Validitas Data

F. Validitas Data

Validitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data, yaitu dengan mengumpulkan bukti bukti yang berasal dari sumber sumber dan dipergunakan untuk membangun justifikasi tema tema secara koheren. Tema tema yang dibangun berdasarkan sejumlah sumber data atau perspektif dari partisipan akan menambah validitas data penelitian (Creswell, 2010 : 286). Data yang valid sangat penting dalam penelitian dan akan sangat berpengaruh pada hasil akhir penelitian, Oleh karena itu dalam pengumpulan data, peneliti perlu melakukan validitas data agar data yang diperoleh tidak invalid. Selain itu pelaksanaan validitas data dilakukan dengan mengadakan cek lapangan atau observasi lapangan secara langsung, salah satunya adalah data penggunaan lahan.

Data penggunaan lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahun 2001 dan tahun 2012. Data penggunaan lahan diperoleh dari Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000 Tahun 2001 lembar 1408-334 Kartasura, yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Untuk memperoleh validitas data tahun 2012 dilakukan observasi lapangan dengan dibantu citra dari Google Earth tahun 2012. Data penggunaan lahan ini digunakan sebagai salah satu faktor dalam penentuan kualitas maupun kelayakan air tanah dangkal.

Gambar 13. Triangulasi Sumber Penggunaan Lahan

Peta RBI Skala 1 : 25000 Citra Dari Google Earth Tahun 2011

Observasi Lapangan

Moleong (2001: 103) menyatakan bahwa teknik analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data. Analisis data dilakukan dengan langkah

langkah sebagai berikut :

1. Mengetahui Arah Aliran Air Tanah Dangkal

Adapun dalam menentukan arah air tanah dangkal dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Pengukuran Kedalaman dan Elevasi Muka Air Tanah Dangkal.

Arah aliran air tanah dangkal dan kedudukannya terhadap sumber pencemar akan menentukan airtanah dangkal yang ada pada suatu daerah tercemar atau tidak, ini dikarenakan sebaran limbah cair akan mengikuti sistem aliran airtanah dangkal. Jika kedudukan sumber pencemar berada pada lokasi yang lebih tinggi dari lokasi sumur dan searah dengan aliran airtanah dangkal maka lokasi sumur yang lebih rendah akan mengalami pencemaran, karena air akan bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Untuk mengetahui arah aliran airtanah dangkal terlebih dahulu perlu mengetahui elevasi muka airtanah dangkal di daerah penelitian. Data elevasi muka airtanah dangkal diukur langsung di lapangan melalui sumur-sumur penduduk di daerah penelitian. Langkah langkah untuk mengetahui kedalaman dan elevasi muka airtanah dangkal maka dilakukan pengukuran pada sumur gali yaitu sebagai berikut :

a) Mengukur elevasi muka tanah di dekat sumur, dengan cara menaruh GPS di

atas bibir sumur sehingga ketinggian tempat dari permukaan air laut (dpal) dapat diketahui dari Global Possitioning System (GPS).

b) Mengukur ketinggian bibir sumur terhadap muka tanah dengan menggunakan

meteran.

c) Mengukur kedalaman permukaan air dari bibir sumur. Caranya adalah dengan

memakai tali yang dilengkapi dengan beban timbangan yang diulur sampai ke permukaan air tanah.

Gambar 14. Pengukuran Ketinggian Muka Air Tanah Dangkal (Sumber: Tood, 1989 : 96 dengan modifikasi)

Berdasarkan langkah-langkah pengukuran tersebut, maka elevasi muka airtanah dangkal dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan : t = Tinggi muka tanah (m. dpal)

d = Kedalaman muka air tanah dari puncak bangunan bibir sumur (m)

h = Ketinggian bangunan bibir sumur dari permukaan tanah (m)

2) Analisis Arah Aliran Air Tanah Dangkal. Arah aliran air tanah dangkal ditentukan dengan metode Three Point Problem . Dengan metode ini akan diperoleh hasil interpolasi peta kontur airtanah (equipotensial line) dan arah aliran airtanah (stream line) yang nantinya akan menjadi Peta Kontur Air Tanah Dangkal. Berdasarkan Peta Kontur Air Tanah Dangkal tersebut, maka dapat diperkirakan arah aliran air tanah dangkal. Sebagai penunjuk sudut arah digunakan metode bearing. Menurut Masrubi (1983: 62) bearing merupakan sudut yang digunakan untuk menunjukkan arah pengukuran dari arah utara atau selatan dengan arah perputaran jarum jam atau kebalikannya. Penentuan arah aliran air tanah dangkal dengan menggunakan metode Three Point Problem sebagai berikut:

Rumus Ketinggian muka air tanah = t (d h)

Bibir sumur

GPS

Gambar 15. Penentuan Arah Aliran dengan Metode Three Point Problem

(Sumber: Tood, 1980: 97dengan modifikasi)

Menurut Todd (1980: 97), metode ini menggunakan tiga buah sumur yang sudah diketahui ketinggian muka air tanahnya. Untuk menentukan arah aliran air tanah dengan menarik garis aliran tegak lurus garis kontur tersebut. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah menghitung kedalaman muka air tanah, kemudian data tinggi muka air tanah diplotkan ke dalam peta dasar. Setelah itu menghitung ketinggian muka air tanah dengan mengurangi tinggi tempat dari muka air laut dengan kedalaman muka air tanah, kemudian membuat peta kontur air tanah dengan metode interpolasi linier. Setelah peta kontur air tanah siap, dibuat arah aliran air tanah. Secara alami, aliran air tanah akan memotong tegak

lurus (90 0 ) kontur airtanah pada kondisi akuifer yang homogen dan isotropis karena pengaruh potensial gravitasi dan mempunyai arah aliran dari muka air tanah tinggi menuju muka air tanah yang lebih rendah.

2. Mengetahui Kualitas Air Tanah Dangkal

Kualitas air tanah secara fisik maupun kimia air diketahui melalui pengujian air yang dilakukan di Laboratorium Dinas kesehatan Surakarta dan

Arah aliran air tanah

Kontur Air Tanah

30,21 m Sumur 2

Sumur 3

31,5 m

31 m

90°

dengan Metode STORET berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Metode STORET merupakan salah satu metode yang umum digunakan untuk menentukan status mutu air dalam satu kawasan.

Prinsip yang mendasari metode STORET ini adalah perbandingan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukkannya guna menentukan status kualitas air (mutu air). Sedangkan cara untuk menentukan status air dengan metode STORET ini adalah menggunakan sistem

- EPA (Environmental Protection Agency air dalam empat kelas (terlihat pada Tabel 8). Tabel 8. Klasifikasi Penilaian

-EPA (Environmental Protection Agency )

Klasifikasi

Status

Mutu Air

Skor

Kelas A

Baik Sekali

Memenuhi Baku mutu 0 Kelas B

Baik

Cemar ringan

-1 s/d -10 Kelas C

Sedang

Cemar sedang

-11 s/d -30 Kelas D

Buruk

Cemar berat

Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 Dalam penentuan status kualitas air (mutu air) dengan metode STORET dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data kualitas air.

2. Membandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.

3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran < baku mutu) maka skor 0.

4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu) maka diberi skor sesuai Tabel 9.

Tabel 9. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status kualitas air (mutu air)

Jumlah Parameter

-18 Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003

5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.

Adapun senyawa fisik kualitas air meliputi Bau, Rasa, Suhu, Warna, TDS, sedangkan senyawa kimia kualitas air meliputi pH, Besi, Mangan, Nitrit, Fluorida, Khlorida, Kesadahan, Tembaga, Zat Organik, Sianida, Sulfat, Kadmium,

COD, BOD 5 , Minyak dan Lemak.

3. Mengetahui Kelayakan Air Tanah Dangkal untuk Air Minum

Analisis kelayakan kualitas air tanah dangkal dilakukan dengan mencocokkan hasil laboratorium dengan standar baku mutu untuk air minum dengan

PERMENKES RI NO:492/MENKES/PER/IV/2010 dan PP RI NO. 82 Tahun 2001 kelas I . Dari

hasil pencocokan tersebut akan diketahui apakah masing masing parameter masih berada di ambang batas yang diizinkan atau sudah melampaui dan masih layak atau tidak untuk dikonsumsi sebagai air minum.