Tinjauan arsitektur metafora

2.2. Tinjauan arsitektur metafora

2.2.1. Metafora dalam Arsitektur

Di dalam Webster’s Third New International Dictionary metafora didefin isikan secara tipikal sebagai “sebuah kiasan yang menggunakan sepatah kata atau frase yang mengacu kepada objek atau tindakan tertentu untuk menggantikan kata atau frase yang lain sehingga tersarankan suatu kemiripan atau analogi di antara keduanya (a figure of speech in which a word or a phrase denoting one kind of object or action is used in place of another to suggest a likeness or analogy between them )” (Budiman, 2011:87). Dikatakan tipikal karena pada umumnya teori-teori tentang

commit to user

metafora sejak dari Aristoteles sampai dengan teori semiotika yang lebih mutakhir masih berkutat pada konsep yang menjadi kata kunci di dalam definisi ini, yaitu kemiripan (likeness) atau analogi yang diperoleh dari sebuah perbandingan (comparison) atas dua hal yang berbeda (Budiman, 2011:87).

Penggunaan metafora sebagai jalur untuk kreativitas dalam arsitektur telah populer di kalangan arsitek. Penggunaan metafora telah ditemukan untuk menjadi jalur yang lebih berguna bagi pencipta daripada pengguna atau kritikus. Faktanya, metafora terbaik dan penggunaan terbaik penciptanya adalah ketika metafora tidak dapat dideteksi oleh pengguna maupun kritikus. Dalam hal ini metafora adalah “rahasia kecil” dari sang pencipta.

Dalam pengertian yang lebih luas, penggunaan metafora dapat berguna dan bermanfaat bagi pencipta apapun. Metafora memberikan kesempatan untuk melihat karya yang dipikirkan dalam perspektif berbeda, metafora akan memaksa sang pencipta untuk menyelidiki hal-hal baru sehingga memunculkan interpretasi baru, metafora akan mengirim pikiran ke sesuatu hal yang tidak diketahui sebelumnya. Akhirnya, metafora dapat sangat membantu untuk menghasilkan konsep baru substansial berkaitan dengan keaslian bangunan.

Menurut Anthony C. Antoniades dalam Poetic of Architecture: Theory Design (1990:30-31), arsitektur metafora dapat diidentifikasi ke dalam tiga kategori, yakni sebagai berikut.

commit to user

1) Metafora abstrak (intangible metaphor), dalam hal ini keberangkatan metafora untuk penciptaan adalah konsep, ide, kondisi manusia, atau kualitas tertentu (individualitas, kealamian, masyarakat, tradisi, budaya).

2) Metafora konkrit (tangible metaphor), dalam hal ini keberangkatan metafora berasal tegas dari beberapa karakter visual atau materi (rumah sebagai benteng, atap candi sebagai langit).

3) Metafora kombinasi (combined metaphor), dalam hal ini tumpang tindih konseptual dan visual sebagai bahan titik keberangkatan, dan visual adalah alasan untuk mendeteksi kebajikan, kualitas, dan dasar-dasar wadah visual tertentu (komputer, sarang lebah, keduanya sebagai “wadah” dengan proporsi yang relevan, namun memiliki kualitas disiplin, organisasi, kerjasama).

2.2.2. Contoh Desain Arsitektur Metafora

Di bawah ini merupakan contoh desain arsitektur metafora yang dibahas oleh Anthony C. Antoniades dalam Poetic of Architecture: Theory Design (1990:38-42). Terdapat empat contoh desain arsitektur metafora yang dijadikan preseden pada penelitian tugas akhir ini, yakni sebagai berikut.

1) Nakagin Tower – Kisho Kurokawa Bangunan tinggi di Tokyo menggunakan metafora dari burung merpati.

commit to user

Gambar II.25 Nakagin tower Sumber : http://www.archdaily.com/tag/nakagin-capsule-tower/ ; diunduh 29/11/2012

2) Kaleva Church – Reima Pietila Bentuk gereja Kaleva (dari Kalevala, epik rakyat Finlandia) karya Reima Pietila ini didasarkan pada bentuk ikan, dimana ikan merupakan lambang “early Christians ” yang dalam ejaan bahasa Yunani memiliki arti Yesus Kristus Anak Tuhan, juru selamat. Ikan juga merupakan tokoh penting Kalevala, dimana hewan tersebut menjaga dan memberi makan orang-orang Finlandia.

Gambar II.26 Kaleva church Sumber : https://ksamedia.osu.edu/media/36380 ; diunduh 29/11/2012

commit to user

Gambar II.27 Interior Kaleva church

Sumber : http://virtualsacredspace.blogspot.com/2010/04/reima-pietilas-kaleva-

church-tampere.html ; diunduh 29/11/2012

3) The Stockholm Public Library – Gunnard Asplund Sebuah bangunan perpustakaan yang melalui metafora dari tengkorak. Dimana penampang pada ruang perpustakaan utama awalnya dipahami sebagai penampang tengkorak sebagai rumah otak, “perpustakaan sebagai otak dari masyarakat”.

Gambar II.28 The Stockholm Public Library Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/File:Stockholm_public_library.jpg ; diunduh 29/11/2012

commit to user

4) The Berlin Philharmonic – Hans Scharoun Bangunan Berlin Philharmonic yang didesain oleh Hans Scharoun (1956-

63) ini berasal melalui visi metafora dimana ia telah mengenai kondisi nyata, bukit ditutupi dengan kebun anggur. Interior bangunan menjadi pengingat dari visioner landscape. Orang adalah buah anggur, sementara platform adalah lereng bukit, dan langit-langit adalah tenda. Landscape ini seperti “Pemandangan Langit.” Scharoun merupakan seorang utopian dan percaya pada sosialisme, sebagaimana dimaksud bangunan umum metaforis sebagai “kota mahkota” (stadtkrone) atau “ruang rakyat” (volkshaus).

Gambar II.29 Interior The Berlin Philharmonic Sumber : http://viewfromhere.typepad.com/the_view_from_here/2009/11/berlin- philharmonic-in-chicago-once-is-never-enough.html ; diunduh 29/11/2012