Penggunaan Sari Wortel (daucus carota l.) Yang Dipekatkan Dalam Sediaan Krim Pelembab.

(1)

PENGGUNAAN SARI WORTEL (Daucus carota L.) YANG DIPEKATKAN DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB

Oleh:

MIMIL RATNAMILA NIM: 060804067

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGGUNAAN SARI WORTEL (Daucus carota L.) YANG DIPEKATKAN DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

MIMIL RATNAMILA NIM: 060804067

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN SARI WORTEL (Daucus carota L.) YANG DIPEKATKAN DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB

Oleh:

MIMIL RATNAMILA NIM: 060804067

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Februari 2011

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt NIP 196005111989022001 NIP 195807101986012001

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001

Pembimbing II, Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya,Apt. NIP 195107031977102001 NIP 130672239

Dekan Fakultas Farmasi,

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP. 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta shalawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda H.Dahlius dan ibunda Hj.Rohminalyati, kakak dan adik-adik saya Kak Ipit, Enda, Dian, Adin, bang Hary, nenek tercinta Hj.Syamsimar, dan Rico atas doa tulus dan dukungan moril maupun materil serta cinta dan kasih yang diberikan kepada penulis dalam menghantarkan penulis meraih cita-cita

Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. Dan Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. yang telah membimbing penulis dengan sabar sehingga selesainya penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang telah memberikan fasilitas kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan.

3. Bapak Drs. Wiryanto, M.Si., Apt. selaku penasehat akademik yang telah memberikan nasehat dan arahan kepada penulis serta seluruh staf pengajar Fakultas Farmasi USU atas ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan dan juga staf tata usaha yang telah memberikan bantuan administrasinya.


(5)

4. Ibu Dra. Saodah, M.Si., Apt. selaku kepala Laboratorium Farmasetika Dasar yang telah memberikan fasilitas kepada penulis selama melakukan penelitian.

5. Ibu Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt, ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt, dan Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt sebagai tim penguji yang sangat banyak memberikan masukan dan saran atas skripsi ini.

6. Teman baik penulis Jek, Fika, Cici, Siti, Cha, Kiki, Yola dan seluruh mahasiswa Farmasi stambuk 2006 serta kakak-kakak maupun adik-adik mahasiswa Farmasi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan motivasinya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam manyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Wassalam, Penulis


(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian terhadap sari wortel (Daucus carota L.) dalam dasar krim m/a (minyak/air) sebagai pelembab. Konsentrasi sari wortel yang digunakan adalah 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 10% dan blanko.

Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Tetapi hanya krim dengan konsentrasi sari wortel 2% dan 4% yang stabil atau tidak mengalami perubahan pada penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar. Sedangkan krim sari wortel dengan konsentrasi 6% mengalami perubahan warna dan bau pada penyimpanan 12 minggu, krim sari wortel dengan konsentrasi 8% mengalami perubahan warna dan bau pada penyimpanan 8 minggu, dan krim sari wortel dengan konsentrasi 10% mengalami perubahan warna dan bau pada penyimpanan 8 minggu. Sediaan krim mempunyai pH 5,5-6,4, sediaan krim yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari wortel yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.


(7)

ABSTRACT

A research has been done to the carrot extract (Daucus carota L.) in o/w (oil/water) cream base as natural moisturizer in cream preparations. The concentration of carrot extract used were 2%, 4%, 6%, 10%, and then they were compared with preparation containing 10% glycerine and blank preparation.

Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH determination, type of emulsion determination, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin using 12 volunteers.

The result of the homogeneity test shows that moisturizing cream preparation was homogenous. But only cream with carrot extract concentration of 2% and 4% are stable or no change in storage 1, 4, 8 and 12 weeks at room temperature. While the cream of carrot extract with a concentration of 6% experienced changes in color and smell in the storage of 12 weeks, cream of carrot extract with a concentration of 8% experienced changes in color and smell in the storage of 8 weeks, and cream of carrot extract with a concentration of 10% experienced changes in color and smell in the storage 8 weeks. Having a pH of 5,5 – 6,4 produced the cream is a type of emulsion o/w ( oil/water ), does not irritated skin and cause itching and does not cause rough skin. Result of testing the ability of reducing water evaporation from the skin showed that the higher concentration of carrot extract were added into the cream preparation the greater the ability of the cream to reduce the evaporation of water from the skin.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

KATA PENGANTAR ...iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Hipotesa ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...5

2.1. Tanaman wortel ...5

2.2. Kulit...7

2.3. Emulsi...11

2.4. Krim...12

2.5. Kosmetika pelembab...13


(9)

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 16

2.1. Alat-alat... 16

2.2. Bahan-bahan ... 16

2.3. Sukarelawan ... 16

2.4. Prosedur kerja ... 17

2.4.1. Pembuatan sari wortel ... 17

2.4.2. Formula dasar krim ... 17

2.4.3. Pembuatan sediaan krim ... 18

2.5. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 19

2.5.1. Uji homogenitas ... 19

2.5.2. Pengamatan Stabilitas Sediaan Setelah Selesai Dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 19

2.5.3. Penentuan pH sediaan ... 19

2.6. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 20

2.7. Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 20

2.8. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ...20

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

3.1. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 22

3.1.1. Uji homogenitas ... 22

3.1.2. Pengamatan Stabilitas Sediaan Setelah Selesai Dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 23

3.1.3. Penentuan pH sediaan ... 25

3.2. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 27

3.3. Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 28 3.4. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi


(10)

Penguapan Air Dari Kulit ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

4.1. Kesimpulan ... 33

4.2. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Formula Sediaan Krim ...18 Tabel 2. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat

Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 23 Tabel 3. Data Pengukuran pH Sediaan ... 25 Tabel 4. Data Pengukuran pH Sediaan Setelah Penyimpanan Selama 12 minggu...26 Tabel 5. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 27 Tabel 6. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 28 Tabel 7. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ... 30


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Formula sediaan krim ... 36

Gambar 2. Wortel .. ... 36

Gambar 3. Uji tipe emulsi ...37

Gambar 4. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu...37

Gambar 5. Alat freezee dryer...38

Gambar 6. pH meter...38

Gambar 7. Rangkaian alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit ... 39


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar sediaan formula krim dari wortel ...36

Lampiran 2. Gambar wortel ... 36

Lampiran 3. Gambar uji tipe emulsi ...37

Lampiran 4. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu...37

Lampiran 5. Gambar alat yang digunakan...38

Lampiran 6. Gambar rangkaian alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit ... 39

Lampiran 7. Perhitungan ... 40

Lampiran 8. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan I ... 41

Lampiran 9. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan II ... 41

Lampiran 10. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan III ... 41

Lampiran 11. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan IV ... 42

Lampiran 12. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan V ... 42

Lampiran 13. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan VI ... 42

Lampiran 14. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan VII ... 43

Lampiran 15. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan VIII ... 43

Lampiran 16. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan IX ... 43

Lampiran 17. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan X ... 44


(14)

Lampiran 18. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan XI ... 44 Lampiran 19. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan XII ... 44


(15)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian terhadap sari wortel (Daucus carota L.) dalam dasar krim m/a (minyak/air) sebagai pelembab. Konsentrasi sari wortel yang digunakan adalah 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 10% dan blanko.

Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Tetapi hanya krim dengan konsentrasi sari wortel 2% dan 4% yang stabil atau tidak mengalami perubahan pada penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar. Sedangkan krim sari wortel dengan konsentrasi 6% mengalami perubahan warna dan bau pada penyimpanan 12 minggu, krim sari wortel dengan konsentrasi 8% mengalami perubahan warna dan bau pada penyimpanan 8 minggu, dan krim sari wortel dengan konsentrasi 10% mengalami perubahan warna dan bau pada penyimpanan 8 minggu. Sediaan krim mempunyai pH 5,5-6,4, sediaan krim yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari wortel yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.


(16)

ABSTRACT

A research has been done to the carrot extract (Daucus carota L.) in o/w (oil/water) cream base as natural moisturizer in cream preparations. The concentration of carrot extract used were 2%, 4%, 6%, 10%, and then they were compared with preparation containing 10% glycerine and blank preparation.

Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH determination, type of emulsion determination, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin using 12 volunteers.

The result of the homogeneity test shows that moisturizing cream preparation was homogenous. But only cream with carrot extract concentration of 2% and 4% are stable or no change in storage 1, 4, 8 and 12 weeks at room temperature. While the cream of carrot extract with a concentration of 6% experienced changes in color and smell in the storage of 12 weeks, cream of carrot extract with a concentration of 8% experienced changes in color and smell in the storage of 8 weeks, and cream of carrot extract with a concentration of 10% experienced changes in color and smell in the storage 8 weeks. Having a pH of 5,5 – 6,4 produced the cream is a type of emulsion o/w ( oil/water ), does not irritated skin and cause itching and does not cause rough skin. Result of testing the ability of reducing water evaporation from the skin showed that the higher concentration of carrot extract were added into the cream preparation the greater the ability of the cream to reduce the evaporation of water from the skin.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Kosmetika sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala. Di Mesir, 3500 tahun sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya tanah liat, lumpur, arang, air, embun, pasir atau sinar matahari. Penggunaan susu, akar, daun, kulit pohon, rempah, minyak bumi, minyak hewan, madu dan lainnya sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat saat itu. Hal ini dapat diketahui melalui naskah-naskah kuno yang ditulis dalam papirus atau dipahat pada dinding piramid (Wasitaatmadja, 1997).

Tidak dapat disangkal lagi bahwa produk kosmetik sangat diperlukan oleh manusia, baik laki-laki maupun perempuan, sejak lahir hingga saat meninggalkan dunia ini. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan diseluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kulit merupakan organ pertama yang terkena polusi oleh zat-zat yang terdapat di lingkungan hidup kita. Berbagai faktor baik dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit, misalnya: udara kering, kelembaban udara yang rendah, sinar matahari, usia, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh. Karena faktor-faktor tersebut dapat terjadi penguapan yang berlebihan pada epidermis kulit sehingga menyebabkan kulit kering (Wasitaatmadja, 1997).


(18)

Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering.

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit.

Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:

1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin, asam stearat, fatty alcohols, setil alcohols, lauril alcohol, propilen glikol, wax esters lanolin, beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol.

2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit. Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, dan beberapa vitamin.

3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik yang menyerap air.

4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari yang mengeringkan kulit (Wasitaatmadja, 1997).


(19)

Berbagai bahan alami seperti bengkoang, alpukat, dan mentimun telah banyak digunakan dalam formulasi produk-produk kecantikan seperti masker, pelembab, body lotion, dan sebagainya.

Wortel atau carrots (Daucus carota L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak terdapat di Indonesia. Bagian utama yang dikonsumsi masyarakat dari wortel adalah umbinya yang dapat dilalap mentah atau di masak. Disamping itu wortel dapat bermanfaat menyembuhkan beberapa jenis penyakit dan juga digunakan untuk kesehatan kulit (Rukmana,R., 1995).

Wortel mengandung gula alami, beta karoten, vitamin A, B kompleks, C, D, E, K, antioksidan dan fitokimia. Kandungan gula alami pada wortel dapat di gunakan sebagai pelembab kulit. Dan dengan adanya vitamin-vitamin pada wortel berfungsi sebagai penyokong sehingga kemampuan melembabkan kulit dari wortel lebih besar lagi. Dengan alasan ini penulis meneliti pengaruh dari wortel dalam krim pelembab (Rukmana,R., 1995).

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah sari wortel dapat diformulasikan ke dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Apakah sari wortel mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.

1.3 Hipotesis

1. Sari wortel dapat diformulasikan kedalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.


(20)

2. Sari wortel mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah sari wortel dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Untuk mengetahui kemampuan sari wortel mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.

1.5Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan hasil guna dari wortel. 2. Penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah jenis pelembab alami.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Wortel 2.1.1 Wortel (Daucus carota L.)

Wortel atau carrots (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim sedang. Menurut sejarahnya, tanaman wortel berasal dari Asia Timur dan Asia Tengah. Tanaman ini ditemukan tumbuh liar sekitar 6500 tahun yang lalu (Rukmana,R., 1995).

Pada awalnya budidaya wortel terjadi di daerah sekitar laut tengah. Lambat laun budidaya wortel menyebar luas ke daerah Asia, Eropa, Afrika dan seluruh dunia yang telah terkenal dengan daerah pertaniannya. Tidak hanya di negara beriklim sedang saja, penanaman wortel menyebar juga ke negara-negara beriklim panas termasuk di Indonesia. Walaupun pada awalnya hanya di tanam di daerah Lembang dan Cipanas (Jawa Barat). Namun, dalam perkembangannya menyebar ke daerah-daerah sentra sayuran di Jawa dan luar Jawa (Rukmana,R., 1995).

Wortel termasuk sayur-sayuran yang paling luas dikenal manusia. Manusia mulai mengkonsumsi wortel setelah mengetahui beberapa manfaat kesehatan yang terkandung di dalamnya. Konon, orang-orang Yunani dan Romawi yang pertama kali mempublikasikan manfaat wortel ini. Dan informasi mengenai manfaat wortel ini didapat dalam buku-buku mereka yang telah ditulis sejak 230 tahun sebelum masehi (Sunanto, 2002).


(22)

Wortel termasuk tanaman tak berkayu, hidup semusim, tinggi mencapai 1 meter, dapat hidup dengan baik di daerah dingin, atau dataran tinggi. Batangnya pendek, basah, merupakan sekumpulan tangkai daun yang keluar dari ujung umbi bagian atas. Daun majemuk, tangkai melebar, ujung meruncing, pangkal berlekuk. Bunga membentuk seperti payung, memiliki mahkota berbentuk bintang, berwarna putih. Biji kecil, bulat, lonjong, warna putih. Akarnya akar tunggang menjadi besar berbentuk umbi, berdaging, warna kuning kemerahan (Sunanto, 2002).

Wortel lebih dikenal sebagai tanaman sayuran, tetapi juga bermanfaat sebagai tanaman berkhasiat obat yang dapat digunakan untuk mengobati beberapa jenis penyakit, tidak hanya itu wortel juga dapat di gunakan untuk kecantikan (Sunanto, 2002).

2.1.2 Taksonomi wortel (Daucus Carota L.)

Menurut Rukmana,R (1995) dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Apiales

Famili : Apiaceae Genus : Daucus


(23)

2.1.3 Kandungan wortel (Daucus Carota L.)

Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa tanaman wortel memiliki kandungan senyawa aktif, yaitu: protein, karbohidrat, lemak, serat, gula alamiah, pektin, glutatin, asparaginin, beta karoten, geraniol, flavonoida, pinena, dan limonena. Wortel ini juga kaya akan vitamin A, B kompleks, C, D, E, K, dan antioksidan (Sunanto, 2002).

2.2 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh. (Djuanda,A., 2007).

2.2.1 Fungsi kulit

Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai berikut:

− Fungsi proteksi.

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis. Misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan; gangguan yang bersifat panas, misalnya sengatan matahari; gangguan infeksi luar terutama kuman atau bakteri maupun jamur.


(24)

− Fungsi adsorpsi (penyerapan)

Kemampuan adsorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, dan kelembaban kulit. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar,tetapi penyerapan lebih banyak terjadi melalui sel-sel epidermis dari pada yang melalui muara kelenjar.

− Fungsi ekskresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa keringat.

− Fungsi persepsi

Kulit terdiri dari sistem syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar, seperti dingin, panas, sentuhan, dan tekanan. Oleh karena itu, kulit segera memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem syaraf tersebut. − Fungsi pengaturan suhu tubuh

Disebut memiliki fungsi pengatur suhu tubuh, karena adanya kelenjar keringat dan pembuluh darah kulit. Jika udara sedang panas, keringat akan keluar dan menguap. Akibatnya, panas tubuh terserap sehingga udara terasa sejuk. Sebaliknya jika udara dingin, pembuluh darah menguncup agar panas tubuh tidak banyak keluar atau tertahan, sehingga tubuh secara otomatis bisa mengatasi persoalan udara dingin (Djuanda,A., 2007).

2.2.2 Struktur Kulit

Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda. Ketiga lapisan tersebut yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan hipodermis (subkutan).


(25)

a. Lapisan Epidermis (kutikel)

Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiri dari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu:

− Lapisan tanduk (stratum korneum)

Adalah lapisan yang paling luar dan terdiri dari beberapa sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).

− Lapisan rintangan (stratum lusidum)

Terdapat dibawah lapisan tanduk, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak jelas di telapak tangan dan kaki. − Lapisan butir (stratum granulosum)

Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya.

− Lapisan tajuk (stratum spinosum)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.

− Lapisan tunas (stratum basale)

Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada pembatasan demo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan tuna juga termasuk sel-sel yang disebut melanocytes, yaitu sel-sel yang memproduksi pigmen melanin.


(26)

b. Lapisan Dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:

1.Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

2.Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen elastis dan retikulin.

c. Lapisan Subkutan

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Djuanda,A., 2007).

2.2.3 Jenis Kulit

Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian : 1. Kulit Normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.


(27)

2. Kulit Berminyak

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit Kering

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihatnya kerutan (Wasitaatmadja, 1997).

2.3 Emulsi

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi dapat di stabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase

intern adalah air dan fase extern adalah minyak (Anief, 2004).

Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air


(28)

dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985). Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voight,1995 adalah:

1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit 2. Memberi efek dingin terhadap kulit 3. Tidak menyumbat pori-pori kulit 4. Bersifat lembut

5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit.

2.4 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979).


(29)

Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti

Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman, 1994).

Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin, propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w untuk mengurangi peguapan air dari permukaan basis (Voigt, 1995).

2.5 Kosmetika Pelembab

Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan


(30)

non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

2.6 Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab

Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).

a. Emolien

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.

b. Zat sawar

Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat. c. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang berfungsi sebagai pelembab kulit. Berbagai macam humektan digunakan dalam kosmetik termasuk alkohol polihidrat seperti gliserin, propilen glikol, dan sorbitol. Humektan memainkan peran penting dalam kosmetik, yaitu untuk mempertahankan kadar air pada kulit dan

d. Zat pengemulsi

mampu menarik air dari udara serta menahan air agar tidak menguap (Mitsui.T., 1997).

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).

e. Pengawet

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat


(31)

bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997). f. Parfum

Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum menambah daya tarik dari konsumen untk memilih produk yang ditawarkan produsen (Lachman, 1994).


(32)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat-Alat yang Digunakan

Neraca listrik, pH meter, mikroskop, freezee dryer, juicer, lumpang porselen, stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air, batang pengaduk, spatel, pot plastik, selotip transparan.

3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan

Asam stearat, natrium tetra borat, TEA, metil paraben, natrium meta bisulfit, gliserin, silika gel, sari wortel, air suling, parfum oleum rose, metil biru, larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01).

3.3 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12 orang dengan kriteria sebagai berikut:

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-25 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan (Ditjen POM, 1985).


(33)

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pembuatan Sari Wortel

Buah wortel segar seberat 2 kg dicuci bersih, kemudian di juice,di dapat sari wortel seberat 1,08 kg yang kedalamnya di tambahkan Natrium metabisulfit 1,08 g, di freezee dryer selama 24 jam pada suhu -40o

A. Formula dasar krim (Formularium Indonesia, tahun 1979)

dengan tekanan 2 atm.

Formula Dasar Krim

R/ Asam stearat 142

Gliserin 100

Natrium tetraborat 2,5

Trietanolamin 10

Air suling ad 1000 Nipagin secukupnya.

B. Formula yang dibuat

R/ Asam stearat 56,8 Natrium tetraborat 1

Trietanolamin 4

Sari wortel qs

Nipagin 0,4


(34)

3.4.3 Cara Pembuatan krim A. Cara Pembuatan Dasar krim

Asam stearat 56,8 g dilebur di dalam cawan penguap (massa I). TEA 4 g, Natrium tetra borat 1 g dan nipagin 0,4 g dilarutkan dalam air panas (massa II). Massa I dicampur dengan massa II di dalam lumpang panas, digerus sampai terbentuk massa krim. Kemudian tambahkan 2 tetes oleum rose sebagai pewangi, gerus sampai homogen.

Kemudian timbang dasar krim dan sari wortel seperti pada tabel:

Tabel 1. Formula sediaan krim

No Formula Wortel (g) Gliserin (g) Dasar krim (g)

1 A - - 50

2 B 1 - 49

3 C 2 - 48

4 D 3 - 47

5 E 4 - 46

6 F 5 - 45

7 G - 5 45

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa gliserin) Formula B : Konsentrasi sari wortel 2%

Formula C : Konsentrasi sari wortel 4% Formula D : Konsentrasi sari wortel 6% Formula E : Konsentrasi sari wortel 8% Formula F : Konsentrasi sari wortel 10%


(35)

Formula G : Formula krim yang mengandung gliserin 10% (sebagai pembanding)

B. Cara Pembuatan Sediaan Krim dengan Zat Aktif

Sampel di gerus dalam lumpang, ditambahkan dasar krim sedikit demi sedikit sambil di gerus sampai sampel tercampur rata dengan dasar krim.

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Cara:

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.5.2 Pengamatan Stabilitas Sedíaan

Cara:

Masing-masing formula sedíaan dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml, ditutup bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sedíaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada temperatur kamar, bagian yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi, perpisahan fase, perubahan warna dan bau dari sedíaan.

3.5.3 Penentuan pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Cara:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat


(36)

menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.6 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

Cara :

Sejumlah tertentu sediaan diletakkan diatas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan diamati dibawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen POM, 1985).

3.7 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara: kosmetika sebanyak 500 mg dioleskan dibelakang telinga dengan diameter 3 cm, kemudian biarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa iritasi pada kulit, gatal dan pengkasaran (Wasitaatmadja, 1997).

3.8 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air dari Kulit

Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm yang dirangkai.


(37)

Cara :

Sediaan ditimbang sebanyak 1 g. Pada bagian lengan bawah sukarelawan diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan diameter tutup pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan, kemudiaan diletakkan pada desikator. Pada wadah plastik yang belum dilubangi ditimbang 10 g silika gel. Wadah silika gel tersebut diselubungi dengan kain kasa sehingga silika gel tersebut tidak jatuh meskipun wadah silika dibalikkan. Wadah plastik yang lain dilubangi, kemudian wadah plastik disatukan dengan menggunakan isolatip transparan, wadah yang berlubang berada pada bagian bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi sediaan. Agar wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka digunakan isolatif transparan yang ditempelkan sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan menempel selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan pembanding yaitu sediaan yang menggunakan gliserin , dan blanko sebagai kontrol pengujian tanpa diolesi sediaan.


(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Freezee dryer

Hasil freezee dryer yang di peroleh yaitu sari wortel yang menyerupai ekstrak kental sebanyak 58,6 g.

4.2. Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.2.1. Homogenitas Sedíaan

Dari percobaan yang dilakukan pada sedíaan krim pelembab tidak diperoleh butiran-butiran, maka sedíaan krim pelembab dikatakan homogen. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap sedíaan pembanding yaitu formula A dan G, hasil yang diperoleh juga menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas.


(39)

4.2.2. Stabilitas Sediaan

Tabel 2. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan

Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 mingguss

No Formula

Pengamatan setelah Selesai

dibuat

1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu

x Y z x Y Z X y z x y z x y z 1 A - - - - 2 B - - - - 3 C - - - - 4 D - - - √ √ - 5 E - - - √ √ - √ √ - 6 F - - - √ √ - √ √ - 7 G - - - -

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa gliserin) Formula B : Konsentrasi sari wortel 2%

Formula C : Konsentrasi sari wortel 4% Formula D : Konsentrasi sari wortel 6% Formula E : Konsentrasi sari wortel 8%

Formula F : Konsentrasi sari wortel 10%

Formula G : Formula krim yang mengandung gliserin 10% (sebagai pembanding)


(40)

y : Perubahan bau z : Pecahnya emulsi

- : Tidak ada perubahan √ : Terjadi perubahan

Menurut Ansel (1989) suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik, apabila pada penyimpanan terjadi “up ward creaming” yaitu pembentukan massa krim keatas yang disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih kecil dari pada berat jenis fase pendispersi, sebaliknya “down ward creaming” yaitu pembentukan massa krim ke bawah, hal ini disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih besar dari pada fase pendispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau.

Dari data di atas di dapat hasil pada sediaan krim blanko, gliserin 10%,dan krim sari wortel konsentrasi 2% dan 4% stabil pada penyimpanan selama 12 minggu, sedangkan pada sediaan krim sari wortel pada konsentrasi 6% mengalami perubahan warna dan bau pada penyimpanan 12 minggu, krim sari wortel konsentrasi 8% dan krim sari wotel dengan konsentrasi 10% mengalami perubahan warna dan bau pada penyimpanan 8 minggu, hal ini disebabkan oleh karena wortel mengandung beta karoten yang mudah teroksidasi. Perubahan yang terjadi adalah perubahan warna krim yang hanya kelihatan pada wadah bagian atas dan bagian terluar dari wadah saja. Kemungkinan ini terjadi karena sediaan krim di simpan pada wadah yang transparan sehingga terjadi oksidasi langsung karena terkena cahaya. Bau sediaan berubah mnejadi seperti bau alkohol bukan


(41)

bau busuk, hal ini kemungkinan karena pengawet yang digunakan kurang sehingga perlu ditambahkan pengawet dengan konsentrasi yang lebih banyak lagi.

4.2.3. pH Sedíaan

pH sedíaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3. Data Pengukuran pH Sediaan pada saat selesai di buat

No Formula pH

I II III Rata-rata

1 A 6,2 6,4 6,4 6,33

2 B 6,1 6,3 6,3 6,23

3 C 5,7 5,9 6,0 5,87

4 D 5,5 5,9 6,0 5,80

5 E 5,7 5,9 6,0 5,87

6 F 5,5 5,7 5,8 5,67


(42)

Tabel 4. Data Pengukuran pH Sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa gliserin) Formula B : Konsentrasi sari wortel 2%

Formula C : Konsentrasi sari wortel 4% Formula D : Konsentrasi sari wortel 6% Formula E : Konsentrasi sari wortel 8% Formula F : Konsentrasi sari wortel 10%

Formula G : Formula krim yang mengandung gliserin 10% (sebagai pembanding)

Hasil penentuan pH sediaan pada saat sediaan selesai di buat, didapatkan bahwa pH dari formula A: 6,33 ; formula B: 6,23 ; formula C: 5,87 ; formula D: 5,80 ; formula E: 5,87 ; formula F: 5,67 ; formula G : 6,33.

Hasil penentuan pH sediaan setelah penyimpanan 12 minggu, , didapatkan bahwa pH dari formula A: 6,33 ; formula B: 6,23 ; formula C: 5,87 ; formula D: 5,80 ; formula E: 5,87 ; formula F: 5,67 ; formula G : 6,33.

No Formula pH

I II III Rata-rata

1 A 6,4 6,2 6,4 6,33

2 B 6,1 6,3 6,3 6,23

3 C 5,7 5,9 6,0 5,87

4 D 5,9 5,7 5,8 5,80

5 E 6,0 5,8 5,8 5,87

6 F 5,8 5,5 5,7 5,67


(43)

Dimana pH sediaan ini sesuai untuk pH kulit (4,5-7,0) sehingga aman digunakan dan tidak menyebabkan iritasi.

4.2.4. Tipe Emulsi Sediaan

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan menggunakan biru metil adalah:

Tabel 5. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan

Ya Tidak

1 A √ -

2 B √ -

3 C √ -

4 D √ -

5 E √ -

6 F √ -

7 G √ -

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa gliserin) Formula B : Konsentrasi sari wortel 2%

Formula C : Konsentrasi sari wortel 4% Formula D : Konsentrasi sari wortel 6% Formula E : Konsentrasi sari wortel 8%

Formula F : Konsentrasi sari wortel 10%

Formula G : Formula krim yang mengandung gliserin 10% (sebagai pembanding)


(44)

Menurut Ditjen POM (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat dilakukan dengan menggunakan biru metil, jika biru metil terlarut bila diaduk maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.

Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel 4 diatas, formula krim dengan konsentrasi sari wortel 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, gliserin 10% dan blanko menunjukkan biru metil dapat larut dalam krim tersebut. Dengan demikian larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi m/a.

4.2.5. Data Uji Daya Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan Tabel 6. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

N o

Pernyataa n

Sukarelawan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII 1 Iritasi

pada kulit

- - - -

2 Gatal pada kulit

- - - -

3 Kulit menjadi

kasar

- - - -

Keterangan :

+ : Terjadi iritasi - : Tidak terjadi iritasi


(45)

Menurut Wasitaatmadja (1997), uji kulit yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika dibagian bawah lengan atau dibelakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel diatas, ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa iritasi, gatal atau pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.

4.2.6. Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit

Pengujian dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan yang berusia 20-25 tahun yang berjenis kelamin perempuan, data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari

Kulit


(46)

Formula

A B C D E F G

1 I 10,00% 13,33% 20,00% 26,67% 36,67% 46,67% 46,67% 2 II 5,26% 10,53% 23,68% 28,95% 39,47% 44,74% 47,37% 3 III 7,69% 12,82% 23,08% 30,77% 35,90% 46,15% 46,15% 4 IV 7,32% 12,19% 21,95% 26,83% 36,58% 43,90% 46,34% 5 V 9,76% 14,63% 21,95% 29,27% 39,02% 46,34% 41,46% 6 VI 7,50% 12,50% 22,50% 32,50% 37,50% 45,00% 45,00% 7 VII 5,40% 13,51% 24,32% 32,43% 37,84% 45,95% 45,95% 8 VIII 7,14% 14,29% 21,43% 28,57% 38,09% 45,24% 45,24% 9 IX 5,56% 13,89% 25,00% 33,33% 38,89% 44,44% 47,22% 10 X 5,71% 14,29% 22,86% 28,57% 34,29% 45,71% 45,71% 11 XI 8,11% 13,51% 21,62% 29,73% 35,13% 43,24% 43,24% 12 XII 6,25% 12,50% 21,87% 28,12% 34,37% 43,75% 43,75%

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa gliserin) Formula B : Konsentrasi sari wortel 2%

Formula C : Konsentrasi sari wortel 4% Formula D : Konsentrasi sari wortel 6% Formula E : Konsentrasi sari wortel 8%

Formula F : Konsentrasi sari wortel 10%

Formula G : Formula krim yang mengandung gliserin 10% (sebagai pembanding)

Dari data diatas dapat dilihat bahwa krim sari wortel dengan konsentrasi 2% mampu mengurangi penguapan air dari kulit, sebesar 10,53% sampai 14,63%,


(47)

untuk konsentrasi 4% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 20,00% sampai 25,00%, untuk konsentrasi 6% mampu mengurangi penguapan air sebesar 26,67% sampai 33,33% sedangkan untuk konsentrasi 8% mampu mengurangi peguapan air dari kulit sebesar 34,37% sampai 39,47%, untuk konsentrasi 10% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 43,24% sampai 46,34%. Pengukuran ini dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin konsentrasi 10% dan blanko. Dimana sediaan dengan penambahan gliserin konsentrasi 10% sudah mampu mengurangi penguapan air sebesar 41,46% hingga 47,37% sedangkan blanko hanya mampu mengurangi penguapan air sebesar 5,26% hingga 10,00%

Dari data yang diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari wortel yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit.

Dari data dapat diketahui bahwa penguapan air dari kulit antara krim sari wortel konsentrasi 10% dengan krim gliserin konsentrasi 10% yaitu pada 8 sukarelawan memberikan hasil yang sama , pada 3 sukarelawan memberikan hasil bahwa krim gliserin konsentrasi 10% lebih bagus dari pada krim sari wortel 10%, dan pada 1 sukarelawan memberikan hasil bahwa krim sari wortel konsentrasi 10% lebih bagus dari pada krim gliserin konsentrasi 10%. Perbedaan nilai persentase dari tiap sukarelawan ini di sebabkan oleh perbedaan cuaca pada saat pengujian, dan tiap individu menghasilkan keringat yang tidak sama banyaknya karena tiap sukarelawan melakukan aktivitas yang berbeda-beda sehingga hasil uji dari tiap sukarelawan juga berbeda-beda.


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan


(49)

1. Sari wortel ( Daucus carota L) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya homogen, tapi pada sediaan sari wortel konsentrasi 6% setelah penyimpanan selama 12 minggu terjadi perubahan warna dan bau, pada sediaan sari wortel konsentrasi 8% setelah penyimpanan selama 8 minggu terjadi perubahan warna dan bau, dan pada sediaan sari wortel dengan konsentrasi 10% terjadi perubahan warna dan bau pada penyimpanan 8 minggu, selain itu untuk sediaan krim blanko, sediaan sari wortel konsentrasi 2%, 4% dan gliserin konsentrasi 10% stabil pada penyimpanan selama 12 minggu, sediaan krim mempunyai pH 5,5-6,4, serta tidak mengiritasi kulit.

2. Penambahan sari wortel kedalam sediaan krim dapat mengurangi penguapan air pada kulit, dimana dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari wortel yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut mengurangi penguapan air dari kulit. Dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 10%, ternyata kemampuan sari wortel dengan konsentrasi sari wortel 10% untuk mengurangi penguapan air dari kulit hampir sama dengan sediaan yang mengandung gliserin 10%.

5.2. Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar memformulasikan sari wortel dalam formula dasar krim yang berbeda.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan kesebelas. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada Univerity Press. Hal. 132.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal 6.


(51)

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal 8.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 356.

Djuanda, A. (2007). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Cetakan Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 3-6. Lachman, L., Liberman, A. H, Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi

Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia. Hal. 1118.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Firts Edition. Amsterdam: Elsevier Science B.V. Page 134.

Rawlins, E. A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. 18th Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.

ed. London:

Rukmana, R. (1995). Bertanam Wortel. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 11, 14,17.

Sunanto, H. (2009). 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan Obesitas. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Hal. 28-29.

Tranggono, R. I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 76-77.

Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima.Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.

Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 3, 62-63, 111-112.

Wirakusumah, E. S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 3-6.

LAMPIRAN


(52)

Gambar 1. Gambar sediaan krim

Lampiran 2. Gambar wortel

Gambar 2. Gambar wortel


(53)

Gambar 3. Gambar uji tipe emulsi di atas objek gelas

Lampiran 4. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan selama 12 minggu

Gambar 4. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan selama 12 minggu


(54)

Gambar 5. Alat freezee dryer


(55)

Lampiran 6. Gambar Rangkaian alat yang di gunakan pada Pengujian Penguapan

Air pada Kulit

Rangkaian alat pada saat pengujian

Tutup pot plastik tidak berlubang Tutup pot plastik berlubang

Rangkaian Kedua Tutup Pot Plastik


(56)

Lampiran 7. Perhitungan

Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan.

a. Pertambahan berat

Petambahan berat = berat akhir – berat awal Berat awal = 10,01 g

Berat akhir = 10,27 g Pertambahan berat = 260 mg b. Presentase pengurangan penguapan

= pertambahan berat tanpa sedíaan – pertambahan berat sediaan

Pertambahan berat tanpa sediaan = 300 mg Pertambahan berat sediaan = 260 mg Persentase pengurangan penguapan = 13,33%

pertambahan berat sediaan


(57)

Tabel kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit Lampiran 8. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan I

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,30 300 0,00%

2 A 10,00 10,27 270 10,00%

3 B 10,01 10,27 260 13,33%

4 C 10,04 10,28 240 20,00%

5 D 10,08 10,30 220 26,67%

6 E 10,08 10,27 190 36,67%

7 F 10,00 10,16 160 46,67%

8 G 10,01 10,17 160 46,67%

Lampiran 9. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan II

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,38 380 0,00%

2 A 10,00 10,36 360 5,25%

3 B 10,00 10,34 340 10,53%

4 C 10,01 10,30 290 23,68%

5 D 10,02 10,29 270 28,95%

6 E 10,09 10,31 230 39,47%

7 F 10,11 10,30 210 44,74%

8 G 10,00 10,20 200 47,37%

Lampiran 10. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan III

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,39 390 0,00%

2 A 10,11 10,47 360 7,69%

3 B 10,00 10,34 340 12,82%

4 C 10,05 10,35 300 23,08%

5 D 10,10 10,37 270 30,77%

6 E 10,00 10,25 250 35,90%

7 F 10,00 10,21 210 46,15%


(58)

Lampiran 11. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan IV

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan berat

% pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,01 10,42 410 0,00%

2 A 10,07 10,45 380 7,32%

3 B 10,03 10,39 360 12,19%

4 C 10,15 10,47 320 21,95%

5 D 10,05 10,35 300 26,83%

6 E 10,02 10,28 260 36,58%

7 F 10,10 10,33 230 43,90%

8 G 10,16 10,38 220 46,34%

Lampiran 12. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan V

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan berat

% pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,41 410 0,00%

2 A 10,03 10,40 370 9,76%

3 B 10,00 10,35 350 14,63%

4 C 10,02 10,34 320 21,95%

5 D 10,06 10,35 290 29,27%

6 E 10,09 10,34 250 39,02%

7 F 10,08 10,30 220 46,34%

8 G 10,14 10,38 240 41,46%

Lampiran 13. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan VI

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan berat

% pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,40 400 0,00%

2 A 10,13 10,50 370 7,50%

3 B 10,10 10,45 350 12,50%

4 C 10,09 10,40 310 22,50%

5 D 10,12 10,39 270 32,50%

6 E 10,17 10,42 250 37,50%

7 F 10,03 10,25 220 45,00%


(59)

Lampiran 14. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan VII

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan berat

% pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,05 10,42 370 0,00%

2 A 10,06 10,41 350 5,40%

3 B 10,01 10,33 320 13,51%

4 C 10,07 10,35 280 24,32%

5 D 10,12 10,37 250 32,43%

6 E 10,05 10,28 230 37,84%

7 F 10,07 10,27 200 45,95%

8 G 10,06 10,26 200 45,95%

Lampiran 15. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan VIII

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,10 10,52 420 0,00%

2 A 10,05 10,44 390 7,14%

3 B 10,01 10,37 360 14,29%

4 C 10,01 10,34 330 21,43%

5 D 10,05 10,35 300 28,57%

6 E 10,00 10,26 260 38,89%

7 F 10,00 10,23 230 45,24%

8 G 10,04 10,27 230 45,24%

Lampiran 16. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan IX

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,03 10,39 360 0,00%

2 A 10,01 10,35 340 5,56%

3 B 10,03 10,34 310 13,89%

4 C 10,07 10,34 270 25,00%

5 D 10,01 10,25 240 33,33%

6 E 10,04 10,26 220 38,89%

7 F 10,02 10,22 200 44,44%


(60)

Lampiran 17. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan X

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,05 10,40 350 0,00%

2 A 10,01 10,34 330 5,71%

3 B 10,01 10,31 300 14,29%

4 C 10,07 10,34 270 22,86%

5 D 10,09 10,34 250 28,57%

6 E 10.05 10,28 230 34,29%

7 F 10,03 10,22 190 45,71%

8 G 10,02 10,21 190 45,71%

Lampiran 18. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan XI

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,37 370 0,00%

2 A 10,00 10,34 340 8,11%

3 B 10,15 10,47 320 13,51%

4 C 10,13 10,42 290 21,62%

5 D 10,03 10,29 260 29,73%

6 E 10,10 10,34 240 35,13%

7 F 10,07 10,28 210 43,24%

8 G 10,01 10,22 210 43,24%

Lampiran 19. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan XII

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,11 10,43 320 0,00

2 A 10,15 10,45 300 6,25%

3 B 10,01 10,29 280 12,50%

4 C 10,13 10,38 250 21,87%

5 D 10,12 10,35 230 28,12%

6 E 10,02 10,23 210 34,37%

7 F 10,04 10,22 180 43,75%


(1)

Lampiran 6. Gambar Rangkaian alat yang di gunakan pada Pengujian Penguapan

Air pada Kulit

Rangkaian alat pada saat pengujian


(2)

Lampiran 7. Perhitungan

Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada

sukarelawan.

a.

Pertambahan berat

Petambahan berat = berat akhir – berat awal

Berat awal = 10,01 g

Berat akhir = 10,27 g

Pertambahan berat = 260 mg

b.

Presentase pengurangan penguapan

= pertambahan berat tanpa sedíaan – pertambahan berat sediaan

Pertambahan berat tanpa sediaan = 300 mg

Pertambahan berat sediaan = 260 mg

Persentase pengurangan penguapan = 13,33%

pertambahan berat sediaan


(3)

Tabel kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

Lampiran 8. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan I

No Formula Berat awal

(g)

Berat akhir (g)

Pertambahan berat (mg)

% pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,30 300 0,00%

2 A 10,00 10,27 270 10,00%

3 B 10,01 10,27 260 13,33%

4 C 10,04 10,28 240 20,00%

5 D 10,08 10,30 220 26,67%

6 E 10,08 10,27 190 36,67%

7 F 10,00 10,16 160 46,67%

8 G 10,01 10,17 160 46,67%

Lampiran 9. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan II

No Formula Berat awal

(g)

Berat akhir (g)

Pertambahan berat (mg)

% pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,38 380 0,00%

2 A 10,00 10,36 360 5,25%

3 B 10,00 10,34 340 10,53%

4 C 10,01 10,30 290 23,68%

5 D 10,02 10,29 270 28,95%

6 E 10,09 10,31 230 39,47%

7 F 10,11 10,30 210 44,74%

8 G 10,00 10,20 200 47,37%

Lampiran 10. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan III


(4)

Lampiran 11. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan IV

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan

berat

% pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,01 10,42 410 0,00%

2 A 10,07 10,45 380 7,32%

3 B 10,03 10,39 360 12,19%

4 C 10,15 10,47 320 21,95%

5 D 10,05 10,35 300 26,83%

6 E 10,02 10,28 260 36,58%

7 F 10,10 10,33 230 43,90%

8 G 10,16 10,38 220 46,34%

Lampiran 12. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan V

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan

berat

% pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,41 410 0,00%

2 A 10,03 10,40 370 9,76%

3 B 10,00 10,35 350 14,63%

4 C 10,02 10,34 320 21,95%

5 D 10,06 10,35 290 29,27%

6 E 10,09 10,34 250 39,02%

7 F 10,08 10,30 220 46,34%

8 G 10,14 10,38 240 41,46%

Lampiran 13. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan VI

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan

berat

% pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,40 400 0,00%

2 A 10,13 10,50 370 7,50%

3 B 10,10 10,45 350 12,50%

4 C 10,09 10,40 310 22,50%

5 D 10,12 10,39 270 32,50%

6 E 10,17 10,42 250 37,50%

7 F 10,03 10,25 220 45,00%


(5)

Lampiran 14. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan VII

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan

berat

% pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,05 10,42 370 0,00%

2 A 10,06 10,41 350 5,40%

3 B 10,01 10,33 320 13,51%

4 C 10,07 10,35 280 24,32%

5 D 10,12 10,37 250 32,43%

6 E 10,05 10,28 230 37,84%

7 F 10,07 10,27 200 45,95%

8 G 10,06 10,26 200 45,95%

Lampiran 15. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan VIII

No Formula Berat awal

(g)

Berat akhir (g)

Pertambahan berat (mg)

% pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,10 10,52 420 0,00%

2 A 10,05 10,44 390 7,14%

3 B 10,01 10,37 360 14,29%

4 C 10,01 10,34 330 21,43%

5 D 10,05 10,35 300 28,57%

6 E 10,00 10,26 260 38,89%

7 F 10,00 10,23 230 45,24%

8 G 10,04 10,27 230 45,24%

Lampiran 16. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan IX


(6)

Lampiran 17. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan X

No Formula Berat awal

(g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,05 10,40 350 0,00%

2 A 10,01 10,34 330 5,71%

3 B 10,01 10,31 300 14,29%

4 C 10,07 10,34 270 22,86%

5 D 10,09 10,34 250 28,57%

6 E 10.05 10,28 230 34,29%

7 F 10,03 10,22 190 45,71%

8 G 10,02 10,21 190 45,71%

Lampiran 18. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan XI

No Formula Berat awal

(g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,37 370 0,00%

2 A 10,00 10,34 340 8,11%

3 B 10,15 10,47 320 13,51%

4 C 10,13 10,42 290 21,62%

5 D 10,03 10,29 260 29,73%

6 E 10,10 10,34 240 35,13%

7 F 10,07 10,28 210 43,24%

8 G 10,01 10,22 210 43,24%

Lampiran 19. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan XII

No Formula Berat awal

(g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,11 10,43 320 0,00

2 A 10,15 10,45 300 6,25%

3 B 10,01 10,29 280 12,50%

4 C 10,13 10,38 250 21,87%

5 D 10,12 10,35 230 28,12%

6 E 10,02 10,23 210 34,37%

7 F 10,04 10,22 180 43,75%