawas dan komentator. Bahkan ada pernyataan informal yang disampaikan SPK bahwa pada bulan-bulan tertentu mereka lebih banyak disibukkan dengan training-training atau pelatihan yang berkaitan dengan pemutakhiran kinerja pelaksana kepatuhan. Bahkan tidak jarang mereka (para SPK) setelah dari event rutin tersebut semakin memantapkan mereka menjalankan fungsi pengawasan kepatuhannya pada semua aspek operasional bank syariah termasuk pada pembiayaan mudharabahnya. Berkaca pada agenda- Secara rutin para SPK BSX yang tersebar di seluruh nusantara melakukan pertemuan rutin di kantor pusat dan terkadang mereka melakukan penyamaan persepsi terkait fungsi mereka dan melakukan refreshment agar kinerja mereka (SPK) tetap asperfect as they can. Hal tersebut seperti proses dilakukannya proses overhaul dalam dunia mekanik agar kinerja mesin tetap dalam kondisi prima. Keprimaan kinerja para SPK tersebut dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya semakin mengental dan mengkristal ke arah sebuah peran hakiki dari divisi kepatuhan BSX yakni mesin pengawas dan komentator. Bahkan ada pernyataan informal yang disampaikan SPK bahwa pada bulan-bulan tertentu mereka lebih banyak disibukkan dengan training-training atau pelatihan yang berkaitan dengan pemutakhiran kinerja pelaksana kepatuhan. Bahkan tidak jarang mereka (para SPK) setelah dari event rutin tersebut semakin memantapkan mereka menjalankan fungsi pengawasan kepatuhannya pada semua aspek operasional bank syariah termasuk pada pembiayaan mudharabahnya. Berkaca pada agenda-
Mencermati masing-masing peran SPK seperti yang dijelaskan sebelumnya, secara sederhana bisa dirangkai sebuah peran integral divisi kepatuhan yang ada di BSX, yakni sebuah mesin yang berfungsi sebagai pengawas sekaligus komentator. Peran integral tersebut memiliki makna bahwa SPK layaknya seperti mesin pengawas yang dapat berkomentar dalam menjalankan pengawasan terhadap objeknya. Pengawasan yang dilakukan secara mekanik tersebut merupakan esensi dari peran SPK sebagai wacthdog. Anjing pengawas yang siap setiap saat menggongong terhadap setiap objek yang ada di hadapannya. Uniknya, mesin pengawas ini juga mempunyai kemampuan ekstra yaitu memproduksi suara/komentar atas hasil pengawasannya, sehingga jadilah peran integral SPK sebagai sebuah mesin pengawas dan komentator.
Melihat sikap-sikap yang menyertai pada peran SPK tersebut, secara garis besar bisa dibedakan menjadi 2 sikap utama, yakni sikap konvensional dan sikap yang sesuai dengan aturan syariah (Islam). Sikap konvensional merupakan tindakan-tindakan dan perilaku yang bersifat konsumeristik, individualistik, egoistik dan materialistik yang terkandung dalam suatu perbuatan, dengan fokus orientasinya adalah hal-hal yang bersifat duniawi semata. Adapun sikap syariah berisikan sifat-sifat yang hadir sebagai perwujudan suatu perbuatan yang mengacu/sesuai dengan aturan dan nilai-nilai Islam (Putriandini; 2011, 126).
Dalam pelaksanaan peran SPK ditemukan perpaduan 2 sikap yang berlawanan dan masih mendominasinya sikap konvensional yang hadir atas peran SPK dalam proses pembiayaan mudharabahnya. Sebagai contoh pada peran watchdog , peran ini melahirkan sikap kewaspadaan yang bertransformasi menjadi sikap kecurigaan yang cenderung mencerminkan sikap dengan cita rasa konvensional. Walaupun dalam ajaran Islam diperbolehkannya mempunyai sikap kewaspadaan, namun tidak sampai berlebihan seperti yang ada pada peran watchdog tersebut. Kewaspadaan yang muncul dalam peran ini sudah mengarah pada sikap kecurigaan, sehingga terminologi yang peneliti gunakan terhadap sikap Dalam pelaksanaan peran SPK ditemukan perpaduan 2 sikap yang berlawanan dan masih mendominasinya sikap konvensional yang hadir atas peran SPK dalam proses pembiayaan mudharabahnya. Sebagai contoh pada peran watchdog , peran ini melahirkan sikap kewaspadaan yang bertransformasi menjadi sikap kecurigaan yang cenderung mencerminkan sikap dengan cita rasa konvensional. Walaupun dalam ajaran Islam diperbolehkannya mempunyai sikap kewaspadaan, namun tidak sampai berlebihan seperti yang ada pada peran watchdog tersebut. Kewaspadaan yang muncul dalam peran ini sudah mengarah pada sikap kecurigaan, sehingga terminologi yang peneliti gunakan terhadap sikap
Pada peran mesin terdapat perpaduan antar sikap yang ada, namun sikap yang sesuai syariahlah yang sepertinya berusaha mendominasi dengan komposisi dua pertiga dari sikap yang hadir dalam peran tersebut. Sikap-sikap syariah tersebut adalah kepatuhan dan kejujuran. Memotret peran ini ternyata mengantarkan pada sebuah cerminan bagaimana pelaksanaan prinsip-prinsip Islam dijalankan dengan melihat sikap dan perilaku para aktor yang terlibat pada proses pembiayaan mudharabah BSX. Namun sayangnya, hanya ada satu sikap lainnya yang menjadi penetralisir kemurnian sikap-sikap Islami dalam peran mesin ini, yakni adanya sikap ketidakpedulian.
Berbeda dengan peran sang komentator yang peneliti temukan, dalam peran ini boleh dikatakan 100% cita rasa konvensional sangat kentara, karena semua sikap yang hadir murni sikap-sikap konvensional, yakni ketidakpercayaan dan ketidakpedulian. Sehingga secara keseluruhan, sikap-sikap konvensional selalu ada dalam peran SPK sebagai divisi kepatuhan pada pembiayaan mudharabah BSX.