ANJURAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SAYUR BAYAM JEPANG
1. Syarat Tumbuh Bayam Jepang
Iklim
a. Keadaan angin yang terlalu kencang dapat merusak tanaman bayam khususnya untuk bayam jepang yang sudah tinggi. Kencangnya angin
dapat merobohkan tanaman. b. Tanaman bayam jepang cocok ditanam di dataran tinggi maka curah
hujannya termasuk tinggi sebagai syarat pertumbuhannya. Curah hujannya bisa mencapai lebih dari 1.500 mmtahun.
c. Tanaman bayam jepang memerlukan cahaya matahari penuh. Kebutuhan akan sinar matahari untuk tanaman bayam jepang cukup besar. Pada
tempat yang terlindungi ternaungi, pertumbuhan bayam jepang menjadi kurus dan meninggi akibat kurang mendapat sinar matahari penuh.
d. Suhu udara yang sesuai untuk tanaman bayam jepang berkisar antara 16- 20 derajat C.
e. Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman bayam jepang antara 40- 60.
Media Tanam
a. Tanaman bayam jepang menghendaki tanah yang gembur dan subur. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman bayam jepang adalah yang kandungan
haranya terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
b. Tanaman bayam jepang termasuk peka terhadap pH tanah. Bila pH tanah di atas 7 alkalis, pertumbuhan daun-daun muda pucuk akan memucat
putih kekuning-kuningan klorosis. Sebaliknya pada pH di bawah 6 asam, pertumbuhan bayam akan merana akibat kekurangan beberapa
unsur. Sehingga pH tanah yang cocok adalah antara 6-7. c. Tanaman bayam jepang sangat reaktif dengan ketersediaan air di dalam
tanah. Bayam jepang termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhannnya. Bayam jepang yang kekurangan air akan
terlihat layu dan terganggu pertumbuhannya. Penanaman bayam dianjurkan pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau.
d. Kelerengan lahan untuk budidaya tanaman bayam adalah sekitar 15-45 derajat.
Ketinggian Tempat
Dataran tinggi merupakan tempat yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bayam. Ketinggian tempat yang baik yaitu ±2000 m dpl.
2. Komponen Teknologi Budidaya Anjuran di Daerah Penelitian
Komponen teknologi budidaya anjuran adalah teknologi yang disarankan kepada petani untuk meningkatkan usahatani bayam jepang, dalam hal ini :
pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit serta pemanenan.
Pembibitan Anjuran dalam teknologi dalam pembibitan adalah agar para petani
menggunakan benih bersertifikat dan bersegel karena akan terjamin
Universitas Sumatera Utara
kualitas dan keunggulannya. Sebelum ditanam benih direndam dalam air selama 12-24 jam agar pertumbuhan lebih maksimal
Persiapan Lahan Anjuran teknologi dalam persiapan lahan adalah lahan dibersihkan dari
lalang dan rumput-rumput. Dicangkul sedalam 30-40 cm dan dibalik agar tanah tercampur dengan baik. Pencangkolan dengan menggunakan traktor
dan kemudian menggunakan rotari. Pencangkulan dilakukan 1-2 minggu sebelum tanam. Setelah itu dibuat parit dengan lebar 25-30 cm dengan
kedalaman 30 cm. Selanjutnya dibuat bedengan yaitu ±1m, dengan jarak antara bedengan 15-20 m
Penanaman Anjuran teknologi dalam kegiatan penanaman sebagai berikut. Penanaman
dilakukan pada awal musim hujan atau awal musim kemarau. Dilakukan penyiraman ± 4 kali apabila musim kemarau atau matahari sangat terik.
Benih ditanam pada kedalaman 1-2 cm dengan jarak antar lubang ± 5-8 cm, lubang ditutup kembali tanpa ditekan agar mempermudah keluarnya
kecambah tanaman bayam jepang tersebut. Pemeliharaan
Anjuran teknologi dalam kegiatan pemeliharaan adalah benih yang ditanam diberi pupuk organik kotoran hewan, kompos, dan sisa-sisa
tanaman hijau serta pupuk anorganik yaitu NPK dan Rustica. Dosis pupuk untuk tanaman bayam jepang tiap hektarnya yaitu 59,2 ton pupuk
kandang, 2,07 ton NPK dan 0,416 Rustica
Universitas Sumatera Utara
Pupuk tersebut dicampur dan diberikan bersamaan dengan penanaman sebagai pupuk dasar. Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara
dibenamkan atau disiram Pengendalian Hama dan Penyakit
Anjuran dalam pengendalikan hama dan penyakit yaitu dengan Menggunakan pestisida antrocol dan proclaim dengan dosis untuk antrocol
yaitu 8,67 kg setiap Ha dan Proclaim yaitu 4 kg setiap hektarnya. Kemudian dilakukan peremajaan kembali tanaman dengan mencabut
tanaman yang terserang parah. Agar tanaman tidak terserang hama panyakit dilakukan pemupukan yang seimbang.
Pemanenan Pemanenan yang dianjurkan yaitu pada pagi atau sore hari dengan
mencabut seluruh bagian tanaman dan memilih tanaman yang sudah optimal. Umur panen adalah 35-40 hari. Panen pertama dilakukan mulai
umur 35 hari, kemudian panen berikutnya adalah 3-5 hari sekali http:shantybio.comBiologi_Taksonomi:Edible_Artikel_Tentang_Bayam. 2007
Uraian di atas terangkum pada tabel 5.1 berikut ini
Tabel 5.1 Paket Teknologi Budidaya Anjuran Sayur Bayam Jepang NO Teknologi Budidaya
Anjuran 1
Pembibitan
1. Benih bersertifikat 2. Benih bersegel
3. Benih direndam 12-24 jam dalam air sebelum taman
Universitas Sumatera Utara
2 Persiapan lahan
1. Lahan dicangkul sedalam 30 - 40 Cm dan dibersihkan dari lalang dan rumput-
rumput yang merugikan tanaman 2. Pencangkulan dilakukan 1
2 minggu sebelum tanam
3. Pembuatan bedengan ± 1m, jarak antara bedeng 15-20 Cm
4. Pembuatan parit dengan lebar 25 30
Cm dan kedalaman 30 Cm
3 Penanaman
1. Ditanam pada awal musim hujan dan awal musim kemarau
2. Penyiraman dilakukan ± 4 kali sehari bila matahari sangat terik
3. Benih disebar di atas bedengan yang sudah dipersiapkan
4. Benih ditanam pada kedalaman 1 2
Cm dengan jarak antara lubang ±5-8 cm.
Universitas Sumatera Utara
4 Pemeliharaan
1. Diberi pupuk organik kotoran hewan, kompos, dan sisa-sisa tanaman hijau
2. Diberi pupuk anorganik yaitu NPK dan Rustica
3. Dosis pupuk untuk tanaman bayam jepang tiap hektarnya yaitu 59,2 ton
pupuk kandang, 2,07 ton NPK dan 0,416 ton Rustica
4. Pupuk tersebut dicampur dan diberikan bersamaan dengan penanaman sebagai
pupuk dasar 5. Pemberian pupuk dapat dilakukan
dengan cara dibenamkan atau disiram
5 Pengendalian Hama
Penyakit
1. Menggunakan pestisida antrocol dan proclaim
2. Dosis untuk antrocol yaitu 8,67 Kg setiap Ha dan Proclaim yaitu 4 Kg
setiap hektarnya. 3. Peremajaan kembali tanaman dengan
mencabut tanaman yang terserang parah
4. Penggunaan pupuk yang berimbang
Universitas Sumatera Utara
6. Pemanenan