itu, penghematan jangka panjang secara tidak langsung cukup besar, karena dibutuhkan perawatan yang lebih sedikit, yang berarti daya guna lebih lama
sebagai akibat dari control kualitas yang lebih baik pada betonnya, dan pondasi yang lebih ringan dapat digunakan akibat berat kumulatif struktur atas yang lebih
kecil.
1.2 TUJUAN
Penulis ingin melihat sejauh mana panjang bentang yang mampu ditumpu oleh pelat dua arah beton prategang dan pelat dua arah beton bertulang biasa
secara perhitungan, analisis dan dengan data-data yang telah ditentukan. Sehingga diperoleh perbandingan luas bentang maksimum yang dapat ditumpu oleh pelat
dua arah beton prategang dan pelat dua arah beton bertulang dengan data-data yang telah ditentukan.
I.3 PEMBATASAN MASALAH
Adapun pembatasan masalah yang diambil untuk mempermudah penyelesaian adalah :
a. Pelat dua-arah ditumpu oleh balok di semua tepinya, dengan kekangan rotasi
yang dapat diabaikan tetapi pojok-pojoknya tetap dipertahankan tidak naik. b.
Perbandingan sisi panjang dengan sisi pendek lylx yang ditinjau adalah 1,2; 1,3; 1,4.
c. Tebal pelat h direncanakan 120 mm.
d. Mutu beton f’
c
yang digunakan adalah 35 Mpa.
e. Untuk beton bertulang digunakan mutu baja
f
y
= 400 Mpa, untuk beton pratekan digunakan sistem pascatarik dengan tendon 270-K 7
f
pu
= 1861,65 Mpa kawat dengan diameter 12,7 mm.
f. Pembebanan diambil dari Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Ruang
Pertemuan. g.
Tegangan dan lendutan yang dihitung adalah tersendiri pada masing-masing arah sesuai dengan referensi.
I.5 METODOLOGI PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah kajian literatur berdasarkan prinsip perencanaan pada beton prategang serta masukan-
masukan dari dosen pembimbing.
BAB II STUDI PUSTAKA
2.1 KONSEP-KONSEP DASAR PEMBERIAN PRATEGANG
Beton prategang pada dasarnya adalah beton di mana tegangan-tegangan internal dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa
sehingga tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban luar dilawan sampai suatu tingkat yang diinginkan. Pada batang beton bertulang, prategang
pada umumnya diberikan dengan menarik baja tulangannya. Kekuatan tarik beton polos hanyalah merupakan suatu fraksi saja dari
kekuatan tekannya dan masalah kurang sempurnanya kekuatan tarik ini ternyata menjadi faktor pendorong dalam pengembangan material komposit yang dikenal
sebagai “beton bertulang”. Timbulnya retak-retak awal pada beton bertulang yang disebabkan oleh
ketidakcocokan
non compatibility
dalam regangan-regangan baja dan beton barangkali merupakan titik awal dikembangkannya suatu material baru seperti
“beton prategang”. Penerapan tegangan tekan permanen pada suatu material seperti beton, yang kuat menahan tekanan tetapi lemah dalam menahan tarikan,
akan meningkatkan kekuatan tarik yang nyata dari material tersebut, sebab penerapan tegangan tarik yang berikutnya pertama-tama harus meniadakan
prategang tekanan. Dalam tahun 1904, Freyssinet mencoba memasukkan gaya- gaya yang bekerja secara permanen pada beton untuk melawan gaya-gaya elastik
yang ditimbulkan oleh beban dan gagasan ini kemudian telah dikembangkan dengan sebutan “prategang”.
2.2 MATERIAL UNTUK BETON PRATEGANG