Analisa Makro

4.1. Analisa Makro

Analisa makro ini diawali dengan melihat kondisi eksisting site yang terletak di jl. Brigadir Jenderal Slamet Riyadi, jl. Hasanudin, dan jl. Hasanudin 3, kelurahan Purwosari, dengan luas ±7.000 m2 yang berbatasan dengan jl. Hasanudin 3 di sebelah utara merupakan jalan kampung; jl. Hasanudin di sebelah timur merupakan jalan dua arah; jl. Brigadir Jenderal Slamet Riyadi di sebelah selatan merupakan jalan dua arah; dan pemukiman warga di sebelah barat. Site yang direncanakan untuk Solo Skatepark memiliki tiga potensi, yakni sebagai berikut.

1) Terletak pada RDTRK zona perdagangan dan jasa tunggal dengan peraturan zonasi sub BWP I, kawasan II kota Surakarta.

2) Terletak di persimpangan jalan sehingga memiliki aksesibilitas baik.

3) Terletak di jl. Brigadir Jenderal Slamet Riyadi yang merupakan jalan utama di kota Surakarta sehingga memiliki tingkat pencapaian tinggi.

4) Memiliki sarana dan infrastruktur yang baik.

4.1.1. Analisa Tampilan Bangunan

Dasar pertimbangan yang digunakan dalam menganalisa tampilan bangunan yaitu karakter yang ingin dimunculkan, dengan tujuan memperoleh tampilan yang dapat mencitrakan fungsi bangunan Solo Skatepark sebagai wadah untuk aktivitas olahraga skateboard.

Olahraga skateboard merupakan olahraga yang memiliki daya tarik atau atraktif. Atraktif di sini merupakan gerakan atraksi para skateboarder saat melakukan trik-trik skateboard. Terdapat dua hal yang menjadi inti dalam melakukan trik-trik skateboard, yaitu meluncur (skating) dan melompat (jumping).

Pertama , meluncur (skating), dianalogikan sebagai skateboarder yang sedang melaju menggunakan peralatan skateboard . Analogi tersebut ditransformasikan menjadi bentuk jajargenjang.

Gambar IV.1 metafora meluncur Sumber : Analisa Prasidha (2013)

Kedua , melompat (skating), dianalogikan sebagai skateboarder yang melakukan lompatan menggunakan peralatan skateboard. Teknik dalam melakukan lompatan dalam permainan skateboard yaitu dengan cara menekan (pop) salah satu bagian kemudian melakukan penggeseran (slide) kaki pada bagian papan. Analogi tersebut ditransformasikan menjadi bentuk bujur sangkar dengan salah satu titik pada bagian atas ditekan ke bawah.

Gambar IV.2 metafora melompat Sumber : Analisa Prasidha (2013)

4.1.2. Analisa Orientasi Bangunan

Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan yaitu eksisting di sekitar site dan kondisi view ke dalam site (pengamatan dilakukan pada ketinggian mata normal manusia), dengan tujuan memperoleh orientasi bangunan yang mampu menunjukkan fungsi bangunan Solo Skatepark. Berikut ini kondisi eksisting site dan view ke dalam site.

Gambar IV.3 Analisis view ke dalam site Sumber : Analisa Prasidha (2012)

4.1.3. Analisa Klimatologi

Terdapat tiga hal yang menjadi dasar pertimbangan, yaitu 1) Pergerakan sinar matahari; 2) Arah angin; dan 3) Bangunan eksisting di sekitar site, dengan

Gambar IV.4 Analisis garis edar matahari pukul 09.00-16.00 selama bulan Januari-Desember

Sumber : Analisa Prasidha (2012)

Berdasarkan gambar di atas, diperoleh dua gambaran klimatologi eksisting site, yakni sebagai berikut.

1) Area di dalam site tidak mendapatkan pembayangan terlalu banyak dari bangunan eksisting sekitar.

2) Hembusan angin di dalam site terjadi karena pengaruh lingkungan di sekitarnya, pergerakan angin lebih banyak dihasilkan dari mobilitas kendaraan bermotor pada bagian selatan dan bagian timur site. Pergerakan angin yang masuk ke dalam site tersebut bersifat buruk karena membawa polusi-polusi yang dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor.

4.1.4. Analisa Pencapaian

Dalam memperoleh kemudahan pencapaian ke dalam site dan kenyamanan sirkulasi di sekitar lingkungan site, terdapat tiga dasar pertimbangan yakni 1) kondisi dan potensi jalan di sekitar site; 2) nilai aksesibilitas atau kemudahan pencapaian yang tinggi, baik untuk berbagai jenis kendaraan maupun pejalan kaki pertimbangan untuk kemungkinan gangguan yang timbul terhadap lalu lintas dan lingkungan sekitar; dan 3) keamanan terhadap operasional.

Kondisi eksisting di sekitar site Solo Skatepark dapat dijabarkan sebagai berikut. Pertama, jl. Brigadir Jenderal Slamet Riyadi, jalan utama di kota Surakarta yang terletak di sebelah selatan site dan merupakan jalan dengan dua jalur, jalur utama selebar 14 meter dan 2 jalur lambat masing-masing selebar 4 meter, serta merupakan jalan dua arah. Kedua, jl. Hasanudin, jalan dua arah yang memiliki kelebaran jalan 8 meter dan terletak di sebelah timur site. Ketiga, jl. Hasanudin 3, jalan kampung yang memiliki kelebaran jalan 2,5 meter dan terletak

Pencapaian ke dalam site dibedakan menjadi dua, yaitu pencapaian kendaraan bermotor dan pencapaian pejalan kaki. Pencapaian kendaraan bermotor ke dalam site terpisah dengan jalur pejalan kaki untuk keamanan. Jalur pejalan kaki dibedakan menggunakan material perkerasan dan memiliki akses ke dalam site yang lebih luas.

Untuk memenuhi tuntutan pencapaian kendaraan bermotor, maka entrance dibagi menjadi dua, yaitu main entrance (ME) dan side entrance (SE). Pertama, ME, merupakan jalur sirkulasi utama ke dalam site bagi pengunjung, oleh karena itu ME diletakkan pada daerah yang eye catching sehingga dapat terlihat jelas oleh pengunjung. Kedua, SE, merupakan jalur ke dalam site bagi pengelola dan jalur keluar site bagi pengunjung dan pengelola.

4.1.5. Analisa Sirkulasi

Terdapat dua dasar pertimbangan dalam menganalisis sirkulasi dalam site yaitu kemudahan aksesbilitas pencapaian dari zona satu ke zona lainnya dan penyesuaian terhadap karakteristik pendekatan yang ingin ditampilkan.

Terdapat lima pola organisasi ruang yang dijabarkan pada tabel di bawah ini.

Tabel IV.1 Jenis pola organisasi ruang

Pola organisasi ruang

Deskripsi

Terpusat

Merupakan komposisi terpusat dan stabil yang terdiri dari sejumlah ruang sekunder, dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang dominan.

Linier

Terdiri dari sederetan ruang yang dapat berhubungan secara langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah.

Radial

Memadukan unsur-unsur baik organisasi terpusat maupun linier. Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan dimana sejumlah organisasi linier berkembang menurut arah jari-jarinya.

Cluster

Diorganisir terhadap suatu titik tempat masuk ke dalam bangunan atau sepanjang alur gerak yang melaluinya. Ruang-ruang dapat juga dikelompokkan berdasarkan luas daerah atau volume ruang.

Selain itu, penggunaan pola organisasi ruang yang digunakan harus melihat dan menyesuaikan aspek karakter pendekatan yang digunakan pada bangunan.

4.1.6. Analisa Zoning

Dasar pertimbangan penzoningan site yaitu hasil dari analisa makro (pengolahan tapak) yang disesuaikan dengan konsep tampilan bangunan yang ingin diterapkan, dengan tujuan memperoleh zona bangunan yang dijadikan sebagai pedoman peletakan ruang bangunan sesuai dengan aktivitasnya masing- masing.